You are on page 1of 15

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT

I.

Tujuan
1. Dapat melakukan pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut
2. Dapat menentukan ketetapan distribusi (KD)

II.

Landasan Teori
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang
tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mungkin menggunakan
gugus pengganggundalam analisi secara keseluruhan. Kadang gugus
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
(Petrucci, 1987)
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut dua pelarut yang tidak dapat bercampur
untuk mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke pelarut lain. Seringkali
campuran benda padat dan cair misalnya bahan alami tidak dapat atau
sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur secara
sangat erat, peka terhadap panas dan beda sifat fisiknya terlalu kecil.
(Khopkar, 1990)
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur
menawarkan banyak kemungkinan untuk pemisahan analitis. Bila suatu
zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada
suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa
pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua
cairan yang tidak dapat campur. Semedikian rupa sehingga angka banding
konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu
(Underwood, 1998)
Ekstraksi pelarut atau biasa disebut penyarian, merupakan suatu
proses pemisahan dimana suatu zat terdistribusi dalam dua pelarut yang
tidak bercampur. Penyarian merupan proses pemisahan dimana suatu zat
terdistribusi kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Kegunaan
besar dari penyarian ini adalah kemungkinan untuk pemisahan dua
senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan koefisien distribusinya (Kd)
1

(Rudi, 2010)
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur ,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase
pelarut
(Eby, 2009)
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di
antara dua fasa air yang tidak saling bercampur[3]. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik
maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Melalui proses ekstraksi, ion logam dalam pelarut air
ditarik keluar dengan suatu pelarut organik (fasa organik). Secara umum,
ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam
air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air (fasa air).
Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan pelarut
(Suyanti, 2008)
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam
pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain.
Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau
karbon tetraklorida. Lagipula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon
disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana
dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah
menjadi dua lapisan. Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapatcampur (karbon disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air),
bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau
setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida
dan air kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua

pelarut. Suatu keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam


karbon disulfida dan larutan iod dalam air
(Svehla, 1985)
Fakta pembagian solute antara dua solvent yang tak saling campur
telah memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik
untuk tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent (pelarut)
merupakan metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini
cukup banyak digunakan kerena dapat menggunakan alat yang sederhana
seperti corong pisah.
Ekstraksi ini dapat digunakan untuk memisahkan suatu solute
dalam pelarut A dengan menggunakan pelarut B. Pada saat penambahan
pelarut B, solute akan membagi diri diantara 2 pelarut yang tak saling
campur tersebut. Pada saat kesetimbangan terdapat hubungan antara
konsentrasi solute dalam 2 pelarut tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum
Distribusi yang dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan sebagai :
KD = CA
CB
Dimana KD adalah tetapan distribusi dan C A serta CB adalah
konsentrasi solute, masing-masing dalam solvent A dan B.
(Tim kimia analitik II, 2014)
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara
klasik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi.
Klasifikasi didasarkan atas

proses

ekstraksi berlangsung dengan

mekanisme tertentu. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukkan spesies


netral yang tidak bermuatan diekastraksi ke fase organic. sedangkan
kategori lain merupakan ekstraksi sinergis.
(Day and Underwood, 2002)
III.

Prosedur Percobaan
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat-alat gelas
b. Pipet tetes
c. Ring penyangga

d. Buret
e. Kaca arloji
f. Spatula
g. Krus
h. Neraca
i. Hot plate
j. Corong pisah
k. Standar dan klem
l. Lampu spritus
m. Batang pengaduk
2. Bahan
a. Kloroform
b. Na-Tiaosufat
c. Indicator amilum
d. Etanol
e. NaOH
f. Sabun
g. Larutan Iodium
h. Aquades
i. Indicator pp
j. NaCl
k. PE (Petroleum Eter)

