You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berfungsi


untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata, serta berfungsi mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan kornea.
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan
konjungtiva dan kornea. Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat
menyebabkan kelopak mata bagian lain ikut melipat. Entropion diklasifikasikan
menjadi empat, antara lain involusional (senile), sikatrik, spastik dan kongenital.
Entropion sering ditemukan pada usia yang lebih tua (involusional),
biasanya pada umur diatas 60 tahun dan tidak ada perbedaan gender ditemukan
pada kelainan ini. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada
entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering
karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata
atas sering karena sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion kongenital sering

terjadidi kalangan orang Asia, tetapi jarang terjadi pada

keturunan Eropa.

Entropion sendiri dapat terjadi unilateral maupun bilateral.


Berikut akan di laporkan sebuah kasus entropion pada wanita, umur 52
tahun yang berobat ke poliklinik mata RSAY kota Metro.
BAB II
LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Suku
Agama
No. RMK
ANAMNESIS
Hari/tanggal
Keluhan Utama

: Ny. S
: Perempuan
: 52 tahun
: Sekampung pasar
: Jawa
: Islam
: 261167

sejak 1 bulan lalu.


Keluhan Tambahan

: Senin, 06 april 2015


: kelopak mata kiri bawah terlipat kedalam
: pandangan terasa menurun, mata kiri

merah terasa perih dan berair sejak 1 bulan.


Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poli mata RSUD Ahmad yani dengan keluhan
sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh pada kelopak bawah mata kiri
terlipa kedalam, mata kiri juga menjadi merah terasa perih dan berair,
pasien juga mengatakan jika pandangan terasa berkurang sejak timbul
keluhan dirasakan. Pasien berobat ke dokter spesialis mata kemudian
diberikan obat tetes mata dan disarankan kontrol setiap minggu.

Setelah 1 bulan pengobatan keluhan terasa berkurang, namun mata


berair masih dirasakan sampai saat ini, kemudian dokter menyarankan
untuk dilakukan operasi perbaikan kelopak mata kiri bawah setelah
keluhan pada mata kiri membaik..
Pada saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien telah
4 kali kontrol. Pasien mengatakan penglihatannya sudah lebih baik dan
keluhan mata merah perih sudah tidak dirasa, namun mata berair masih
di rasa.
Riwayat penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya,
hipertensi diakui, diabetes diakui.
Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit saluran
III.

IV.

pernafasan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda Vital
: TD : 150/90 mmHg
N
: 80 x/menit

RR
T

:20x/menit
:36,5C

STATUS LOKALIS

Mata Kanan

Mata Kiri

entropion

Sentral, normal

Kedudukan

Sentral, normal

6/15

Visus

6/30

sikatrik

Tidak dilakukan

Visus Koreksi

Tidak di lakukan

Dalam batas normal

Bulbus Oculi

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Supersilia

Dalam batas normal

Edema (-) Spasme (-)

Palpebrae Superior

Edema (-) Spasme

Edem (-)

Palpebra Inferior

Edem (-)

Hiperemi (-)

Konjungtiva

Hiperemi (-)

Palpebralis
Hiperemi (-)

Konjungtiva

Hiperemi (+)

Fornices
Konjungtiva Bulbi

Injeksi konjungtiva (-)


Injeksi siliar (-)
Keruh(+)infiltrat(+)

Injeksi konjungtiva (-)

Sklera

Injeksi siliar (-)

Kornea
Kamera

Okuli

Terdapat sikatrik

Kedalaman cukup

Anterior

Kedalaman cukup

Kripta (+) Warna cokelat

Iris

Kripta (+) Warna cokelat

Normal

Lensa

Normal

Bulat

Pupil

Bulat

Letak di pusat mata 3 mm

Letak di pusat mata


+ 3 mm

Reflek cahaya (+)

Reflek cahaya (+)

Tidak dilakukan

Funduskopi

Tidak dilakukan

T dig N

Tensio Oculi

T dig N

Tidak dilakukan

Tes Fluorescen

Tidak dilakukan

V.

