You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sistem pendingin secara umum berfungsi untuk mendinginkan suhu mesin

agar kondisi mesin tetap prima dan mobil bisa digunakan dengan baik tanpa
terjadi kerusakan, sistem pendingin ada tiga macam yaitu: sistem pendingin air,
sistem pendingin udara, dan sistem pendingin oli. Dalam sistem pendingin udara
terbagi menjadi dua macam yaitu: pendingin udara alami dan pendingin udara
buatan, contohnya seperti pada pendingin sepeda motor

yang menggunakan

pendingin udara alami untuk menyirkulasi panas yang ditimbulkan oleh mesin,
sedangkan pendingin udara buatan contohnya seperti pada pendingin mobil yang
menggunakan kipas di belakang radiator.
Sistem pendingin mesin juga memerlukan perawatan agar kondisi sistem
pendingin tetap baik dan berfungsi secara optimal, dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sudah terbisa menggunakan air biasa untuk mengisi radiator dan tidak
menggunakan radiator coolant, hal ini yang menyebabkan komponen pendingin
mesin mudah rusak atau cepat berkarat terutama pada blok mesin, pompa air, dan
juga komponen yang lainnya akan cepat rusak, jika sudah rusak komponenkomponen yang berkarat sulit untuk direparasi sehingga peforma mobil akan
sedikit berkurang gara-gara kinerja pendingin mesin tidak sempurna, oleh sebab
itu pendingin mesin perlu mendapat perawatan yang lebih.
Sistem pendingin sering di aplikasikan pad suatu mesin atau komponen
dan pada suatu daerah tu ruangan seperti pusat keramaian dan lain lain.
Dari begitu pentingnya ilmu tentang sistem pendingin maka dilakukanlah
praktikum prestasi mesin tentang sistem pendingin.

1.2.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui sistem dan prinsip kerja dan sistem pendinginan.
2. Dapat membuat grafik hubungan COP dan yang diberikan.
3. Memahami siklus umum pada sistem pendingin.
1.3.
Manfaat
Adapun mamfaat praktikum ini sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui cara kerja dari sistem pendingin
2. Dapat memahami maksud dari siklus umum sistem pendingin.

1.4 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Dan Sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan pustaka.
Berisikan teori umum, teori khusus dan teori alat ukur.
Bab III Metodologi Penelitian
Berisikan Diagram alir, alat dan bahan, asumsi serta langkah
percobaan.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Berisikan Hasil dari percobaan dan pembahasan dari praktikum.
Bab V Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran dari praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum

Sistem pendinginan adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menjaga


supaya temperatur mesin dalam kondisi yang ideal. Mesin pembakaran dalam
(maupun luar) melakukan proses pembakaran untuk menghasilkan energi, mesin
bukan instrumens yang sempurna, panas hasil hasil dari pembakaran tidak
semuanya terkonveksi menjadi energi.
Proses

pembakaran

yang

berlangsung

terus

menerus

dalam

mesin

mengakibatkan mesin dalam kondisi temperatur yang sangat tinggi. Temperatur


sangat tinggi akan mengakibatkan desain mesin menjadi tidak ekonomis, sebagian
besar mesin juga berada di lingkungan yang tidak terlalu jauh dengan manusia
sehingga menurunkan faktor keamanan. Temperatur yang sangat rendah juga tidak
terlalu menguntungkan dalam proses kerja mesin. Sistem pendinginan digunakan
agar temperatur mesin terjaga pada batas temperatur kerja yang ideal.
Prinsip pendinginan adalah melepaskan panas mesin ke udara, tipe langsung
dilepaskan ke udara disebut pendinginan udara (air cooling), tipe menggunakan
fluida sebagai perantara disebut pendinginan air.
Ada dua jenis sistem pendingin menurut media yang digunakan,yaitu:
1. Sistem pendingin udara
sistem ini sering di gunakan pada mesin kendaraan ringan
2. Sistem pendingin cair
Sistem ini kebanyakan digunakan pada kendaran diesel. Sistem ini sering
mulai digunakan pada kekdaraaan dari produk baru.

