You are on page 1of 27

1.

DEFINISI
Pengertian
Carsinoma LARING merupakan tumor ganas ketiga
menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan lebih banyak
terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang tersering adalah jenis
karsinoma sel skuamosa (Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
1,hal:136).
Tumor laring dibagi dalam laring intrinsik dan ekstrinsik.
Pada tahun-tahun terakhir ini pembagian tersebut dirasakan
banyak kekurangannya, sehingga tumor laring dibagi berdasar
kan anatomi.
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan anatomi ialah:
a. Tumor Supraglotis.
b. Tumor Glotis.
c. Tumor Subglotis.
d. Tumor marginal.
Umumnya tumor tersebut terdapat pada orang dewasa (Ilmu
Kesehatan Anak Jilid 2 Hal:934).
Kanker laring merupakan keganasan pada pita suara atau
kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
(Kumpulan Askep CA Laring Oleh Ahmad Mufti).
Menurut data statistik dari WHO 1961, yang meliputi 35
negara seperti dikutip oleh Batsakis (1979), rata-rata 12 orang
meninggal oleh karsinoma laring.
Berdasarkan data yang dilakukan di RSCM, menunjukkan bahwa
karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak
merokok. Sedangkan untuk resiko menderita karsinoma laring

naik sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap (Buku


Ajar Kesehatan THT, Kepala, Leher, Edisi ke 5 hal:157).
Dibagian THT FKUI/RSCM periode 1982-1987 proporsi
karsinomalaring 13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah
kasus rata-rata 25pertahun perbandingan laki-laki dengan
perempuan 11:1. Terbayak pada usia 56-96 tahun dengan
kebiasaan merokok.
Karsinoma skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua
tumor ganas laring. Karsinoma sel sekuamosa dibagi 3 tingkat
berdifirensiasi:
a. Berdeferensiasi baik (Grade 1).
b. Berdeferensiasi sedang (Grade 2).
c. Berdeferensiasi buruk (Grade 3).
Kebanyakan tumor ganas pita suara cenderung berdeferensiasi
baik. Lesi yang mengenai hipofaring, sinus periformis, dan plika
ariepiglotika kurang berdiferensiasi baik (Buku Ajar Kesehatan
THT, Kepala, Leher, Edisi ke 5 hal:157).
A. Tumor Supraglotik
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai
batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel
laring.
Tis Karsinoma Insitu
T1

Tumor terdapat pada satu sisi suara / pita suara


palsu (Gerakan Masih Baik).

T2

Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi supraglotis


dan glotis masih bisa bergerak (Tidak Terfiksir).

T3

Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau


meluas kedaerah krikoid bagian belakang. Dinding
medial dan sinus priformis dan kearah rongga pre
epiglotis.

T4

Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi


orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah
merusak tulang.

B. Tumor Glotik
Tumor ini mengenai pada pita suara asli batas inferior
glotik adalah 10mm di bawah tepi bebas pita suara, 10mm
merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara. Batas
superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glotik
dapat mengenai satu atau ke dua pita suara, dapat meluas ke
subglotik sejauh 10mm, dan dapat mengenai komisura
anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago
aritenoid.
Tis Karsinoma Insitu
T1

Tumor mengenai satu atau dua pita suara, tetapi


gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah
terdapat pada komisura anterior atau posterior.

T2

Tumor meluas kedaerah supraglotis atau subglotis,


pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir
(Impaired Mobility).

T3

Tumor meliputilaring dan pita suara sudah terfiksir.

T4

Tumor yang luas dengan kerusakan tulang rawan


tiroid atau sudah keluar dari laring.

