You are on page 1of 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan matematika adalah sebagai salah satu ilmu dasar

yang mempunyai peranan penting. Karena pelajaran matematika merupakan salah

satu sarana dalam membentuk siswa untuk berpikir secara alamiah. Hal ini sesuai

dengan fungsi pembelajaran matematika yaitu untuk mengembangkan

kemampuan berhitung yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari pentingnya pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah

Dasar, maka pembelajaran matematika harus di tingkatkan sehingga hasil belajar

siswa dapat tercapai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah

yang ditetapkan.

Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan

hasil belajar matematika. Mutu hasil belajar matematika ditentukan oleh mutu

proses belajar matematika di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan

hanya dapat dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika

yang bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika.

Sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika di SD

tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) melatih siswa

untuk mengembangkan kemampuan dalam menarik kesimpulan, kreatif, mampu

menyelesaikan masalah dan mengkomunikasikan gagasan, serta menata cara

berfikir untuk mengubah tingkah laku ( Depdiknas, 2006).


2

Mutu proses dan hasil pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain adalah penggunaan media dan model pembelajaran. Dengan

penggunaan media dan model pembelajaran yang tepat maka hasil belajar

matematika siswa akan meningkat sehingga kriteria ketuntasan minimum 60 yang

telah ditetapkan sekolah dapat dicapai oleh seluruh siswa.

Tabel l. Hasil Belajar Matematika siswa kelas Vb SDN 002 Tualang Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009

Persentase
Banyak Siswa Yang
No Materi Pokok Ketercapaian
Mencapai KKM
KKM ( % )
1 Bilangan cacah dan bilangan
17 44,7
bulat
2 Waktu 19 50
3 Sudut 19 50
4 Satuan 18 47,3
5 Luas bangun datar 16 42,1
6 Volume kubus dan balok 16 42,1

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa materi pokok bilangan cacah dan

bilangan bulat masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal KKM yang telah ditetapkan sekolah. Dari 38 orang siswa hanya 17

orang yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hal ini nanti akan

berpengaruh pada materi pokok pecahan karena materi bilangan cacah dan

bilangan bulat merupakan materi prasyarat pada materi pokok operasi perkalian

pada pecahan.

Rendahnya hasil belajar matematika akibat proses pembelajaran yang

kurang tepat mendorong peneliti untuk mengadakan perbaikan terhadap proses

pembelajaran. Salah satunya adalah dengan memilih model pembelajaran yang

dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Peneliti juga ingin
3

menggunakan media gambar yang mudah dipahami siswa dan mudah dikerjakan

siswa. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa,

khususnya materi operasi perkalian pada pecahan.

Media gambar memiliki beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh

Sadiman (2006) yaitu (1) Sifatnya kongkrit; (2) Dapat mengatasi batasan ruang

dan waktu; (3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; (4) Dapat

memperjelas suatu masalah; (5) Harganya murah dan gampang didapat.

Berdasarkan teori dan uraian di atas pembelajaran seperti ini terdapat pada

model pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar. Model ini

sangat memungkinkan dilaksanakan karena sesuai dengan model pembelajaran

yang dilaksanakan guru, materi yang diajarkan selangkah demi selangkah melalui

demonstrasi. Model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Untuk

membantu siwa memahami konsep operasi perkalian pada pecahan peneliti

tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang model pembelajaran langsung

dengan menggunakan media gambar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penerapan model

pembelajaran langsung dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa Kelas Vb SD Negeri 002 Tualang semester genap Tahun

Pelajaran 2008-2009 pada materi pokok operasi perkalian pada pecahan.


4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa

Kelas Vb SD Negeri 002 Tualang semester genap Tahun Ajaran 2008-2009

melalui penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media

gambar pada materi pokok operasi perkalian pada pecahan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa Kelas Vb SD Negeri 002 Tualang dapat meningkatkan hasil

belajar matematika.

2. Bagi guru khususnya guru Kelas Vb SD Negeri 002 Tualang sebagai salah

satu alternatif model pembelajaran untuk memperbaiki proses

pembelajaran terutama pada pembelajaran matematika.

3. Bagi SD Negeri 002 Tualang dapat dijadikan salah satu bahan masukan

dalam rangka meningkatkan hasil belajar terutama pada pembelajaran

matematika.

4. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dalam membuat

karya ilmiah dan menjadi landasan berpijak untuk menindaklanjuti

penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.


5

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Hasil Belajar Matematika

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk

mencapai suatu perubahan sikap maupun tingkah laku yang baik yang bersifat

keseluruhan sebagai hasil interaksi dan pengalaman individu dengan lingkungan

(Slameto, 1991). Menurut Purwanto (1990) belajar merupakan perubahan-

perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan kematangan yang terjadi melalui

latihan dan pengalaman berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan belajar adalah

usaha yang dilakukan seseorang perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari

melakukan aktifitas tertentu.

Hasil belajar pada hakekatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar, mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif

dan psikomotor, Sudjana (2000). Sedangkan Dimyati (2000) berpendapat hasil

belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes

hasil belajar di akhir pembelajaran. Menurut Travers dalam Sudjana (2000)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan

penyesuaian tingkah laku. Beliau membedakan belajar menjadi dua macam yaitu

pertama, belajar sebagai proses dan kedua belajar sebagai hasil. Dalam hubungan

ini belajar sebagai hasil merupakan akibat wajar dari belajar sebagai proses.

Dengan kata lain proses belajar menyebabkan hasil belajar. Belajar merupakan

suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang baru.
6

Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa, dan hasil yang

dicapai selalu meningkat atas dasar bahan pelajaran yang dipahami.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang diperoleh melalui pengalaman

belajar dalam bentuk angka dan skor melalui tes hasil belajar setelah

pembelajaran. Hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah kemampuan

matematika yang dimiliki atau dicapai siswa dalam angka atau skor dari hasil test

setelah mengikuti proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

langsung dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas Vb SD Negeri

002 Tualang pada materi pokok operasi perkalian pada pecahan.

B. Model Pembelajaran Langsung

Menurut Kardi (2000) model pembelajaran langsung adalah salah satu

model pembelajaran yang dapat membantu siswa memperoleh keterampilan dasar

dan informasi yang dilakukan secara bertahap, dan dapat diterapkan dalam bidang

studi yang berorientasi pada penampilan dan kinerja seperti menulis, membaca

matematika, musik, pendidikan jasmani.

Model pembelajaran langsung secara khusus untuk mengembangkan

belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang

terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah

pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Contoh pengetahuan


7

deklaratif adalah bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia adalah

lembaga tertinggi, dan para anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama 5 tahun.