Bagian-bagian utama dari sistem pendingin antara lain:


1. Radiator

Gambar 2.1 radiator


Radiator adalah

alat penukar

panas yang

digunakan

untuk

memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya
untuk mendinginkan maupun memanaskan. Radiator yang kita kenal pada
umumnya digunakan pada kendaraan bermotor (roda dua atau roda empat), namun
tidak jarang radiator juga digunakan pada mesin yang memerlukan pendinginan
ekstra. Seperti pada mesin mesin produksi atau mesin mesin lainnya yang bekerja
dalam kondisi kerja berat atau lama. Pada kendaraan baik motor atau mobil
radiator pada umumnya terletak di depan dan berada didekat mesin atau pada
posisi tertentu yang menguntungkan bagi system pendinginan.
2. Thermostat

Gambar 2.2 thermostat


Pada umumnya kerja mesin akan maksimum pada suhu tertentu. Thermostat
berfungsi untuk percepat tercapainya suhu kerja mesin pada saat mesin dingin dan
mempertahankan mesin saat mesin dingin.
3. Kipas pendingin

Gambar 2.3 kipas pendingin


Kipas pendingin: Radiator didinginkan oleh aliran udara luar yang mengalir
melewati sirip-siripnya. Pada saat kendaraan berhenti aliran udara tidak akan
cukkup untuk mendinginkan radiator. Untuk mengatasi hal ini maka dibelakang
radiator dipasang kipas pendingin untuk membantu agar aliran udara selalu cukup
untuk mendinginkan radiator. Ada 2 jenis kipas yang sering digunakan pada
kendaraan yaitu kipas yang digerakan oleh motor listrik dan kipas manual yang
digerakan oleh poros engkol mesin itu sendiri melalui talli kipas/V-belt.
4.

Pompa Air (Water Pump)

Gambar 2.4 Pompa Air (Water Pump)


Berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dengan jalan membuat
perbedaan tekanan antara saluran hisap dengan saluran tekan yang terdapat
pada pompa. Pompa yang digunakan umumnya adalah type sentrifugal. Pompa ini
digerakan oleh poros engkel melalui tali kipas atau v-belt.

Kegunaan dari sistem pendingin meliputi banyak faktor tetapi yang paling
utama adalah mendinginkan mesin yang sedang bekerja. Pada saat mesin sedang
bekerja perlu pendinginan karena untuk mencapai kondisi yang ideal.
Dapat dibanyangkan jika mesin atau kendaraan tidak menggunakan atau dapat
memiliki sistem pendingin makxa kondisi idela tidak dapat dijangkau. Selain itu,
kerusakan pada mesin juga dapat terjadi dan akan mengganggu peforma dari
kendaraan.

2.2. Teori Khusus


A. sistem pendingin
Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan kompresor, sedangkan
pada sistem pendingin absibsi digunakan absorber dan generator. Uap bertekanan
rendah diserap di absorber, disingkat dengan pompa pemberian panas di generator
sehingga absorber dan generator dapat menggantikan fungsi kompresor secara
mutlak. Untuk melakukan proses kompresi tersebut, sistempendingin kompresi
uap memerlukan masukan energi panas. Oleh sebab itu, siklus kompresi uap
sering disebubt sebagai siklus yang digerakan dengan kerja (WORKOPERATED) dan siklus absorbsi disebut sebagai siklus yang digerakan dengan
panas (HEAT-OPERATED). Gambar berikut menunjukan persamaan dan
perbedaan antasa siklus kompresi uap dengan siklus absorbsi.

Gambar 2.5. Perbedaan siklus kompresi uap dengan siklus absorber

Salah satu keunggulan sistem absorbsi adalah karena menggunakan panas


sebagai energi penggerak.panas sering disebut dengan energi tingkat rendah (low
level energy) karena panas merupakan hasil akhir dari perubahan energ dan
seringkali tidak didaur ulang. Pemberian panas dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti menggunakan kolektor surya,biomassa, limbah, atau dengan boiler
yang menggunakan energi komersial.
1. Prinsip Kerja Siklus Absorbsi
Dasar siklus absorbsi disajikan pada gambar 2.

Pada

gambar ditunjukkan adanya dua tingkat tekanan yang bekerja


pada

sistem, yaitu tekanan rendah

yang meliputi

proses

penguapan (di evaporator) dan penyerapan (di absorber), dan


tekanan tinggi yang meliputi proses pembentukan uap (di
generator) dan pengembunan (di kondensor).
Siklus absorbsi juga menggunakan dua jenis zat yang
umumnya berbeda, zat pertama disebut penyerap sedangkan
yang kedua disebut refrigeran. Selanjutnya, efek pendinginan
yang

terjadi

merupakan

akibat

dari

kombinasi

proses

pengembunan dan penguapan kedua zat pada kedua tingkat


tekanan tersebut.

Proses yang terjadi di evaporator dan

kondensor sama dengan pada siklus kompresi uap

Gambar 2.6 bagan alir proses pendingin absorbsi


Kerja siklus secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Proses 1-2/1-3 : Larutan encer campuran zat penyerap dengan
refrigeran

(konsentrasi

zat

penyerap

rendah)

masuk ke generator pada tekanan tinggi. Di


generator panas dari sumber bersuhu tinggi
ditambahkan

untuk

menguapkan

memisahkan

refrigeran

dari

zat

dan

penyerap,

sehingga terdapat uap refrigeran dan larutan


pekat zat penyerap. Larutan pekat campuran zat
penyerap

mengalir

ke

absorber

dan

uap

refrigeran mengalir ke kondensor.