C. Tumor Subglotik
Tumor ini tumbuh lebih dari 10mm dibawah tepi bebas
pita suara asli sampai batas inferior krikoid
T1

Tumor terbatas sampai daerah subglotis

T2

Tumor sudah meluas ke pita pita suara masih dapat


bergerak atau sudah terfiksir

T3

Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah


terfiksir

T4

Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan


atau perluasan keluar laring atau dua-duanya
(Buku ajar ilmu kesehatan penyakit THT,kepala dan
leher,hal:158)

2.ETIOLOGI
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti,
dikatakan para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol
merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap
karsinoma laring (Buku Ajar Kesehatan THT, Kepala, Leher,
Edisi ke 5:157).
Karsinoma laringmempunyai hubungan erat dengan karsinoma
paru-paru dengan rasio kurang lebih 1:10
Karsinoma sel termasuk 90% keganasan kepala dan leher.
Adenokarsinoma yang biasa teerjadi pada kelenjar ludah mayor
dan minor, merupakan jenis berikutnya yang paling sering
terjadi. Kelainan patologik lainnya kurang dari 1%. Tembakau
adalah penyebab yang paling sering disebut dalam perkembangan
karsinoma sel skuamosa. Walaupun peminum alkohol yang berat

sering kali dihubungkan dengan perokok berat dan dituduh


sebagai faktor penyebab, khususnya pada tumor rongga mulut,
daerah tonsila dan sinus periformis. Higien mulut yang buruk
juga diduga sebagai penyebab pada situasi yang jarang pada
individu yang lebih tua, yang tidak memiliki kebiasaan seperti di
atas, kanker dasar mulut atau lidah yang dapat dijelaskan
penyebabnya. Sebagian besar keganasan kepala dan leher pada
kelompok umur 50-70 tahun. Karsinoma rongga mulut dapat
diketahui pada usia dua puluhan. Pengguknaan alkohol dan
tembakau tempatnya tidak dimasukkan sebagai penyebab
individu yang lebih muda ini.
Penyebab virus, khusunya virus epstain barr dihubungkan
dengan terjadiny karsinoma nosovaring. Orang cina kanton
mempunyai insiden kanker nasofaring yang tinggi, diduga ada
predileksi suku bangsa. Meskipun insiden cukup tinggi pada
orang cina yang tinggal dinegaranya, insidens tetap tinggi pada
orang cina yang lahir dan tinggal di Amerika. Adenoma
karsinoma yang timbul pada bagian atas kubah hidung dan sinus
etmoid lebih sering terjadi pada pkerja-pekerja yang sering
terpapar dengan kromium dan nikel juga mununjukan insidens
keganasan sinus paranasal yang lebih tinggi.
Penderita-penderita dengan kepala dan leher cenderung terjadi
yang tumor ke dua dengan angka insidens kurang lebih 4%
pertahun untuk 5 tahun pertama seyelah ditemukan kanker
primer. Sebagian kedua khususnya pada paru-paru sering terjadi.
Dengan demikian penderita kanker primernya yang sudah diobati
sebaiknya tetap dibawah pengawasan yang teratur untuk seluruh
sisa hidupnya, tidak hanya untuk kemungkinan terjadinya

metastosis kegansan tumor tersebut, tapi juga penemuan


keganasan paru. (Buku Ajar Penyakit THT, BOIES, Hal 430).
Faktor resiko terjadinya tumor ganas laring meliputi riwayat
mereokok, masukan alkohol tinggi, ketegangan vokal, laringitis
kronis, pemajanan industri, defisiesi industri dan predisposisi
keluarga. (Pedoman Praktek Keperawatan : 352)
3.Manifestasi klinis dari CA LARING
Berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh
walau penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan
subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh
gejala sistemik seperti demam. Rasa tidak enak ditenggorokan,
seperti ada sesuatu yang tersengkut, sesak nafas terjadi bila
rimaglotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak nafas
tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan, karena itu penderita
dapat beradaptasi sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah
besar (terlambat berobat).
Stridor terjadi akibat sumbatan jalan nafas. Bila sudah
dijumpai pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam
stadium lanjut. Bahkan kadang-kadang tumornya dapat teraba,
menyebabkan pembengkakan laring.
Bila tumor laring mengadakan perluasan kearah faring
akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan, dan
penjalaran sakit kearah telinga. Apabila dijumpai kasus dengan
jelas di atas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih dari
dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita
orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.
(www.Asuhan
Laring.com)