Pengetahuan Prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas

adalah bagaimana cara pemilihan dan penetapan anggota MPR tersebut di atas.

Ciri-ciri pembelajaran langsung adalah : (l) Adanya tujuan pembelajaran

dan prosedur penilaian hasil belajar; (2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur

kegiatan pembelajaran; dan (3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang

mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran (Kardi dan Nur, 2000).

Pada model pembelajaran langsung terdapat 5 tahapan penting. Guru mengawali

pembelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran

serta menyiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Tahapan selanjutnya diikuti oleh persentase materi ajar yang diajarkan

atau demontrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga

pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada tahap penelitian dan

pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan

kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Fase-fase tersebut dapat disajikan

pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 2. Sintaks Pembelajaran Langsung

Fase Peran Guru


1. Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan, inormasi latar
mempersiapkan siswa belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar
2. Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
pengetahuan dan benar, atau menyajikan informasi tahap demi
keterampilan tahap
8

3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan


pelatihan awal
4. Mengecek pemahaman Mengecek apakah siswa telah berhasil
dan memberikan umpan melakukan dengan baik, memberikan umpan
balik balik
5. Memberikan kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
untuk pelatihan lanjutan palatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada
dan penerapan penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari – hari

Sumber : Kardi dan Nur (2000)

Secara diskriptif, tabel di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa. Guru menyampaikan tujuan-tujuan yang akan dicapai pada materi

yang diberikan. Guru juga mempersiapkan siswa untuk memulai

pelajaran seperti mengabsen siswa, menyuruh siswa mempersiapkan

alat-alat peraga.

2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan informasi yang akan disampaikan setahap

demi setahap sesuai dengan materi yang disampaikan.

3) Membimbing pelatihan

Pada tahap ini guru memberikan pelatihan awal dengan membagikan

Lembaran Kerja Siswa (LKS), lalu siswa mengerjakan soal-soal yang

terdapat pada LKS sebaai latihan awal.

4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Pada saat siswa mengerjakan pelatihan awal guru berusaha

mengecek pemahaman siswa dengan melakukan tanya jawab tentang


9

materi yang disampaikan diiringi dengan memberikan pujian dan

membimbing siswa yang belum mampu mandiri.

5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Pada tahap ini guru memberikan pelatihan lanjutan berupa soal-soal

latihan yang sesuai dengan materi yang disampaikan yang penerapannya

pada situasi yang lebih kompleks.

C. Media Gambar

Pada saat kegiatan pembelajaran tidak semua siswa mampu berkonsentrasi

dalam waktu relatif lama atau menyerap semua pelajaran yang diberikan guru.

Mereka sering terpengaruh dengan hal-hal sepele antara sesama siswa didalam

kelas. Guru harus mampu menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran yang

berlangsung, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran

agar tercapai hasil belajar yang optimal.

Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu

Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film

bingkai adalah contoh-contohnya.

Edgar Dale dalam Saragih (2007) yang terkenal kerucut pengalaman

(Cone of experience) mengemukakan bahwa pengalaman belajar seseorang 75%

diperoleh melaui indra penglihatan (mata), 13% melalui indra dengar (telinga),

dan selebihnya melalui indra lain. Menurut Djamarah (2002), media adalah alat
10

bantu apa saja yang dapat dijadikan penyalur pesan guna mencapai tujuan

pengajaran. Djamarah membagi media ke dalam :

a. Media auditif, yaitu media hanya mengandalkan kemampuan suara

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan penglihatan

c. Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar.

Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam :

1) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh, dan harganya murah, cara

pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

2) Media kompleks

Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit

diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya

memerlukan keterampilan yang memadai.

Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar (2003), mengemukakan manfaat

media pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu :

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai

tujuan pengajaran.
11

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui kata-kata guru, sehingga siswa tidak merasa

bosan.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain.

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan,

media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film

rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media

visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu,

film kartun (Djamarah, 2006)

Menurut Sadiman (2006) beberapa kelebihan media gambar adalah sebagai

berikut :

1) Sifatnya konkrit

2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu

3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

4) Memperjelas suatu masalah

5) Harganya murah, mudah di dapat.

Dalam penelitian ini peneliti memilih pembelajaran langsung yang

dikolaborasikan denga media gambar. Untuk menyampaikan materi operasi

perkalian pada pecahan penulis memilih media gambar yang berbentuk gambar

model luasan. Media gambar model luasan ini, peneliti menggunakan dengan

memakai tanda arsiran hitam dan arsiran merah. Untuk menentukan nilai pecahan
12

yang dimaksud pada operasi perkalian pada pecahan. Peneliti berharap agar siswa

lebih dapat memahami konsep operasi perkalian pecahan dengan media gambar

model luasan.

D. Pembelajaran Langsung dengan Media Gambar

Berdasarkan sintak pembelajaran langsung yang dikemukan oleh Kardi dan

Nur (2000) penggunaan media gambar dalam pembelajaran langsung dapat

dilaksanakan :

1. Kegiatan Awal

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan informasi tentang apa

yang akan dipelajari siswa dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan

dilakukan serta mengecek kelengkapan siswa.

2. Kegiatan Inti

a. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan tahap demi

tahap dengan menggunakan media gambar yang disiapkan.

b. Membimbing pelatihan

Guru memberikan bimbingan pelatihan awal. Kegiatan latihan

dilaksanakan sebagai berikut :

1) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing –

masing siswa, lalu siswa mengerjakan soal – soal yang terdapat

didalam LKS sebagai latihan awal.


13

2) Salah sesorang siswa maju kedepan kelas menyajikan hasil

kerjanya.

3) Setelah itu diminta tanggapan kepada siswa lain.

c. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Guru mengecek pemahaman siswa yaitu dengan :

4) Melakukan diskusi kelas dibawah bimbingan guru

5) Memberikan kuis yang berkaitan dengan materi yang dipelajari

d. Memberikan pelatihan lanjutan

Guru memberikan latihan lanjutan berupa soal – soal yang

penerapannya kepada situasi yang lebih komplek dalam kehidupan

sehari – hari.

3. Kegiatan Akhir

Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merefleksi

tindakan.

E. Hubungan Pembelajaran Langsung dengan Media Gambar dan Hasil


Belajar Matematika

Proses pembelajaran yang diharapkan ialah kegiatan pembelajaran yang

melibatkan dan mengembangkan kemampuan siswa secara optimal agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran

langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa

seangkah demi selangkah melalui demonstrasi. Pembelajaran langsung memiliki 5

fase, yaitu menyiapkan siswa dan menerima pembelajaran, demonstrasi, pelatihan

terbimbing, pengecekan dan umpan balik serta pelatihan lanjutan.