Proses 2-7 :

Larutan pekat campuran zat penyerap dengan


refrigeran
kembali

(konsentrasi
ke

Penggunaan

absorber
katup

mempertahankan

zat

penyerap

melalui
cekik

katup

tinggi)
cekik.

bertujuan

untuk

tekanan

antara

perbedaan

generator dan absorber.


Proses 3-4 :

Di kondensor, uap refrigeran bertekanan dan


bersuhu tinggi diembunkan, panas dilepas ke
lingkungan, dan terjadi perubahan fase refrigeran
dari uap ke cair.

Dari kondensor dihasilkan

refrigeran cair bertekanan tinggi dan bersuhu


rendah.
Proses 4-5 :

Tekanan
dengan

tinggi

refrigeran

menggunakan

katup

cair

diturunkan

cekik

(katup

ekspansi)

dan

dihasilkan

refrigeran

cair

bertekanan dan bersuhu rendah yang selanjutnya


dialirkan ke evaporator.
Proses 5-6 :

Di evaporator, refrigeran cair mengambil panas


dari

lingkungan

menguap

yang

sehingga

akan

didinginkan

terjadi

uap

dan

refrigeran

bertekanan rendah.
Proses 6-8/7-8 :

Uap refrigeran dari evaporator diserap

oleh larutan pekat zat penyerap di absorber dan


membentuk larutan encer zat penyerap.
proses

penyerapan

tersebut

terjadi

Jika

secara

adiabatik, terjadi peningkatan suhu campuran


larutan yang pada gilirannya akan menyebabkan
proses penyerapan uap terhenti.

Agar proses

penyerapan berlangsung terus-menerus, absorber


didinginkan dengan air yang mengambil dan
melepaskan panas tersebut ke lingkungan.
Proses 8-1 :

Pompa

menerima

larutan

cair

bertekanan

rendah dari absorber, meningkatkan tekanannya,


dan

mengalirkannya

ke

generator

sehingga

proses berulang secara terus menerus

2. Kombinasi Refrigeran Absorber pada Sistem


Pendinginan Absorbsi
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh kombinasi
refrigeran dengan zat penyerap untuk layak digunakan pada
mesin pendingin absorbsi. Diantaranya adalah :

a. Zat penyerap harus mempunyai nilai afinitas (pertalian)


yang kuat dengan uap refrigeran, dan keduanya harus
mempunyai daya larut yang baik pada kisaran suhu kerja
yang diinginkan.
b. Kedua cairan tersebut, baik masing-masing maupun hasil
campurannya, harus aman, stabil, dan tidak korosif.
c. Secara ideal, kemampuan penguapan zat penyerap harus
lebih rendah dari refrigeran sehingga refrigeran yang
meninggalkan generator tidak mengandung zat penyerap
d. Refrigeran harus mempunyai panas laten penguapan yang
cukup tinggi sehingga laju aliran refrigeran yang harus
dicapai tidak terlalu tinggi
e. Tekanan kerja kedua zat harus cukup rendah (mendekati
tekanan

atmosfir)

untuk

mengurangi

berat

alat

dan

menghindari kebocoran ke lingkungannya


Saat ini, terdapat dua kombinasi refrigeran-zat penyerap
yang umum digunakan, yaitu air-litium bromida (H2O-LiBr) dan
amonia-air (NH3-H2O). Pada kombinasi pertama, air bertindak
sebagai refrigeran dan litium bromida sebagai zat penyerap,
sedang

pada

kombinasi

kedua,

amonia

bertindak

sebagai

refrigeran dan air sebagai zat penyerap.


1) Sistem Litium Bromida air
Sistem

litium

bromida-air

banyak

digunakan

untuk

pengkondisian udara dimana suhu evaporasi berada di atas 0


C. Litium Bromida (LiBr) adalah suatu kristal garam padat, yang
dapat menyerap uap air.

Larutan cair yang terjadi memberi

tekanan uap yang merupakan fungsi suhu dan konsentrasi


larutan.
Hubungan

antara

entalpi

dengan

persentase

Litium-

Bromida dalam larutan LiBr pada berbagai suhu larutan. Proses

terjadi kristalisasi larutan LiBr-H2O, yaitu pada keadaan yang


mana larutan mengalami pemadatan. Proses yang terjadi pada
wilayah

melewati

pembentukan

batas

lumpur

kristalisasi

padat

dan

akan

mengakibatkan

penyumbatan

sehingga

mengganggu aliran di dalam pipa.