RESUME
Pasien datang ke poli mata RSUD Ahmad Yani dengan keluhan
sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh pada kelopak bawah mata kiri
terlipat kedalam, mata kiri juga menjadi merah terasa perih dan berair.
Pada pemeriksaan fisik pada kelopka mata kiri bawah terlipat kedalam
dan terdapat sikatrik pada kornea, pasien telah 4 kali kontrol dan
disaran untuk operasi perbaikan kelopak mata setalah keadaan

VI.
VII.

membaik.
Riwayat hipertensi diakui, riwayat DM diakui.
DIAGNOSA KLINIS
Entropion palpebra inferior okuli sinistra
DIAGNOSA BANDING
Entropion sikatrik
Trikiasis

VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana rekonstruksi palpebra inferior
Gentamicyn oinment 0,3% 2x1
Tarivid eye drop 6x1 tetes
Cendotropin 0,5% 3x1 tetes
Asam Mefenamat 500 mg 3x 1
IX.

USULAN PEMERIKSAAN
Slit lamp

X.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: Bonam
: Dubia ad Bonam
: Bonam

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu
menyebarkan lapis tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu
pada pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superficial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).

Gambar 1. Anatomi palpebra superior

Gambar 2. Anatomi palpebra inferior


Struktur palpebra
A. Lapis kulit

Kulit palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
B. Lamella Anterior
Lamella anterior terdiri dari kulit palpebra inferior dan otot orbicularis.
Kulit palpebra inferior tipis, halus dan tidak memiliki jaringan ikat seperti kulit
lainnya, dan aparatus pilosebaseus yang berguna untuk meningkatkan pergerakan
bola mata.
C. Lamella Posterior
Lamella posterior terdiri dari retraktor otot retraktor palpebra, tarsus dan
konjungtiva. Retraktor palpebra inferior merupakan perpanjangan dari fascia dari
otot rektus inferior, dibungkus oleh otot oblik inferior, dan masuk ke dalam batas
tarsal inferior.
D. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas septum
orbita adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli disarafi oleh nervus facialis.
E. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat dibawah muskulus orbikularis
okuli berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
F. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastis- disebut tarsus superior dan inferior.
Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh
ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga
tertambat oleh fascia tipis dan padat pada margo atas dan bawah orbita. Fascia
tipis ini membentuk septum orbita.
G. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva


palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu dari
margo palpebra membelah palpebra menjadi lamel kulit dan muskulus orbikularis
okuli di anterior dan lamella tarsal dan konjungtiva palpebrae di posterior.
Margo Palpebra
Panjang margo bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Ia
dipisahkan oleh garis kelabu (mukokutan junction) menjadi margo anterior dan
posterior.
A. Margo Anterior
1. Bulu Mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke
atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah.
2. Glandula Zeis
Ini adalah modifikasi kelenjar sebasea yang kecil, yang bermuara ke dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll
Ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata.
B. Margo Posterior
Margo palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
C. Punktum Lakrimale
Pada ujung medial dari margo posterior palpebra terdapat elevasi kecil
dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punktum ini berfungsi menghantar air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait
ke sakus lakrimalis.
DEFINISI

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata
yang biasanya mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata. Hal ini
dapat menyebabkan beberapa masalah.
Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion
khususnya entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua.
Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin
disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada
pria. Entropion involusional biasanya ditemukan lebih sering pada palpebra
inferior sedangkan entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan
paling sering didahului oleh trakhoma.

Gambar 3. Entropion
KLASIFIKASI
Entropion dibagi berdasarkan penyebabnya :

1. Entropion involusional
Entropion involusional (senil) sangat erat hunbungannya dengan
proses penuaan. Biasanya terjadi akibat atrofi jaringan dan melemahnya
fasia capsulo palpebral (otot retractor palpebra). Hal ini menyebabkan
kehilangan elastisitas lempeng tarsal dan tepi kelopak mata memutar ke
dalam.