14

Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang

sangat hati-hati oleh guru. Didalam pembelajaran langsung diharapkan guru

mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menjamin terwujudnya

keterlibatan siswa agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran langsung dikemukakan

bahwa pembelajaran ini menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa, memberikan siswa mempelajari keterampilan dasar dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau

keterampilan yang dipelajari kedalam kehidupan nyata.

Pelaksanaan latihan yang menggunakanmedia gambar dalam pembelajaran

langsung membuat siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif dalam proses

pembelajaran. Dengan menggunakan media gambar siswa diharapkan dapat

berperan lebih aktif sehinggan proses pembelajaran tidak hanya berpusat pada

guru.

Proses pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa

secara mandiri melalui interaksi siswa sesama teman.

Suasana pembelajaran yang demikian menunjukkan proses pembelajaran

sudah terpusat pada siswa. Dengan memahami konsep suatu materi pembelajaran

akan menunjang kemampuan siswa untuk lebih mudah menentukan penyelesaian

suatu materi pembelajaran yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan hasil

belajar sesuai dengan standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah.


15

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

Jika model pembelajaran langsung dengan media garnbar diterapkan maka

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas Vb SD Negeri 002

Tualang semester genap Tahun Pelajaran 2008-2009 pada materi pokok operasi

perkalian pada pecahan.


16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2008-2009

bulan Januari 2009 sampai bulan Juli 2009 di SD Negeri 002 Tualang pada materi

pokok operasi perkalian pada pecahan.

B. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindak Kelas (PTK) dalam bentuk guru

sebagai peneliti. Peneliti di bantu guru lain sebagai pengamat dalam proses

pembelajaran. Tindakan yang akan di lakukan adalah penerapan pembelajaran

langsung dengan media gambar pada materi perkalian pada pecahan. Penelitian

ini direncanakan 2 siklus, siklus 1 dilaksanakan berdasarkan refleksi awal,

dilanjutkan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Sedangkan siklus 2

dilaksanakan berdasarkan hasil refleks siklus 1.

Empat tahap dalam PTK yaitu : (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3)

Pengamatan, dan (4) refleksi.

Model siklus Penelitian Tindak Kelas (PTK) dapat dilihat sebagai berikut :
17

Refleksi awal Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Siklus PTK

a) Perencanaan :

Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai guru dan

wali kelas Vb sebagai pengamat. Berdasarkan permasalahan

tentang rendahnya hasil belajar matematika pada materi pokok

operasi perkalian pecahan, peneliti melakukan perbaikan dengan

penggunaan media gambar dalam pembelajaran langsung.

Perangkat pembelajaran berdasarkan langkah-langkah

pembelajaran langsung terdiri dari 6 RPP, 6 LKS dan 6 lembar

pengamatan. Kriteria keberhasilan yang diharapkan setelah


18

diadakan tindakan terdapat perubahan aktivitas sisvva dan guru dan

terdapat peningkatan hasil belajar dengan KKM 60.

b) Tindakan :

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran langsung

diharapkan saling berinteraksi antar sesama siswa dalam

memahami suatu topi pembelajaran dan dapat menimbulkan

ransangan dan motivasi untuk peningkatan hasil belajar.

c) Pengamatan :

Tindakan diamati setiap kali pertemuan tentang aktivitas

siswa dan guru sewaktu dilakukan penggunaan media gambar

dalam pembelajaran langsung. Pengamat mengarnati mulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir pembelajaran,

kemudian mendeskripsikan secara rinci pada lembar pengamatan.

Kemudian lembar pengamatan dianalisis.

d) Refleksi :

Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan

berdasarkan data yang telah terkumpul. Kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Jika tc:rdapat masalah

dari proses refleksi maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus

berikutnya, sehingga permasalahan dapat diselesaikan.

C. Subjek Penelitian
19

Subjek penelitian adalah siswa Kelas Vb SD Negeri 002 Tualang

dengan jumlah siswa 38 orang, 18 orang perempuan, 20 orang laki-laki.

D. Isntrumen Penelitian

1. Perangkat Pembelajaran

a. Silabus

Silabus adalah pembelajaran perangkat pembelajaran yang

bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih

lanjut, seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dan pengelolaan.

Silabus disusun berdasarkan prinsip-prinsip yang berorientasi pada

pencapaian kompetensi. Susuai dengan prinsip tersebut maka silabus

pada penelitian ini memuat komponen-komponen Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar, lndikator, Materi Pembelajaran, metode penilaian

yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrument, contoh instrument,

alokasi waktu, dan sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berguna sebagai

pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Meliputi rencana pelaksanaa pembelajaran yang memuat tujuan


20

pembelajaran, materi ajar, matode pengajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Berisi kegiatan siswa dalam menemukan konsep operasi perkalian

pada pecahan yang dilengkapi dengan petunjuk kerja yang dapat

membantu siswa dalam menyelesaikan kegiatan yang ada di LKS.

d. Lembar Latihan Lanjutan

Merupakan latihan soal yang dikerjakan siswa sebagai bentuk

pelatihan soal-soal yang lebih kompleks.

2. Instrument Pengumpul Data

Instrument pengumpul data yang digunakan adalah : (1) tes hasil

belajar siswa yang berguna untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari; (2) Lembar

Pengamatan yang berguna untuk mengetahui aktifitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Data tentang hasil belajar

matematika siswa setelah proses pembelajaran dikumpulkan dengan

menggunakan tes hasil belajar.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan lembar

pengamatan dan tes hasil belajar matematika. Pengamatan dilakukan

terhadap aktifitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses


21

pembelajaran untuk setiap kali pertemuan dengan mengisi llembar

pengamatan yang sudah disediakan.

Data tentang hasil belajar matematika dikumpulkan melalui tes hasil

belajar matematika berupa ulangan harian. Ulangan harian tersebut

dilakukan setelah proses hasil pembelajaran materi pokok operasi

perkalian pada pecahan yang menerapkan model pembelajaran dengan

menggunakan media gambar berakhir. Ulangan Harian dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II. Soal –

soal pada Ulangan Harian dibuat berdasarkan indsikator yang ingin

dicapai pada materi pokok operasi perkalian pada pecahan.

F. Teknik Analisis Data

Data yang kita peroleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis

melalui analisis secara deskriptif. Analisis data deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan data tentang aktifitas siswa dan guru dalam proses

pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar siswa pada materi pokok

perkalian pecahan.

Analisis data tentang aktifitas guru dan siswa didasarkan dari hasil

pengamatan selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian

perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dikatakan

sesuai apabila semua aktifitas guru dalam pembelajaran yang dimaksud

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

Apabila suatu aspek yang diamati kurang sesuai dengan yang diharapkan
22

maka pengamat harus memberikan komentar berupa saran, sehingga

berdasarkan saran dan komentar tersebut, peneliti dapat memperbaiki dan

menyempurnakannya.