2) Sistem Air Amonia


Sistem amonia-air digunakan secara luas untuk mesin pendingin
berskala kecil (perumahan) maupun industri, yang mana suhu evaporasi
yang dibutuhkan mendekati atau di bawah 0 C.

Sistem amonia-air

mempunyai hampir seluruh kriteria yang diperlukan di atas, kecuali bahwa


zat-zat tersebut dapat bersifat korosif terhadap tembaga dan alloynya,
serta

sifat

amonia

yang

sedikit

beracun

sehingga

membatasi

penggunaannya untuk pengkondisian udara.

Kelemahan sistem amonia-air yang paling utama adalah air


yang juga mudah menguap sehingga amonia yang berfungsi
sebagai refrigeran masih mengandung uap air pada saat keluar
dari generator dan masuk ke evaporator melalui kondensor.
Keadaan ini dapat menyebabkan uap air meninggalkan panas di
evaporator dan meningkatkan suhunya sehingga menurunkan
efek pendinginan. Untuk menghindari hal itu, mesin pendingin
absorbsi dengan sistem amonia-air umumnya dilengkapi dengan
R E CTI F IE R

dan

A N A LY Z E R ,

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2.7 Pendingin absorbsi sistem amonia air


Amonia yang masih mengandung uap air dari generator
melalui

RE CTI F I E R ,

suatu mekanisma yang bekerja seperti

kondenser akibat adanya arus balik uap air dari

A N A LY Z E R .

Di

sini, uap air yang mempunyai suhu jenuh yang lebih tinggi
diembunkan dan dikembalikan ke generator. Selanjutnya amonia
dan sejumlah kecil uap air diteruskan ke

A N A LY Z E R ,

dimana uap

air dan sebagian kecil amonia diembunkan dan dikembalikan ke


generator melalui
kondensor.
distilasi,

RE CTI F I E R ,

sedangkan amonia diteruskan ke

A N A LY ZE R pada prinsipnya adalah suatu kolom

yang

umumnya

menggunakan air

pendingin

dari

kondensor sebagai media pendingin.

Untuk dapat menghitung penampilan panas di dalam siklus


pendinginan absorbsi maka diperlukan data entalpi tiap kombinasi
refrigeran-zat penyerap yang digunakan. Perlu diperhatikan bahwa pada
diagram tersebut konsentrasi yang ditunjukkan adalah konsentrasi NH3 di
dalam larutan NH3-H2O, meskipun dalam hal ini amonia berfungsi sebagai
refrigeran dan air sebagai zat penyerap.

B. Sistem Pendingin Kompresi


Siklus pendingin kompresi uap merupakan system yang
banyak digunakan dalam system refrigrasi, pada sistem ini
terjadi

proses

kompresi,

pengembunan,

ekspansi

dan

penguapan. Secara skematik system ditunjukkan pada gambar 4


dibawah ini :

Gambar 2.8 skema sistem pendingin kompresi


Kompresi
evaporator

mengisap
ini,

uap

tekanan

refrigerant

diusahakan

dari

tetap

sisi
rendah

keluar
agar

refrigerant senantiasa berada dalam fasa gas dan bertemperatur


rendah. Didalam kompresor uap refrigerant ditekan sehingga
tekanan

dan

temperature

tinggi

untuk

menghindarkan

terjadinya kondensasi dengan membuang energy kelingkungan.


Energi yang diperlukan untuk proses komporesi diberikana oloh
motor listrik atau penggerak mula lainnya. Jadi dalam proses
kompresi energy diberikan kepada uap refrigerant. Pada waktu
uap refrigerant diisap masuk kedalam kompresor

temperature

masih tetap rendah akan tetapi ketika selama proses kompresi


berlangsung temperature dan tekanannya naik.
Setelah

mengalami

proses

komopresi,

uap

refrigerant

berkerja (fluida kerja ) mengalami proses kondensasi pada


kondensor. Uap refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur
tinggi pada akhirnya kompresi dapat dengan mudah dengan
mendinginkannya melalui fluida cair dan udara. Dengan kata lain
uap refrigerant memberikan panasnya kepada air pendingin atau
udara pendingin melalui dinding kondensor. Jadi dikarena air
pendingin atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant
maka temperaturnya menjadi tinggi pada waktu keluar dari

kondensor. Selama refrigerant mengalami perubahan dari fasa


uap ke fasa cair tekanan dan temperature konstan.
Untuk menurunkan tekanan refrigaran cair dari kondensor
kita gunakan katup expansi atau pipa kapiler, alat tersebut
dirancang untuk suatu penurunan tekanan tertentu. Melalui
katup expansi refrigerant mengalami evaporasi yaitu proses
penguapan cairan refrigerant pada tekanan dan temperature
rendah, proses ini terjadi pada evaporator. Seelama proses
evaporasi

refrigerant

memerlukan

atau

mengambil

bentuk

energy panas dari lingkungan atau sekelilingnya sehingga


temperature sekeliling turun dan terjadi prose pendinginan.
Untuk memahami proses proses yang terjadi pada mesin
pendingin kompresi uap, diperlukan pembahasan siklus
termodinamika yang digunakan. Pembahasan diawali dengan
daur carnot yang merupakan daur ideal hingga daur kompresi
uap nyata.

