Professional Documents
Culture Documents
Tanggal Praktikum
Nama
NIM
Kelas
:
:
:
:
06 Maret 2015
Andriana
31112059
Farmasi 3B
PRODI S1 FARMASI
STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
I.
Tanggal Praktikum
6
II.
Maret 2015
Tujuan Praktikum
Memahami
:
proses
pembuatan
sediaan
steril
injeksi Aneurin
Dasar Teori
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Beberapa macam yang masuk kedalam
produk steril diantaranya sediaan parentral, tetes mata, hidung, telinga, infus.
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagibagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama
dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan
tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan
harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen
dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia
atau mikrobiologi.
Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek
jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus
dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba
dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula
tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu persatu secara fisik. Selanjutnya
kita harus menolak tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing
yang terlibat secara visual.
Bentuk suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada
sifat obat sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika, serta
pertimbangan terapeutik tertentu. Pada umumnya, bila obat tidak stabil di
dalam larutan maka kita harus membuatnya sebagai serbuk kering yang
bertujuan dibentuk dengan penambahan pelarut yang tepat pada saat akan
diberikan. Cara lainnya adalah membuatnya dengan bentuk suspensi partikel
obat dalam pembawa yang tidak melarutkan obat. Bila obat tidak stabil
dengan adanya air maka pelarut dapat diganti sebagian atau seluruhnya
dengan pelarut yang tepat untuk obat untuk obat agar stabil. Bila obat tidak
larut dalam air maka obat suntik dapat dibuat sebagai suspensi air atau larutan
obat dalam pelarut bukan air, sperti minyak nabati. Seringkali dibutuhkan
kerja obat yang lebih panjang untuk mengurangi pengulangan pemberian
suntikan. Jenis suntikan dengan kerja yang panjang biasa disebut jenis sediaan
depot atau repository.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan obat suntik :
1. Pelarut dan pembawa
2. Cara pemberian
3. Partikel zat aktif dan bentuk polimorfisme
4. Zat pengawet
5. Bentuk sediaan
6. Tonisitas larutan obat suntik
7. pH obat suntik
8. Stabilitas
9. Volume obat suntik
10. Biofarmasetika
11. Gravitasi
12. Wadah dan penutup
IV.
2. Spesifikasi
A. Bahan berkhasiat
: Aneurin Hydrochloridum
a. Pemerian
: serbuk putih atau tidak berwarnaatau kristal putih atau
serbuk putih (Martindale 29, 1277)
b. Kelarutan
: Mudah latut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%) P;praktis tidak larut dalam eter P dan dalam
benzen P; larut dalam gliserol P.(FI, ed.III, hal 599)
c. Titik lebur
: 248o C
B. Dosis
a. Dosis Lazim
: i.m/i.v 10-100 mg untuk terapi (FI III, 991)
b. Dosis maksimal
:c. Perhitungan dosis
:C. Daftar Obat
Obat keras
: Sediaan injeksi (semua obat suntik termasuk
obat keras)
D. Sediaan Obat
Pemerian
Stabilitas
: Larutan bening
: Aneurin HCl untuk injeksi harus
pH
Zat
Thiamin HCl
tb
0,139
2,5
Perhitungan Tonisitas
0,52( tb. C)
W=
0,576
W=
0,52(0,139.2,5)
0,576
Ampul
Pipet
Gelas Kimia
Corong
Batang Pengaduk
6.
7.
8.
9.
Spuit
Gelas Ukur
Kertas Saring
pH Universal
b. Bahan
1. Aqua Pro Injectionum
2. HCl 0,1 N
3. Aneurin HCl
4. Acidum Hydrochloridum
5. Etanol
6. NaCl
c.
e.
f.
g.
25 mg
2,995 mg
0,1
N
stabilitas
h.