Pada

tahap

awal,

entropion

involunter

mungkin

hanya

bermanifestasi intermiten.
Gangguan selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan
akibat dari gabungan kelemahan otot-otot retraktor kelopak bawah,
migrasi ke atas musculus orbikularis preseptal dan menyebabkan
melipatnya tepi tarsus atas.

Gambar 4. Entropion Involusional


2. Entropion sikatrik
Entropion sikatrik biasanya berhubungan dengan pemendekan
lamela posterior akibat akibat kontraktur konjungtiva tarsal. Penyebab
tersering entropion sikatrik adalah blefarokonjungtifitis dan trakoma.
Mengenai kelopak mata atas atau bawah yang disebabkan oleh jaringan
parut di konjungtiva atau tarsus.
Penyakit ini pada umumnya merupakan hasil dari trauma, bahan
kimia, Steven Jhonson sindrom, pemphigoid, infeksi, respon lokal obatobatan topikal, sindroma post enukleasi soket, herpes zoster oftalmikus.

Pemeriksaan pada tarsus dan palpebra merupakan poin diagnosis pada


kasus ini.

Gambar 5. Entropion sikatrik.

3. Etropion kongenital
Merupakan
disgenesis

kasus yang sangat jarang. Dapat disebabkan oleh

retraktor

kelopak

mata bawah yang

menyebabkan

ketidakstabilan di kelopak mata atau pemendekan maupun kekurangan


jaringan dalam lamela posterior kelopak mata dan penebalan kulit dan otot
orbicularis oculi dekat margin dari kelopak mata yang dapat menimbulkan
entropion. Entropion juga dapat terjadi ketika tarsalplate sempit yang
memungkinkan untuk memutar ke dalam.

Gambar 6. Entropion kongenital.

4. Entropion akut spastik


Disebabkan oleh kontraksi spastik otot orbicularis yang dicetuskan
oleh iritasi pada mata (meliputi pembedahan), setelah bebat mata yang
terlalu ketat atau yang berkaitan erat dengan blepharospasme. Selalu
timbul dengan sendirinya setelah dilakukan pembedahan. Kebanyakan
pasien sudah mengalami perubahan komponen involusional sebelumnya.
Entropion akut biasanya hilang bila siklus entropion atau iritasi
teratasi dengan terapi dari faktor penyebab entropion tersebut.

Gambar 7. Entropion spastik.


Secara umum faktor predisposisi entropion antara lain :

Perubahan

degeneratif

pada

kelopak mata berkaitan dengan

bertambahnya usia.
Pada entropion sikatrik berdampak pada konjungtiva tarsal.
Iritasi pada mata atau akibat proses pembedahan
GEJALA KLINIS
Rambut yang mengiritasi mata dan menyebabkannya produksi air mata
yang berlebih sehingga mata sangat lembab. Rambut dapat mengikis kornea,
menyebabkan ulkus kornea. Ulkus kornea ini sulit untuk sembuh karena rambut
yang terus menggosok. Ulkus menyebabkan pembuluh darah untuk tumbuh di
kornea normal jelas, dan ini dapat menyebabkan jaringan parut, yang mengganggu
penglihatan.
Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman seperti adanya
sensasi benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan fotofobia.
Entropion kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat
menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital entropion)
DIAGNOSIS
Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata
yang terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata
merah yang persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat
mengidentifikasi lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yanga
horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva,
trikiasis, dan entropion yang memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat

menjadi ulkus dan formasi panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin
terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.
Pemeriksaan fisik

pada

kelopak

mata meliputi snapback test yaitu

dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat
apakah kelopak mata dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini
tidak menimbulkan rasa sakit. Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus
kelopak

mata yang horizontal. Pada

pinggir

kelopak mata bawah selalu

ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion terbentuk. Forniks


inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata mungkin dapat mudah
dikeluarkan.
Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran
milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak
mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama sekali dari kelopak
bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis superior
dapat dideteksi dengan
memerah

setelah

melakukan observasi yaitu menutup mata yang

kelopak

entropion kembali normal (tes kelengkungan

orbikularis).
DIAGNOSIS BANDING
1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit
kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.
2. Distikiasis
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya
saluran Meibom.
3. Trikiasis
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi
radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut
4. Dermatokalasis

Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran


yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan
arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai entropion
5. Epiblefaron
Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan
ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan
bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu
asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur.
PENATALAKSANAAN
Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi
sehingga menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama
untuk involusi atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di
tempat lokasi trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang
memiliki diameter lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar
kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang
bermanfaat pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata
bawah dan menempelkannya dengan tape ke pipi; tegangannya mengarah ke
temporal dan inferior. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur
yang aman dan lebih efisien pada entropion involusi.
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang
mendasari.
Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul persisten: iritasi

okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial


keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.

Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan:


1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion
involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak
yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika
ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin
botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra
Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah.
Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik inferior
refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar dibuat 2 mm
di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang
kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal
disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi

fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan


inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah
terhadap levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur
mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan
kelemahan kelopk mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan
banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk
menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal.
Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia
kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien.
Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia
kapsulopalpebral

harus

disatukan

mencegahnya otot orbikularis.

dengan

tiga

jahitan

pusat

untuk

Gambar 8. Operasi dengan perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan


teknik inferior refraktorplication

Gambar 9. Koreksi entropion involusional dengan teknik Horizontal ShorteningModified Brick.


b. Jahitan quickert.
Jika pasien yang menderita involusional entropion dan tidak mampu maka
teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya tingkat
kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 50 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak
mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan

inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan


untuk koreksi. Berikut gambar jahitan dengan metode 3 jahitan.

Gambar 10. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.
4. Entropion sikatrik
Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal
(prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah.
Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm
dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 24 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam
hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott
atau Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral
melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus,

ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan
diikat di atas kapas untuk melindungi pemasangan kawat. Lalu dkoreksi
untuk pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan
dan kasa penutup harus diangkat 10-14 hari.

Gambar 11. Prosedur Weiss.


Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan
gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan
mungkin ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan
perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi
tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya
jaringan parut, dan defek produksi lamellar posterior, bahan cangkok
diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan kelopak akan dapat
disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut
menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke
bawah.

Gambar 12. Posterior lamella grafting.


KOMPLIKASI
1. Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan
pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan
konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.
2. Keratitis
Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi
kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut
akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
3. Ulkus kornea

Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya


disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt
menyebabkan kehilangan penglihatan. Sangat penting utnuk segera
berobat ke dokter jika mata menjadi maerah, mata terasa sakit atau seperti
ada yang mengganjal di dalam mata.
4. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan
posisi tarsal yang buruk.

PROGNOSIS
Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan
pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan
penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H. Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
2. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.
3. Prabowo D. Entropion. Healt Care, 2011. (online) Availabe at
http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.html
4. Altieri A, Lester M, Harman F et al. Comparison of three techniques for
repair of involutional lower lid entropion: a three year follow up study.
Ophthalmologica 2003; 217: 265-272
5. Sullivan JH. Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan D,
Asbury T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas
S. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika: 2000

6. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral


entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002; 120: 1682-4
7. Sodhi PK, Yadava U, Pandey RM, Mehta DK. Modified grey line split
with anterior lamellar repositioning for treatment of cicatricial lid
entropion. Ophthalmic surgery lasers 2002; 33: 169-74
8. Mandal AK, Honavar SG, Gothwal VK. The association of unilateral
congenital glaucoma and congenital lower lid entropion: causal or casual?
Ophthalmic surg lasers 2001; 32: 149-51
9. Park MS, Chi MJ, Baek SH. Clinical study of single-suture inferior
retractor repair for involutional entropion. Ophthalmologica 2006; 220:
327-31.
10. Boboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion.
Cochrane Batabase for Systematic Review, 2002.
11. Woo KI, Yi K, Kim YD. Surgical correction for lower lid epiblepharon in
Asians. Br J Ophthalmol 2000;84:14071410.
12. Shorr N et al. Three-suture technique addresses involutional entropion in
the office. Ocular Surgery News, 2004

You might also like