You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan
(Permenkes, 2010) .
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat
kepada pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien,
menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu
tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan
tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik,
yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga
harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup
rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek
samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus
memeriksa identitas pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas atau ditanyakan langsung kepada pasien dan keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum obat tersebut diberikan
oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika

FARMAKOLOGI | 1

labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan Tugas seorang perawat
adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah
mendokumentasikan, dosis, cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat
diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan
dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat obatan yang
aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian
obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak
jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara
hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang
diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan ,
perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Bukubuku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians Desk
Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik
yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin
terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes,
1996 ).
2. Tujuan
a. Agar seorang perawat mengetahui peran apa saja yang harus dimiliki
dalam pemberian.
b. Supaya perawat dapat menghargai hak-hak pasien dalam pemberian
obat.
c. Agar seorang perawat tidak salah lagi dalam pemberian obat.
d. Agar perawat memahami apa saja yang perlu di perhatikan dalam
pemberian obat .
3. Rumusan Masalah
a. Pengertian Perawat
b. Pengertian Obat
c. Konsep Dasar/Prinsip Pengelolaan Obat
d. Cara Menyiapkan Obat
e. Cara Penyimpanan Obat

FARMAKOLOGI | 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERAWAT
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan
(Permenkes, 2010)
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat
keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang
ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya
keperawatan nasional, 1983)
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)
Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat
dan memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan
kesehatan secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit,
perawat berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan
spiritual.
FARMAKOLOGI | 3

B. PENGERTIAN OBAT
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat
penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.
C. KONSEP DASAR/PRINSIP PENGELOLAAN OBAT
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien.
Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan
dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam
suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu
yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
b.
c.
d.
e.

dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek.


Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien.
Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik.
Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif.
Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian

sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan.


f. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat.
g. Digunakannya obat secara rasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat
kegiatan yaitu :
a.
b.
c.
d.

Perumusan kebutuhan (selection)


Pengadaan (procurement)
Distribusi (distribution)
Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
FARMAKOLOGI | 4

Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi


manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti
untuk kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan
yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem
manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a.
b.
c.
d.

Pengelolaan
Pengelolaan
Pengelolaan
Pengelolaan

Organisasi
Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
informasi
dan pengembangan sumber daya manusia

Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung


pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau
peraturan perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh
kepedulian masyarakat.
Hubungan antara kegiatan, sistem pendukung dan dasar pengelolaan obat
dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar siklus pengelolaan obat


Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa prinsip utama dari empat kegiatan
pengelolaan obat adalah adanya keterkaitan dan keterpaduan pada semua
kegiatan.
FARMAKOLOGI | 5

Sebagai suatu sistem, maka keempat kegiatan tersebut dapat dilihat sebagai
rangkaian proses dari masukan proses luaran. Dengan demikian fungsi
seleksi merupakan proses yang mengolah masukan yang berasal dari
penggunaan obat dan menghasilkan luaran yang selanjutnya diproses pada
kegiatan pengadaan dan seterusnya.
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih
proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien
dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta
bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama
dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat
pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan:
prinsip 12 benar, yaitu:
1. Benar Klien
Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa

gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.


Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat
Klien dapat menerima obat yang telah diresepkaNn
Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat

minimal tiga kali:


1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat
2. Sebelum menuang/menghisap obat
3. Setelah menuang/ mengisap obat\
Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut

FARMAKOLOGI | 6

Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat


Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat

yang bersangkutan.
Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang

akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:


tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan
berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian


Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya

seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ). Obat yang

mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu tertentu.
Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah

makan atau bersama makanan


Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat

mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.


Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)


Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan

memadai.
Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan

obat-obat peroral.
Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute

parenteral
Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan

klien sampai obat oral telah ditelan.


Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
FARMAKOLOGI | 7

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul .


Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
Bukal (diantara gusi dan pipi)
Topikal ( dipakai pada kulit ) ;
Inhalasi ( semprot aerosol ) ;
Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )
Parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasikan.
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah
sakit. Dan
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang
telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien.
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat
yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh,
hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan,
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas seharihari selama sakit.