B. Skema Kerja
1. Pemisahan Larutan Iod dalam air dan Menentukan Konstanta
Distribusi
Larutan Iod
0,1 N
Distandarisasi
larutan dengan titrasi menggunakan
Na-Tiosulfat 0,1 N
25 mL larutan iod
Dimasukkan dalam corong pisah
Ditambahkan 25 mL klorofom
Digajlog atau dikocok dengan kuat selama 15
menit
Dibiarkan terbentuk dua lapisan
Dipisahkan larutan iod dalam klorofom yaitu
lapisan yang berada dalam bagian bawah dan
berwarna kemerahan

Dilakukan titrasi terhadap larutan iod dengan


menggunakan Na-Tiosulfat 0,1 N sebagai standar
Dititrasi juga larutan iod dalam air dengan zat yang
sama tetapi menggunakan indicator amilum
Dicatat volume Na-Tiosulfat yang digunakan
Hasil
2. Pemisahan Asam Lemak dalam Sabun dan Penentuan
Kadarnya
0,5 gram
sabun kecil-kecil
Dipotong
Dilarutkan dalam 400 mL aquades
Ditambahkan 2 tetes indicator pp serta dipanaskan
hingga hampir mendidih
Didinginkan larutan tersebut dan diencerkan hingga
volume 500 mL
20 mL larutan tersebut
Dimasukkan ke dalam corong pisah
Ditambahkan 10 mL PE dan dikocok
Ditambahkan 10 mL NaCl jenuh jika terbentuk
emulsi
Dikocok kembali selama 15 menit
Dibiarkan hingga terjadi pemisahan
Dipisahkan larutan PE
dilakukan kembali ekstraksi sebanyak 3 kali
masing-masing digunakan 10 mL PE
Larutan PEdimasukkan
yang mengandung
asam lemak
dalam corong
pisah
Ditambahkan 2 mL air dan 2 tetes indicator pp
Dikocok kembali
Dipisahkan airnya dan ditambahkan lagi lalu
dikocok kembali hingga air tidak bersifat basa
20 mL
etanol
Ditambahkan
ke dalam larutan PE dan dikocok
selama 15 menit
Dibiarkan beberapa menit hingga terbentuk lapisan
Dipisahkan larutan alkohol dan ditempatkan dalam
erlenmeyer
Ditambahkan 2 tetes indicator pp
Dititrasi alkohol tersebut dengan menggunakan
NaOH 0,01 N
5

Dicatat berapa volume NaOH yang digunakan


Hasil

IV.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
1. Data Pengamatan
a. Penentuan Larutan Iod dalam Air dan Menentukan
Konstanta Distribusi

Perlakuan
Pengamatan
- 8,5 mL iod distandarisasi menggunakan Warna larutan menjadi bening
Volume Na-Tiosulfat untuk standar
larutan Na-Tiosulfat 0,1 N
0,7 mL
- 8,5 mL larutan iod + 8,5 kloroform dan Warna menjadi orange
digojlok
- + 5 tetes indicator amilum

Terdapat endapan berwarna hi


larutan menjadi orange keruh
Larutan menjadi bening
Volume Na-Tiosulfat = 1,5 mL

- Dititrasi dengan larutan Na-Tiosulfat


b. Pemisahan Asam Lemak dalam Sabun dan Penentuan
Kadarnya
Perlakuan
Pengamatan
- 0,5 gr sabun dilarutkan dalam 400 mL Larutan berwarna putih keruh
aquades
- + 2 tetes indicator PP

berbusa
Larutan menjadi warna pink keungu
Terbentuk 2 lapisan. Lapisan

- 20 mL larutan sabun + 10 mL benzen,


dikocok didalam corong pisah
- Dipisahkan

larutan

adalah benzen dan lapisan ba

adalah sabun
Larutan benzen dan sabun terp

benzen

dan dengan terbentuk 2 lapisan


Larutan menjadi warna pink
dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali
- 30 mL benzen + 2 mL air + 2 tetes
Warna pink pada larutan menghilan
indicator PP
Larutan menjadi bening
- dikocok kembali dalam corong pisah
- dipisahkan airnya dan ditambahkan lagi
lalu dikocok hingga air tida bersifat

