You are on page 1of 103

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PETUGAS KIA

PUSKESMAS DI KECAMATAN SIANTAR


KABUPATEN SIMALUNGUN
TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH
JULITA ARNIS
101000208

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PETUGAS KIA


PUSKESMAS DI KECAMATAN SIANTAR
KABUPATEN SIMALUNGUN
TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat

OLEH

JULITA ARNIS
101000208

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
2

ABSTRAK

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang


bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Salah satu program pokok dalam puskesmas adalah Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), dimana program KIA memiliki beberapa kegiatan pokok yang terdapat di
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), yang terdiri
dari pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan
balita.
Penelitian ini merupakan penelitan Explanatory research yang menjelaskan
hubungan beban kerja dengan kinerja petugas KIA di Puskemas Kecamatan Siantar
Kabupaten Simalungun. Sampel dari penelitian ini sebanyak 38 bidan yang memiliki
praktek pribadi. Pengumpulan data meliputi wawancara yang berpedoman pada
kuesioner, lembaran check list pada kuesioner yang diisi berdasarkan jawaban
responden dan observasi langsung terhadap kinerja petugas KIA. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 55,3% responden beban kerja
pada kategori kurang dan sebesar 68,4% responden dengan kinerja kurang. Hasil uji
variat menunjukkan bahwa variabel beban kerja ( p = 0,044 ) berpengaruh terhadap
kinerja petugas KIA Puskesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun hendaknya
menempatkan petugas KIA sesuai dengan kebutuhan secara proporsional dan
memberikan kelengkapan alat dan bahan di setiap puskesmas. Meningkatkan
kemampuan petugas KIA dengan memberikan pelatihan dan pendidikan yang lebih
tinggi.
Kata Kunci : Beban Kerja, Petugas KIA, Kinerja

ii

ABSTRACT
Community health centers is a technical unit health districts/cities which are
responsible for organizing the construction of health in one working area. One of the
main programs in the community health center is maternal and child health.
Maternal and child health program has several main activities contained in the local
region monitoring maternal and child health, which consists of antenatal care,
maternity, new mothers, women with obstetric complications, family planning,
newborn, newborns with complications, babies and toddlers.
This research was explanatory research that explained the workload
relationship with the performance of maternal and child health officer in siantar
community health center, Simalungun regency. The samples from this study were 38
midwives who have a private practice. The data collection included interviews based
on the questionnaire, check list sheet on questionnaires completed by respondents
and direct observation of the performance of maternal and child health officers. Data
analysis was done using the chi-square test.
The result showed that 55,3% of respondentd with low workload category and
by 68,4% of respondents with low performance. Bivariate test result indicated that
the variable of workload (p=0,044) had relationship on the performance of officer in
health centers in the Siantar district Simalungun regency.
In the recommended to health office simalungun regency to put
proportionately the officers in accordance with the needs and provide complete
eqiupment and materials in each health center, enchance the ability of maternal and
child health officers by providing training and higher education.

Keywords : Work Load, Maternal and Child Health Officers, Performance

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Julita Arnis

Tempat/Tanggal Lahir

: Medan/22 Juli 1992

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Anak Ke

: 1 Dari 4 Bersaudara

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Alamat Rumah

: Huta I Bandar Malela Kabupaten Simalungun

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1998-2004

: SD Negeri 1 Marga Baru Lubuk Linggau

2. Tahun 2004-2007

: SMP Muhammadiyah 19 Pematang Siantar

3. Tahun 2007-2010

: SMA Negeri 4 Pematang Siantar

4. Tahun 2010-2014

: Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Sumatera Utara

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh
Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA Puskesmas di Kecamatan Siantar
Kabupaten Simalungun Tahun 2014 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya
Departemen Administrasi dan Kebijkana Kesehatan.
Selama menyelesaikan skripsi ini, begitu banyak tantangan yang penulis
hadapi, namun banyak pula dukungan dari berbagai pihat baik secara moril maupun
material. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M,Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama,M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Heldy BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
4. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
dengan baik.

5. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
6. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
7. Para dosen dan staf di Fakultas Kesehatan masyatakat universitas sumatera utara
khususnya departemen adinistrasi dan kebijakan kesehatan.
8. Dr. Ernawati Tarigan selaku kepala Puskesmas Kecamatan Siantar.
9. Terkhusus kepada orang tua tercinta dan tersayang, Mawardi dan Suryani yang
selalu memberikan dukungan dan mendoakan tiada henti hingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Terkhusus buat nenek dan kakek tercinta dan tersayang, Nasib Wibowo dan
Marsini yang selalu memberikan senyum semangat kepada penulis.
11. Terkhusus adik-adik tercinta Febby Dwi Putri, Vika Aini dan Windy Chairunisa
yang selalu memberikan senyuman dan motivasi.
12. Terkhusus sahabat tercinta Aulia Rahman yang selalu setia memberikan
dorongan dan motivasi.
13. Terkhusus sahabat tersayang Desi Purnama Sari yang selalu setia memberikan
dorongan dan motivasi.
14. Buat teman-teman seperjuangan Fifit, Ade, Shella, Reni, Riri, Ashell, Anggi,
Ayu, Hanif, Martines, Nancy dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
vi

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam skripsi ini.
Akhirnya

semoga

skripsi

ini

bermanfaat

bagi

pihak-pihak

memanfaatkannya.
Medan, Mei 2014
Penulis

Julita Arnis
NIM : 101000208

vii

yang

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ..........................................................................................
Abstrak .................................................................................................................
Abstract ................................................................................................................
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................................
Daftar Tabel .........................................................................................................

i
ii
iii
iv
v
viii
x

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................


1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................

1
1
7
7
7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................


2.1 Puskesmas ...............................................................................................
2.1.1 Definisi Puskesmas .....................................................................
2.1.2 Fungsi Puskesmas .......................................................................
2.1.3 Kedudukan Puskesmas ................................................................
2.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas ...................................................
2.1.5 Upaya Kesehatan.........................................................................
2.2 Program KIA ...........................................................................................
2.2.1 Petugas KIA ................................................................................
2.2.2 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ..........
2.2.3 Pengelolaan PWSKIA .................................................................
2.3 Kinerja.....................................................................................................
2.3.1 Definisi Kinerja ...........................................................................
2.3.2 Penilaian Kinerja.........................................................................
2.3.3 Pengukuran Kinerja ....................................................................
2.4 Beban Kerja ............................................................................................
2.4.1 Pengukuran Beban Kerja.............................................................
2.5 Kerangka Konsep ....................................................................................
2.6 Hipotesa Penelitian .................................................................................

8
8
8
9
11
12
13
14
14
15
16
27
27
27
28
29
30
32
33

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................
3.2.1 Lokasi Penelitian .........................................................................
3.2.2 Waktu Penelitian .........................................................................
3.3 Populasi dan Sampel ...............................................................................

34
34
34
34
34
34

viii

3.3.1 Populasi .......................................................................................


3.3.2 Sampel.........................................................................................
Metode Pengumpulan Data .....................................................................
3.4.1 Data Primer .................................................................................
3.4.2 Data Sekunder .............................................................................
Definisi Operasional ...............................................................................
3.5.1 Variabel Independen ...................................................................
3.5.2 Variabel Dependen......................................................................
Aspek Pengukuran ..................................................................................
3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas .............................................
3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ...........................................
Metode Analisis Data ..............................................................................

34
34
35
35
36
36
36
36
38
38
39
42

BAB IV. HASIL PENELITIAN .........................................................................


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................
4.1.1 Jumlah Penduduk.........................................................................
4.1.2 Sarana Kesehatan.........................................................................
4.1.3 Tenaga Kesehatan ........................................................................
4.2 Analisis Univariat ...................................................................................
4.2.1 Beban Kerja ................................................................................
4.2.2 Kinerja .........................................................................................
4.3 Analisis Bivariat .....................................................................................
4.3.1 Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA ................
4.3.2 Pengaruh Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA ..................

43
43
43
44
45
45
45
47
50
51
51

BAB V. PEMBAHASAN ....................................................................................


5.1 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam
Melaksanakan Kegiatan Pokok KIA di Kecamatan Siantar ...................
5.1.1 Beban Kerja ...................................................................................
5.1.2 Kinerja............................................................................................