8. Hak klien untuk menolak


Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan Inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajianiksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.
10.Benar evaluasi
Perawat selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
11.Benar reaksi terhadap makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan
misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya indometasin.
12.Benar reaksi dengan obat lain

FARMAKOLOGI | 8

Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan


omeprazol penggunaan pada penyakit kronis.
Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat April 18th, 2009
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat
dan memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat
terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, prinsip enam benar
tersebut akan kita bahas dalam postingan kali ini, namun ada baiknya juga
kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya
pengobatan tersebut.
-

Peran Dokter dalam Pengobatan Dokter bertanggung jawab terhadap


diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu
tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker,
penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Peran Apoteker dalam Pengobatan Apoteker secara resmi bertanggung


jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung
jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan
antiseptik, dan lain-lain. Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber
informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi
kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan
profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan
memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.

Peran Perawat dalam Pemberian Obat Karena obat dapat menyembuhkan


atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas
perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab
bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang
kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu
(dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual
FARMAKOLOGI | 9

atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat,


harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat,
bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan
interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Prinsip Enam Benar, yaitu :
1. Benar Pasien Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus
diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau
ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2.

Benar Obat Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap
obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3. Benar Dosis Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa


dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter
yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
FARMAKOLOGI | 10

Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi.


Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang
berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp,
dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1
gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan
teliti !
4. Benar Cara/Rute Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang
berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi. Oral, adalah rute pemberian yang paling
umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Parenteral, kata ini
berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran
cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus). Topikal, yaitu
pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata. Rektal, obat dapat diberi
melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun
sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran
nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan
demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada
salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek
untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
FARMAKOLOGI | 11

5. Benar Waktu Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang


efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan
kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu
jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
D. CARA MENYIAPKAN OBAT
Menyiapkan obat adalah salah satu tanggungjawab sebagai perawat.
Kesalahan dalam penghitungan dan pemberian obat seringkali terjadi terutama
pada perawat yang kurang berpengalaman, tetapi kita dapat menghindari
masalah yang serius dengan mengikuti aturan dasar dalam pemberian obat.
Berikut ini ada beberapa hal yang mesti kita lakukan yaitu : Mengetahui
kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk pemberian obat. Periksa instruksi
dokter. Mengetahui prinsip enam benar. Baca masing masing label tiga kali.
Tanyakan kepada pasien / keluarganya (jika pasien tidak sadar) jika ada riwayat
alergi terhadap obat-obat tertentu. Jangan biarkan adanya gangguan saat
menyiapkan obat karena konsentrasi anda mungkin akan terganggu. Jangan
berpendapat bahwa bagian farmasi selalu benar, lakukan pemeriksaan ulang
terhadap obat yang diterima dari farmasi. Jangan pernah memberikan obat yang
tidak memiliki label / etiket. Bila masih ragu, jangan mencampur obat. jangan
menuangkan kembali cairan ke dalam botol. Selalu memeriksa identitas pasien
sebelum memberikan obat. Periksa ulang perhitungan obat. Kenali antidot,
FARMAKOLOGI | 12