Warna

larutan
6

bening

dan

basa
terbentuk lapisan
- benzen + 20 mL etanol dikocok dan
Warna larutan menjadi pink keruh
didiamkan 15 menit
- dipisahkan alkohol dan ditambahkan 2
Warna larutan menjadi bening
tetes indicator PP
Volume NaOH yang digunakan ad
- dititrasi alkohol dengan NaOH
6,8 mL
2. Perhitungan
a. Pemisahan Larutan Iod dalam Air dan Menentukan
Konstanta Distribusi
Diket : N larutan Na-Tiosulfat = 0,1 N
V larutan Na-Tiosulfat = 1,5 mL
V larutan iod = 8,5 mL
Dit : N larutan iod ?
Dij :
N

larutan

iod

N larutan NaTiosulfat V larutan NaTiosulfat


V larutan iod
=

0,1 N 1,5 mL
8,5 mL

= 0,0176 N
b. Pemisahan Asam Lemak dalam Sabun dan Persentase
Kadarnya
Diket : Volume pengenceran
= 500 mL
Volume benzen dipakai
= 30 mL
Massa sabun yang di timbang = 0,5 gr = 500 mg
Dit : % kadar asam lemak .?
Dij :
mmol NaOH = Volume yang terpakai saat titrasi konsentrasi
= 6,8 mL 0,01
= 0,068 mmol
mmol C17H35COOH
0,068 mmol

= mmolNaOH
= 0,068 mmol

Massa C17H35COOH (asam stearat) = mmol Mr


= 0,068 284,47
= 19,344 mg

Asam stearat=

V NaOH x N NaOH x Mr Asam stearat


x 100
Massa sabun

6,8 mL x 0,01 x 284,48 g /mol


500 mg

x 100%

3,8

B. Pembahasan
Ekstraksi adalah proses partisi yang meliputi pemisahan
atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase cair yang tidak
salinng bercampur, dimana bermanfaat untuk memisahkan
campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda.
Sedangkan ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang
berperan sebagai pelarut diseburt ekstraksi pelarut.
Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hokum distribusi pada tahun 1981. Berdasarkan hokum
Nerst, jika suatu larutan dalam air mengandung zat organic A yang
tidak bercampur dengan air maka zat A akan terdistribusi baik
kedalam lapisan air dan lapisan organic. Dimana pada saat terjadi
kesetimbangan perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam
kedua fase, organic-air adalah pada temperature tetap
1. Pemisahan Larutan Iod dalam Air dan Menentukan Konstanta
Distribusi
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien
distribusi zat terlatut larutan iod dalam system kloroform air
berdasarkan ekstraksi pelarut. Pelarut yang digunakan pada
percobaan ini yaitu air dan heksan karena keduanya memiliki sifat
kepolaran yang berbeda dimana air merupakan senyawa polar
sedangkan kloroform merupakan senyawa non-polar. Sehingga
pada akhirnya akan dihasilkan larutan dengan dua fase.
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana
distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling
bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut
dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Suatu
8

zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak
saling bercampur . jika kelebihan campuran atau zat padat
ditambahkan kedalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut
maka zat tersebut akan mendistribusikan diri diantara dua fase
sehingga mmasing-masing menjadi jenuh.
Dalam percobaan ini analit yang digunakan adalah larutan
iod 0,1 N. Perlakuan pertama yaitu mengambil larutan 0,1 N
sebanyak 8,5 mL dan memasukkannya kedalam corong pisah.
Kemudian menambahkan 8,5 mL

