Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
12
13
sampai pada usia 9 tahun. Antara usia 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan
mengalami percepatan terlebih dahulu karena tubuhnya
memerlukan persiapan
menjelang usia reproduksi, sementara anak laki-laki baru dapat menyusul dua tahun
kemudian.
14
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recommended Dietary Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG)
(Arisman, 2004). Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan (reference
values) yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan
asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan
zat gizi (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004).
Perubahan komposisi tubuh mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja, baik
pada laki-laki maupun perempuan sama-sama membutuhkan banyak energi dan zatzat gizi esensial untuk menopang pertumbuhan dan aktivitas fisik. Akan tetapi,
remaja laki-laki membutuhkan lebih banyak zat-zat gizi dibandingkan remaja
perempuan karena adanya perbedaan dalam jenis kegiatan, pengaruh hormonal serta
susunan tubuh sehingga kebutuhan RDA pada laki-laki lebih banyak daripada
perempuan. Pada tabel dapat dilihat kebutuhan gizi remaja laki-laki dan perempuan
berdasarkan umur.
Tabel 2.1
Angka Kecukupan Energi dan Protein Yang dianjurkan
untuk Kelompok Umur 10 samapi 17 tahun.
Jenis
Umur
Berat
Tinggi
Energi
Protein
Kelamin
(tahun)
(Kg)
(cm)
(kkal)
(gr)
13-15
45
150
2400
60
16-18
55
160
2500
65
13-15
48
153
2350
49
16-18
50
154
2200
51
Laki-laki
Wanita
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2005
15
16
gizi yang dikonsumsi. Statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa
statistik kesehatan sedangkan penilaian dengan faktor ekologi merupakan penilaian
yang memperhitungkan faktor-faktor seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain
(Supariasa, 2002).
17
18
2002). Berdasarkan karakteristik diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi
masa lalu.
Kelebihan indeks TB/U antara lain :
1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa (Supariasa,
2002)
Kelemahan indeks TB/U antara lain :
1. tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
2. Pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan
dua orang untuk melakukannya
3. Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2002).
19
IMT
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Overweight
Obesitas
20
21
Berdasarkan penjelasan diatas maka pada gilirannya kejadian gizi lebih akan
meningkatkan resiko morbiditas penyakit tidak menular (degeneratif) yang
disebabkan oleh berbagai perilaku kehidupan modern. Perilaku yang dimaksud
menekankan pada kebiasaan pola makan tinggi kalori tinggi lemak dan kolesterol
serta rendah serat (Soekirman, 2000)
22
2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi tubuh, jika
asupan kalori berlebihan dan tidak diikuti oleh aktivitas fisik yang tinggi akan
menyebabkan kelebihan berat badan. Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen
yang berperan dalam penggunaan energi. Penggunaan energi tiap jenis aktivitas itu
berbeda tergantung dari tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas
tersebut. Semakin berat aktivitas, semakin lama waktunya dan semakin berat, badan
orang yang melakukannya maka energi yang dikeluarkan pun lebih banyak,
akibatnya kebutuhan energi pun lebih banyak. Aktivitas seperti olah raga jika
dilakukan remaja secara teratur dan cukup takaran akan memberikan keuntungan,
uaitu menjaga kesehatan sepanjang hidup dan mencegah dari penyakit salah makan
(eating disorders) dan obesitas (Guthrie, 1995).
Menurut Hanley et al (2000) tingginya aktivitas fisik memiliki potensi
perlindungan melawan obesitas dengan memelihara keseimbangan energi dan
mencegah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan.
Menurut Depkes (2002) menjelaskan bahwa olahraga yang baik dilakukan
dengan melihat intesitas latihan (frekuensi dan lama latihan). Latihan fisik olahraga
dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit membantu
untuk mempertahankan kesehatan fisik.