Keperawatan

Pasien

dengan

Carsinoma

4.STADIUM
Stadium dari CA Laring tergantung keadaan tumor (T)<
pembesaran kelenjar regional (N), dan metastasis jauh (M)
Stadium : I : T1 N0 M0
II : T2 N0 M0
III : T3 N0 M0, T2 N1 M0, T3 N1 M0
IV : T4 N0 M0, semua T N2 M1, semua T semua N dan M
(www.asuhan keperawatan pasien dengan carcinoma laring)

5. PATOFISIOLOGI
Karsinoma laring berkaitan dengan kabiasaan merokok,
bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksin atau serbuk, logam
berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para
ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua
penyakit keganasan. Terutama neoplasma laringeal 95% adalah
karsinoma sel skoamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara kekurangan
pumbuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar
limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih
umum terjadi, Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar,
sebelum mengenai pita suara, sehingga mengakibat kan suara
serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini, biasanya
terjadi pada waktu pita suara masih dapat digerakkan (Asuhan
Keperawatan Dengan Karsinoma laring Oleh : Ahmad Mufti).

Rokok, alkohol, radio aktif


Ca. Sel skuamosa
Glotis/sub glotis
Parau

Sesak/stridor

Disfagia

Gangguan ansietas
Oprasi

Gangguan
Nyeri
post
Gangguan
kemampuan
operasi
citra
diri
untuk
bernafas

Kerusakan
Kerusakan
komunikasi
integritas
verbal
kulit

6.DIAGNOSA
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pra dan pasca operasi serta takut dengan kecacatan.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
pengangkatan

sebagian

atau

seluruh

glotis,gangguan

kemampuan untuk bernapas,batuk dan menelan serta sekresi


banyak dan kental .
c. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah,pembengkakan
jaringan ,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
d. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan kerusakan menelan sekunder.
e. Kerusakan komunikasi

verbal berhubungan dengan defisit

anatomi(pengangkatan batang suara )dan hambatan fisik


(selang trakeostomi).

f. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan


bedah pengangkatan,radiasi agen kemoterapi ,gangguan
sirkulasi

atau

suplay

darah,pembentukan

odem,dan

pengumpulan atau drainase sekret terus menerus.


g. Gangguan

citra

diri

berhubungan

dengan

kehilangan

suara,perubahan anatomi wajah dan leher.


(Rencana Askep Medikal Bedah Dongoes : 86)
PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan
a. Memberikan informasi tentang pentingnya hidup sehat,
dengan mengurangi atau menghindari rokok atau alkohol.
b. Hindarkan dari paparan sinar radio aktif.
c. Berikan pendidikan pasien pemeliharaan kesehatan,
anjurkan pasien untuk memberikan pelembaban dirumah,
gunakan panci air dalam ruangan, alat pelembab, atau uap
dingin, khususnya dikamar tidur.
d. Bertahu pada pasien bahwa berenang tidak di anjurkan.
B. Pengobatan
a. Kanker laring stadium awal dapat diatasi dengan
pembedahan atau terapi penyinaran. Untuk stadium dua
dan tiga untuk dilakukan operasi dan stadium empat
operasi dan rekontruksi atau radiasi (laringektomi total
atau parsial) di ikuti dengan terapi penyinaran. Penderita
dengan

tumor

laring

yang

besar

disertai

dengan

pembesaran kelenjar limfe leher. Pengobatan terbaik


adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher.
Dalam hal ini termasuk stadium dua dan tiga. Ini
dilakukan pada tumor supra dan subglotik. Pada penderita

ini kemungkinan sembuh tidak besar, hanya satu dari tiga


penderita

yang

sembuh

sempurna.

