You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI PADA PASIEN DENGAN MIOMA

UTERI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH


LAMONGAN

Oleh :
Vicky Prasetya Nugraha
NIM. 201410461011024

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
1

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE AKUT


A. DEFINISI
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik
oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare
infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal
ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan
sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya
meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat
agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong
yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang
penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik
perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus
kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkhn pada ileum distal dan kolon.
Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi
maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit
dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian.
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara
mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam
Wicaksono, 2011). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari
normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam
lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak
cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering
menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim 2010).

B. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5
hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1
minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi
Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB BK GAI) ke 1 di Palembang,
disetujui bahwa definisi diare kronik dalah diare yang berlangsung 2
minggu atau lebih (Sunoto, 1990).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi
menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang ( 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
3

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya
menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
C. ETIOLOGI
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut)
ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
b. Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
c. Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
d. Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
e. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi.
2. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
a. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan
mineral).
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

D. MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung
beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan
hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut.
Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena
kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga
frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga
rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskular pada
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang
cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat,
ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada
diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan

menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak
segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti
pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan
yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena
tanpa alkali.
Tanda dan gejala diare akut pada bayi :
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
5

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam. (Kusmaul).

E. WOC

F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida.
b. Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi.
c. Analisa Gas Darah : asidosis metabolic (Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun)
d. Faal ginjal : UC meningkat (GGA).
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Diare dengan dehidrasi ringan
a. Berikan cairan tambahan (sebanyak anak mau) Pada bayi muda
pemberian ASi merupakan pemberian cairan tambahan yang utama.
Berikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
b. Jika anak mendapatkan ASI eklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan.
c. Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) dan air matang.
d. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang akan
diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan caiaran sehari-hari : < 2
tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB, 2 tahun : 100 sampai 200
ml setiap kali BAB. (3) Pemberian tablet zinc. Pada anak berumur 2
bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengana dosis : Umur < 6
bulan : tablet (10mg) per hari, umur > 6 bulan : 1 tablet (20mg) per
hari
b. Diare dengan dehidrasi sedang/Ringan
a. Beri oralit sesuai yang dianjurkan

selama periode 3 jam. Tentukan

jumlah oralit untuk 3 jam pertama


Umur
Berat badan
Jumlah cairan

Sampai 4 bulan
< 6 kg
200-400

4-12 bulan
6-10 kg
400-700

12-24 bulan
10-12 kg
700-900

2-5 tahun
12-19 kg
900-1400

b. Oralit yang diperlukan 75ml/kg berat badan : (1) Jika anak


menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung. (2) Untuk anak yang umur
kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air
matang selama periode ini (3) Mulailah memberi makan segera setelah
anak ingin makan.
c. Tunjukan kepada ibu cara memberikan larutan oralit : (1) Minum
sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkok/gelas. (2) Jika anak
muntah tunggu 10 menit. (3) Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambatLanjutkan ASI jika anak mau . (4) Berikan tablet zinc selama 10
menit
c. Diare dengan dehidrasi Berat :
a. Berikan terapi cairan intravena secepatnya. Jika anak masih bias
minum, beri oralit melalui mulut sementara infuse disiapkan. Beri 100
ml/kgBB cairan Ringer laktat atau Ringer Asetat (Jika tidak tersedia
gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
Umur
Bayi(dibawah umur 12 tahun)
Anak (12 bulan sampai 5
tahun)

Pemberian pertama 30

Pemberian berikut 70

ml/kg selama:
1 jam

ml/kg selama
5 jam

30 menit

2 jam

b. Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba : (1)
Periksa kembali anak 15-30 menit, jika status dehidrasi belum
membaik dan tetesan intravena lebih cepat . (2) Berikat oralit(kira-kira
5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum . Biasanya sesudah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zink sesuai dengan
dosin dan jadwal yang telah dianjurkan . (3) Periksa kemebali bayi
setelah 6 jam atau anak 3 jam.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,

observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith


Greenberg,1992 adalah :
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
- Awal kejadian : awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia
-

kemudian timbul diare.


Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi

encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat penyakit keluarga
2. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi Kesehatan : keluarga pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, diare menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
3. Pemeriksaan Fisik :
1. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, turgor kulit.
2. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3. Kepala : ubun-ubun teraba sedikit cekung pada dehidrasi sedang dan
sangat cekung pada dehidrasi berat.
4. Mata : cekung/sangat cekung.
5. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).
6. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
7. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
8. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
10

9. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375

c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

11

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan

kehilangan berhubungan dengan kekurangan

cairan dan elektrolit yang ditunjukkan dengan BAB sering.


2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi akibat
kekurangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi akibat
kekurangan cairan dan elektrolit.
4. Hipertermi berhubungan dengan kompensasi tubuh terhadap peradangan.
5. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kompensasi tubuh
terhadap peradangan
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit yang terus menerus.
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan teriritasinya kulit
sekitar anus yang diakibatkan BAB berlebihan dan sering.
8. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan BB akibat
kehilangan cairan tubuh dan elktrolit.