53

3.4

3.5

3.6

3.7

53
53
54

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 66


6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 66
6.2 Saran ......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen Beban Kerja Petugas KIA ............... 38
Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen Kinerja Petugas KIA .......................... 39
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Nagori (Desa) /Kelurahan Di Kecamatan
Siantar Tahun 2012 ............................................................................................... 44
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan Di
Kecamatan Siantar Tahun 2012 ............................................................................ 44
Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan Di
Kecamatan Siantar Tahun 2012 ............................................................................ 45
Tabel 4.4 Distribusi Beban Kerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan Siantar ........... 45
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja Petugas KIA
Puskesmas Kecamatan Siantar .............................................................................. 46
Tabel 4.6 Distribusi Kinerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan Siantar ................... 47
Tabel 4.7 Distribusi Kinerja Responden KIA Berdasarkan Kategori Kinerja
Puskesmas Kecamatan Siantar ................................................................................ 50
Tabel 4.8 Hubungan Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA Dalam
Melaksanakan Tugas-Tugas Pokok KIA Di Puskesmas Kecamatan Siantar .......... 51
Tabel 4.9 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA Dalam
Melaksanakan Tugas-Tugas Pokok KIA Di Puskesmas Kecamatan Siantar .......... 52

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kesehatan merupakan aset yang paling berharga yang harus dimiliki
oleh setiap orang untuk menjalankan segala aktivitas dalam kehidupan. Mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terbaik merupakan hak setiap masyarakat Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk
mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan disuatu negara dapat dinilai
dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam
kondisi morbiditas, mortalitas, dan status gizi. Indikator mortalitas digambarkan dari
Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka
Kematian Ibu (AKI). Bila AKI, AKABA dan AKB disuatu negara rendah maka
pelayanan kesehatan sudah baik di negara tersebut dan sebaliknya bila AKI, AKABA
dan AKB tinggi maka pelayanan kesehatan belum baik (Depkes RI, 2007).
Kondisi mortalitas di Indonesia masih tinggi dimana menurut Data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 214 per 1000
kelahiran hidup, AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian
neonatal (AKN) sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Berdasarkan
Susenas 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
1

AKB pada tahun 2007 sebesar 26,9 per 100.000 kelahiran hidup, AKABA 67 per
1000 kelahiran hidup, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumut
2012).
Untuk menunjang keberhasilan upaya-upaya kesehatan di setiap daerah maka
pemerintah menetapkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dimana
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan wewenang pada
daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan secara otonom. Otonomi daerah
dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada
daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan peraturan, pembagian dan
pemanfaatan sumber daya nasional, serta penimbangan keuangan pusat dan daerah ,
sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan derajat
kesehatan adalah didirikan puskesmas di setiap kecamatan. Berdasarkan Kepmenkes
RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan

pembanguanan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang


diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Puskesmas

memiliki

upaya

kesehatan

wajib

dan

upaya

kesehatan

pengembangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan


wajib terdiri dari Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Upaya Pengobatan. Upaya
kesehatan pengembangan ditetapkan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan di
masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas (Depkes RI, 2004).
Program KIA merupakan salah satu program wajib yang terdapat di
puskesmas. Perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan ibu, bayi baru lahir,
bayi dan balita. Hal ini karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam penduduk yang
rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan suatu negara.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2010) tentang Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak, kegiatan pokok program
KIA adalah Pelayanan Antenatal, Pertolongan Persalinan, Pelayanan Kesehatan Ibu
Nifas, Pelayanan Kesehatan Neonatus, Deteksi Dini dan Penganganan Komplikasi
Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat, Penanganan
Komplikasi Kebidanan, Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi, Pelayanan
Kesehatan Bayi, Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Pelayanan KB Berkualitas.
Peran puskesmas sangat tergantung kepada sumber daya manusia yang ada,
kualitas pelayanan yang dilaksanakan di puskesmas sangat dipengaruhi oleh kinerja
sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Kinerja sumber daya manusia yang ada

di puskesmas dapat dilihat dari beban kerja yang dimiliki oleh setiap tenaga
kesehatan.
Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud
dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Beban kerja adalah tanggungjawab kewajiban yang harus dilaksanakan karena
pekerjaan tertentu dan juga sebagai tanggung jawab (Simamora, 2001). Semakin
banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang semakin berat beban kerja yang
disandangnya dan semakin tidak optimal hasil yang didapatkannya (Gibson dkk,
1995).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, beban kerja puskesmas sebagai unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota terlalu berat. Pertama disebabkan
oleh rujukan kesehatan ke dan dari dinas kesehatan kabupaten/kota kurang berjalan.
Kedua, karena dinas kesehatan yang sebenarrnya bertanggungjawab terhadap
keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah kabupaten/kota
lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif.
Menurut Mathis dan Jackson (2002), kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang
memengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Domen (2013) mengenai pengaruh

karakteristik individu dan beban kerja terhadap kinerja petugas KIA dalam
melaksanakan program di puskesmas se Kota Pematangsiantar adalah terdapat
hubungan antara karakteristik individu, psikologi dan beban kerja terhadap kinerja
petugas KIA dalam melaksanakan tugas di puskesmas se Kota Pematangsiantar.
Keberhasilan pelayanan kesehatan ibu dan anak selain angka mortalitas dapat
juga dilihat dari hasil cakupan seperti : cakupan pelayanan ibu hamil kunjungan ke 1
(K1),

kunjungan ke 4 (K4) dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 di Indonesia


menjelaskan bahwa cakupan K1 sebesar 72,3%, K4 sebesar 61,4% dan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 82,2%. Pada tahun 2011 di
Indonesia cakupan K1 sebesar 95,71%, K4 sebesar 88,27% dan cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 86,38% (Depkes RI, 2012).
Sumatera Utara cakupan K4 tahun 2012 sebesar 85,92% dan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,78% . Di Kabupaten Simalungun
pada tahun 2012 cakupan kunjungan K4 sebesar 16,41% dan cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 16,48% (Profil Dinkes Sumut, 2013).
Angka tersebut masih belum memenuhi target Millennium Development Goals
(MDGs) tahun 2015 yang mana cakupan K4 95% dan cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan 90% (Depkes RI, 2008).
Target MDGs tahun 2015 terhadap AKI di Indonesia 102 per 100.00
kelahiran hidup (Depkes RI, 2012), bila dibandingkan dengan jumlah AKI yang
terdapat di Kabupaten Simalungun, maka jumlah tersebut masih jauh dari target yang
telah ditetapkan pada MDGs. Melihat bahwa Kabupaten Simalungun memiliki

jumlah penduduk 830.986 jiwa, jumlah puskesmas 34 dan jumlah bidan yang bekerja
di puskesmas 538 orang. Salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Simalungun yaitu Kecamatan Siantar. Kecamatan Siantar memiliki 2 unit puskesmas
induk, 5 unit puskesmas pembantu dan 2 unit poskesdes, jumlah tenaga kesehatan
untuk Puskesmas Kecamatan Siantar terdiri dari 10 dokter umum, 2 dokter gigi, 50
bidan PNS (Pegawai Negeri Sipil), 31 bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap), 29 perawat
dan 2 perawat gigi. Dengan sumber daya yang dimiliki, maka diupayakan dapat
mengurangi AKI dengan meningkatkan kinerja petugas, oleh karena itu perlu dilihat
kinerja petugas KIA yang terdapat di puskesmas.
Dari hasil survei awal yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap petugas KIA
bahwa pelayanan antenatal belum dilaksanakan sesuai dengan standar seperti
pengisian buku KIA dengan lengkap, ukur lingkar lengan atas dan ukur tinggi fundus
uteri, dimana hal tersebut digunakan untuk pendeteksian secara dini penyakit yang
mungkin terjadi. Pemilihan Kecamatan Siantar sebagai tempat penelitian karena
Kecamatan Siantar memiliki jumlah bidan yang terbanyak di wilayah Kabupaten
Simalungun, walaupun jumlah bidan terbanyak ada di Kecamatan Siantar, tetapi
bidan yang bertugas di program KIA masih banyak yang tidak melakukan pelayanan
sesuai standar.
Pembagian beban kerja yang kurang merata kepada setiap tenaga kesehatan di
puskesmas menjadi penyebab kurangnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
pada masyarakat, pegawai yang tidak mendapatkan tugas yang tidak merata maka
beban kerja yang diterimanya tidak merata. Demikian juga dengan permasalahan

yang terjadi di Koordinator KIA yang merupakan program yang berfokus pada
kesehatan ibu, bayi dan balita, yang merupakan salah satu penentu derajat kesehatan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dan survei awal yang dilakukan pada
Puskesmas Kecamatan Siantar, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas KIA Puskesmas di Kecamatan
Siantar Kabupaten Simalungun.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas KIA
Puskesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh beban
kerja terhadap kinerja petugas KIA Puskesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten
Simalungun.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi dinas kesehatan dan puskesmas lainnya dalam menyusun
perencanaan sumber daya manusia khususnya petugas KIA.
2. Bagi petugas KIA sebagai bahan informasi dan pemahaman tentang beban kerja
dalam upaya peningkatan kinerja.
3. Bagi peneliti sendiri, pelaksanaan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman secara langsung dalam penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai


dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes, 2004).
2.1.2 Fungsi Puskesmas
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas

selalu

berupaya

menggerakkan

dan

memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan


dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

10

kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat


untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan

termasuk

menyelenggarakan

dan

pembiayaannya,
memantau

serta

pelaksanaan

ikut
program

menetapkan,
kesehatan.

Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan


dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas
meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat

11

tersebut

antara

lain promosi

kesehatan,

pemberantasan

penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,


keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya (Depkes, 2004).
2.1.3 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah:
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai
sarana

pelayanan

kesehatan

strata

pertama

yang

bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat


di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah
sebagai

unit

pelaksana

teknis

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

yang

bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan


kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintah daerah adalah sebagai unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural
pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

12

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta
seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai
kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas
terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya
masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan
puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina ( Depkes, 2004).
2.1.4 Struktur Organisasi Puskesmas
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota

dilakukan oleh dinas

kesehatan

kabupaten/kota,

sedangkan

penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan


pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala Puskesmas
2. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan:
a. Data dan informasi
b. Perencanaan dan penilaian
c. Keuangan
d. Umum dan pengawasan

13

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas


a. Upaya kesehatn masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
b. Upaya kesehatan perorangan
4. Jaringan pelayanan puskesmas
a. Unit puskesmas pembantu
b. Unit puskesmas keliling
c. Unit bidan di desa/komunitas
Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang berfungsi
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Polindes adalah unit
pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan alat transportasi dan sejumlah
tenaga kesehatan dari puskesmas (Depkes, 2004).
2.1.5 Upaya Kesehatan
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

14

a. Upaya Promosi Kesehatan


b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Depkes, 2004).
2.2 Program KIA
2.2.1 Petugas KIA

15

Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud


dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
tenaga KIA merupakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam
bidang KIA seperti bidan desa.
2.2.2 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru
lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri
dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut
(Kemenkes, 2010).
Menurut
berkesinambungan,

WHO,
mulai

surveilens
dari

adalah

kegiatan

suatu

kegiatan

mengumpulkan,

sistematis

menganalisis

dan

menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial


dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak
adalah dengan melaksanakan PWS KIA (Kemenkes, 2010).
Tujuan PWS KIA adalah :

16

1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort


2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan yang potensial untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIA.
2.2.3 Pengelolaan PWS KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut
(Kemenkes, 2010):
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.

17

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
Beberapa program KIA menurut Kemenkes 2010 adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan
dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:

18

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan dengan alat timbangan dan
mikrotois.
b. Ukur tekanan darah dengan alat tensimeter.
c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas) dengan meteran.
d. Ukur tinggi fundus uteri.
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dengan alat stetostop.
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan dengan alat form skrining.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus).
i. Tatalaksana kasus.
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan
darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara
operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai
berikut :

19

a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.


b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten
memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah : dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan
tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu, secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga
kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pencegahan infeksi.
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini.
e. Memberikan Injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

20

Tenaga

kesehatan

yang

berkompeten

memberikan

pelayanan

pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.


3. Pelayanan Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB
pasca. Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu dengan alat
tensimeter, jam dan termometer.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.

f. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu


yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan
(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
4. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik

21

di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan


pelayanan kesehatan neonatus :
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 Jam
setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
1) Perawatan Tali pusat
2) Melaksanakan ASI Eksklusif
3) Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
4) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

22

5) Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0


b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
2) Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir.
3) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.
4) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal
, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya
deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor
risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang dilahirkannya.
6. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai

23

standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat
diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan
ditangani. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang
mulai dari polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah
sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas
mampu PONED meliputi :
a. Pelayanan obstetri :
1) Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (preeklampsi dan eklampsi)
3) Pencegahan dan penanganan infeksi.
4) Penanganan partus lama/macet.
5) Penanganan abortus.
6) Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
b. Pelayanan neonatus :
1) Pencegahan dan penanganan asfiksia.
2) Pencegahan dan penanganan hipotermia.

24

3) Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).


4) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan sedang.
5) Pencegahan dan penanganan gangguan minum
6) Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
7. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari sampai 2 bulan.
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 sampai 5 bulan.
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 sampai 8 bulan.

d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 sampai 11 bulan.


Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi :

25

a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB1,2,3,


Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi.
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
e. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
8. Pelayanan kesehatan anak balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke
arah yang lebih berat. Kematian bayi dan balita merupakan salah satu
parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab
kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat
pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di tingkat pelayanan kesehatan
dasar.

26

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita


sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku
KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau
berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan.
b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung.
c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
9. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga
diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan

27

menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup


memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan
yang ingin mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda
(merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin
menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode
kontrasepsi yang meliputi :
a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi).
2.3 Kinerja
2.3.1 Defenisi Kinerja
Kinerja menurut beberapa penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia
diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Domen (2013) menyatakan bahwa kinerja
adalah penampilan hasil kerja personal baik dalam kualitas ataupun kuantitas dalam
suatu organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2005) kinerja adalah prestasi yang
dicapai yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya
sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.
2.3.2 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau
penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan
kinerja atas kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode
tertentu biasanya setiap akhir tahun. Kegiatan ini dimaksud untuk mengukur kinerja

28

masing-masing tenaga kerja dalam mengembangkan kualitas kerja, pembinaan


selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi
pekerjaan, serta untuk keperluan yang berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan
lainnya (Sastrohadiwiryo, 2002).
Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusikontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai
penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi
individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang
menjadi tanggungjawabnya (Rosidah, 2009).
Menurut Sastrohadiwiryo (2002) tujuan penilaian kinerja adalah sebagai
berikut :
1. Sumber data untuk merencanakan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan
jaka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan.
3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong kearah
kemajuan dan kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas kerja bagi
para tenaga kerja.
4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang
pemegang tugas dan pekerjaan.
5. Landasan atau bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang
ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.

29

2.3.3

Pengukuran Kinerja
Menurut Rosidah (2009), fokus dalam pengukuran kinerja adalah penilaian

berdasarkan hasil (result-based performance), penilaian berdasarkan perilaku


(behavior based performance appraisal) dan penilaian dengan berdasarkan judgment
based performance appraisal.
1. Penilaian Berdasarkan Hasil (result-based performance)
Tipe penilaian ini dimulai dengan merumuskan kinerja pegawai dengan
didasarkan pada pencapaian tujuan organisasi, atau dapat dikatakan dengn
menukur hasil-hasil akhir (end result)
2. Penilaian Berdasarkan Perilaku (behavior based performance appraisal)
Dalam model penilaian ini kinerja akan difokuskan pada sarana (means) dan
sasaran (goals) dan bukan hasil akhir. Dengan demikian perilaku pegawai yang
sesuai dengan sarana yang tersedia dan sasaran yang ingin dicapai.
3. Penilaian Dengan Berdasarkan Judgment Based Performance Appraisal
Kualitas pekerjaan merupakan bagian substansi yang tidak dapat diabaikan.
Konsentrasi dari penilaian yang dilakukan tentunya akan menidentifikasikan
bagaimana pencapaian kualitas pekerjaan yang dilakukan.
2.4 Beban Kerja
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81/Menkes/SK/I/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota serta Rumah Sakit yang salah satunya prosedur
penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan metode beban kerja.

30

Beban kerja meliputi tanggungan kerja yang meliputi fisik maupun mental.
Akibat beban kerja yang berlebihan maka dapat mengakibatkan seorang tenaga
kesehatan mengalami gangguan kesehatan dan menghambat pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
kesehatan. Analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan
kapasitas kerja perorangan per satuan waktu. (Depkes, 2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh tenaga kerja, yaitu :
1. Tugas-tugas yag bersifat fisik, seperti tata ruang,alat kerta, tempat kerja,
sikap kerja, kondisi kerja dan tingkat kesulitan.
2. Organisasi kerja, seperti waktu istirahat, waktu kerja, sistem upah, struktur
organisasi dan pelimpahan wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan
psikologis.
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh pekerja sendiri
yang timbul akibat dari faktor eksternal. Faktor internal meliputi somatis
(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan dan status gizi) dan
faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

31

2.4.1

Pengukuran Beban Kerja


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81/Menkes/SK/I/2004

tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di


tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota serta Rumah Sakit yang salah satunya prosedur
penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan metode beban kerja.
Beban kerja meliputi tanggungan kerja yang meliputi fisik maupun mental.
Akibat beban kerja yang berlebihan maka dapat mengakibatkan seorang tenaga
kesehatan mengalami gangguan kesehatan dan menghambat pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
kesehatan. Analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan
kapasitas kerja perorangan per satuan waktu. (Depkes, 2004)
Menurut Munandar (2001), beban kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut
:
a. Beban Berlebih Kuantitatif
Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukan
kegiatan marupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan untuk yang
menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu dalam
menyelesaikan tuntutan pekerjaan, yaitu setiap tugas diharapkan dapat
diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat.
b. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif

32

Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif yang dapat memengaruhi kesejahteraan


psikologis seseorang pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi
pengulangan gerak akan timbul rasa bosan dan rasa monoton.
c. Beban Berlebih Kualitatif
Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang selama ini
dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesinmesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada
pekerjaan otak.
d. Beban Terlalu Sedikit Kualitatif
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak
diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau
untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh.
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Beban kerja
1. Pelayanan
Antenatal
2. Pelayanan Ibu
Nifas
3. Deteksi Dini
Faktor Risiko dan
Komplikasi
4. Pelayanan
Kesehatan Bayi
dan Balita
5. Pelayanan KB

Kinerja Petugas KIA

33

Dari 9 kegiatan yang terdapat dalam Pengolahan Wilayah Setempat Kesehatan


Ibu dan Anak, peneliti hanya mengambil 5 kegiatan pokok, hal ini dikarenakan tidak
ditemukan semua kasus yang ada dalam kegiatan pokok KIA. Selama melakukan
penelitian, peneliti hanya menemukan kasus pelayanan antenatal, pelayanan ibu
nifas, deteksi dini faktor resiko dan komplikasi, pelayanan kesehatan bayi dan balita
dan pelayanan KB.
2.6 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut, terdapat pengaruh antara beban kerja terhadap kinerja
petugas KIA di Puskesmas Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan
beban kerja dengan kinerja petugas KIA di Puskemas Kecamatan Siantar Kabupaten
Simalungun.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Siantar.
Pemilihan lokasi pada penelitian ini karena Kecamatan Siantar memiliki jumlah
tenaga kesehatan terbanyak di Kabupaten Simalungun.
3.2.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 Mei 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah bidan PNS (pegawai negeri sipil) dan bidan
PTT (pegawai tidak tetap) yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Siantar yang berjumlah 60 orang ( bidan PNS dan bidan PTT).
3.3.2

Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 38 orang bidan (bidan yang melaksanakan

program KIA di puskesmas dan bidan yang tidak melaksanakan program KIA di
puskesmas tetapi mempunyai izin praktek di rumah sebagai praktek pribadi). Cara
pengambilan sampel adalah dengan metode proportionate stratified random sampling

34

35

yaitu pengambilan sampel secara acak dan proposional dari setiap puskesmas. Sampel
yang dipilih terdiri dari bidan yang melaksanakan program KIA di puskesmas dan
bidan yang tidak melaksanakan program KIA di puskesmas, tetapi membuka praktek
di rumah. Pembagian pengambilan sampel secara proporsional di setiap puskesmas
agar mewakili keseluruhan populasi. Besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
n =
Keterangan :
n
N
d

= Jumlah sampel
= Jumlah populasi
= Presisi yang ditetapkan (0,1)
n =
n = 38

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Data Primer
Data diperoleh langsung dari responden saat melakukan penelitian dengan cara
wawancara yang berpedoman pada kuesioner, lembaran check list pada kuesioner
yang diisi berdasarkan jawaban responden dan observasi langsung terhadap kinerja
petugas KIA.

36

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian-penelitian mengenai
kinerja yang telah dilakukan oleh orang lain, laporan bulanan KIA, laporan tahunan
KIA dan data kesehatan yang terdapat di Badan Pusat Statistik.
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Independen
Beban kerja adalah seluruh pekerjaan berdasarkan pedoman KIA yang harus
dikerjakan oleh petugas KIA baik secara kualitas dan kuantitas. Beban kerja dihitung
dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan beban kerja kuantitatif dan
kualitatif.
1. Beban kerja kuantitas adalah segala beban kerja yang dilakukan oleh bidan
diukur berdasarkan banyaknya atau jumlahnya.
2. Beban kerja kualitas adalah segala beban kerja yang dilakukan bidan dinilai
berdasarkan baik atau buruk mutunya.
3.5.2 Variabel Dependen
Kinerja dalah seluruh hasil kerja yang dilakukan oleh petugas KIA meliputi
seluruh aspek dalam kegiatan program KIA. Kinerja dihitung berdasarkan output
yang dihasilkan oleh program KIA. Output adalah seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh petugas KIA. Untuk mendapatkan output program KIA, penulis menggunakan
kuisioner yang disusun berdasarkan 9 kegiatan pokok puskesmas, yaitu :
1. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada ibu hamil selama masa kehamilannya.

37

2. Pertolongan persalinan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan


oleh bidan yang kompeten.
3. Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin.
4. Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan
kepada neonatus sedikitnya 3 kali selama periode 0 sampai dengan 28 hari
setelah lahir.
5. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus adalah
kegiatan deteksi dini yang dilakukan oleh bidan untuk menemukan ibu hamil
yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi kebidanan pada kehamilannya.
6. Penanganan kompikasi kebidanan adalah pelayanan yang diberikan bidan kepada
ibu dengan komplikasi kehamilan untuk mendapat penanganan sesuai standar di
tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
7. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada
bayi selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
8. Pelayanan kesehatan anak dan balita pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada
anak selama periode 1 sampai dengan 5 tahun.
9. Pelayanan KB adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan dalam merencanakan
kehamilan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) yaitu berupa konseling atau
penyuluhan.

38

3.6 Aspek Pengukuran


3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)
Aspek pengukuran variabel bebas pada penelitian ini adalah beban kerja.
Pengukuran beban kerja responden terhadap pekerjaan program KIA dengan dimensi
beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif yaitu mengajukan 6 bulir pertanyaan
menggunakan skala Guttman, pilihan jawaban : tidak diberi skor 1, ya diberi skor 2.
Nilai tertinggi yang dapat diperoleh responden adalah (6 x 2 = 12) dan nilai terendah
adalah (6 x 1 = 6). Jawaban responden diukur dengan skala ordinal yang
dikategorikan menjadi 2 yaitu :
1. Sesuai jika skor yang diperoleh responden 10-12
2. Tidak sesuai jika skor yang diperoleh responden 6-9
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen Beban Kerja Petugas KIA
Variab
el
Beban
kerja

Jumlah
Dimensi
pertanyaan
6
Kuantitatif

Kualitatif

Indikator
- Kesesuaian
petugas dengan
kunjungan
pasien
- Kesesuaian
petugas dengan
tugas luar gedung
- Kesesuaian
petugas dengan
tugas pokok
- Kesesuaian
dengan kesulitan
pekerjaan
- Kejenuhan dalam
melakukan
pekerjaan

Pilihan
jawaban
Tidak

skor

Ya

Kategori
variabel
1. Baik
(10-12)

2. Kurang
(6-9)

39

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (dependen)


Aspek pengukuran variabel terikat (dependen) adalah kinerja petugas KIA
dalam pelaksanaan tugas sebagai proses kerja responden secara kualitas yang dapat
dilihat berdasarkan tugas-tugas pokok sebagai petugas KIA. Dimensi kinerja petugas
KIA meliputi : (1). Pelayanan antenatal, (2). Pelayanan ibu nifas, (3). Deteksi dini
faktor resiko dan komplikasi, (4). Pelayanan kesehatan bayi dan balita dan (5).
Pelayanan KB. Dengan mengajukan pertanyaan 28 butir menggunakan skala likert
dengan pilihan jawaban : tidak skor 0, kadang-kadang skor 1 dan tetap skor 2. Nilai
tertinggi yang dapat diperoleh oleh responden adalah (28 x 2 = 56) dan nilai terendah
yang dimiliki responden adalah (28 x 1 = 28). Jawaban responden yang diukur
dengan skala ordinal yang dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. Baik nila skor yang diperoleh responden 29-56
2. Kurang jika skor yang diperoleh responden 0-28
Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen Kinerja Petugas KIA
variabel

Jumlah
pertanyaan

Kinerja

50

Dimensi
1. Pelayanan
antenatal

Indikator
1. Timbang BB
dan ukur TB
2. Ukur tekanan
darah
3. Nilai status
gizi
4. Ukur tinggi
fundus uteri
5. Presentase
denyut
jantung janin
6. Skrining
status
imunisasi TT

Pilihan
jawaba
n
Sering/s
elalu
Kadangkadang
Tidak

Sk
or

Kategori
variabel

Baik (51100)
Kurang
(0-50)

1
0

40

7. Pemberian
tablet zat besi
8. Tes
labolatorium
9. Tatalaksana
kasus
10. Konseling
2. Pelayanan
nifas

1. Pemeriksaan
tekanan
darah
2. Pemeriksaan
tinggi fundus
uteri
3. Pemeriksaan
lokhia
4. Pemeriksaan
payudara
5. Pemberian
kapsul
Vitamin A
200.000 IU
6. Pelayanan
KB pasca
salin

3. Deteksi
dini faktor
resiko dan
komplikasi

1. Deteksi dini
faktor resiko
dan
komplikasi

4. Pelayanan
kesehatan
bayi

1. Pemberian
imunisasi
dasar
lengkap
(BCG, Polio
1,2,3,4,
DPT/HB1,2,
3, Campak)
sebelum bayi
berusia 1
tahun
2. Stimulasi
deteksi
intervensi
dini tumbuh
kembang
bayi
3. Pemberian

41

4.

5.

5. Pelayanan
kesehatan
anak balita

1.

2.

3.

4.

5.

vitamin A
100.000 IU
(6 - 11
bulan)
Konseling
ASI
eksklusif
Penanganan
dan rujukan
kasus bila
diperlukan
Pelayanan
pemantauan
pertumbuhan
minimal 8
kali setahun
yang tercatat
dalam Buku
KIA/KMS
Stimulasi
Deteksi dan
Intervensi
Dini Tumbuh
Kembang
(SDIDTK)
minimal 2
kali dalam
setahun
Pemberian
Vitamin A
dosis tinggi
(200.000
IU), 2 kali
dalam
setahun
Kepemilikan
dan
pemanfaatan
buku KIA
oleh setiap
anak balita
Pelayanan
anak balita
sakit sesuai
standar
dengan
menggunaka
n pendekatan
MTBS

42

6. Pelayanan
KB

1. Konseling
pada ibu
hamil untuk
melakukan
KB pasca
salin

3.7 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis
bivariat digunakan untuk menguji hubungan beban kerja terhadap kinerja petugas
KIA di Puskesmas Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun dengan menggunakan
uji chi-square. Kemudian dilanjutkan menggunakan uji regresi untuk menguji
pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas KIA di Puskesmas Kecamatan Siantar
Kabupaten Simalungun.

