You are on page 1of 5

Konsep dan Sistem Pertanian Organik

Oleh : Nofrizal

Negara Indonesia, adalah suatu negara yang terletak di garis khatulistiwa,


sehingga secara geografis dan astronomis dianugerahi wilayah yang beriklim tropis
dengan curah hujan dan penyinaran matahari yang ideal untuk pertanian
Sejak zaman dulu, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang terkenal ke
penjuru dunia. Dan hingga sampai saat sekarang ini.
Namun seiring dengan perubahan peradaban dan teknologi serta berbagai
perkembangan di dunia pertanian, secara serta merta menyeret Indonesia ke dalam
perubahan tersebut. Mulai dari perubahan pola tanam, teknologi bercocok tanam hingga
aspek – aspek produksi pertanian lainnya bahkan sampai kepada varietas tanaman yang
dibudidayakan.
Dari berbagai perkembangan pertanian, segala macam system dan pola pertanian
yang pernah diprogramkan pemerintah, ternyata tidak saja memberi dampak positif
kepada petani yang melaksanakan namun juga meninggalkan efek negative kepada petani
dan juga lahan pertanian yang diusahakan oleh petani itu sendiri.
Setelah melalui berbagai pengkajian dan penelaahan yang komprehensif dan
mendalam, akhirnya timbul pemikiran dan keinginan untuk berubah. Timbul keinginan
untuk kembali kepada alam (back to nature) dan kembali melaksanakan pola pertanian
yang selaras dengan alam.
Mengapa pola pertanian yang selaras dengan alam?
Ternyata, pola pertanian yang selama ini diterapkan seperti bercocok tanam
dengan menggunakan pupuk kimia buatan dan bahan – bahan kimia buatan lainnya
sebagai fungisida, pestisida, maupun insektisida memberikan pengaruh buruk terhadap
petani dan lingkungan selain tujuan yang diharapkan dari pemakaian bahan – bahan itu
sendiri.
Pola pertanian yang selaras dengan alam inilah yang disebut dengan pertanian
organik.

Apa itu PERTANIAN ORGANIK ?

Menurut system standarisasi Indonesia, SNI 01 – 6792 – 2002, definisi dari


pertanian organik adalah suatu system manajemen produksi yang holistic yang
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman
hayati, siklus biologi, dan aktifitas biologi tanah.
Jika diuraikan dari definisi tersebut diatas, bisa kita jadikan sebagai pondasi dasar
pemahaman tentang pertanian organik bahwa pertanian organik merupakan suatu system
budidaya yang dilaksanakan secara terpadu dengan bersandar kepada pengembangan
kesehatan factor – factor yang berperan dalam pelaksanaan pertanian itu sendiri mulai
dari keragaman hayati, menunjang berjalannya siklus biologi secara aman dan wajar serta
ditunjang oleh upaya memberdayakan aktifitas biologi tanah dengan tujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian.
Selain hal tersebut diatas, pertanian organik berpijak pada pemahaman yang
mendasar bahwa untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian haruslah dilaksanakan
suatu pola pertanian yang mandiri dan merdeka dari ketergantungan terhadap factor
produksi dari luar seperti racun kimia buatan dan pupuk kimia buatan. Hal ini semata –
mata disebabkan oleh tidak berdayanya pelaku pertanian, atau PETANI, dalam
menghadapi berbagai hambatan yang ditimbulkan oleh factor produksi dari luar ini
karena petani membiasakan diri menggunakan berbagai macam penunjang produksi yang
dikemas dan dijual di pasaran.
Jadi, secara harfiah jika dijelaskan maka pertanian organik adalah suatu system
pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menjauhkan
petani dari ketergantungan terhadap pihak luar dan meningkatkan produksi dengan jalan
memberdayakan potensi lokal yang ada di lingkungan petani dengan tetap bersandar
kepada berlangsungnya keragaman hayati dan siklus biologi lingkungan.

Ciri – Ciri Pertanian Organik

Dari uraian diatas, maka bisa kita simpulkan berbagai hal yang merupakan ciri –
ciri dari pertanian organik.Antara lain :
1. menyuarakan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi berkesinambungan
2. aspek alamiah dan kondisi lingkungan sekitar merupakan sumber penunjang
produksi yang utama
3. mengurangi penggunaan bahan penunjang dari luar
4. rotasi tanaman
5. system budidaya secara tumpang sari atau polikultur
6. pengendalian OPT secara biologis
7. varietas tanaman yang resisten
8. pengendalian erosi
9. pengelolaan air
10. daur ulang nutrisi atau unsur hara dari dalam tanah.