terutama bila memberikan obat-obat intravena. Kenali kerja, efek samping dan
reaksi balik dari obat sebelum memberikan obat. Selalu mengetahui waktu
pemberian yang diharuskan bila memberikan obat-obat intravena. Bila
memastikan instruksi dokter, sebaiknya bicarakan hanya dengan dokter yang
menuliskan obat tersebut. Mencegah Kesalahan Pemberian Obat Waspadalah
terhadap nama obat yang hampir sama. Waspadalah selalu terhadap
penggunaanbanyak tablet. Waspadalah terhadap perubahan yang tiba-tiba
dalam instruksi obat-obatan. Selalu mencocokkan instruksi yang tidak jelas
dengan dokter. Selalu memastikan instruksi pemberian obat secara khusus. Lihat
kembali nama generik obat bila tidak yakin sungguh-sungguh. Jangan
menginterpretasikan tulisan tangan yang tidak jelas, yakinkan dengan dokter
yang bersangkutan. Berikan perhatian khusus terhadap pemberian obat-obatan
yang banyak. Periksa kembali bila pasien mengatakan saya sudah minum pil
saya.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
E. CARA PENYIMPANAN OBAT
Cara Penyimpanan Obat Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga
faktor utama, yaitu : Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat
itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan
cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin,
supositoria disimpan di tempat sejuk < 15C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid
antara 2 10C, vaksin cacar air harus < 5C. Posisi, pada tempat yang terang,
letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci. Kedaluwarsa, dapat
dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang
lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh)
pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak. Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor
lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi
obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang
benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang
salah.

FARMAKOLOGI | 13

Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus


segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior
segera setelah kesalahan itu diketahuinya. Pedoman KIE Perawat kepada Pasien
atau Keluarga Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta
pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan
dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat
meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting
untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi,
TB, diabetes melitus, dan lain-lain. Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga
yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien. Terapi
obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk
beluk pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke
rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga
tentang : Nama obatnya. Kegunaan obat itu. Jumlah obat untuk dosis tunggal.
Jumlah total kali minum obat. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau
sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama susu) Untuk berapa hari obat
itu harus diminum. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan
menghilang. Rute pemberian obat. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat
dan cara mengatasinya Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau
mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif,
antihistamin. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak Setelah obat
habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun siapa sangka, obat juga
berpotensi mendatangkan malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan tentang
obat dan penggunaannya secara tepat dan aman, anda akan terhindar dari
bahaya yang mungkin ditimbulkan olehnya. Bahkan, anda juga akan lebih
banyak memetik manfaatnya, seperti halnya anda memetik manfaat dengan
melakukan sarapan pagi
Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian
obat juga terjadi peningkatan. Orang cenderung mempunyai persediaan obat
dirumah untuk keadaan-keadaan darurat tertentu atau bagi orang-orang yang
memang harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu. Obat

FARMAKOLOGI | 14

membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari


karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efeknya.
Berikut ini tips penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan di rumah:
1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang
mudah terlihat agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat
yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak
mudah dijangkau anak-anak.
2. Simpan sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu
pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan
terhadap cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol
plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di lemari
pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
3. Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena
pada etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi
penggunaan obat yang penting. Ini penting agar Anda selalu mengetahui
keterangan obat dengan lengkap.
4. Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
Simpan obat dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan
jangan terkena sinar matahari langsung karena obat akan rusak jika

terkena sinar matahari langsung


Jangan menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas atau lembab

karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak


Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali

disebutkan pada etiket atau kemasan obat


Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
perubahan suhu dapat merusak obat. Sebelum minum obat selalu lihat
tanggal kadaluarsa pada kemasan obat dan jangan simpan obat yang
telah kadaluarsa, apalagi sampai mencampur obat kadaluarsa dengan
FARMAKOLOGI | 15

obat yang masih baik. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat
dalam satu wadah.

FARMAKOLOGI | 16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan
bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi
bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang
kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang
sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu.
Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang
mungkin menyebabkan pasien tidak bias mengkonsumsi obat juga harus
diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana
pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek
samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah
mendokumentasikan, dosis, cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat
diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan
dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.

FARMAKOLOGI | 17

DAFTAR PUSTAKA
http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/
http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberianobat.html
http://haris715.blogspot.com/2013/04/prinsip-enam-benar-dalam-pemberianobat.html
http://mypotik.blogspot.com/2012/08/peran-perawat-dalam-pemberian-obatpada.html
http://suharbara.wordpress.com/2012/05/01/peranan-perawat-dalam-pemberianobat/
http://nerskholidrosyidimn.blogspot.com/2012/08/pengertian-perawat-dankeperawatan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Obat

FARMAKOLOGI | 18

You might also like