Data yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis untuk

mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran sejauh

mana ketercapaian Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM). Analasis

tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan skor hasil

belajar siswa yang menerapkan pembelajaran langsung dengan

menggunakan media gambar yang ditetapkan sekolah. Untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi, yaitu

dengan membandingkan nilai awal dengan nilai siswa setelah tindakan.

Dikatakan meningkat jika Ulangan Harian I lebih baik dari tes awal, dan

Ulangan Harian II lebih baik dari Ulangan Harian I.


23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Tindakan

Penerapan pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar

dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrument penelitian yang terdiri

dari perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus (Lampiran 1), Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (Lampiran 2), Lembaran Kerja Siswa (Lampiran 3 ),

yang disusun untuk enam kali pertemuann dengan menggunakan model

pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar pada materi pokok

operasi perkalian pada pecahan.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembaran pengamatan

untuk setiap kali pertemuan dan seperangkat tes hasil belajar matematika yang

terdiri dari kisi-kisi penulisan soal ulangan harian I dan II, naskah soal ulangan
24

harian I dan II serta kunci jawaban Ulangan Harian I dan II yang dapat dilihat

pada lampiran G, H, I dan J.

2. Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran langsung dengan

menggunakan media gambar dilakukan dengan 6 (enam) kali pertemuan

menyajikan materi dan dua kali pertemuan mengadakan tes. Selanjutnya proses

pembelajaran selama penelitian diuraikan sebagai berikut :

Siklus satu terdiri dari :

1. mengenal arti perkalian pecahan

2. menentukan hasil perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa

3. menentukan hasil perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa

4. menentukan hasil perkalian bilangan asli dengan pecahan campuran

Siklus kedua terdiri dari :

1. menentukan hasil perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran

2. menentukan hasil perkalian pecahan campuran dengan pecahan

campuran

3. menentukan hasil perkalian 3 pecahan berturut-turut

a. Pertemuan pertama ( Selasa, 31 Maret 2009 )

Pada pertemuan pertama, kegiatan awal dimulai denganmengucapkan

salam dan menanyakan keadaan siswa. Kemudian guru melakukan apersepsi

dengan mengaitkan pelajaran yang lama dengan yang baru, dilanjutkan

dengan memotivasi siswa dengan memberikan contoh mengenal perkalian

pecahan dan menentukan hasil perkalian pecahan biasa yang ditemukan


25

dalam kehidupan sehari hari. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran terakhir.

Pada berikutnya guru masuk pada kegiatan inti. Pertama guru

menempelkan alat peraga dipapan tulis yaitu gambar dari karton berupa

sebuah bangun datar. Selanjutnya guru meminta seorang siswa untuk

membagi gambar bangun datar tersebut menjadi tiga bagian secara vertikal

dan mengarsir satu bagian dari tiga bagian yang sama. Kemudian langkah

selanjutnya, siswa diminta membagi bangundatar yang sama menjadi empat

bagian secara horizontal dan mengarsir satu bagian dari empat bagian yang

sama. Langkah selanjutnya, guru dengan melibatkan siswa menghitung

bagian yang mendapat arsiran dua kali untuk menentukan hasil perkalian

dua pecahan biasa. Untuk mengarsir gambar secara vertikal siswa

menggunakan warna hitam dan untuk arsiran kedua, guru menyuruh siswa

menggunakan warna merah. Selanjutnya siswa kembali ketempat duduk.

Kegiatan selanjutnya, guru memberikan kesempatan bertanya kepada

siswa untuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa. Untuk

meningkatkan pemahaman siswa, guru membagikan LKS. Sememntara

siswa mengerjakan LKS, guru berkeliling mengamati siswa dan

membimbing serta memberikan umpan balik terhadap langkah – langkah

kerja yang ada di Lembar Kerja Siswa. Selanjutnya murid disuruh

mengerjakan latihan terbimbing untuk memertajam pemahaman siswa.

Kemudian murid mengerjakan laihan lanjutan ang berisi penerapan soal-soal

yang lebih kompleks dari materi yang berikan.


26

Kemudian pada kegiatan akhir, guru dan murid mengadakan tanya jawab

untuk menyimpulkan pelajaran dan merefleksi pengajaran yang diberikan.

Aktifitas guru pada pertemuan ini mempunyai kelemahan yaitu kurang

memberikan bimbingan dan arahan pada siswa. Guru juga belum mampu

mengefektifkan penggunaan waktu sesuai dengan langkah pembelajaran

yang diterapkan. Sedangkan kelemahan siswa adalah dimana beberapa orang

siswa masih kelihatan pasif. Untuk pertemuan selanjutnya guru harus

mampu membimbing dan memberikan arahan secara keseluruhan pada

siswa dengan lebih baik. Guru harus mampu mengatur penggunaan waktu

yang tersedia dengan baik dan efektif.

b. Pertemuan kedua ( Kamis, 2 April 2009 )

Pada pertemuan kedua, guru membahas tentang menentukan hasil

perkalian asli dengan pecahan biasa. Seperti biasanya kegiatan awal dimulai

dengan menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan memberikan

contoh menentukan hasil perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa

dalam kehidupan sehari – hari.

Setelah kegiatan awal berakhir, guru masuk pada kegiatan inti. Guru

menempelkan alat peraga gambar dari karton. Selanjutnya guru

mendemonstrasikan pengetahuan setahap demi setahap dengan melibatkan

siswa secara langsung. Pada pertemuan kedua ini, media yang diguakan

adalah media gambar model luasan. Guru meminta seorang siswa kedepan

kelas untuk membagi bangun datar yang disediakan pada gambar yang

dibagi menjadi empat bagian. Kedua bangun datar dibagi empat bagian yang
27

sama. Lngkah selanjutnya siswa disuruh mengarsir kedua gambar tersebut

masing – masing satu bagian dari emat bagian yang sama. Kemudian siswa

disuruh menghitung bagian yang diarsir seluruhnya dan jumlah banyaknya

bangun datar. Untuk menentukan hasil perkalian bilangan asli dengan

pecahan biasa.

Kemudian untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru membagikan

LKS pada siswa. Pada kegiatan ini, guru berusaha membimbing dan

memberikan umpan balik dimana siswa yang sudah mampu mengerjakan

dengn baik, guru memberikan pujian, dan bagi siswa yang belum, guru

berusaha membimbing lebih baik lagi, sehinggan siswa mampu mandiri.

Selanjutnya guru mengarahkan siswa mengerjakan latihan terbimbing

yang kemudian selanjutnya dengan memberikan latihan sebagai pelatihan

lanjutan. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan beberapa buah soal-soal

untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang berikan.