1. Daur Carnot
Daur carnot adalah daur reversible yang didefinisikan oleh
dua proses isothermal dan dua proses isentropic. Karena proses
reversible dan adiabatic, maka perpindahan panas hanya terjadi
selama proses isothermal. Dari kajian thermodinamika, daur
carnot di kenal dengan sebagai mesin kalor carnot yang
menerima energy kalor pada suhu tinggi, sebagian diubah
menjadi kerja dan sisanya dikeluarkan sebagai kalor pada suhu
rendah.
Apabila daur mesin kalor carnor dibalik, yaitu proses
pengembalian panas dari daerah yang bersuhu rendah ke daerah

yang bersuhu tinggi. Skematis peralatan dan diagram T S daur


refrigerasi carnot :

Gambar 2.9 Skema siklus Daur Carnot

Keteranagan proses :
1 2 : kompresi adiabatic
2 3 : pelepasan panas isothermal
3 4 : ekspansi adiabatic
4 - 1 : pemasukan panas isothermal
2. Daur Kompresi Uap Ideal
Apabila daur carnot diterapakan pada kompresi uap, maka
seluruh proses akan terjadi dalam fasa campuran. Untuk itu
fluida kerja yang masuk kompresor diusahakan tidak berupa
campuran, yang tujuannya mencegah kerusakan.
Pada daur carnot ekspansi isentropic terjadi pada turbin,
daya yang dihasilkan digunakan untuk mengerakkan kompresor.
Dalam hal ini mengalami suatu kesulitan teknis, maka untuk

memperbaikinya digunakan katup ekspansi atau pipa kapiler


dengan demikian proses berlangsung pada entalpi konstan.

Gambar 2.10 Daur kompresi uap ideal


Dimana :
12 :

kompresi adiabatic dan reversible, dari uap jenuh

menuju tekana konstan


2 - 3 : pelepasan kalor reverseibel pada tekanan konstan,
menyebabkan

penurunan

panas

lanjut

dan

pengembunan

refrigerant.
34 :

ekspansi irreversible pada entalpi konstan,dari cairan

jenuh menuju tekanan evaporator.


41 :

penambahan kalor reversible pada tekanan tetap yang

menyebabkan penguapan menuju uap jenuh.

3. Daur Kompresi Uap Nyata


Daur kompresi uap nyata mengalami pengurangan efisiensi
dibandingkan dengan daur uap standart. Pada daur kompresi uap
nyata proses kompresi berlangsung tidak isentropic, selam fluida

berkerja melewati evaporator dan kondensor akan mengalami


penurunan tekanan. Fluida kerja mendinginkan kondensor dalam
keadaan

sub

dingin

dan

meninggalkan

evaporator

dalam

keadaan panas lanjut. Penyimpangan daur kompresi uap nyata


dari daur uap ideal dapat diperhatikan gambar dibawah ini :

Gambar 2.11 perbandingan antara siklus


kompresi uap standart dan nyata.
Pada
berlangsung

daur
tidak

kompresi
isentropic,

uap
hal

nyata
ini

preses

disebabakan

kompresi
adanya

kerugian mekanis dan pengaruh suhu lingkungan selama prose


kompresi. Gesekan dan belokan pipa menyebebkan penurunan
tekanan di dalam alat penukar panas sebagai akibatnya kompresi
pada titik 1 menuju titik 2 memerlukan lebih banyak kerja
dibandingkan dengan daur ideal (standart). Untuk menjamin
seluruh refrigerant dalam keadaan cair dalam sewaktu memasuki
alat ekspansi diusahakan refrigerant meniggalkan kondensor
dalam

keadaan

sub

dingin.

Kondisi

panas

lanjut

yang

meninggalkan evaporator disarankan untuk mencegah kerusakan


kompresor akibat terisap cairan.