Olah raga yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, dapat
meningkatkan kualitas fisik seseorang. Apabila kualitas fisik meningkat maka
kualitas manusia secara keseluruhan cenderung akan meningkat pula. Hal ini
membuktikan bahwa ada keterkaitan antara kualitas fisik dqan non fisik seperti yang
dinyatakan dalam sebuah istilah klasik Mensana In Corpore Sano yang artinya
23
adalah di dalam Tubuh yang Sehat terdapat jiwa yang Kuat. Sejalan dengan itu,
partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga sangat diharapkan guna peningkatan
kualitas kesehatan dan kualitas manusia secara keseluruhan (BPS, 2006)
3. Kelainan Hormon (endokrin)
Penyakit yang menyebabkan kegemukan sebenarnya jarang terjadi, tetapi
kegemukan dapat disebabkan oleh penyakit endokrin atau ganguan hormon. Penyakit
endokrin yang menyebabkan kegemukan adalah hipofungsi kelenjar gondok
(kelenjar Tryroid), mengakibatkan orang menjadi gemuk dan lamban. Penyakit gula
(diabetes mellitus), kegemukan sering dijumpai. Kegemukan dapat merupakan
penyebab atau dapat juga merupakan akibat dari penyakit ini (Suyono, 1994)
4. Faktor Genetik
Faktor genetik dapat mempengaruhi terjadinya obesitas (kegemukan) walaupun
pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas. Menurut Dietz dalam Penuntun Diit
Anak (2003), kemungkinan seorang anak beresiko menderita obesitas sebesar 80%
jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan beresiko
menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas.
Anak yang mempinyai bakat gemuk karena faktor genetik akan cepat menjadi
gemuk, apalagi jika lingkungannya pun kondusif, misalnya anak memiliki
lingkungan dengan perilaku makan tinggi energi dan lemak
5. Faktor Emosional/Psikologis
Emosional/psikologis seseorang berhubungan erat dengan rasa lapar dan
nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan
psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme dimana energi akan dipecah
dan digunakan untuk aktivitas fisik. Jika seseorang tidak mempergunakan bahan
24
bakar yang telah disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain sehingga
menyimpannya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan glukosa darah menurun
sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan psikologis
(Wirakusumah, 1997 dalam Welis, 2003).
25
26
27
28
29
jenuh yang sulit dicerna, asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna dan
asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna (PUGS, 2002).
Lemak merupakan penyumbang energi terbesar dibanding zat gizi makro
lainnya. Lemak mengandung 38kj/g energi sedangkan energi dari karbohidrat dan
protein berkisar 17kj/g (Willet, 1998). Tiap gram lemak mengandung 9 kkal,
dibanding karbohidrat dan protein yang menghasilkan 4 kkal per gram. Anjuran
konsumsi lemak dan minyak tidak boleh lebih dari 30% dari kebutuhan energi
sehari-hari (Soetjiningsih, 2004).
Lemak yang berasal dari makanan digunakan tubuh untuk hal-hal berikut :
1. Pemberi kalori, tiap gram lemak dalam peristiwa oksidasi akan memberikan
kalori sebanyak 9 kalori (Moehyi, 2002 dalam Putri, 2004)
2. Melarutkan vitamin vitamin ADEK sehingga vitamin tersebut dapat diserap
oleh usus.
3. Memberikan asam lemak esensial
Kelebihan lemak lebih menggemukkan daripada kelebihan karbohidrat
karena tubuh kita lebih efisien mengubah lemak menjadi lemak tubuh
daripada mengubah karbohidrat menjadi lemak tubuh (Clark, 1996).
30
hamil dan menyusui pada wanita dewasa, orang yang sakit dan dalam taraf
penhyembuhan, demikian juga orang dewasa dan lanjut usia (Suhardjo & Kusharto,
(1992). Protein terdiri dari asam-asam amino. Protein asam-asam amino esensial
terdiri dari histidin, isoleucin, leucin, lysin, methionine, sistein, phinilalanin, tirosin,
treonin, triptophan dan valin. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino
esensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka
semakin tinggi mutu proteinnya. Pada umumnya pangan hewani mempunyai mutu
protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati. (Hardinsyah & Tambunan,
2004). Anjuran konsumsi protein sebaiknya sesuai dengan Angka Kecukupam Gizi.