Kegiatan diakhiri dengan tanya jawab, menyimpulkan pelajaran dan

merefleksi pengajaran yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan kedua ini dapat dilihat

masih ada siswa yang belum mampu memahami langkah kegiatan yang

terdapat pada LKS dengan benar, masih ada siswa yang menyontek

temanyang lain. Hanya ada beberapa siswa yang mampu berpartisipasi

membuat kesimpulan pada lembar kerja. Namun demikian aktifitas siswa

dalam kegiatan pembelajaran sudah berangsur baik dari pertemuan

sebelumnya, walaupun masih ada siswa yang belum terlibat secara aktif
28

dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan langkah-

langkah pembelajaran yang ditetapkan. Diharapkan pada pertemuan

berikutnya guru harus mampu membimbing siswa yang memiliki

kemampuan jauh dari temannya, sehingga mereka akhirnya mampu secara

mandiri melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Pertemuan ketiga (Sabtu, 4 April 2009)

Pada pertemuan ketiga ini, guru memberikan materi tentang menentukan

hasil perkalian bilangnan asli dengan pecahan campuran. Guru membuka

pelajaran dengan memberikan salam, menanyakan kehadiran siswa.

Dilanjutkan dengan apersepsi, setelah itu guru berusaha memotivasi sisw

dengan memberikan contoh menentukan hasil perkalian bilangan asli

dengan pecahan campuran dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya guru masuk kepada kegiatan inti dengan menempelkan alat

peraga gambar dari karton. Salah seorang siswa maju kedepan kelas untuk

membagi gambar bangun datar yang ada pada gambar. Pada pertemuan ini

siswa akan mengalikan bilangnan asli dengan pecahan campuran. Maka

siswa harus lebih memahami perkalian dengan pecahan campuran. Siswa

disuruh membagi bagian datar yang disediakan sebanyak empat buah. Dua

bagian datar pertama dibagi menjadi tiga bagian yang sama. Begitu juga

bagian dua bagian datar berikutnya masing – masing dibagi menjadi tiga

bagian yang sama. Satu bagian pertama diarsir seluruhnya, sedangkan


29

bagian datar yang kedua diarsir satu bagian dari tiga bagian yang sama.

Begitu juga selanjutnya untuk bagian datar yang lainnya. sehingga banyak

kotak yang diarsir dan banyak kotak merupakan hasil perkalian bilangan asli

dengan pecahan campuran.

Setelah guru mendemonstrasikan kegiatan setahap demi setahap, guru

membagikan LKS dan membimbing siswa serta memberikan umpan balik

kegiatan dilanjutkan mengerjakan latihan terbimbing dan memberikan

pelatihan lanjutan untuk memantapkan pemahamn siswa. Guru memberikan

beberapa soal- soal latihan untuk mengetahui penguasaan sisa terhadap

materi yang diberikan.

Kegiatan diakhiri dengan tanya jawab untuk menyimpulkan pelajaran

dan merefleksi pelajaran.

Sehubungan dengan hasil pengamatan pada pertemuan ini, aktifitas

siswa sudah semakiin baik dari pertemuan terdahulu. Terlihat dari jumlah

siswa yang terlibat aktif sudah semakin banyak. Sebagian siswa telah

mampu mengikuti dan menyelesaikan langkah-langkah yang ditetapkan

dengan baik.

Diharapkan aktifitas guru lebih mampu menguasai kelas dan

membimbing aktifitas siswa secara keseluruhan sehingga lebih terfokus

pada kegiatan pembelajaran.

d. Pertemuan keempat (Selasa, 7 April 2009 )

Pada pertemuan ini materi yang dibahas adalah menentukan hasil

perkalian pecahan biasa dengan pecahan campuran. Seperti biasanya


30

kegiatan awal dimulai dengan mempersiapkan siswa untuk belajar

dilanjutkan dengan aprsepsi dan memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan

pelajaran yang akan dicapai setelah belajar. Setelah kegiatan awal, guru

masuk pada kegiatan inti dengan menempelkan alat peraga media gambar

pada karton.

Setelah itu guru mendemonstrasikan pengetahuan selangkah demi

selangkah. Guru menggambar dua bangun datar, kemudian siswa disuruh

membagi masing-masing bangun datar menjadi 3 bagian yang sama

menurun. Kemudian bangun datar pertama diarsir seluruhnya, bangun datar

kedua diarsir satu bagian dari tiga bagian yang sama. Selanjutnya siswa

disuruh untuk membagi masing – masing bangun datar secara horizontal

dengan tiga bagian yang sama. Kemudian siswa disuruh mengarsir dua

bagaian dari tiga bagian yang sama untuk bangun datar pertama dan

mengarsir bangun datar kedua sebanyak dua bagian dari tiga bagian yang

sama.

Siswa dibimbing untuk menghitung bagian yang diarsir dua kali untuk

menentukan hasil perkalian pecahan campuran dengan pecahan biasa.

Kegiatan selanjutnya guru dan murid mengadakan tanya jawab untuk

menyimpulkan hasil pengerjaan pada LKS siswa. Kemudian guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang

kurang dipahami. Selanjutnya guru membagikan LKS pada siswa dan

mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas yang terdapat pada lembaran

kerja tersebut. Sewaktu siswa mengerjakan LKS guru membimbing siswa


31

dan memberikan umpan balik terhadap kegiatan yang dilakukan siswa pada

lembaran kerja tersebut. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami langkah pengerjaan LKS selanjutnya guru mengarahkan siswa

untuk mengerjakan soal latihan terbimbing. Kegiatan selanjutnya diiringi

dengan memberikan soal latihan sebagai pelatihan lanjutan.

Kegiatan inti diakhiri dengan memberikan latihan soal –soal untuk

mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan

secara keseluruhan pada pertemuan yang baru berlangsung. Pada akhir

pembelajaran guru dan murid mengadakan tanya jawab untuk

menyimpulkan pelajaran, dan merefleksi tindakan secara keseluruhan.

Refleksi Siklus Pertama

Dari pengamatan peneliti selama melakukan tindakan untuk 3 kali

pertemuan, bahwa hampir sebagianj besar siswa belum mampu memahami

dan mengikuti model pembelajaran langsung dengan menggunakan media

gambar.

Dari segi aktivitas siswa,mereka belum terbiasa menganalisis materi

pembelajaran dalam bentuk langkah kegiatan dalam lembar kerja yang

dituntut secara mandiri. Dari aktivitas guru, belum semua siswa mendapat

arahan dan bimbingan yang maksimal hal ini menyebabkan siswa kurang

tertib dan susah diatur.