Pelaksanaan Pertanian Secara Organik

Dalam pelaksanaannya, pertanian organik harus dilakukan dalam suatu system


budidaya pertanian yang terpola secara baik dan teratur.
Adapun berbagai hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pertanian secara
organik antara lain :
a. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud disini adalah MENCATAT SECARA TERATUR DAN
DETAIL segala proses yang dilakukan selama melaksanakan budidaya pertanian.
Yang didokumentasikan antara lain :
 Sejarah penggunaan lahan sebelum dikonversikan sebagai lahan
pertanian organiuk
 Segala hal yang berkaitan dengan status penggunaan lahan, seperti
pemilik, penyewa (jika disewa), dan luas maupun kondisi situasi lahan
(peta situasi, topografi, dsb)
 Pelaksanaan kegiatan pengolahan tanah
 Pelaksanaan proses budidaya mulai dari pembibitan (bibit, jumlah
bibit, asal bibit, tanggal pembibitan,perlakuan sebelum semai,
perlakuan sebelum tanam), penanaman (jumlah tanaman, tanggal
tanam), penyiangan (waktu penyiangan,dll),perawatan dan
pemeliharaan (serangan OPT dan cara pengendaliannya, bahan yang
digunakan,dosis, jumlah serangan, dll), pemupukan (pupuk yang
digunakan, dosis, waktu dan intensitas penberian pupuk), pemanenan
(waktu panen dan hasil produksi)
 Pasca panen, mulai dari pengemasan, pengepakan, penghitungan hasil,
dan penjualan serta pasar
b. Lahan
Dalam melaksanakan usaha pertanian secara organik, kita haruslah memperhatikan
berbagai persyaratan terhadap lahan yang diperuntukkan untuk pertanian organik.
Syarat – syarat yang harus diperhatikan tersebut antara lain :
1. lahan yang akan digunakan dalam usaha pertanian secara organik
haruslah BEBAS dari BAHAN KIMIA SINTETIS baik yang berasal
dari pupuk maupun pestisida
2. jika lahan yang akan digunakan dalam usaha pertanian organik berasal
dari lahan yang sebelumnya untuk usaha pertanian non organik
(konvensional), maka lahan tersebut harus dikonversikan terlebih
dahulu dengan ketentuan sebagai berikut :
a. untuk tanaman semusim diperlukan waktu konversi (recovery)
lahan minimal 2 (dua) tahun dan untuk tanaman tahunan
diperlukan waktu selama 3 (tiga) tahun, selain itu juga
tergantung kepada kepada kondisi lahan yang akan digunakan
tetapi waktunya tidak boleh kurang dari 12 (dua belas) bulan
b. lahan yang sedang dalam konversi (recovery) tidak boleh di
rubah bolak balik antara organik dan konvensional
c. jika lahan yang akan digunakan adalah satu hamparan namun
konversi (recovery) lahan tidak dilakukan secara bersamaan
maka perlu ada pemisahan yang tegas antara lahan organik dan
non organik untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari
lahan non organik ke lahan organik.
c. Benih dan Bibit
Untuk pelaksanaan pertanian organik kita juga harus memperhatikan benih dan bibit
yang akan kita gunakan.Antara lain :
1. benih dan bibit tidak boleh berasal dari produk rekayasa genetika
(genetically modified organism = GMO)
2. benih dan bibit yang digunakan untuk pertanian organik harus berasal
dari produk pertanian organik, jika hal ini tidak terpenuhi maka ada
beberapa syarat lain yang mesti dilaksanakan, yaitu :
a. untuk tahap awal dapat digunakan benih dan bibit yang tidak
dikenai perlakuan dengan bahan – bahan yang dilarang
digunakan dalam pertanian organik
b. jika hal diatas tidak juga bisa terpenuhi maka diperbolehkan
menggunakan benih dan bibit yang diberi perlakuan dengan
bahan – bahan yang direkomendasikan untuk pertanian
organik.
d. Manajemen Kesuburan Tanah
Pada pertanian organik, tanah selain kita tanami dengan tujuan produksi yang
menguntungkan secara ekonomi, kita juga harus memperhatikan kesuburan dan
aktivitas biologis tanah. Hal – hal yang harus ditaati berkaitan dengan kesuburan
tanah antara lain :
1. kesuburan dan aktivitas biologis tanah harus dijaga atau ditingkatkan
dengan cara :
a. ditanami dengan tanaman leguminoceae, pemberian pupuk
hijau atau menanam tanaman yang mempunyai perakaran
dalam melalui program rotasi tanaman yang sesuai
b. mencampurkan bahan organik ke dalam tanah baik yang
dikompos maupun tidak, dan hasil samping peternakan seperti
kotoran hewan dapat digunakan asalkan berasal dari system
produksi yang juga organik
c. untuk aktivasi kompos dapat dilakukan penambahan micro
organisme ataupun bahan – bahan lain yang berbasis tanaman
yang sesuai
d. bahan – bahan biodinamik dari stone meal, kotoran hewan atau
tanaman boleh dipergunakan untuk tujuan penyuburan dan
peningkatan aktivitas biologis tanah
2. mematuhi atauran maupun larangan yang berkaitan dengan
penggunaan bahan untuk penyubur tanah yang direkomendasikan
maupun dilarang dalam pertanian organik

e. Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma


Jika dalam pertanian non organik pengendalian terhadap hama, penyakit dan gulma
bisa dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam bahan sintetis maka dalam
pertanian organik ada hal – hal yang harus dipatuhi, yaitu :
1. hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan dengan salah satu atau
kombinasi dari cara – cara berikut :
a. pemilihan spesies dan varietas yang sesuai
b. program rotasi tanam yang tepat dan teratur pelaksanaannya
c. pelaksanaan pengolah tanah secara mekanis dan mengikuti
kaidah konservasi tanah
d. perlindungan terhadap musuh alami hama penyakit dan gulma
melalui penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan
pagar hidup (barrier crop) dan tempat sarang serta zona
penyangga ekologi
e. keragaman ekosistem pada satu lahan
f. pemberian musuh alami termasuk pelepasan predator dan
parasit
g. pemberian biodinamik dari stone meal, kotoran ternak atau
tanaman
h. penggunaan mulsa
i. penggembalaan ternak
j. pengendalian secara mekanis seperti penggunaan perangkap,
penghalang, cahaya dan suara
k. penggunaan sterilisasi uap bila rotasi yang sesuai untuk
memperbaharui tanah tidak dapat dilakukanb
2. jika serangan hama dan penyakit sangat berat dan tindakan yang
dilakuakn dengan cara – cara tersebut diatas dianggap kurang
memadai maka dapat digunakan bahan –bahan lain yang diperboleh
kan dalam pertanian organik.

f. Peternakan
Pada pertanian organik dianjurkan untuk mengkombinasikan budidaya tanaman
dengan usaha peternakan. Keuntungan yang bisa didapatkan antara lain :
1. petani tidak lagi tergantung dengan sumber pupuk dari luar karena
sudah memiliki sumber pupuk sendiri dan tidak terbatas
2. sebagai salah satu upaya daur ulang nutrisi tanah karena makanan
ternak bisa didapatkan dari sisa tanaman dan kotoran ternak
dikembalikan ke tanah sebagai pupuk
3. diversifikasi usaha dari petani sebagai salah tambahan pemasukan bagi
petani

g. Sumber Air
Dalam pertanian organik, ketersediaan air yang permanent adalah satu hal yang tidak
bisa di tawar – tawar. Salah satu jalan keluar adalah dengan menyiapkan kolam
penampungan air (embung) di lahan yangt diusahakan.

h. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan
kemandirian petani dan memutus ketergantungan petani terhadap factor produksi dari
luar maka sangat dianjurkan petani untuk memanfatakan sumber daya lokal yang ada
di sekitar petani. Sumberdaya lokal ini tidak diberikan batasan dalam bentuk tertentu,
namun selagi memberikan kemudahan dan keuntungan bagi petani dalam pertanian
organik penggunaannya diperbolehkan selagi tidak bertentangan dengan aturan –
aturan dalam pelaksanaan Sistem Produksi prtanian Organik.

You might also like