31
32
33
34
pengeluaran untuk makanan tetapi belum tentu kuantitas dan kualitas bahan makanan
yang dibeli lebih baik. Demikian juga pertambahan pendapatan walaupun
meningkatkan pengeluaran belum tentu digunakan untuk membeli makanan.
Hasil studi Hermanto,dkk (1996) dalam WNPG VI (1998), yang
mengungkapkan pendapatan dan pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata pada
perilaku konsumsi pangan rmah tangga. Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi
makanan jadi data Susenas menunjukkan adanya kecenderungan konsumsi makanan
jadi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di kota-kota besar seperti Jakarta,
pengeluaran untuk makanan jadi (fast food) ini lebih besar yaitu sekitar seperempat
dari total pengeluaran pangan.
b.
35
c.
d.
e.
f.
yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif antara lain :
Metode pengkuran makanan bersifat kualitatif :
1. Metode frekuensi makanan (food frequency)
2. Metode dietary history
3. Metode telepon
4. Metode pendaftaran makanan (food list)
Sedangkan metode kuantitatif antara lain :
1. Metode recall 24 jam
2. Perkiraan makanan (estimated food records)
3. Penimbangan makanan (food weighing)
4. Metode food account
5. Metode inventaris (inventory method)
6. Pencatatan (household food records)
36
sehingga
wawancara
terarah
menurut
urutan
waktu
dan
pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa
makan pagi, siang, malam, snack serta makanan jajanan (Supariasa, 2002).
37
Mudah dilakukan
Biaya murah karena tidak memerlukan tempat yang luas dan peralatan khusus
Recall sebaiknya tidak dilakukan saat acara-acara besar seperti akhir pekan,
upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain agar dapat mengetahui gambaran
konsumsi makanan sehari-hari.
38
39
makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang
kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek
mencatatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari (Gibson, 2005).
Kelebihan metode ini adalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi
makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan
kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu
tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan
umumnya bagi makanan khusus saja (Supariasa, 2002).
5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Food Frequency Questinnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi
makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Metode ini dapat
menjelaskan informasi kualitatif mengenai pola konsumsi makan seseorang (Gibson,
2005).
Kelebiahan metode ini adalah murah dan sederhana, dapat dilakukan sendiri
oleh
responden,
tidak
membutuhkan
keterampilan
khusus,
dan
dapat
40
41
42
Kerangka Teori
Psikologi :
Harga diri
Citra diri
Konflik psikis
Konsep sehat
Persepsi
Individu :
Pengetahuan dan sikap :
Pengetahuan gizi
Sikap makan
Praktek makan
Biologis :
Umur
Jenis kelamin
Status pertumbuhan
Status kesehatan
Keturunan
STATUS
GIZI
REMAJA
Sosial Ekonomi :
Tren makanan modern
Nilai makanan
Makanan yang tersedia
Tren mode
Pendapatan / Uang saku
Pendidikan
Kebiasaan makan
Perilaku Makan :
Frekuensi makan
Diet
Meninggalkan
makanan
Kelainan
Metabolik
Aktivitas Tubuh :
Mobilitas Menonton
TV
Rekreasi - Tidur
Olahraga
Kegiatan sekolah
Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi
Remaja (Modifikasi Adiningsih, 2003 dan Apriadji, 1986)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
43
44
Aktivitas Fisik :
Waktu tidur
Waktu menonton TV,
main komputer/main
video games
Kebiasaan olahraga
Pola Konsumsi :
Konsumsi energi
Konsumsi karbohidrat
Konsumsi lemak
Konsumsi protein
GIZI LEBIH
REMAJA
Karakteristik Remaja :
Jenis kelamin
Pengetahuan gizi
Uang saku
Variabel Independen
Variabel Dependen
45
Variabel
Gizi lebih
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Penimbangan berat
badan tanpa alas
kaki dab mengukur
tinggi badan
Timbangan injak
scale standar
(SECA) dengan
tingkat ketelitian
0,1 kg dan
microtoice
Hasil Pengukuran
Skala
2.
kuesioner
Frekuensi
Banyaknya konsumsi fast food Form
konsumsi fast modern yang dikonsumsi oleh diisi sendiri
responden dalam satu minggu
food modern
3.