Untuk memperbaiki tindakan, rencana peneliti adalah dengan

memberikan bimbingan kepada siswa yang mendapat kesulitan dalam

memahami langkah kegiatan pada lembar kerja dan langkah pembelajaran


32

yang diterapkan. Guru harus mampu meningkatkan kemampuan penguasaan

kelas, sehingga siswa lebih terfokus pada proses pembelajaran.

Selanjutnya dari hasil diskusi dengan pengamat, untuk pertemuan

berikutnya pada siklus kedua diharapkan guru mampu mengajak siswa untuk

mampu bekerja sendiri dengan langkah – langkah kegiatan yang sesuai

dengan arahan guru dalam proses pembelajaran. Untuk kegiatan

pembelajran, peneliti melihat bahwa secara bertahap siswa secara

ekseluruhan sudah mampu melakukan aktivitas dan interaksi yang baik

sehingga dalam hal ini dituntut kemampuan guru untuk senantiasa mampu

menciptakan situasi belajar yang nyaman dan terarah, sehingga hasil belajar

siswa secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

e. Pertemuan kelima ( Selasa, 14 April 2009 )

Pada pertemuan ini guru membahas tentang cara menentukan hasil

perkalian pecahan campuran dengan pecahan campuran. Guru membuka

pertemuan dengan menyapa siswa dan menanyakan keadaan siswa.

Kemudian guru menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa. Guru

masuk pada kegiatan inti, seperti kegiatan sebelumnya guru menempelkan

alat peraga. Media yang digunakan adalah media gambar pada karton.

Hanya saja gambar yang ditampilkan pada pertemuan ini sedikit berbeda.

Pada pertemuan sebelumnya gambar yang digunakan adalah gambar model

luasan, sedangkan pada pertemuan ini guru menggunakan gambar garis

bilangan secara horizontal dan vertikal.


33

Selanjutnya guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran setahap

demi setahap. Guru membuat sebauh garis bilangan horizontal dan

meletakkan nilai pecahan yang ditentukan, kemudian dilanjutkan dengan

garis bilangan vertikal untuk pecahan kedua. Masing-masing pecahan yang

ada pada garis vertikal dan horizontal dihubungkan seluruhnya. Kemudian

siswa disuruh untuk menebalkan garis yang terhubung pada pecahan

pertama yang bernilai satu ( pembilang dan penyebut sama ) dengan pecahan

kedua. Kemudian siswa disuruh untuk menghitung jumlah kotak seluruhnya

pada pecahan yang bernilai satu dan menghitung jumlah kotak seluruhnya

yang terhubung pada garis horizontal dan vertikal, untuk menentukan hasil

perkalian pecahan campuran dengan pecahan campuran.

Selanjutnya guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa, seperti

biasanya guru membagikan LKS pada siswa, membimbing serta mengecek

pemahaman siswa dalam mengerjakan LKS yang diberikan guru. Setelah

siswa selesai mengerjakan LKS dilanjutkan dengan kegiatan mengerjakan

latihan terbimbing. Selanjutnya guru membagikan latihan sebagai pelatihan

lanjutan. Secara lisan guru memberikan latihan soal-soal untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan.

Pada kegiataan akhir guru dan siswa menyimpulkan pelajaran, diiringi

dengan refleksi secara keseluruhan.

Pada pertemuan ini secara bertahap siswa sudah mulai mampu

menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Meskipun beberapa siswa


34

belum mampu menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terlihat

ketika beberapa siswa belum mampu menyelesaikan tugasnya sendiri.

Namun sikap kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugasnya sudah

menunjukkan perubahan yang berarti dari pertemuan sebelumnya.

Kenyataan ini menunjukkan beberapa siswa telah memahami langkah-

langkah pembelajaran yang harus mereka tempuh.

f. Pertemuan keenam ( Kamis, 16 April 2009 )

Pada pertemuan ini guru membahas tentang cara menentukan hasil

perkalian 3 pecahan berturut – turut. Pada kegiatan awal dimulai dengan

apersepsi dan memotivasi siswa, kemudian mencapai tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. Kegiatan inti dimulai dengan menempelkan alat peraga

pada kertas karton. Media gambar yang digunakan pada pertemuan ini sama

dengan gambar model luasan pada pertemuan 1 sampai 4. Guru

mendemonstrasikan setahap demi setahap dimulai dengan mengalikan dua

pecahan yang pertama, hasil perkalian pecahan pertama dikalikan dengan

pecahan ketiga. Untuk perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa

caranya sama dengan yang diuraikan pada pertemuan pertama, begitu juga

untuk pecahan campuran dengan pecahan campuran sama dengan pada

uraian pada pertemuan sebelumnya.

Kemudian guru membagikan LKS membimbing dan mengecek siswa

pada saat mengerjakan lembar kerja. Guru memberikan latihan terbimbing

dan dilanjutkan dengan latihan sebagai latihan lanjutan. Setelah itu, guru
35

memberikan soal latihan secara tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam menguasai materi yang diberikan.

Pada pertemuan akhir, guru dan murid mengadakan tanya jawab dan

menyimpulkan pelajaran dan diiringi refleksi tindakan yang dilakukan.

Dari pengamatan guru, kemampuan siswa bekerja dengan langkah-

langkah pembelajaran yang diminta telah lebih baik pada pertemuan

sebelumnya. Hal ini ditandai dengan keberanian siswa mengajukan

pertanyaan dan tanggapan terhadap hasil kerja siswa yang lain. Beberapa

siswa telah sudah mau maju kedepan kelas untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan. Sebagian siswa sudah mampu mengadakan tanya jawab untuk

berpartisipasi membuat kesimpulan pada lembar kerja dan akhir proses

pembelajaran.

g. Pertemuan ketujuh ( Jum’at, 17 April 2009 )

Pada pertemuan ketujuh, materi yang akan dibahas adalah tentang

menentukan hasil perkalian tiga pecahan berturut-turut yang berpedoman

pada RPP-6 (Lampiran B6). Pada kegiatan pendahuluan guru mengingatkan

siswa pada pelajaran yang lalu dan mengaitkannya dengan pelajaran dan

materi yang akan diajarkan. Selanjutnya guru memberikaan motivasi kepada

siswa untuk mengikuti pelajaran. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pelajaran yang akan dicapai oleh siswa pada pertemuan itu. Pada kegiatan

inti guru menjelaskan tentang cara menetukan hasil perkalian tiga pecahan

berturut-turut. Guru dan murid mengadakan tanya jawab tentang materi

yang disampaikan dengan contoh gambar yang ada dipapan tulis.