laringektomi

diklasifikasikan kedalam:
) Laringektomi parsial
Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu
pita suara dan trakeostomi sementara yang dilakukan
untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh
dari pembedahan, suara pasien akan parau.
) Hemilaringektomi atau vertikal
Bila ada kemungkinam kanker termasuk pita suara satu
benar dan satu salah. Bagian ini di angkat sepanjang
kartilago aritenoid dan setengah kartilago firoid
) Laringektomi supra glotis atau horisontal
Bila tumor berada pada epligotis atau pita suara yang
salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi.
Suara pasien masih tetap utuh atau tetap normal, karena
epiglotis di angkat maka resiko aspirasi akibat makan
peroral meningkat.
) Laringektomi total
kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar
laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid,
kartilago krikoid, 2-3 cincin trakea dan oto penghubung
laring. Mangakibatkan kehilangan suara dan sebuah
lubang (stoma) trekeostomi yang permanen. Dalam hal

ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral,


dikarenakan trakea tidak lagi

berhubungan dengan

saluran

Hal

udara

pengangkatan

pencernaan.
pembuluh

limfatik,

ini

meliputi

kelenjar

limfe

dileher, otot sternokleido mastoideus, vena junggularis


interna, saraf spinal asesorius, kelenjer salifa sub mandi
bularis dan sebagian kecil kelemjar parotis
(Sawyer, 1990).
Pengguna penutup stoma yang terbuat dari katun atau
kain berajut jarang, atau menggunakan syal, kerah leher, atau
skarf diatas stoma untuk menyaring udara dan mengatasi
sekresi. Gunakan pelindung tertutup untuk mandi pancuran,
bershampo, atau memotong rambut.
b. Anjurkan masukan cairan secara bebas (2-3 liter /hari)
untuk membantu mengencerkan sekret
c. Pengobatan kanker laring pada pita suara, dilakukan terapi
penyinaran karena bisa mempertahankan suara yang
normal
d. Anjurkan melaporkan hal berikut:nyeri,sulit bernafas atau
menelan, adanya pus atau sputum berbercak darah.
e. Dianjurkan pasien melakukan rehabilitasi umum melalui
sosialisasi dan kemandirian, dan khusus berupa rehabilitasi
suara
f. Anjurkan diit tinggi serat dan penggunaan pelunak feses,
karena pasien mungkin tidak dapat manahan nafas dan
menelan saat defekasi

g. Anjurkan menghindari anti histamin dan obat yang


cenderung mangeringkan membran mukosa.
h. Penderita laringektomi diajarkan untuk membawa udara
kedalam kerongkongan ketika bernafas dan secara
perlahan menghembuskanya untuk menghasilkan suara
(esofageal speak)
i.

Pasien dianjurkan memakai alat elektrolaring yang


bertindak sebagai sumber suara dan dipasang dileher.

Konsep

Asuhan

Keperawatan

Keluarga

Pasien

Dengan

Karsinoma Laring
PENGKAJIAN
a. Identitas
Kanker laring mengacu pada karsinoma pita atau bagian
lain dari laring yang terutama terjadi pada pita lebih dari 60
tahun. Kira-kira 2/3 dari karsinoma laring timbul pada pita
suara (glotis), hampir 1/3 timbul pada daerah subglotis
(Pedoman Praktik Keperawatan, Hal : 352)
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring
tang sering terjadi (94%). Laring dibagi menjadi laring
supraglotik (diatas pita suara), daerh glotik (dibawah batas pita
suara asli). (Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi, Hal : 446)
Secara anatomi tumor laring dibagi atas 3 bagian yaitu :
supra glotik, tumor pada pita ventrikularis, aritenoid, epiglutis
dan sinus piriformis (glotis : tumor pada korda vokalis,
subglotis : tumor dibawah korda vokalis)