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Secara geografis wilayah Kecamatan Siantar berada antara 2 05222
205956 LU dan 990118 990019 BT dengan luas wilayah 76,35 km2 atau sekitar
1,69 % dari luas wilayah Kabupaten Simalungun.
Kecamatan Siantar terletak di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera
Utara yang berada di tengah-tengan Kabupaten Simalungun dengan jarak ke ibu kota
provinsi 128 km. Terletak pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut
dimana 75 % lahannya berada pada kemiringan 0-15% . Suhu udara rata-rata adalah
25.20C. dengan suhu terendah 21,80C dan sushu tertinggi 31,40C. Penyinaran
matahari rata-rata 5,0 jam per hari dengan rata-rata kecepatan angin 0,25 m per detik
dengan penguapan 3.01 milimeter per hari serta kelembaban udara 84%. Kecamatan
Siantar terbagi dalam 17 nagori (BPS Simalungun).
4.1.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 dalam
Kecamatan Siantar dalam Angka tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Siantar
sebanyak 64.153 jiwa terdiri dari 31.886 laki-laki dan 32.267 perempuan, secara rinci
per kecamatan seperti tabel dibawah ini :

43

44

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan di Kecamatan


Siantar Tahun 2012
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Silampuyang
Silau Manik
Silau Malaha
Marihat Baris
Siantar Estate
Rambung Merah
Karang Bangun
Pem. Simalungun
Dolok Marlawan
Pantoan Maju
Sejahtera
Sitalasari
Laras Dua
Nusa Harapan
Lestari Indah
Dolok Hataran
Pem. Silampuyang
Jumlah
Sumber : BPS Simalungun

Laki-laki
1.952
1.176
1.459
1.915
1.929
2.706
2.496
4.926
1.514
1.014
1.007
2.001
1.302
1.591
2.083
1.880
935
31.886

Jumlah Penduduk
Perempuan
1.921
1.181
1.416
1.758
1.992
2.696
2.508
4.991
1.581
1.044
1.107
2.122
1.353
1.777
1.771
2.127
922
32.267

Jumlah
3.873
2.357
2.875
3.673
3.921
5.402
5.004
9.917
3.095
2.058
2.114
4.123
2.655
3.368
3.864
4.007
1.857
64.153

4.1.2 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Siantar terdiri dari : Puskesmas
2 buah, Puskesmas Pembantu 5 buah, Poskesdes 1 buah, Polindes 2 buah, Klinik 6
buah, Prakter Dokter 7 buah, Praktek Bidan 55 buah, Apotek 7 buah dan Toko Obat 6
buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Nagori(Desa)/
Kelurahan di Kecamatan Siantar Tahun 2012
No
1
2
3
4
5

Jenis Sarana
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Polindes
Klinik

Jumlah
2
buah
5
buah
1
buah
2
buah
6
buah

45

6
Praktek Dokter
7
Praktek Bidan
8
Apotek
9
Toko Obat
Sumber : BPS Simalungun

7
55
7
6

buah
buah
buah
buah

4.1.3 Tenaga Kesehatan


Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Siantar adalah
sebagai berikut : Dokter 25 orang, Bidan 78 orang, Perawat/Mantri 87 orang dan
Dukun Bayi 13 orang.
Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Nagori/Kelurahan di Kecamatan
Siantar Tahun 2012
No
1
2
3
4

Tenaga Kesehatan
Dokter
Bidan
Perawat/Mantri
Dukun Bayi

Jumlah
25 Orang
78 Orang
87 Orang
13 Orang

Sumber : BPS Simalungun


4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Beban Kerja
Distribusi beban kerja pada responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah
ini.
Tabel 4.4 Distribusi Beban Kerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan
Siantar
No

Pernyataan
n

A. Beban Kerja Kuantitatif


1
Perbandingan jumlah petugas dengan jumlah 30
kunjungan pasien masih sesuai
2
Pekerjaan puskesmas diluar tugas pokok 12
masih sesuai
3
Perbandingan jumlah petugas dengan tugas- 23
tugas di luar gedung puskesmas masih sesuai

Ya
%

Tidak
%

Jumlah
n
%

78,9 8

21,1 38

100

31,6 26

68,4 38

100

60,5 15

39,5 38

100

46

Tugas pokok Bidan di puskesmas tidak ada 30


hubungannya dengan KIA
B. Beban Kerja Kualitatif
1
Bidan jenuh menunggu proses persalinan 32
karena menyita waktu yang lama
2
Bidan tidak berani menolong persalinan 18
dengan letak bokong

78,9 8

21,1 38

100

84,2 6

15,8 38

100

47,4 20

52,6 38

100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa beban kerja petugas KIA dalam melakukan
program-program yang terdapat di puskesmas adalah 8 (21,1%) menjawab tidak
sesuai perbandingan jumlah petugas dengan jumlah kunjungan pasien, 26 (68,4%)
menjawab tidak sesuai pekerjaan puskesmas di luar tugas pokok, 15 (39,5%)
menjawab tidak sesuai perbandingan jumlah petugas dengan tugas-tugas di luar
gedung puskesmas, 8 (21,1%) menjawab tugas pokok di puskesmas tidak ada
hubungannya dengan KIA, 6 (15,8%) menjawab jenuh menunggu proses persalinan
karena menyita waktu yang lama dan 20 (52,6%) menjawab berani menolong
persalinan dengan letak bokong.
Beban kerja petugas KIA dalam melaksanakan program di puskesmas
dikategorikan berdasarkan beban kerja baik dan beban kerja kurang baik., untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja Petugas
KIA Puskesmas Kecamatan Siantar
Beban Kerja
Sesuai
Tidak Sesuai
Jumlah

Jumlah
17
21
38

Persentase
44,7
55,3
100

47

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa beban kerja petugas KIA Puskesmas
Kecamatan Siantar beban kerja baik sebesar 17 (44,7%) dan beban kerja kurang baik
sebesar 21 (55,3%).
4.2.2 Kinerja
Distribusi kinerja pada responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Kinerja Responden KIA Puskesmas Kecamatan Siantar
No.

Pernyataan

Tidak

Kadang-

Selalu

Jumlah

kadang
A.
1

Pelayanan antenatal
Bidan melakukan timbang berat badan dan ukur

5,3 22

57,9 14

36,8 38

100

tinggi badan
2

Bidan melakukan ukur tekanan darah

7,9 22

57,9 13

34,2 38

100

Bidan melakukan ukur lingkar lengan atas

18,4 21

55,3 10

26,3 38

100

Bidan melakukan ukur tinggi fundus uteri

15,8 16

42,1 16

42,1 38

100

Bidan melakukan presentasi janin dan denyut

13,2 16

42,1 17

44,7 38

100

jantung janin
6

Bidan melakukan imunisasi TT

10,5 21

55,3 13

34,2 38

100

Bidan melakukan pemberian tablet besi minimal

15,8 20

52,6 12

31,6 38

100

90 tablet selama kehamilan


8

Bidan melakukan tes laboratorium

13 34,2 22

57,9 3

7,9

38

100

Bidan melakukan tata laksana kasus

15 39,5 15

39,5 8

21,0 38

100

10

Bidan melakukan konseling

10 26,3 14

36,8 14

36,9
38 38

100

10,5 22

57,9 12

31,6 38

100

17

Bidan melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri 8

21,0 21

55,3 9

23,7 38

100

18

Bidan melakukan pemeriksaan lokhia dan

15,8 22

57,9 10

26,3 38

100

15,8 23

60,5 9

23,7 38

100

Bidan memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU 7

18,4 20

52,7 11

28,9 38

100

B.
16

Pelayanan kesehatan ibu nifas


Bidan melakukan pemeriksaan tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu.

pengeluaran per vaginam lainnya


19

Bidan melakukan pemeriksaan payudara dan


anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan

20

sebanyak 2 kali

48

21
C.
27

Bidan memberikan pelayanan KB pasca salin

23,7 21

55,3 8

21,0 38

100

Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus


Bidan melakukan pendeteksian dini terhadap

18,4 19

50,0 12

31,6 38

100

faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami


oleh ibu hamil
D.

Pelayanan kesehatan bayi

40

Bidan memberikan imunisasi dasar lengkap

21,0 19

50,1 11

28,9 38

100

41

Bidan melakukan stimulasi deteksi intervensi dini 6

15,8 21

55,3 11

28,9 38

100

14

36,8 18

47,4 6

15,8 38

100

tumbuh kembang bayi


42

Bidan memberikan vitamin A 100.000 IU (6-11


bulan)

43

Bidan melakukan konseling ASI eksklusif

18,4 21

55,3 10

26,3 38

100

44

Bidan melakukan penanganan dan rujukan kasus

21,0 18

47,5 12

31,5 38

100

21,1 20

52,6 10

26,3 38

100

Bidan melakukan stimulasi deteksi dan intervensi 9

23,7 20

52,6 9

23,7

38

100

13

34,2 17

44,7 8

21,1

38

100

21,0 19

50,1 11

28,9

38

100

18,4 15

39,5 16

42,1

38

100

10

26,3 16

42,1 12

31,6

38

100

bila diperluakan
E.
45

Pelayanan kesehatan anak balita


Bidan melakukan pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam nuku KIA/KMS

46

dini tumbuh kembang(SD/DTK) minimal 2 kali


dalam setahun
47

Bidan melakukan pemberian vitamn A dosis


tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam setahun

48

Bidan memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan


buku KIA oleh setiap anak balita

49

Bidan melakuakn pelayanan anak balita sakit


sesuai standar dengan mengunakan pendekatan
MTBS

F.
50

Pelayanan KB berkualitas
Bidan melakukan konseling terhadap ibu hamil
mengenai KB pascapersalinan

Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kinerja petugas KIA dalam
melaksanakan pelayanan antenatal adalah sebagai berikut tidak melakukan timbang
berat badan dan ukur tinggi badan pasien 2 (5,3%), tidak melakukan ukur tekanan

49

darah pasien 3 (7,9%), tidak melakukan ukur lingkar lengan atas pasien 7 (18,4%),
tidak melakukan ukur tinggi fundus uteri 6 (15,8%), tidak melakukan presentasi janin
dan denyut jantung janin 5 (13,2%), tidak melakukan imunisasi TT pada pasien 4
(10,5%), tidak melakukan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
pada pasien 6 (15,8%), tidak melakukan melakukan tes labolatorium pada pasien 13
(34,2%), tidak melakukan konseling kepada pasien 10 (26,3%).
Kinerja petugas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah
sebagai berikut tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
4 (10,5%), tidak melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri 8 (21,0%), tidak
melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam 6

(15,8%), tidak

melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Eksklusif selama 6 bulan 6


(15,8%), tidak memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali 7 (18,4%)
dan tidak memberikan pelayanan KB pasca salin 9 (23,7%).
Kinerja petugas dalam deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan
dan neonatus adalah tidak melakukan pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan
komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil 7 (18,4%).
Kinerja petugas dalam pelayanan kesehatan bayi adalah sebagai berikut tidak
memberikan imunisasi dasar lengkap 8 (21,0%), tidak melakukan stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang bayi 6 (15,8%), tidak memberikan vitamin A
100.000 IU (16-11 bulan) 14 (36,8%), tidak melakukan konseling ASI Eksklusif 7
(18,4%) dan tidak melakukan penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan 8
(21,0%). Kinerja petugas dalam pelayanan kesehatan anak balita adalah sebagai
berikut tidak melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun

50

yang tercatat dalam nuku KIA/KMS 8 (21,0%), tidak melakukan stimulasi deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang(SD/DTK) minimal 2 kali dalam setahun 9
(23,7%), tidak melakukan pemberian vitamn A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam
setahun 13 (34,2%), tidak memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh
setiap anak balita 8 (21,0%) dan tidak melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai
standar dengan mengunakan pendekatan MTBS 7 (18,4%). Dan kinerja petugas
dalam pelayanan KB berkualitas adalah tidak melakukan konseling terhadap ibu
hamil mengenai KB pascapersalinan 10 (26,3%).
Kinerja petugas KIA dalam melakukan kegiatan pokok KIA dikategorikan
berdasarkan kinerja baik dan kinerja kurang bai, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Kinerja Responden KIA Berdasarkan Kategori Kinerja
Puskesmas Kecamatan Siantar
Kinerja
Baik
Kurang
Jumlah

Jumlah
12
26
38

Persentase
31,6
68,4
100

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa kinerja petugas KIA dalam
melaksanakan kegiatan pokok program KIA adalah kinerja baik 12 (31,6%) dan
kinerja kurang 26 (68,4%).
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan beban kerja
terhadap kinerja petugas KIA dalam melaksanakan program KIA di Puskesmas
Kecamatan Siantar.

51

4.3.1 Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA


Hasil analisis hubungan antara beban kerja dengan kinerja petugas KIA dalam
melaksanakan program KIA diperoleh data bahwa dari 17 responden yang
mempunyai beban kerja baik terdapat 2 (11,8%) berkinerja baik dan 15 (88,2%)
berkinerja kurang. Dari 21 responden yang mempunyai beban kerja kurang terdapat
10 (47,6%) berkinerja baik dan 11 (52,4%) berkinerja kurang. Hasil uji statistik chi
square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p = 0,044 < 0,05 maka dapat disimpulakn
bahwa ada hubungan beban kerja dengan kinerja petugas KIA dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok KIA, jika beban kerja tidak sesuai maka kinerja kurang, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA dalam
melaksanakan Tugas-Tugas Pokok KIA di Puskesmas Kecamatan
Siantar.

No

Variabel
Beban Kerja
- Sesuai
- Tidak Sesuai

Baik
n
%

Kinerja
Kurang
n
%

Total
N
%

2
10

15
11

17
21

11,8
47,6

88,2
52,4

100
100

P
Value
0,044

4.3.2 Pengaruh Beban Kerja dengan Kinerja Petugas KIA


Berdasarkan hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai
p = 0,044 < 0,05 maka dapat disimpulakn bahwa ada hubungan beban kerja dengan
kinerja petugas KIA dalam melaksanakan tugas-tugas pokok KIA. Selanjutnya
dilakukan pengujian mengenai pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas KIA
dengan menggunakan uji Regresi Linear Berganda yang diperoleh hasil p = 0,025 <

52

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara beban kerja dengan
kinerja petugas KIA, jika beban kerja sesuai maka kinerja baik, begitu juga
sebaliknya jika beban kerja tidak sesuai maka kinerja kurang, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas KIA dalam
melaksanakan Tugas-Tugas Pokok KIA di Puskesmas Kecamatan
Siantar
Variabel
independen
Beban Kerja

Nilai B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

-1.920

.870

4.864

.027

.147

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas


Melaksanakan Kegiatan Pokok KIA di Kecamatan Siantar

KIA

dalam

5.1.1 Beban Kerja


Beban kerja merupakan salah satu prosedur penghitungan kebutuhan SDM
Kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81/Menkes/SK/I/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota serta Rumah Sakit. Beban kerja sangat
mempengaruhi kinerja petugas kesehatan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi baik
dan buruk beban kerja yaitu fisik, mental dan sosial.
Pengukuran beban kerja yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan
metode wawancara langsung kepada responden yang merupakan petugas KIA.
Berdasarkan pengukuran beban kerja terdapat 17 (44,7%) responden dengan beban
kerja baik dan 21 (55,3%) responden dengan beban kerja kurang. Sedangkan hasil
pengukuran kinerja responden terdapat 12 (31,6%) responden dengan kinerja baik
dan 26 (68,4%) responden dengan kinerja kurang.
Dari 17 responden dengan beban kerja baik terdapat 88,2% responden yang
berkinerja kurang. Beban kerja baik dihitung berdasarkan perolehan skor pada setiap
responden, baik bila skor yang diperoleh responden 51-100. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden yang menyatakan bahwa perbandingan petugas dengan jumlah
kunjungan pasien masih sesuai, responden menyatakan perbandingan jumlah petugas

53

54

dengan tugas-tugas di luar gedung puskesmas masih sesuai dan responden


menyatakan bahwa tidak berani menolong persalinan dengan letak bokong.
Dari 21 responden dengan beban kerja kurang terdapat 52,4% responden
dengan kinerja kurang. Beban kerja kurang dihitung berdasarkan skor yang diterima
oleh responden, beban kerja kurang jika skor yang diperoleh responden 0-50. Hal ini
dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pekerjaan puskesmas
diluar tugas pokok tidak sesuai, responden menyatakan terdapat tugas pokok lain
selain tugas pokok saya sebagai petugas KIA dan responden menyatakan jenuh
menunggu proses persalinan.
5.1.2 Kinerja
Pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan metode wawancara dan
observasi langsung terhadap pelaksanaan program-program KIA di puskesmas
maupun di tempat praktek responden. Berdasarkan pengukuran kinerja terdapat 12
(31,6%) responden dengan kinerja baik dan 26 (68,4%) responden dengan beban
kerja kurang. Dari 12 responden dengan beban kerja baik dapat dilihat dari jawaban
responden pada kegiatan pokok pelayanan antenatal yang menyatakan bahwa
responden mengukur tinggi fundus uteri pada pasien, responden menyatakan bahwa
mebukur presentasi janin dan denyut jantung janin dan melakukan konseling pada
setiap pasiennya. Pernyataan responden pada kegiatan pokok penanganan komplikasi
kebidanan menyatakan bahwa responden melakukan pencegahan, penanganan
infeksi, responden menyatakan bahwa tidak melakukan penanganan partus macet dan
responden menyatakan bahwa tidak melakukan penanganan abortus. Dan pada
kegiatan pokok pelayanan kesehatan anak balita responden menyatakan bahwa

55

responden melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan


menggunakan pendekatan MTBS.
Dari 26 responden yang memiliki kinerja kurang dapat dilihat dari jawaban
responden pada kegiatan pokok pelayanan antenatal yang menyatakan bahwa
responden kadang-kadang melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi badan
pasien, responden menyatakan bahwa kadang-kadang mengukur tekanan darah
pasien, responden menyatakan bahwa kadang-kadang mengukur lingkar lengan atas
pasien, responden menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan imunisasi TT,
responden kadang-kadang memberikan tablet besi minimal 90 kali selama masa
kehamilan, responden menyatakan bahwa kadang-kadangmelakukan tes labolatorium
dan responden menyatakn bahwa tidak melakukan tata laksana kasus.
Pada kegiatan pokok pelayanan kesehatan ibu nifas responden menyatakan
bahwa kadang-kadang melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu, responden menyatakan kadang-kadang melakukan pemeriksaan tinggi fundus
uteri, responden menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan pemeriksaan lokhia
dan pengeluaran per vaginam lainnya, responden menyatakan bahwa kadang-kadang
melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan dan
responden kadang-kadang memberikan pelayanan KB pasca salin.
Pada kegiatan pokok deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus responden menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan pendeteksian dini
terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil. Pada
kegiatan pokok pelayanan kesehaan bayi responden menyatakan bahwa kadangkadang melakukan imunisasi dasar lengkap, responden menyatakan kadang-kadang