4. Bagian-Bagian Penting Mesin Pendingin


a. Kompresor

Gambar 2.12 kompresor


Kompresor memompa bahan pendingin ke seluruh sistem.
Gunanya adalah untuk menghisap gas tekanan rendah dan suhu
terendah

dari

evaporator

dan

kemudian

menekan/

memampatkan gas tersebut, sehingga menjadi gas dengan


tekanan dan suhu tinggi, lalu dialirkan ke kondensor. Jadi kerja
kompresor adalah untuk
1) Menurunkan tekanan di evaporator, sehingga bahan pendingin
cair di evaporator dapat menguap pada suhu yang lebih rendah
dan menyerap lebih banyak panas dari sekitarnya.
2) Menghisap gas bahan pendingin dari evaporator, lalu menaikkan
tekanan

dan

suhu

gas

bahan

pendingin

tersebut,

dan

mengalirkannya ke kondensor sehingga gas tersebut dapat


mengembun dan memberikan panasnya pada medium yang
mendinginkan kondensor.
Ada tiga macam kompresor yang banyak dipakai pada
mesin-mesin pendingin yaitu :
1. Kompresor Torak, kompresinya dikerjakan oleh torak.

2. Kompresor Rotasi, kompresinya dikerjakan oleh blade atau


vane dan roller
3. Kompresor

Centrifugal,

kompresor

centrifugal

tidak

mempunyai alat-alat tersebut, kompresi timbul akibat gaya


centrifugal yang terjadi karena gas diputar oleh putaran
yang tinggi kecepatannya dan impeller.
Ketiga macam kompresor mempunyai keunggulan masingmasing. Pemakaiannya ditentukan oleh besarnya kapasitas,
penggunaannya, instalasinya dan jenis bahan pendingin yang
dipakai.
b. Kondensor

Gambar 2.13 kondensor


Kondensor

adalah

suatu

alat

untuk

merubah

bahan

pendingin dari bentuk gas menjadi cair. Bahan pendingin dari


kompresor dengan suhu dan tekanan tinggi, panasnya keluar
melalui permukaan rusuk-rusuk kondensor ke udara. Sebagai
akibat dari kehilangan panas, bahan pendingin gas mula-mula
didinginkan menjadi gas jenuh, kemudian mengembun berubah
menjadi cair.
c. Evaporator

Gambar 2.14 evaporator


Evaporator adalah suatu alat dimana bahan pendingin
menguap dari cair menjadi gas. Melalui perpindahan panas dari
dinding

dindingnya,

mengambil

panas

dari

ruangan

di

sekitarnya ke dalam sistem, panas tersebut lalu di bawa ke


kompresor dan dikeluarkan lagi oleh kondensor.
d. Saringan
Saringan untuk AC dibuat dari pipa tembaga berguna untuk
menyaring kotoran-kotoran di dalam sistem, seperti : potongan
timah, lumpur, karat, dan kotoran lainnya agar tidak masuk ke
dalam

pipa

kapiler

atau

keran

ekspansi.

Saringan

harus

menyaring semua kotoran di dalam sistem, tetapi tidak boleh


menyebabkan penurunan tekanan atau membuat sistem menjadi
buntu.
e. Pipa Kapiler

Gambar 2.15 pipa kapiler


Pipa kapiler gunanya adalah untuk :

1) Menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir


di dalam pipa tersebut.
2) Mengontrol atau mengatur jumlah bahan pendingin cair
yang mengalir dari sisi tekanan tinggi ke sisi tekanan
rendah.
f. Keran Ekspansi

Gambar 2.16 katup ekspansi


Keran ekspansi ada 2 macam
1) Automatic Expasion Valve
2) Thermostatic Expansion Valve
Thermostatic Exspansion Valve lebih baik dan lebih banyak
dipakai, tetapi pada AC hanya dipakai automatic expansion
valve, maka disini kita hanya akan membicarakan automatic
expansion valve saja. Gunanya untuk menurunkan cairan dan
tekanan tekanan evaporator dalam batas-batas yang telah di
tentukan dengan mengalirkan cairan bahan pendingin dalam
jumlah yang tertentu ke dalam evaporator.
2.3 Teori Alat Ukur
a. Thermostat

Sebuah termostat adalah alat yang digunakan untuk mengendalikan kerja


suatu perangkat lainnya pada suatu ambang suhu tertentu. Alat ini banyak
digunakan pada elemen produksi pada industri maupun rumah tangga. Termostat
berasal dari kata Yunani termos panas dan statos berdiri. Termostat bekerja
dengan cara beralih dari pemanasan atau pendingin suatu alat atau mengatur aliran
perpindahan panas fluida yang diperlukan, untuk menjaga suhu yang benar.
Sebuah termostat bisa menjadi pengontrol suatu unit untuk pemanas atau
pendingin suatu kompon. Termostat bisa dibangun dalam banyak cara dan dapat
menggunakan berbagai sensor untuk mengukur suhu. Output dari sensor
kemudian mengontrol peralatan pemanas atau pendingin. . Thermostat dirancang
untuk dapat menunjukkan besarnya suatu besaran suhu dalam skala pengukuran
dan dapat mengendalikan suatu perangkat external dimana pengendaliannya dapat
kita program pada suatu ambang suhu tertentu, sesuai dengan karakteristik
kebutuhan

serta

karakteristik

kerja

alat

yang

akan

dikendalikan.