b. Keluhan Utama
Suara parau, nyeri tenggorokan, nyeri leher sampai ke telinga,
rasa sakit untuk menelan dan berbicara, batuk darah dan sesak
nafas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Faktor resiko meliputi riwayat merokok, masukan alkohol
tinggi, ketegangan vortal, laringitis kronis, pemajanan industri,
defisiensi nutrisi dan paparan sinar radioaktif.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Suara parau lebih dari 2 minggu, tidak hilang timbul, makin
lama makin berat kadang terdapat hemoptisis.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya dalam keluarga tidak ditemukan anggota keluarga
yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien kecuali jika
anggota keluarga tersebut pengkonsumsi rokok dan alkohol yang
berat.
Pemeriksaan Body System
1. Sistem pernafasan : sputum dengan darah, hemoptisis, dispneu
(lanjut) dan terdengar stridor
2. Sistem pencernaan : kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit
menelan, sakit tenggorokan yang menetap,
bengkak, luka, inflamasi atau drainase
oral.Kebersihan gigi buruk,pembengkakan
lidah dan gangguan reflek.
3. Sistem eliminasi

: Adanya perubahan karena input tidak


adekuat baik BAK maupun BAB.

4. Sistem persyarafan : Terjadi diplopia (penglihatan ganda),


ketulian ditandai dengan hemi paresis
wajah

(keterlibatan

parotid

dan

submandibular), parau menetap/kehilangan


suara (gejala kesulitan manelan, kerusakan
membran mukosa).
5. Sistem muskuluskeletal dan integumen : Terjadi gangguan pada
muskuluskeletal.
6. Sistem integritas ego:Ansietas, depresi, marah, dan menolak
oprasi, dengan gejala perasaan takut, akan
kehilangan

suara,

mati,

terjadi

atau

khawatir

bila

berulangnya

kanker,

pembedahan

mempengaruhi

hubungan

keluarga, kemampuan kerja,dan keuangan.


7. Sistem cardiovasculer:Nadi lemah terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik
Pemeriksaan Penunjang
Setelah seseorang didiagnosa menderita kanker laring maka
ada tiga cara pengobatan yang lazim dilakukan meliputi:
1) Radio terapi,sebagai terapi kuratif
2) Tindakan bedah primer termasuk beberapa tehnik konservasi
atau laringektomi total
3) Kombinasi penyinaran prabedah dengan tindakan konservasi
atau dengan laringektomi total
(Penyakit

telinga,hidung,tenggorokan,kepala

leher,BALLENGER ed: 13 hal:621)

dan

Diagnosa Keperawatan
A. Preoperasi
1.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pra dan pasca operasi dan takut akan kecacatan
Kriteria Hasil :Mengungkapkan perasaan dan pikirannya
secara terbuka,melaporkan berkurangnya cemas dan
takut,mengungkapkan mengerti tentang pre dan post
operasi,secara verbal mengemukakan menyadari terhadap
apa yang diinginkannya yaitu dengan menyesuaikan
terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan:
a. Jelaskan
praoperasi

apa

yang

dan

terjadi

selama

periode

pascaoperasi,termasuk

tes

laboratorium praoperasi,obat-obatan postoperasi


,tinggal di ruang pemulihan ,dan progam pasca
operasi .
Rasional:Pengetahuan

tantang

apa

yang

di

perkirakan membantu mengurangi kecemasan dan


meningkatkan kerja sama pesien
b. Jika laringektomi akan dilakukan,konsultasikan
dulu dengan pesien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari
anggota club laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi
dengan alternative metoda-metoda untuk rehabilitasi suara
Rasional:mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang
sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien
berpikir realistic

c. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pasca operasi:satu atau


dua hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan
semula,mungkin

ruangan

penyakit

dalam

atau

bedah.Manset

trakeostomi akan terpasang dijalan napas buatan untuk pemberian


oksigen yang telah dilembabkan
Rasional:Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi
bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien
untuk memikirkan tujuan yang realistik.
d. Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik
laringektomi,ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai
berikut:Ketika makan duduk dan tegak lurus kedepan dengan kepala
fleksi,letakkan porsi kecil makanan di bagian belakang dekat
tenggorok,tarik napas panjang (ini akan mendorong pita suara
bersamaan dengan menutupnya jalan masuk ke trakea),menelan
dengan menggunakan gerakan menelan,batukkan dan menelan
kembali untuk memastikan tidak ada makanan yang tertinggal di
tenggorok
rasional:Karena epiglottis sudah diangkat pada jenis laringektomi
seperti ini,aspirasi karena makanan per oral merupakan komplikasi
yang paling sering terjadi.Belajar bagaimana beradaptasi dengan
perubahan fisiologik dapat menjadikan frustasi dan menyebabkan
ansietas.Berlatih terus-menerus dapat membantu mempermudah
belajar dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut.

B.POST OPERASI
1.Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan laringektomi
Kriteria Hasil :

Bunyi nafas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,


frekuensi nafas normal antara 12-24 /menit
Rencana Tindakan :
a. awasi frekuensi atau kedalaman pernapasan,
auskultasi bunyi nafas. Selidiki kegelisahan,
dan sianosis.
Rasional : pada pernafasn, adanya ronki, mengi, diduga
adanya retensi secret.
b.Pertahankan elevensi bagian kepala tempat tidur 30-45
derajat.
Rasional : memudahkan drainase secret, kerja pernafasan
dan ekspansi paru.
c.Dorong memelan bila pasien mampu.
Rasional : mencegah pengumpulan secret oral menurunkan
resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis
diangkat atau edema pasca operasi bermakna dan nyeri
terjadi.
d.Membantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : memobilisasi untuk membersihkan jalan nafas
dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.
e.Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan
rongga nasal, catat jumlah, warna dan konsistensi secret.
Rasional : mencegah secret menyumbat jalan nafas,

khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien


tidak dapat meniup dari hidung
f.Observasi jaringan sekitar selang terhadap perdarahan,
ubah posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan
darah dibelakang leher atau balutan posterior.
Rasional : sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi,
namun

perdarahan

perdarahan

terus

tiba-tiba

yang

menerus
tidak

atau

timbulnya

terkontrol

dan

menunjukkan sulit bernafas secara tiba-tiba.


g.Ganti selang atau kanul sesuai indakasi.
Rasional : mencegah akumulasi secret dan perlengketan
mukosa tebal dari obstruksi jalan nafas.
Catatan : Ini penyebab umum distres

pernafasan atau

henti nafas pada pasca operasi


h.Berikan atau lakukan trakeostomi atau leringostomi setiap
4 jam sesuai dengan fasilitas, petunjuk pelaksnaan atau
prosedur.
Rasional

mengangkut

krusta-krusta

dan

mempertahankan kepatenan jalan nafas.


i.Pertahankan kehangatan humidifikasi yang diberikan pada
jalan nafas buatan.
Rasional : udara yang lembab dan hangat membantu
mencegah kekeringan pada mukosa yang melapisi trakhea.
2.Perubahan kenyamana nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan sekunder terhadap laringektomi.

Krteria hasil : mengangguk atau menuliskan kata ya ketika


ditanya apakah nyeri yang dirasakan berkurang, eksprsi wajah dan
postur tubuh rileks.
Rencana Tindakan:
a.Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasien
bagaimana menyokong leher selama aktivitas.
Rasional:Kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf
pada struktur leher dan bahu.Kurang sokongan meningkatkan
ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area jahitan.
b.Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut
dengan hati-hati bila tidak mampu menelan.
Rasional:Menelan

menyebabkan

aktivitas

otot

yang

dapat

menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.


c.Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut,jahitan
tenggorok untuk trauma baru.
Rasional:Dapat

menunjukkan

terjadinya

komplikasi

yang

memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi


dan kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma dengan
penghisapan kateter dan selang makanan.
d.Catat indicator non verbal dan respon automatik terhadap
nyeri.Evaluasi efek analgesik
Rasional:Alat menentukan adanya nyeri dan keefektivan obat.
e.Anjurkan penggunaan perilaku menejemen stress,contoh teknik
relaksasi,bimbingan imajinasi.
Rasional:Meningkatkan rasa sehat,dapat menurunkan kebutuhan
analgesik dan meningkatkan penyembuhan.