larutan kloroform dan

mengocoknya dengan kuat. Tujuan pengocokan ini adalah


terjadinya distribusi larutan iod 0,1 N kedalam fase air dan fase
organic, serta untuk memperluas permukaan untuk mempercepat
proses distribusi. Selain itu, fungsi pengocokan juga adalah untuk
mencapai kesetimbangan antara zat terdistribusi dalam air dan
dalam n-heksan. Pengocokan dilakukan dengan kuat agar gugus
polar dan non-polar dapat bereaksi.
Setelah pencampuran dan pengocokan terjadi penurunan
temperature larutan yang menyebabkan larutan terasa dingin.
Setelah itu mendiamkan larutan selama 25-30 menit agar terjadi
pemisahan yang sempurna. Pemisahan larutan dapat terjadi karena
campuran telah mencapai kesetimbangan. Pemisahan lapisan
larutan menghasilkan 2 lapisan larutan , dimana pada bagian bawah
merupakan larutan iod dalam air sedangkan dibagian atas
merupakan iod dalam kloroform. Pemisahan lapisan larutan ini
menunjukkan bobot molekul dari larutan yang terpisah, dimana
larutan yang memiliki bobot molekul lebih berat akan berada pada
bagian bawah dan yang memiliki bobot molekul yang ringan akan
berada pada bagian atas. Namun, pada percobaan ini, tidak terjadi
pemisahan 2 lapisan. Jadi pada percobaan ini tidak dapat dicari
konstanta distribusinya.
Setelah itu melakukan titrasi untuk larutan iod 0,1 N dan
fraksi iod dalam kloroform dan dalam air. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui konsentrasi awal dari masing-masing larutan.

Metode titrasi yang digunakan disini adalah


alkaliimetri

metode titrasi

atau biasa juga disebut sebagai reaksi penetralan.,

dimana kedua larutan basa ini akan dititrasi dengan larutan standar
Na-Tiosulfat 0,1 N dan menggunakan indicator amilum. Pada saat
direaksikan, amilum terurai dahulu menjadi

bentuk tidak

berwarnanya dan kemudian dengan menghilangnya proton kedua


dari indicator ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan
warna bening. Jadi tanda telah tercapainya titik akhir tirasi yaitu
berubahnya larutan menjadi bening. Tiitik akhir titrasi adalah titik
pada titrasi dimana telah terjadi perubahan warna dan titrasi larutan
harus dihentikan dan titik ekuivalen adalah titik dimana titrant dan
analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan mol
tertentu telah sama dengan mol larutan analit.
Pada saat penambahan indicator amilum, pada larutan
terdapat endapan berwarna hitam dan larutan menjadi berwarna
orange keruh. Setelah dititrasi dengan 1,5 mL Na-Tiosulfat larutan
menjadi bening dan juga dapat dicari konsentrasi larutan iod adalah
0,0176 N. Dan pada standarisasi larutan iod 0,1 N dititrasi dengan
0,7 mL larutan Na-Tiosulfat.
Berdasarkan literatur

yang

praktikkan

peroleh

dari

perubahan warna klorofrom dapat diketahui bahwa terjadi


distribusi iod. Dalam hal ini iod lebih banyak terdistribusi pada
klorofrom dibandingkan pada air. Karena warnanya yang ungu dan
sifat klorofrom yang bersifat nonpolar. Karena masih terdapat iod
dalam air maka, kita melakukan lagi proses ekstraksi yang ke dua,
yaitu mengeluarkan CHCl3 pada ekstraksi pertama, dengan
membuka kran corong pisah secara perlahan sampai batas lapisan
tersebut. Lapisan bawah (CHCl3) kita ambil, kemudian Lapisan
atas (pelarut air) masih berada pada corong pisah ditambahkan
kembali dengan klorofrom untuk mensubtitusi kembali iod yang
ada pada pelarut air. kemudian mengocok beberapa menit lalu
mendiamkannya kembali. Selanjutnya melakukan pengamatan,
ternyata hasil yang diperoleh pada saat ditambahkan dengan

