Professional Documents
Culture Documents
I.
Tujuan
1. Dapat melakukan pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut
2. Dapat menentukan ketetapan distribusi (KD)
II.
Landasan Teori
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang
tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mungkin menggunakan
gugus pengganggundalam analisi secara keseluruhan. Kadang gugus
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
(Petrucci, 1987)
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut dua pelarut yang tidak dapat bercampur
untuk mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke pelarut lain. Seringkali
campuran benda padat dan cair misalnya bahan alami tidak dapat atau
sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur secara
sangat erat, peka terhadap panas dan beda sifat fisiknya terlalu kecil.
(Khopkar, 1990)
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur
menawarkan banyak kemungkinan untuk pemisahan analitis. Bila suatu
zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada
suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa
pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua
cairan yang tidak dapat campur. Semedikian rupa sehingga angka banding
konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu
(Underwood, 1998)
Ekstraksi pelarut atau biasa disebut penyarian, merupakan suatu
proses pemisahan dimana suatu zat terdistribusi dalam dua pelarut yang
tidak bercampur. Penyarian merupan proses pemisahan dimana suatu zat
terdistribusi kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Kegunaan
besar dari penyarian ini adalah kemungkinan untuk pemisahan dua
senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan koefisien distribusinya (Kd)
1
(Rudi, 2010)
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur ,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase
pelarut
(Eby, 2009)
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di
antara dua fasa air yang tidak saling bercampur[3]. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik
maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Melalui proses ekstraksi, ion logam dalam pelarut air
ditarik keluar dengan suatu pelarut organik (fasa organik). Secara umum,
ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam
air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air (fasa air).
Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan pelarut
(Suyanti, 2008)
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam
pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain.
Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau
karbon tetraklorida. Lagipula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon
disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana
dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah
menjadi dua lapisan. Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapatcampur (karbon disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air),
bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau
setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida
dan air kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua
proses
Prosedur Percobaan
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat-alat gelas
b. Pipet tetes
c. Ring penyangga
d. Buret
e. Kaca arloji
f. Spatula
g. Krus
h. Neraca
i. Hot plate
j. Corong pisah
k. Standar dan klem
l. Lampu spritus
m. Batang pengaduk
2. Bahan
a. Kloroform
b. Na-Tiaosufat
c. Indicator amilum
d. Etanol
e. NaOH
f. Sabun
g. Larutan Iodium
h. Aquades
i. Indicator pp
j. NaCl
k. PE (Petroleum Eter)
B. Skema Kerja
1. Pemisahan Larutan Iod dalam air dan Menentukan Konstanta
Distribusi
Larutan Iod
0,1 N
Distandarisasi
larutan dengan titrasi menggunakan
Na-Tiosulfat 0,1 N
25 mL larutan iod
Dimasukkan dalam corong pisah
Ditambahkan 25 mL klorofom
Digajlog atau dikocok dengan kuat selama 15
menit
Dibiarkan terbentuk dua lapisan
Dipisahkan larutan iod dalam klorofom yaitu
lapisan yang berada dalam bagian bawah dan
berwarna kemerahan
IV.
Perlakuan
Pengamatan
- 8,5 mL iod distandarisasi menggunakan Warna larutan menjadi bening
Volume Na-Tiosulfat untuk standar
larutan Na-Tiosulfat 0,1 N
0,7 mL
- 8,5 mL larutan iod + 8,5 kloroform dan Warna menjadi orange
digojlok
- + 5 tetes indicator amilum
berbusa
Larutan menjadi warna pink keungu
Terbentuk 2 lapisan. Lapisan
larutan
adalah sabun
Larutan benzen dan sabun terp
benzen
Warna
larutan
6
bening
dan
basa
terbentuk lapisan
- benzen + 20 mL etanol dikocok dan
Warna larutan menjadi pink keruh
didiamkan 15 menit
- dipisahkan alkohol dan ditambahkan 2
Warna larutan menjadi bening
tetes indicator PP
Volume NaOH yang digunakan ad
- dititrasi alkohol dengan NaOH
6,8 mL
2. Perhitungan
a. Pemisahan Larutan Iod dalam Air dan Menentukan
Konstanta Distribusi
Diket : N larutan Na-Tiosulfat = 0,1 N
V larutan Na-Tiosulfat = 1,5 mL
V larutan iod = 8,5 mL
Dit : N larutan iod ?
Dij :
N
larutan
iod
0,1 N 1,5 mL
8,5 mL
= 0,0176 N
b. Pemisahan Asam Lemak dalam Sabun dan Persentase
Kadarnya
Diket : Volume pengenceran
= 500 mL
Volume benzen dipakai
= 30 mL
Massa sabun yang di timbang = 0,5 gr = 500 mg
Dit : % kadar asam lemak .?