3.Resiko Tinggi Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan


Tubuh
Kriteria Hasil:Berat badan stabil,masukan makanan oral meningkat
Rencana Tindakan:
a.Pantau berat badan tiap minggu.Persentase makanan yang
dikonsumsi

setiap

kali

makan,jika

makanan

per

oral

kemajuan-kemajuan

atau

dimungkinkan.
Rasional:Untuk

mengidentifikasi

penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.


b.Berikan makanan melalui selang NG sesuai dengan jadwal
pemberiannya ajarkan kepada pasien cara memberikan makanan
sendiri melalui selang.
Rasional: Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan
untuk memberikan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka
sampai

makanan

per

oral

dapat

dimulai.Perawatan

diri

menumbuhkan kemandirian.
c.Jika dimulai pemberian makanan per oral,berikan makanan yang
lembut,mudah

dicerna

seperti

kentang,nasi

dan

sebagainya.Konsultasi pada ahli diet untuk memilih makanan yang


tepat jika masukan oral kurang dari 30%.
Rasional:Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan.
d.Lakukan tindakan-tindakan untuk memulihkan kekeringan
mulut(xerostomia)sebagai berikut:
o Berikanlah permen keras dan agak asam untuk dihisap,jika
tidak ada kontraindikasi.
o Anjurkan pasien untuk menggunakan saliva buatan
(salivart,xerolube,dan moi-stir)

o Mintakan kepada bagian gizi untuk menambah lemon/jeruk


pada setiap makanannya
o Instrusikan kepada pasien untuk melembabkan mulutnya

dengan cairan sebelum meletakkan makanan dimulut


o Melembabkan makanan yang kering dengan air sayur atau
kuah daging
Rasional: Mulut yang terlalu kering memungkinkan kegagalan
menelan.Tindakan

tersebut

membantu

meningkatkan

kelembaban mulut.

4.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit


anatomi (pengangkatan) batang suaradan hambatan fisik
(selang trakeotomi)
Kriteria Hasil : mengidentifikasi dan merencanakan pilihan
metode berbicarayang tepat setelah sembuh
Rencana Tindakan :
a.Kaji atau diskusikan pra operasi mengapa bicara dan
bernafas tertunggu. gunakan gambaran anatomik atau model
untuk membantu penjelasan.
Rasional : untuk mengurangi rasa takut pada klien.
b.Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi
lain sperti pendengaran dan penglihatan
Rasional : adanya masalah lain mempengaruhi rencana
untuk pilihan komunikasi.

c.Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan


pasien misalnya papan dan pensil, papan alfa berk atau
gambar, dan bahasa isyarat.
Rasional : memungkinkan pasien untuk menyatakan
kebutuhan atau masalah.
Catatan : posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat
membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat
tanda.
d.Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.
Rasional : kehilangan bicara dan stres mengganggu
komunikasi dan menyebabkan hambatan frustasi dan
ekspresi, khususnya bila perawa terlihat terlalu sibuk atau
bekerja.
e.Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan
gerakan fisik.
Rasional : mengkomunikasikan masalah dan memenuhi
kebutuhan kontak dengan orang lain.
f.Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar, contoh
: koran, TV, dan radio.
Rasional : mempertahankan kontak dengan pola hidup
normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
g.Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi
sebagian dan atau tergantung tersedianya alat bantu suara.
Rasional : memberikan dorongan dan harapan untuk masa
depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan
bicara tersedia mungkin.
h.Ingatkan pasien untuk tidak bersuara
memberi izin.