Termostat pertama kali diciptakan pada tahun 1883 oleh Warren S. Johnson.

Thermostat dipasang pada blok silinder bagian atas dengan sambungan


selang. Thermostat bekerja pada suhu yang kurang dari 80C . dan pada suhu
tersebut thermostat membuka, sehingga air hanya beredar disekeliling blok
silinder tidak sampai ke radiator. Dengan demikian suhu mesin dapat dikendalikan
dan ini merupakan fungsi thermostat sebagai pengendali suhu mesin.

Gambar 2.17 Thermostat

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Siklus sistem pendingin

Gambar 3.1 siklus sistem pendingi


Diagram P-V

Gambar 3.2 diagram P-V

Keterangan
1-2 : kompresi oleh kompresor untuk menaikkan tekanan
2-3 : penambahan panas
3-4 : penurunan tekanan
4-1 : penyerapan kalor kedalam sistem yang ada dalam ruangan

1.2 Cara Kerja

Berawal dari kompresor dimana kompresor berfungsi untuk menghisap


cairan tersebut kemudian masuk ke evaporator kemudian mengkompresikan
cairan tersebut menjadi uap panas.
Uap panas masuk kedalam kondensor kemudian didalam kondensoor uap
diubah menjadi cairan. Cairan tersebut kemudian masuk kedalm katup
exspansi agar fluida dapat diatur jumlahnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1

Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1 data hasil percobaan


No
1

Beban
(watt)
150

H1
(btu/lb)
116,2996

H2
(btu/lb)
139,3349

H3
(btu/lb)
38,347

H4
(btu/lb)
11,062

250

116,4414

142,3638

37,6435

9,6175

350

116,5778

145,4957

38,0455

7,6685

450

116,4316

146,7136

37,82775

8,98025

550

116,2283

146,6469

38,36625

10,441

650

117,9934

143,8757

38,606775

10,945

4.2 Perhitungan
Dari data percobaan yang dilakukan proses perhitungan pada beban 150
watt.

1. Laju aliran massa refrigeran (m)


daya
M= h2h 1
150
= 139,3349116,2996
= 6,511745 lb/nr

2. Kapasitas kompresor ( Q komp )


Q komp = m x ( h2-h1) x 0,001
= 6,511745 x (139,3349-116,2996) x 0,001
= 0,15 kw

3. Kapasitas kondensor (Q kond)


Q kond = m x ( h2-h3) x 0,001
= 6,511745 x (139,3349-38,347) x 0,001

= 0,65761 kw

4. Efek refrigeran ( H efek )


H efek = H1-H2
= 116,2296 139,3349
= - 23,0353 btu/lb

5. Laju aliran kalor pendingin ( Q vap)


Q evap = m x ( h1-h4) x 0,001
= 6,511745 x (116,2996-11,062) x 0,001
= 0,68528 kw

6. Coeffisient of peformance
Cop=

m(h1h 4)
m(h 2h1)

139,3349116,29
6,51
= 6,51(116,299511,062)

=4,56854

4.3 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel dibawah ini adalah tabel hasil perhitungan pada sistem.
No Beban M
Q komp
(watt) (lb/br
(kw)
1
150
6,511745 0,15

Q kond
(kw)
0,6576
1

H efek
(btu/lb)
-23,0353

Q evap
(kw)
0,6852
8

COP
4,56854

250

9,64416

0,25

4
3

350

12,1032

450

14,8603

-25,9224

4
0,35

3
4

1,0099
1,3004
1,6180

-28,9179

550

18,0899

0,55

1,9582

-30,282

650

24,7314

0,65

2,6034

3,76616

1,5967

3,54836

6
-30,4086

9
6

1,3181
5

8
5

4,12091

9
0,45

1,0302

1,9133

3,47886

7
-26,2823

2,6375

4,0578

7
6
7
Dari tabel 4.2 diatas, beban hasil perhitungan dengan beban yang
diberikan yaitu sebesar 150 w, 250 w, 350 w, 450 w,550 w, 650 w. Dan didapatlah
nilai perhitungan m ( laju aliran massa ) kapasitas kompresor (Q komp) kapasitas
kondensor (Q kond) efekrefrigeran (H efek) laju aliran kalor pendinginan ( Q evap
) dan coeffisien peformance (cop).