56

melakukan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi, responden


menyatakan kadang-kadang memberikan vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan),
responden menyatakan kadang-kadang melakukan konseling ASI eksklusif dan
responden menyatakan kadang-kadang melakukan penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
Pada kegiatan pokok pelayanan kesehatan anak balita responden menyatakan
bahwa kadang-kadang melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8
kali setahun, rsponden menyatakn bahwa kadang-kadang melakukan stimulasi deteksi
danintervensi dini tumbuh kembang minimal 2 kali setahun, responden menyatakan
tidak memberikan vitamin A dosis tinggi (200.000) IU 2 kali setahun dan responden
menyatakan bahwa kadang-kadang memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku
KIA oleh setiap anak balita. Pada keiatan pokok pelayanan KB berkualitas responden
menyatakan bahwa kadang-kadang melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai
KB pasca salin.
Berikut ini penjelasan hasil observasi yang dilakukan selama penelitian pada
setiap kegiatan pokok pelayanan KIA, yaitu :
1. Pelayanan Antenatal
Pada pelayanan antenatal terdapat 10 kegiatan, berikut ini penjelasan dari
kegiatan-kegiatan yang terdapat di pelayanan antenatal yaitu, terdapat 14 (36,8%)
responden menyatakan bahwa selalu melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, banyak yang tidak melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan karena responden menganggap bahwa hal tersebut tidak penting
dilakukan, sedangkan menurut teori bahwa penimbangan ibu hamil berfungsi untuk

57

mengetahui kesehatan ibu dan pertumbuhan bayinya, tetapi kadang ada beberapa
responden yang melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
karena berdasarkan permintaan pasien. Terdapat 13 (34,2%) responden yang
menyatakan bahwa mengukur tekanan darah pasien, banyak yang tidak melakukan
pengukuran tekanan darah karena responden mernganggap bahwa pengukuran
tekanan darah tidak perlu dilakukan jika tidak ada keluhan dari pasien, tetapi kadang
ada responden yang melakukan pengukuran tekanan darah karena merasa bahwa hal
tersebut memang penting dan permintaan dari pasien.
Masih dalam kegiatan pelayanan antenatal, terdapat 10 (26,3%) responden
yang menyatakan bahwa selalu mengukur lingkar lengan atas, banyak responden
yang tidak melakukan pengukuran lingkar lengan atas karena tidak tersedianya alat
pengukuran dan menganggap bahwa hal tersebut tidak diperlukan, tetapi kadang ada
responden yang melakukan karena pengukuran lingkar lengan atas dapat
menggambarkan status gizi ibu hamil. Terdapat 16 (42,1%) responden yang
menyatakan bahwa selalu mengukur tinggi fundus uteri, banyak responden yang tidak
melakukan pengukuran tinggi fundus uteri karena responden menganggap bahwa usia
kehamilan bisa ditanya langsung oleh pasien ataupun diperkiran dari bentuk perut
pasien, tetapi ada responden yang kadang melakukan pengukuran fundus uteri karena
permintaan dari pasien. Terdapat 17 (44,7%) responden yang menyatakan bahwa
selalu mengukur presentasi janin dan denyut jantung janin, banyak responden yang
tidak melakukan pengukuran presentasi janin dan denyut jantung janin karena
menganggap bahwa hal tersebut tidak diperlukan, tetapi ada responden yang kadang
melakukan pengukuran presentasi janin dan denyut jantung janin karena permintaan

58

dari pasien. Terdapat 13 (34,2%) responden yang menyatakan bahwa selalu


melakukan imunisasi TT, banyak responden yang tidak melakukan imunisasi TT
karena responden menganggap tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pasiennya,
tetapi ada responden yang kadang melakukan imunisasi TT karena permintaan pasien
dan responden menganggap bahwa hal tersebut sangat penting untuk menghindari
bayi yang baru lahir dari tetanus dan juga melindungi ibu terhadap kemungkinan
tetanus apabila terluka. Terdapat 12 (31,6%) responden yang menyatakan bahwa
memberikan tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan, banyak responden yang
tidak memberikan tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan karena tidak ada
resiko anemia dari pasien yang ada, tetapi ada responden yang kadang memberikan
tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan karena pasien yang datang meang
memiliki riwayat anemia.
Masih dalam kegiatan pelayanan antenatal, terdapat 3 (7,9%) responden yang
menyatakan bahwa selalu melakukan tes labolatorium, banyak responden yang tidak
melakukan tes labolatorium karena tidak tersedianya alat dan responden menganggap
bahwa tes labolatorium hanya dilakukan jika ada resiko komplikasi ataupun resiko
bahaya, tetapi ada responden yang kadang melakukan tes labolatorium karena pasien
memiliki faktor resiko dan komplikasi. Terdapat 8 (12,1%) responden yang
menyatakan bahwa selalu melakukan tata laksana kasus , banyak responden yang
tidak melakukan tata laksana kasus karena responden merasa hal tersebut tidak harus
dilakukan, tetapi ada responden yang kadang melakukan tata laksana kasus karena
responden menangani pasien dengan faktor resiko dan komplikasi. Terdapat 14
(36,8%) responden yang menyatakan selalu melakukan konseling, banyak responden

59

yang tidak melakukan konseling karena tidak adanya permintaan dari pasien, tetapi
ada responden kadang melakukan konseling karena merasa pasien membutuhkannya.
Secara operasional pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan memenuhi standar yang terdapat di kegiatan pokok.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester
kedua dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan itu
dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini
faktor resiko, pencegahan dan penanganan komplikasi (Kemenkes 2010).
2. Pelayanan Nifas
Pada pelayanan nifas terdapat 6 kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatankegiatan yang terdapat di pelayanan nifas yaitu, terdapat 12 (31,6%) responden yang
menyatakan bahwa selalu melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu, banyak responden yang tidak melakukan pemeriksaan tekana darah, nadi,
respirasi dan suhu karena responden menganggap bahwa hal tersebut tidak penting
dilakukan dan juga karena tidak tersedianya alat, tetapi ada responden kadang
melakukan pemeriksaan tekana darah, nadi, respirasi dan suhu karena berdasarkan
permintaan pasien. Terdapat 9 (23,7%) responden yang menyatakan bahwa selalu
memeriksa tinggi fundus uteri, banyak responden yang tidak melakukan melakukan
pemeriksaan tinggi fundus uteri karena proses persalinan berjalan tanpa adanya
masalah, tetapi ada responden kadang melakukan pemeriksaan fundus uteri karena
menganggap bahwa hal tersebut memang perlu dilakukan.

60

Masih dalam kegiatan pelayanan nifas, terdapat 10 (26,3%) responden yang


menyatakan bahwa selalu melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per
vaginam, banyak responden yang tidak melakukan pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam karena tidak adanya kasus yang berat dalam proses
persalinan, tetapi ada responden kadang melakukan pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam karena responden menganggap bahwa hal tersebut memang
sangat diperlukan. Terdapat 9 (23,7%) responden yang menyatakan bahwa responden
selalu melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif, banyak
responden yang tidak melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif
karena responden memberikan susu formula, tetapi ada responden kadang melakukan
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif karena permintaan dari pasien.
Terdapat 11 (28,9%) responden yang menyatakan bahwa selalu memberikan kapsul
Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, banyak responden yang tidak memberikan
kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali karena menganggap hal tersebut tidak
diperlukan, tetapi ada responden kadang memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU
sebanyak 2 kali karena hal tersebut memang dibutuhkan oleh pasien. Dan terdapat 8
(21,1%) responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan pelayanan KB pasca
salin, banyak respondenyang tidak melakukan pelayanan KB pasca salin karena tidak
ada permintaan dari pasien, tetapi ada responden kadang melakukan pelayanan KB
pasca salin karena permintaan dari pasien.
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai
6 jam sampai 42 hari pasca salin oleh tenaga kesehatan. Kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam

61

sampai dengan 3 hari setelah persalinan, kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan dan kunjungan nifas ketiga dalam
waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan (Kemenkes 2010).
3. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh
Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat
Kegiatan pokok ketiga yaitu deteksi dini faktor resiko dan komplikasi
kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat, yang terdapat 1
kegiatan, berikut ini penjelasan dari kegiatan yang terdapat di deteksi dini faktor
resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat yaitu terdapat 12 (31,6%) responden yang menyatakan bahwa selalu
melakukan pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan
dialami oleh ibu hamil, banyak responden yang tidak melakukan pendeteksian dini
terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil karena tidak
ada faktor resiko yang dialami oleh pasien, tetapi ada responden kadang pendeteksian
dini terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil karena
adanya permintaan dari pasien.
Deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor
risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin merupakan
kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkan.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes 2010).