Dij :
mmol NaOH = Volume yang terpakai saat titrasi konsentrasi
= 6,8 mL 0,01
= 0,068 mmol
mmol C17H35COOH
0,068 mmol
= mmolNaOH
= 0,068 mmol
Asam stearat=
x 100%
3,8
B. Pembahasan
Ekstraksi adalah proses partisi yang meliputi pemisahan
atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase cair yang tidak
salinng bercampur, dimana bermanfaat untuk memisahkan
campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda.
Sedangkan ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang
berperan sebagai pelarut diseburt ekstraksi pelarut.
Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hokum distribusi pada tahun 1981. Berdasarkan hokum
Nerst, jika suatu larutan dalam air mengandung zat organic A yang
tidak bercampur dengan air maka zat A akan terdistribusi baik
kedalam lapisan air dan lapisan organic. Dimana pada saat terjadi
kesetimbangan perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam
kedua fase, organic-air adalah pada temperature tetap
1. Pemisahan Larutan Iod dalam Air dan Menentukan Konstanta
Distribusi
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien
distribusi zat terlatut larutan iod dalam system kloroform air
berdasarkan ekstraksi pelarut. Pelarut yang digunakan pada
percobaan ini yaitu air dan heksan karena keduanya memiliki sifat
kepolaran yang berbeda dimana air merupakan senyawa polar
sedangkan kloroform merupakan senyawa non-polar. Sehingga
pada akhirnya akan dihasilkan larutan dengan dua fase.
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana
distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling
bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut
dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Suatu
8
zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak
saling bercampur . jika kelebihan campuran atau zat padat
ditambahkan kedalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut
maka zat tersebut akan mendistribusikan diri diantara dua fase
sehingga mmasing-masing menjadi jenuh.
Dalam percobaan ini analit yang digunakan adalah larutan
iod 0,1 N. Perlakuan pertama yaitu mengambil larutan 0,1 N
sebanyak 8,5 mL dan memasukkannya kedalam corong pisah.
Kemudian menambahkan 8,5 mL
metode titrasi
dimana kedua larutan basa ini akan dititrasi dengan larutan standar
Na-Tiosulfat 0,1 N dan menggunakan indicator amilum. Pada saat
direaksikan, amilum terurai dahulu menjadi
bentuk tidak
yang
praktikkan
peroleh
dari
10
ternyata
konsentrasi
iod
yang
terdistribusi
pada
CA
serta
dan B.
11
12
dietil eter, tetapi karena dietil eternya habis jadi diganti dengan
menggunakan benzen. Pada saat penambahan benzen terjadi emulsi
seketika, sehingga pada larutan ini tidak ditambahkan NaCl jenuh.
Larutan tersebut dikocok selama 15 menit dan dibiarkan hingga
terjadi pemisahan.
Penambahan NaCl jenuh bertujuan untuk menghilangkan
emulsi (buih sabun) pada pengotor dan menetralisir pH dari larutan
yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah muda
menjadi bening
CH3(CH2)16COOH(aq)+NaCl(aq) CH3(CH2)16COONa(aq)+ HCl(aq)
Larutan benzen dipisahkan dan dialkukan ekstraksi
sebanyak 3 kali. Sehingga volume benzen menjadi 30 mL. Pada
larutan tersebut ditambahkan 2 tetes indicator PP dan dikocok
kembali dalam corong pisah. Larutan tersebut menjadi warna pink
dan ketika dilakukan pengocokkan warna pinknya menghilang.
Kemudian dipisahkan airnya dan ditambahkan lagi lalu dikocok
lagi hingga air tidak bersifat basa lagi. Sehingga larutan menjadi
bening.
Ke dalam benzen ditambahkan 20 mL larutan etanol.
Penambahan etanol ini bertujuan untuk menarik pengotor-pengotor
yang bersifat basa polar pada benzen. Dikocok selama 15 menit
lalu didiamkan beberapa menit agar terbentuk 2 lapisan. Namun,
setelah dibiarkan beberapa lama tidak terbentuk 2 lapisan. Pada
larutan tersebut ditambahkan 2 tetes indicator PP dan ditirasi
dengan menggunakan larutan NaOH 0,01 N. Larutan menjadi
warna pink keruh dan volume NaOH 0,01 N yang digunakan pada
saat titrasi sebanyak 6,8 mL.
Berdasarkan hasil yang praktikkan dapat, dapat dicari %
asam stearat yang terkandung dalam sabun yaitu 3,8 %
V.
13
Daftar Pustaka
Eby.
2009.
Ekstraksi
Pelarut. http://blogspot.com/ekstraksi-
15