4.4 Grafik
Grafik 4.1 perbandingan beban vs laju aliran massa.

Grafik Perbandingan Beban Vs Laju Aliran Massa (m)


30
25
20
Laju aliran massa (lb/hr)

15
10
5
0

Beban (watt)

Grafik 4.2 perbandingan beban vs Q kompresor

Laju aliran massa (m)

Grafik Perbandingan Beban Vs Qkompresor


0.7
0.6
0.5
0.4
Kapasitas Kompresor (kW) 0.3
0.2

Kapasitas Kompresor
(Qkomp)

0.1
0

Beban (watt)

Grafik 4.3 perbandingan beban vs Q kondensor

Grafik Perbandingan Beban Vs Qkondensor


3
2.5
2
Kapasitas Kondensor (kW)

1.5
1
0.5
0

Beban (watt)

Kapasitas Kondensor
(Qkond)

Grafik 4.4 perbandingan beban vs efek refrigeran

Grafik Perbandingan Beban Vs Efek Refrigerant


0
-5
-10
Efek Refrigerant (btu/lb))

-15
-20

Efek Refrigerant
(Hefek)

-25
-30
-35
Beban (watt)

Grafik 4.5 perbandingan beban vs Q evaporator

Grafik Perbandingan Beban Vs Qevaporator


3
2.5
2
Qevaporator (kW)

1.5
1
0.5
0

Beban (watt)

Laju aliran kalor


pendingin
(Qevaporator)

Grafik 4.6 Berikut perbandingan beban vs cop

Grafik Perbandingan Beban Vs COP


5
4
3
COP

Coefisien Of
Performance (COP)

2
1
0
150

250

350

450

550

650

Beban (watt)

4.5

Pembahasan
Dari data yang telah didapat. Dengan dilakukannya 6 kali percobaan

denagn 6 pembebanan yang berbeda beda yaitu, 150 watt, 250 watt, 350 watt, 450
watt, 550 watt dan 650 watt. Dari tabel akan dilakukan perhitungan Q kompresor,
Q kondensor, efek refrigeran, laju aliran kalor pendingin ( Q evaporator) dan COP
(coeffisien of peformance).
Pada grafik 4.1 nilai yang didapat tertinggi adalah pada beban 650 watt
dengan nilai sebesar 24,73147 lb/hr, dan nilai yang didapat terendah adalah pada
beban 150 watt dengan nilai sebesar sebesar 6,511745 lb/hr.
Pada grafik 4.2 nilai kapasitas kompresor yang tertinggi didapat pada
beban 650 watt dengan nilai sebesar sebesar 0,65 kw dan nilai yang didapat
terendah terendah adalah pada beban 150 watt dengan nilai sebesar sebesar 0,15
kw

Pada grafik 4.3 nilai yang tertinggi didapat pada beban 650 watt dengan
nilai sebesar 2,60346 kw dan nilai terendah didapat pada beban 150 watt dengan
nilai sebesar 0,65761 kw.
Pada grafik 4.4 nilai tertinggi didapat pada beban 550 watt dengan an nilai
-30,4086 btu/lb yang tertinggi. Sedangkan nilai yang terendah didapat pada beban
150 watt dengan nilai sebesar -23,0353 btu/lb
Pada grafik 4.5 nilai yang tertinggi didapay pada beban 650 watt dengan
nilai sebesar 2,63757 kw dan nilai yang terendah didapat pada beban pada beban
150 watt dengan nilai sebesar sebesar 0,68528 kw.
Pada grafik 4.6 niali yang tertinggi didapat pada beban 150 watt dengan
nilai sebesar 4,56854, dan sedangkan nilai yang terendah didapat pada beban 550
watt dengan nilai sebesar 3,47886 kw.
Dari hampir semua perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan
nilaiyang bebeda beda dan nilai yang tertinggi didapat pada beban 650 watt dan
nialai yang terendah didapat pada beban 150 watt. Berarti sistem pendingin yang
baik jika beban sekitar 650 watt.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. sistem pendingin adalah sebuah sistem yang berguna untuk menjaga
suatu temperatur dari sebuah sistem supaya tetap ideal.
2. dari hasil perhitungan didapat nilai
M = 24,73147 lb/hr pada 650 watt
Q komp = 0,65 kw pada 650 watt
Q kond = 2,60346 kw pada 650 watt

H efek = -30,4083 btu/lb pada 550 watt


Q evap = 2,63757 kw pada 650 watt
Cop = 4,56854 pada 150 watt
5.2 Saran
1. sebaiknya dilakukan pengukuran secara langsung.
2. sebaiknya langsung melakukan praktikum supaya praktikan
mengerti.

DAFTAR PUSTAKA
Tim asisten 2015, modul praktikum prestasi mesin bengkulu, laboratorium
konversi energi unuversitas bengkulu
Yunus A,Cengel.1989.Thermodynamics an Engineering Approach.England: MC.
Graw Hill Book and Corporation.
https://www.google.co.id/sistem-pendingin/

You might also like