12

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Pola Nafas

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway manajemen
selama X 24 jam pola nafas efektif,
dengan criteria :
Respiratory status : Airway patency
-

Suara napas bersih


Tidak ada sianosis
Tidak sesak napas
Irama napas dan frekuensi napas

dalam rentang nor-mal


Tidak ada sianosis
Sputum berkurang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan napas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada bila perlu
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
Monitor respirasi dan status oksigen

Respirasi Monitoring
1. Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas
2. Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot tambahan,

Respiratory status : ventilation)


-

Respirasi dalam rentang normal


Ritme dalam batas normal
Ekspansi dada simetris
Tidak ada sputum di jalan napas
Tidak ada penggunaan otot-otot

tambahan
Tidak ada retraksi dada
Tidak ditemukan dispneu
Napas
pendek-pendek

tidak

dan retraksi
3. Monitor crowing, suara ngorok
4. Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaull, apnoe
5. Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya menurun /
tidak ada dan catat adanya suara tambahan
6. K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau crakles
7. Catat karakteristik dan durasi batuk
8. Monitor secret di saluran napas
9. Monitor adanya krepitasi
10. Monitor hasil roentgen thorak
11. Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu
12. Resusitasi bila perlu
13

ditemukan
Tidak ditemukan taktil fremitus
Tidak ditemukan suara napas

13. Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi inhalasi)

tambahan
Terapi Oksigen
1. Bersihkan secret di mulut, hidung dan trakhea / tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt, head box
5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran oksigen
7. Monitor selang oksigen
8. Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier, aliran oksigen
9. Observasi tanda kekurangan oksigen : gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan oksigen
11. Pertahankan oksigen selama dalam trans-portasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk menga-mati persediaan oksigen, air
humidifier, jika habis laporkan petugas
2.

Syok Hipovolemik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

1. Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan bermakna :

selama x 24 jam diharapkan klien

ekstremitas dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian

mempunyai perfusi yang adekuat, dengan

kapiler lambat.
2. Pantau tekanan darah pada interval sering ; waspadai pada

criteria :

pembacaan lebih dari 20 mmHg di bawah rentang normal klien atau


Kriteria hasil :

indicator lain dari hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran


14

Amplitudo nadi perifer meningkat


Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)
Tekanan darah dalam rentang normal
CVP > atau = 5 cm H2O
Frekuensi jantung teratur
Keluaran urin > atau = 30 ml/jam
Akral hangat
Nadi teraba
Membran mukosa lembab
Turgor kulit normal
Berat badan stabil dan dalam batas

normal
Kelopak mata tidak cekung
Tidak demam
Tidak ada rasa haus yang sangat
Tidak ada napas pen-dek /kusmaul

urin menurun.
3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi telentang untuk
meningkatkan aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan darah > atau
= 80/60 mmHg untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang
adekuat.
4. Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan keadekuatan
aliran balik vena dan volume darah; 5-10 cm H2O biasanya
dianggap rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0 menunjukkan
hipovolemia, khususnya bila terkait dengan keluaran urin menurun,
vasokonstriksi, dan peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan
pada hipovolemia.
5. Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah,
konfusi, penurunan tingkat kesadaran. Bila indicator positif terjadi,
lindungi klien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat
tidur dan menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah.
Reorientasikan klien sesuai indikasi.
6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri
dada, frekuensi jantung tidak teratur.
7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin
(>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama
Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda
hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung
tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan
15

edema.
9. Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan jumlah cairan tergantung pada jenis syok dan
situasi klinis klien : RL, Asering
10. Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU
3.

Ketidakefektifan termoregulasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitoring


selama x 24 jam diharapkan suhu tubuh
dalam batas normal, dengan criteria hasil :
-

Suhu dalam batas normal (36,5C-

37,5 C)
Nadi normal (120-150 x/menit)
Produksi keringat tidak berlebih
Akral hangat

1. Suhu klien
2. Masukan dan haluaran
Mandiri
1. Mengkaji saat timbulnya demam
2. Berikan kompres pada saat suhu melebihi batas normal
3. Anjurkan klien untuk memakai pakaian dari bahan yang
tipis/menyerap keringat
Pendidikan Kesehatan
1. Jelaskan tanda-tanda hipotermi dan hipertermi, seperti kulit
kemerahan, kulit kebiruan.
2. Ajari pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekuat
untuk mencegah dehidrasi
3. Berikan penjelasan tentang penyebab peningkatan atau penurunan
suhu tubuh.
4. Berikan penjelasan pada keluarga tentang hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi peningkatan atau penurunan suhu
tubuh.
Kolaborasi
16

1. Dengan tim medis untuk pemberian obat penurun panas.

17

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis
Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah.
Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis
Akut Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

18

You might also like