Aqua pro injectionum
i. VII.
pH
ad 1ml
Penimbangan
j. Bahan
m.
p. Aneurin
HCl
s. NaCl
v.
w.
x.
y.
z.
ad
k. Sa
tu
an
D
as
ar
n. 1
ml
q. 25
m
g
t. 2,
88
5
m
g
l. Volume
Produksi
o. 50 ml
r. 1250 mg
u. 149,75 mg
60125fPqojS(-)
=
cTh3,w
K
LN
sbg.pyO
ldm
C
arutkneiH
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
VIII. Prosedur
IX.
ag.
No.
aj.
1.
am.
EVALUASI
ah.
Jenis Evaluasi
ak. Penampilan
fisik al.
wadah
an. Jumlah sediaan
ao.
ai.
Baik
7
Penilaian
2.
ap.
3.
as.
4.
av.
5.
ay.
6.
bb.
7.
be.
bf.
bg.
bh.
bi.
bj.
bk.
X.
bl.
aq.
Kejernihan sediaan
ar.
Semua jernih
at.
Keseragaman
volume
aw. Brosur
au.
Seragam
ax.
Baik
az.
Kemasan
ba.
Baik
bc.
Etiket
bd.
Baik
PEMBAHASAN
Pada praktikum yaitu pembuatan sediaan steril berupa
ml. Kemudian larutan tersebut disaring menggunakan filter syringe. Hal itu bertujuan
untuk menghilangkan partikel yang terdapat dalam larutan, karena dalam syarat
injeksi bentuk larutan harus jernih. Larutan injeksi yang telah disaring dimasukkan ke
dalam 7 ampul, masing-masing ampul berisi 5,3 ml. Pengisian ampul dilebihkan
sebanyak 0,3 ml ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya larutan yang tidak
terambil atau hilang pada saat pengerjaan ampul atau dengan kata lain volume dalam
ampulnya akan berkurang. Selanjutnya adalah proses penutupan ampul dengan
mengelas bagian kepala ampul. Pada proses penutupan ampul ini, hanya didapatkan6
ampul yang dapat tertutup, sedangkan pada 2 ampul yang lainnya kepala ampul tidak
tertutup dengan rapat atau adanya bolong yang dikarenakan api yang dikenakan ke
kepala ampul tidak merata.
bp.
Pada saat penutupan ampul, seharusnya dilakukan terlebih dahulu
penyemprotan dengan uap air dialiri gas inert pada ampul. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan O2 yang ada di dalam ampul agar tidak terjadi proses oksidasi.
Sediaan injeksi Aneurin HCl yang telah dibuat disterilisasi menggunakan autoklaf
pada suhu 115-116oC selama 30 menit. Pada proses sterilisasi ini juga dapat terlihat
apabila ada ampul yang bocor maka isi dari ampul tersebut akan habis (menguap).
bq.
dibuat adalah evaluasi penampilan fisik wadah, kejernihan sediaan injeksi, serta
keseragaman bobot. Sediaan injeksi yang telah dibuat harus memenuhi persyaratan
utama dari larutan yang diberikan secara injeksi ialah kejernihan. Dan sediaan injeksi
yang dibuat memiliki kejernihan dan keseragaman yang baik.
br.
bs.
bt.
bu.
bv.
bw.
bx.
by.XI.
Kesimpulan
bz.
Berd
XII.
Daftar Pustaka
cc.
cd.
ce.
cf.
Republik Indonesia.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Ke-5. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
cg.
ch.
ci.
cj.
ck.
cl.
cm.
cn.
co.
cp.
cq.
cr.
cs.
ct.
cu.
Lampiran
ETIKET DAN LABEL
cv.
cw.
Jl. Cilolohan No.36 Tasikmalaya
Ampul 1 ml
Komposisi :cy.
Aneurin Hydrochloridum
cz.
Aqua pro
injection ad
Pemakaian : i.v
Exp. Date : da.
Maret 2018
25 mg
1 ml
HARUS
db. DENGAN RESEP DOKTER
dc.
dd.
BROSUR