Lama tidur
Rata-rata jumlah
digunakan untuk
sehari
Lama
menonton
televisi/main
komputer dan
video games
kuesioner Kuesioner
Rata-rata jumlah waktu yang Form
digunakan
uantuk
menonton diisi sendiri
televisi/main komputer dan video
games dalam sehari
Kuesioner
kuesioner Kuesioner
waktu yang Form
tidur dalam diisi sendiri
1. Sering ( 2x /minggu)
2. Tidak sering
(< 2x / minggu)
(Khomsan, 2006 )
Ordinal
Ordinal
Ordinal
1. > 2 jam per hari
2. < 2 jam per hari
(Gortmaker, 1986 dalam
Wellis, 2003)
46
5.
Kebiasaan
olah raga
7.
8.
Konsumsi
karbohidrat
Jumlah
karbohidrat
yang Wawancara dengan
dikonsumsi sehari dibandingkan Recall 1 x 24 jam
dengan PUGS
Konsumsi
lemak
10
Konsumsi
Protein
10
Jenis kelamin
Form
kuesioner
diisi sendiri
Kuesioner
Form
kuesioner
diisi sendiri
Kuesioner
11
Pengetahuan
gizi
Kuesioner
Format isian
recall
Makanan
Format isian
recall
Makanan
Format isian
recall
Makanan
1. Ringan(< 3 kali/minggu)
2. Berat ( 3 kali/minggu)
@ 30 menit/latihan
(Depkes, 2002)
1. Konsumsi Energi >AKG
2. Konsumsi energi AKG
(WKNPG, 1998)
1. Konsumsi karbohidrat
(> 60% energi total)
2. Konsumsi karbohidrat
( 60% energi total)
(Depkes,2002)
1. Konsumsi lemak
(> 30% energi total)
2. Konsumsi karbohidrat
( 30% energi total)
(Soetjiningsih, 2004)
1.Konsumsi Protein > AKG
2.Konsumsi Protein AKG
(WKNPG, 1998)
Ordinal
1. laki laki
Nominal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
2. Perempuan
1. Kurang (skor < 80%)
2. Baik (skor nilai 80%)
(Khomsan, 2000)
Ordinal
47
Form
kuesioner
diisi sendiri
Kuesioner
Pendapatan
orang tua
Form
kuesioner
diisi sendiri
Kuesioner
Pendidikan
Ibu
kuesioner
Tingkat pendidikan formal terakhir Form
yang telah diselesaikan oleh ibu diisi sendiri
dari responden
Kuesioner
12
Uang saku
13
14
Ordinal
48
3.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas maka hipotesa
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern
(fast food) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di
Jakarta Timur tahun 2008
2. Adanya hubungan antara aktifitas fisik (waktu tidur, waktu menonton
televisi/main komputer/video games dan kebiasaan olahraga) dengan kejadian
gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008.
3. Adanya hubungan antara pola konsumsi (total konsumsi energi, konsumsi
karbohidrat, konsumsi lemak dsn konsumsi protein) dengan kejadian gizi lebih
pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakata Timur tahun 2008.
4. Adanya hubungan antara karakteristik remaja (jenis kelamin, pengetahuan gizi
dan jumlah uang saku) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB
Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008.
5. Adanya hubungan antara karakteristik orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan
orang tua) dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman
di Jakarta Timur tahun 2008.