36

Kegiatan selanjutnya guru membagikan Lembaran Kerja kepada masing-

masing siswa, selanjutnya seperti biasanya guru mengarahkan siswa terlebih

dahulu. Guru berkeliling sambil memonitor siswa dan memberikan

bimbingan kepada siswa yang memerlukan, lalu mengecek pemahaman

siswa, guru mengarahkan siswa yang bertanya tentang kesilitanya dalam

mengerjakan kegiatan yang ada padaa LKS. Untuk menentukan jawaban

yang benar, peneliti dapat menyuruh beberapa siswa menuliskan jawaban

yang benar di papan tulis. Kemudian guru memberikan beberapa soal

kepada siswa sebagai Latihan Lanjutan yang berkaitan dengan materi cara

menentukan hasil perkalian tiga pecahan berturut-turut. Dari pengamatan

peneliti, sikap belajar siswa secara umum sudah semakin menunjukkan

kearah yang lebih baik. Kemandirian siswa dalam mengerjakan LKS sudah

terlihat menunjukkan perubahan yang berarti dari pertemuan yang

sebelumnya. Begitu juga dengan keberanian siswa dalam mengajukan

pertanyaan dan tanggapan serta aktivitas mereka dalam pembelajaran yang

telah terfokus pada tugas-tugasnya. Aktivitas diluar kegiatan pembelajaran

sudah berkurang dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.

Keikutsertaan mereka dalam menanggapi hasil kerja temannya telah lebih

baik.

Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa telah termotivasi untuk

membangun pengetahuannya secara mandiri melalui saling berinteraksi

sesama teman. Suasana pembelajaran yang demikian menunjukkan bahwa

proses pembelajaran sudah terpusat pada siswa. Dengan memahami konsep


37

suatu materi pembelajaran akan menunjang kemampuan siswa untuk lebih

mudah menetukan penyelesaian suatu materi pembelajaran yang pada

akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar sesuai dengan

standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah.

Dari pengamatan peneliti, sikap belajar siswa secara umum sudah

semakin menunjukkan kearah yang lebih baik. Kemandirian siswa dalam

mengerjakan LKS sudah terlihat menunjukkan perubahan berarti dari

pertemuan sebelumnya. Begitu juga keberanian siswa dalam mengajukan

pertanyaan dan tanggapan serta aktifitas mereka dalam pembelajaran yang

telah terfokus pada tugas-tugasnya.

Aktifitas diluar pembelajaran sudah jauh berkurang dari pertemuan

sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktifitas guru dan siswa sudah

sesuai dengan perencanaan. Dalam hal ini aktifitas guru dan siswa sudah

semakin memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran langsung

dengan menggunakan media gambar.

h. Pertemuan kedelapan ( Selasa, 21 April 2009)

Pada pertemuan ini peneliti mengadakan Ulangan Harian II. Ulangan ini

dilaksanakan selama 2x 35 menit degan soal yang disediakan guru secara

perorangan. Beberapa menit sebelumnya guru dan murid mengadakan tanya

jawab-tentang materi yang disampaikan pada siklus kedua.

Refleksi Siklus Kedua


38

Secara keseluruhan, siklus kedua sudah lebih baik dari siklus pertama.

Siswa sudah lebih mengerti dengan penerapan model pembelajaran langsung

dengan menggunakan media gambar. Untuk siklus kedua peneliti tidak

melakukan perencanaan untuk siklus selanjutnya. Jenis tes yang peneliti

gunakan adalah tes lisan dan tulisan. Pada pertemuan pertama dan kelima

digunakan tes lisan, sementara pertemuan lainnya digunakan tes tulisan pada

setiap akhir pembelajaran berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar siswa

tidak mengalami kebosanan dalam menyelesaikan berbagai bentuk soal.

B. Analisis Hasil Tindakan

Hasil tindakan yang dianalisis adalah aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran dan ketercapaian KKM siswa.

1. Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

Berdasarkan skor untuk setiap indikator pada Ulangan Harian I

(lampiran G1) dan Ulangan Harian II (lampiran G2) yang diperoleh siswa

dapat dinyatakan jumlah siswa yang mencapai KKM seperti tabel 3 berikut.

Tabel 3. Frekuensi Siswa yang memiliki Nilai Lebih Sama dengan 60 pada
Ulangan Harian I untuk Setiap Indikator

Jumlah Siswa Persentase (%)


yang Siswa yang
No Indikator mencapai mencapai nilai
nilai sama sama dengan
dengan 60 60
39

1 Siswa dapat menjelaskan arti perkalian 24 63,15


pecahan

2 Siswa dapat menentukan hasil perkalian 37 97,36


pecahan biasa dengan pecahan biasa

3 Siswa dpat menentukan hasil perkalian 17 44,73


bilangan asli dengan pecahan biasa

4 Siswa dapat menentukan hasil perkalian 17 44,73


bilangan asli dengan pecahan campuran

Pada tabel 3 di atas, ketercapaian KKM berdasarkan indikator dapat

didiskripsikan sebagai berikut:

Pada indikator 1 ini, jumlah siswa yang memiliki ketercapaian KKM

sebanyak 24 siswa, demikian juga dengan indikator 2 jumlah siswa yang

memiliki ketercapaian ini sebanyak 37 siswa. Pada indikator 3 dan 4,

ketercapaian KKM siswa sama yaitu 17 siswa, hal ini disebabkan karena

siswa kurang teliti dalam melakukan operasi perkalian yang berhubungan

dengan pecahan campuran. Siswa belum memiliki pemahaman yang tepat

dalam merubah pecahan campuran ke dalam pecahan biasa.

Tabel 4. Frekuensi Siswa yang Memiliki Nilai Lebih Sama dengan 60 pada
Ulangan Harian II untuk Setiap Indikator

Persentase
Jumlah Siswa
(%) Siswa
yang
yang
No Indikator mencapai
mencapai
nilai sama
nilai sama
dengan 60
dengan 60
40

1 Siswa dapat menentukan hasil perkalian 34 89,47


pecahan biasa dengan pecahan campuran

2 Siswa dapat menentukan hasil perkalian 35 92,10


pecahan campuran dengan pecahan
campuran

3 Siswa dapat menentukan hasil perkalian 3 30 78,94


pecahan berturut-turut

Pada Tabel 4 di atas ketercapaian KKM berdasarkan indikator dapat di

diskripsikan sebagai berikut :

Pada indikator 1 jumlah siswa yang memiliki ketercapaian indikator

masing – masing 34. Sedangkan pada indikator 2 jumlah siswa yang

memiliki ketercapaian indikator sebanyak 35 siswa, sedangkan pada

indikator 3, karena siswa tidak memahami penyelesaian operasi tiga pecahan

berturut-turut, dimana siswa harus menyelesaikan operasi perkalian 2

pecahan pertama yang diikuti pecahan ketiga.