10

kloroform, pelarut air berubah warna dari keruh menjadi semakin


bening dan pada pelarut organik atau klorofrom menjadi warna
ungu mudah. Karena masih terbentuk dua warna yang berbeda,
maka kita melakukan ekstraksi ke-tiga. Dengan mengambil atau
memisahkan CHCl3 pada batas lapisan bawah, dengan memutar
kran pada corong pisah secara perlahan sampai lapisan bawah
(CHCl3) keluar pada batasannya. lapisan atas (air) masih berada
didalam corong pisah, kemudian menambahkan kloroform (CHCl 3)
lagi kedalam corong pisah. Selanjutnya melakukan pengamatan,
dari pengamatan diperoleh pelarut air berubah warna dari semakin
bening menjadi bening dan pada pelarut organik dari warna ungu
mudah menjadi bening. Dari perubahan warna pelarut antara fasa
organik dan fasa cair dapat di ketahui bahwa terjadi distribusi iod.
Kemudian, mengambil lapisan atas dengan membuka kran secara
perlahan sampai pelarut antara keduanya terpisah, dan kemudian
kita menuangkan lapisan atas kedalam gelas kimia. Selanjutnya
kita mengukur pelarut air larutan pada gelas ukur untuk
menentukan konsentrasi iod yang terdistribusi pada air pada
penyaringan 1x penyaringan 2x dan penyaringan 3 x. Setelah
dihitung

ternyata

konsentrasi

iod

yang

terdistribusi

pada

penyaringan pertama sampai ketiga bernilai 87,4%. Mengapa hasil


perhitungan bernilai kecil? Karena kandungan atau volume iod itu
semakin kecil yang terkandung dalam air. Sehingga konsentrasi iod
pada pelarut ini semakin kecil pula. Hal ini sesuai dengan Hukum
Distribusi yang dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan sebagai :
C
KD= A
CB
Dimana KD adalah tetapan distribusi dan
CB

CA

serta

adalah konsentrasi solut, masing-masing dalam solvent A

dan B.

11

Reaksi yang terjadi :

2CHCl3 (l) + 3I2 (aq) 2CHI3 (l) + 3Cl2 (g)


4l2 (s) + 2H2O (l) 2Hl (g) + 2OH-(aq) + 3 I2 (aq)
Ekstraksi yang dilakukan berulang-ulang kali lebih baik
dibandingkan dengan ekstraksi yang dilakukan satu kali, meskipun
dalam keadaan volume pelarut dalam jumlah yang sama. Hal
dikarenakan, distribusi Iod kedalam pelarut organic lebih banyak
jika ekstraksi dilakukan beberapa kali, sedangkan ekstraksi yang
dilakukan sekali akan menyebabkan distribusi Iod sedikit, maka
bisa dikatakan bahwa distribusi Iod tergantung pada proses
banyaknya ekstraksi yang kita akukan
2. Pemisahan Asam Lemak dalam sabun dan Penentuan Kadarnya
Asam lemak merupakan asam lemah, yang di dalam air
akan terdisosiasi sebagian. Umumnya asam lemak berfase cair atau
padat pada suhu ruang (27 C). Semakin panjang rantai karbon
penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar
larut. Asam lemak dapat bereaksi dengan senyawa lain membentuk
persenyawaan lipida. Asam lemak merupakan sekelompok
senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dengan gugus
karboksilat pada ujungnya.
Pada percobaan ini sabun yang digunakan adalah sabun
yang berupa padatan. Perlakuan pertama yaitu memotong sabun
menjadi bagian yang kecil-kecil sebanyak 0,5 gr, kemudian
melarutkan sabun tersebut ke dalam air sebanyak 400 mL, larutan
menjadi warna putih keruh dan berbusa, setelah itu menambahkan
indicator PP sebanyak 2 tetes sehingga larutan menjadi warna pink
keunguan. Penambahan indikator pp ini untuk menidentifikasi sifat
basa dari sabun tersebut. Larutan dipanaskan hingga hampir
mendidih dan kemudian diencerkan hingga volume 500 mL.
20 mL larutan tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah
dan ditambahkan 10 mL benzen. Seharusnya ditambahkan dengan