sampai dokter

Rasional : meningkatkan penyembuhan pita suara dan


membatasi potensi disfungsi pita permanen.
i.Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai
pengalaman prosedur ini dengan tepat.
Rasional : memberikan model peran, meningkatkan
motivasi untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara
baru untuk komunikasi.
5.Kerusakan Integritas Kulit atau Jaringan Berhubungan
dengan

Bedah

Kemoterapi,Gangguan
Darah,Pembentukan

Pengangkatan,Radiasi
Sirkulasi
Udema,dan

atau

Agen
Suplay

Pengumpulan

Drainase Sekret terus-menerus


Kriteria Hasil:Integritas ringan dan kulit sebuh tanpa
komplikasi
Rencana Tindakan:
a.Kaji warna kulit,suhu dan pengisian kapiler pada area
operasi dan tandur kulit.
Rasional: Kulit harus berwarna merah muda atau mirip
dengan warna kulit sekitarnya.Sianosis dan pengisian
lambat dapat menunjukkan kongesti vena,yang dapat
menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
b.Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat,Awasi
edema wajah(biasanya meningkat pada hari ke tiga-kelima
pasca operasi)
Rasional: Meminimalkan kongestijaringan pasca operasi
dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe

c.Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau


tekanan.Berikan bantal ataugulungan dan anjurkan passion
untuk menyokong Kepala atau leher selama aktivitas
Rasional:Tekanan dari selang dan plester trakeostomi atau
tegangan pada jahitan dapat mengganggu sirkulasi atau
menyebabkan cedera jaringan.
d.Awasi drainase berdarah dari sisi operasi,jahitan dan
drein.
rasional :Drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah
24

jam

pertama.Perdarahan

terus-menerus

menunjukasional kan masalah yang menunjukkan masalah


yang memerlukan perhatian medik.
e.Catat atau laporkan adanya drainase seperti
Rasional drainase seperti susu menunjukkan kebocoran
duktus limfe torakal.Kebocoran tersebut bisa sembuh
spontan atau memerluhan penutupan bedah.
f.Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan
Rasional: Balutan basah meningkatkan resiko kerusakan
jaringan atau infeksi
g.Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan
peroksida (campuran 1:1)setelah balutan diangkat
Rasional:Mencegah
menjebak

drainase

pembentukan

kerak,yang

purulen,merusak

tepi

dapat

kulit,dan

meningkatkan ukuran luka.


6.Gangguan Citra Diri Berhubungan dengan Kehilangan
suara,perubahan anatomi wajah,dan leher.

Kriteria Hasil:Menunjukkan adaptasi awal terhadap


perubahan tubuh sebagai bukti dengan pertisipasi
aktivitas perawatan diri dan interaksi positif dengan
orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat
tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai
mengembangkan

rencana

hidup.Berpartisipasi

untuk

dalam

tim

perubahan
sebagai

pola
upaya

melaksanakan rehabilitasi.
Rencana Tindakan :
a.Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan
pasien,identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan
datang.
Rasional:Alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan
masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi
secara konstruktif.
b.Catat bahasa tubuh non verbal,perilaku negatif atau
bicara sendiri.Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh
diri.
Rasional:Dapat

menunjukkan

depresi

atau

keputusasaan,kebutuhan untuk pengkajian lebih lanjut atau


intervensi lebih intensif.
c.Catat reaksi emosi,contoh kehilangan,depresi,marah.
Rasional:Pasien dapat mengalami depresi cepat setelah
pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal.Penerimaan
perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk membaik.
d.Susun batasan pada perilaku maladaptif,Bantu pasien
untuk mengidentifikasi perilaku positif yang membaik.

Rasional:Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga


diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang
baru.
e.Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat
ke sumber pendukung,contoh ahli terapi psikologis,pekerja
sosial,konseling keluarga.
Rasional:
membantu

Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk


pasien

kesehatan.Keluarga

menghadapi

rehabilitasi

memerlukan

bantuan

dan
dalam

pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu


mereka

dalam

emosi

mereka.Tujuannya

ialah

memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk


menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.

You might also like