2. Keberhasilan Tindakan

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari

tabel distribusi frekuensi berikut.

Tabel 5. Daftar Distribusi Frekuensi Skor Dasar, Ulangan Harian I dan Ulangan
Harian II.

Frekuensi
Interval Skor Frekuensi Skor Frekuensi Ulangan
Ulangan Harian
Hasil Belajar Dasar Harian I
II
10 – 19 0 0 1
20 – 29 0 1 1
30 – 39 2 3 1
40 – 49 4 3 0
50 – 59 14 8 0
60 – 69 14 1 1
41

70 – 79 1 9 7
80 – 89 0 4 9
90 – 100 3 9 18
∑f 38 38 38
Jumlah siswa
18 23 35
mencapai KKM
% jumlah siswa
47,36 60,52 92,10
mencapai KKM

Dari tabel di atas dapat dilihat yakni pada interval 40-69 dari skor dasar

ke ulangan harian I dan ulangan harian II terjadi penurunan frekwensi siswa

yang memperoleh nilai rendah. Pada interval 70-100 dari nilai skor dasar ke

ulangan harian I dan ulangan harian I ke ulangan harian II terjadi

peningkatan frekwensi siswa yang memperoleh nilai tinggi, sehingga dapat

dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar.

Untuk jumlah siswa yang mencapai KKM untuk seluruh indikator adalah

sebagai berikut :

Pada Ulangan Harian I terdapat 4 indikator yang mana pada indikator 1

jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa. Indikator 2 sebanyak

37 siswa, indikator 3 sebanyak 17 siswa. Sedangkan indikator 4 terdapat 2

butir soal, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa.

Pada Ulangan Harian II terdapat 3 indikator yang mana pada indikator 1

terdapat 2 soal, dan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 34 siswa.

Indikator kedua juga terdapat 2 butir soal, dan jumlah siswa yang mencapai

KKM sebanyak 35 siswa. Sedangkan untuk indikator ke 3 jumlah siswa

yang mencapai KKM sebanyak 30 siswa.


42

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di lapangan maka selanjutnya

akan dikemukakan pembahasan dari hasil penelitian tersebut. Pada awal

pertemuan masih banyak siswa yang belum dapat memahami langkah-langkah

pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar, misalnya pada

langkah pengerjaan Lembar Kerja Siswa yang dilakukan secara individu siswa

masih banyak yang bekerjasama dengan teman dekatnya. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa belum memiliki rasa percaya diri.

Pada umumnya kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan LKS

adalah kurangnya ketelitian siswa dalam memahami maksud dari langkah-langkah

kegiatan yang terdapat pada lembar kerja tersebut. Sehingga tidak dapat

memberikan jawaban yang benar. Pada Ulangan Harian I sebagian besar siswa

kurang teliti dalam memahami dan menganalisis cara mengarsir gambar sesuai

dengan nilai kurang yang dimaksud, sehingga arsiran gambar tidak sesuai dengan

nilai pecahan. Kekurangan mampuan siswa merubah pecahan campuran kebentuk

biasa sehingga siswa lambat dan cenderung salah dalam menyelesaikan soal.

Beberapa kelemahan dalam melakukan demonstrasi seperti yang

dicontohkan guru, membuat kesimpulan bersama guru dan mengerjakan latihan

lanjutan pada setiap pertemuan sudah semakin baik pada setiap pertemuan lembar

pengamatan dapat dilihat bahwa aktifitas siswa semakin berkembang memasuki

siklus kedua hingga akhir siklus kedua aktivitas siswa sudah biasa dikatakan baik,

dan menunjukan perkembangan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah pengamat


43

kurang bisa berperan jujur dalam mengisi kolom aktifitas guru, sehingga terlihat

pada setiap pertemuan kriteria pengamatan guru pada setiap indikator tidak

menunjukkan perbedaan hasil pada setiap pertemuan pengamatan, menurut

peneliti sebelum pengamat melaksanakan tugasnya peneliti sebagai individu yang

diamati telah memberikan arahan sesuai dengan indikator yang terdapat pada

aktivitas guru dan pengamat dapat menuliskan sesuai dengan apa yang diamati

pengamat pada proses pembelajaran berlangsung. Hal ini mengakibatkan lembar

pengamatan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Secara umum dari analisis tindakan jumlah siswa yang mencapai KKM yang

ditetapkan sekolah meningkat setelah melakukan tindakan. Hasil analisis yang

diperoleh pada penelitian ini dengan menerapkan model pembelajaran langsung

dengan menggunakan media gambar menunjukan bahwa jumlah siswa yang

mencapai KKM setelah tindakan yaitu pada Ulangan harian I dan Ulangan Harian

II lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah siswa yang mencapai KKM pada skor

dasar (sebelum tindakan). Dengan demikian hasil analisis tindakan ini mendukung

hipotesis tindakan yaitu model pembelajaran langsung dengan menggunakan

media gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas Vb SDN

002 Tualang.
44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan

bahwa model pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas Vb SDN 002

Tualang semester genap Tahun Pelajaran 2008-2009 pada materi pokok

operasi perkalian pada pecahan.

B. Saran

Berdasarlan hasil penelitian di atas berkenaan dengan model pembelajaran

langsung dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar

kelas V B yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa saran, yakni :


45

1. Bagi siswa SDN 002 Tualang melalui model pembelajran langsung

dengan menggunakan media gambar, hendaknya dapat membantu

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

2. Bagi guru SDN 002 Tualang yang mau dan tertarik dalam menerapkan

model pembelajaran langsung dengan menggunakan media gambar agar

lebih mampu mengelola penggunaan waktu yang tersedia supaya siswa

terbimbing secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta

Azhar, 2006, Media Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada

Depdiknas 2006, Kurikulum 2006, (KTSP), Depdiknas, Jakarta

Jamarah dan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar , Rhineka Cipta, Jakarta

Dimyati dan Mujiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Rhineka Cipta, Jakarta

Kardi dan Nur, 2000, Pengajaan Langsung, UNESA – UNIVERCITY PRESS,


Surabaya

Ritonga Z dan Natuna D, 2006, Teknik Analisis Data, Cendikia Insani, Pekanbaru

Sadiman dkk, 2006, Media Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suwondo, 2006, Panduan Penelitian Karya Ilmiah, jurusan PMIPA, Pusat


Pengembangan Pendidikan UNRI, Pekanbaru

Suyati, Khafit (2007), Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung, Jakarta :


Erlangga

Sudjana, N, 2000, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya,


Bandung
46

Saragih, 2007, Pengembangan Program Pembelajaran Matematika, Cendikia


Insani, Pekanbaru

Slameto, 1991, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rhineka Cipta,


Jakarta

You might also like