12

dietil eter, tetapi karena dietil eternya habis jadi diganti dengan
menggunakan benzen. Pada saat penambahan benzen terjadi emulsi
seketika, sehingga pada larutan ini tidak ditambahkan NaCl jenuh.
Larutan tersebut dikocok selama 15 menit dan dibiarkan hingga
terjadi pemisahan.
Penambahan NaCl jenuh bertujuan untuk menghilangkan
emulsi (buih sabun) pada pengotor dan menetralisir pH dari larutan
yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah muda
menjadi bening
CH3(CH2)16COOH(aq)+NaCl(aq) CH3(CH2)16COONa(aq)+ HCl(aq)
Larutan benzen dipisahkan dan dialkukan ekstraksi
sebanyak 3 kali. Sehingga volume benzen menjadi 30 mL. Pada
larutan tersebut ditambahkan 2 tetes indicator PP dan dikocok
kembali dalam corong pisah. Larutan tersebut menjadi warna pink
dan ketika dilakukan pengocokkan warna pinknya menghilang.
Kemudian dipisahkan airnya dan ditambahkan lagi lalu dikocok
lagi hingga air tidak bersifat basa lagi. Sehingga larutan menjadi
bening.
Ke dalam benzen ditambahkan 20 mL larutan etanol.
Penambahan etanol ini bertujuan untuk menarik pengotor-pengotor
yang bersifat basa polar pada benzen. Dikocok selama 15 menit
lalu didiamkan beberapa menit agar terbentuk 2 lapisan. Namun,
setelah dibiarkan beberapa lama tidak terbentuk 2 lapisan. Pada
larutan tersebut ditambahkan 2 tetes indicator PP dan ditirasi
dengan menggunakan larutan NaOH 0,01 N. Larutan menjadi
warna pink keruh dan volume NaOH 0,01 N yang digunakan pada
saat titrasi sebanyak 6,8 mL.
Berdasarkan hasil yang praktikkan dapat, dapat dicari %
asam stearat yang terkandung dalam sabun yaitu 3,8 %
V.

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

13

1. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode


ekstraksi pelarut
2. Ekstraksi pelarut adalah proses partisi yang meliputi pemisahan
atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase csir yang tidak
saling bercampur dimana menggunakan dua fase cair sebagai
pelarut.
3. Kesempurnaa ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi
yang dilakukan
4. Konstanta distribusi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
konsentrasiiod dalam kloroform (C2 )
Kd=
konsentrasiiod dalam air (C1 )
Pada percobaan ini, ditentukan nilai konstanta distribusinya,
dikarenakan tidak terjadi pemisahan antara larutan iod,
kloroform dan air.
5. Kadar Asam lemak (Asam Stearat) dalam sabun adalah sebesar
3,8 %.
B. Saran
Pada percobaan ini tidak terdapat kendala dalam melakukan
percobaan, hanya saja ada beberapa percobaan yang gagal.
Contohnya saja pada pemisahan larutan iod, seharusnya pada saat
pendiama antara larutan iod, kloroform dan air terjadi pemisahan,
tetapi kloroform, air dan larutan iod tidak terpisah. Ini mungkin
disebabkan oleh bahan yang digunakan sudah tidak bagus lagi.
Untuk itu praksikkan menyarankan agar menyediakan bahan yang
masih bagus, sehingga dalam percobaan tidak terjadi kesalah.
VI.

Daftar Pustaka
Eby.
2009.

Ekstraksi

Pelarut. http://blogspot.com/ekstraksi-

pelarut.html. diakses 14 mei 2014


Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik II. Jakarta: UI
Petrucci. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Rudi. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari:
Universitas Haluoleo
Suyanti. 2008. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Asam di-2etilheksilfosfat. Yogyakarta: SDM Teknologi Nuklir.
14

Svehla, G. 1985. VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif


Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka
Tim Kimia Analitik II. 2014. Penentun Praktikum Kimia Analitik II.
Jambi: Universitas Jambi
Underwood, A. L dan Day A. R. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga

15

You might also like