62

4. Pelayanan Kesehatan Bayi


Pada pelayanan kesehatan bayi terdapat 5 kegiatan, berikut ini penjelasan dari
kegiatan-kegiatan yang terdapat di pelayanan kesehatan bayi yaitu, terdapat 11
(28,9%) responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan imunisasi dasar
lengkap, banyak responden yang menyatakan tidak melakukan imunisasi dasar
lengkap karena pasien melakukan imunisasi di posyandu, tetapi ada responden
kadang melakukan imunisasi dasar lengkap karena permintaan dari pasien. Terdapat
11 (28,9%) responden yang menyatakn bahwa selalu melakukan stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang bayi, banyak responden yang tidak melakukan
stimulasi deteksi dini tumbuh kembang bayi karena pasien melakukan hal tersebut di
posyandu, tetapi ada responden kadang melakukan stimulasi deteksi dini tumbuh
kembang bayi karena permintaan dari pasien.
Masih dalam kegiatan pelayanan kesehatan bayi, terdapat 6 (15,8%)
responden yang menyatakan selalu memberikan Vitamin A 100.000 IU, banyak
responden yang tidak memberikan Vitamin A 100.000 IU karena responden
menganggap bahwa pasien tidak membutuhkan hal tersebut, tetapi ada responden
kadang memberikan Vitamin A 100.000 IU karena permintan dari pasien. Terdapat
10 (26,3%) responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan konseling ASI
eksklusif, banyak responden yang tidak melakukan konseling ASI eksklusif karena
responden memberikan susu formula, tetapi ada responden kadang melakukan
konseling ASI eksklusif karena permintaan dari pasien. Dan terdapat 12 (31,6%)
responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan penanganan dan rujukan kasus
bila diperlukan, banyak responden yang tidak melakukan penanganan dan rujukan

63

kasus karena responden menganggap bahwa hal tersebut tidak diperlukan, tetapi ada
responden kadang melakukan penanganan dan rujukan kasus karena permintaaan dari
pasien.
Hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan yang terdapat pada pelayanan
kesehatan bayi, dimana pelayanan kesehatan bayi diberikan oleh tenaga kesehatan
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapatkan pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang (Kemenkes 2010).
5. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pada pelayanan kesehatan anak balita terdapat 5 kegiatan, berikut ini
penjelasan dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di pelayanan kesehatan anak balita
yaitu, terdapat 10 (26,3%) responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan
pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku
KIA/KMS, banyak responden yang tidak melakukan pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku KIA/KMS karena
responden menganggap bahwa hal tersebut di lakukan di posyandu, tetapi ada
responden kadang melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali
setahun yang tercatat dalam buku KIA/KMS karena permintaan langsung oleh pasien.
Masih dalam kegiatan pelayanan kesehatan anak balita, terdapat 9 (23,7%)
responden yang menyatakan bahwa selalu melakukan stimulasi deteksi dan intervensi

64

dini tumbuh kembang minimal 2 kali dalam setahun, banyak responden yang tidak
melakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang minimal 2 kali
dalam setahun karena responden menganggap bahwa hal tersebut dilakukan di
posyandu, tetapi ada responden kadang melakukan stimulasi deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang minimal 2 kali dalam setahun karena permintaan langsung dari
responden.terdapat 8 (21,1%) responden yang menyatakan bahwa selalu memberikan
vitamin A dosis tinggi (200.000) IU 2 kali setahun, banyak responden yang tidak
memberikan vitamin A dosis tinggi (200.000) IU 2 kali setahun karena menganggap
hal tersbut tidak perlu dilakukan, tetapi ada responden kadang memberikan vitamin A
dosis tinggi (200.000) IU 2 kali setahun karena kebutuhan dari pasien.
Masih dalam kegiatan pelayanan kesehatan anak balita terdapat 11 (28,9%)
responden yang menyatakan bahwa selalu memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan
buku KIA oleh setiap anak balita, banyak responden yang tidak memeriksa
kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita karena responden
menganggap bahwa hal tersebut dilakukan di posyandu, tetapi ada responden kadang
memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita karena
permintaan langsung dari pasien. Dan terdapat 16 (42,1%) responden yang
menyatakan bahwa selalu melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar
dengan menggunakan pendekatan MTBS, banyak responden yang tidak melakukan
pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS
karena responden merasa terlalu lama dengan metode MTBS, tetapi ada responden
kadang melakukan pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS karena responden merasa hal tersebut biasa dilakukan.

65

Penjelasan diatas tidak sesuai dengan tujuan dari pelayanan kesehatan anak
balita dimana lima tahun pertama masa kehidupan, pertumbuhan mental dan
intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan dimana terbentuk
dasar-dasar kemempuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual. Upaya deteksi dini pada anak balita sangat penting agar dapat dikoreksi
sedini mungkin atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat (Kemenkes 2010).
6. Pelayanan KB
Pada pelayanan KB berkualitas terdapat 1 kegiatan, berikut ini penjelasan
dari kegiatan yang terdapat di pelayanan KB berkualitas yaitu, terdapat 12 (31,6%)
responden yang menyatakan selalu melakukan konseling terhadap ibu hamil
mengenai KB pasca salin, banyak responden yang tidak melakukan konseling
terhadap ibu hamil mengenai KB pasca salin karena tidak ada permintaan dari pasien,
tetapi ada responden kadang melakukan konseling terhadap ibu hamil mengenai KB
pasca salin karena adanya permintaan langsung dari pasien.
Secara statistik terdapat hubungan antara beban kerja dengan kinerja petugas
KIA , dimana dari hasil uji chi square diperoleh nilai yang signifikan yaitu 0,044,
yang menunjukkan bahwa kinerja petugas KIA di puskesmas akan semakin tidak baik
apabila beban kerjanya juga semakin tinggi, sebaliknya kinerja petugas KIA di
puskesmas akan semakin baik apabila beban kerjanya juga semakin rendah. Dengan
demikian peningkatan kinerja petugas KIA di puskesmas dapat dilakukan dengan
memberikan beban kerja yang sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan petugas
yang ditunjuk. Berdasarkan uji Regresi, terdapat pengaruh antara beban kerja

66

terhadap kinerja petugas KIA, hal ini dilihat dari nilai yang diperoleh yaitu p = 0,027
< 0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi
(2013), tentang pengaruh karakteristik individu psikologi dan beban kerja terhadap
kinerja petugas KIA dalam melaksanakan program di Puskesmas Se Kota
Pematangsiantar bahwa terdapat hubungan antara yang signifikan dari semua variabel
yaitu variabel karakteristik individu, psikologi dan beban kerja terhadap kinerja
petugas KIA dalam melaksanakan pelayanan antenatal di Puskesmas se Kota
Pematangsiantar. Dan sejalan juga dengan penelitian Tambun (2005), tentang
hubungan beban kerja dengan kinerja koordinator SP2TP puskesmas di kota medan
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang benar-benar bermakna antara variabel
beban kerja dengan variabel kinerja koordinator SP2TP puskesmas.
Beban kerja adalah konsep penggunaan energi pokok dan energi cadanan
yang tersedia, suatu tugas dipandang berat apabila energi pokok telah habis terpakai
dan masih harus menggunakan energi cadangan untuk menyelesaikan tugas lain.
Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang semakin berat beban
kerja yang disandangnya dan semakin tidak optimal hasil yang didapatkannya
(Gibson 1995).
Peran kepala puskesmas dalam peningkatan kinerja petugas KIA merupakan
peran penting, karena kepala pukesmas merupakan penanggung jawab program
puskesmas. Kepala puskesmas perlu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
petugas KIA. Kepala puskesmas dapat memberikan pengarahan melalui pelatihan

67

yang dapat mendorong terwujudnya kinerja yang lebih baik karena meningkatnya
keterampilan dan pengalaman melaksanakan pekerjaannya.

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Siantar mengenai pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas KIA dapat
disimpulkan bahwa :
1. Responden yang termasuk beban kerja pada kategori kurang, karena pekerjaan
puskesmas diluar tugas pokok tidak sesuai dan ada tugas lain selain tugas
pokok sebagai petugas KIA.
2. Responden yang termasuk pada kinerja kurang, karena responden hanya
kadang-kadang melakukan indikator-indikator dalam kegiatan pokok KIA
terhadap pasien yang datang.
3. Berdasarkan hasil uji chi-Square yang dilakukan menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara beban kerja dengan kinerja petugas KIA, kemudian
dilanjutkan dengan uji regresi linear berganda yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh antara beban kerja dengan kinerja petugas KIA puskesmas
di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran dari peneliti adalah
sebagai berikut :
1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun hendaknya menempatkan
petugas KIA sesuai dengan kebutuhan secara proporsional dan memberikan

68

69

kelengkapan alat dan bahan serta melakukan pelatihan terhadap petugas KIA
mengenai pemakaian alat dan bahan.
2. Kepada kepala puskesmas hendaknya melakukan pengawasan dan melakukan
evaluasi pada setiap kegiatan pokok KIA dan mebusulkan kebutuhan alat dan
bahan ke Dati II.
3. Kepada petugas KIA hendaknya melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas
pokok KIA dengan cara lebih memahami tugasnya secara utuh, melaksanakan
kegiatan kia sesuai standar, melakukan pencatatan yang lengkap dan teratur.

70

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun Tahun 2013.
Depkes RI, 2004. Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
________, 2004. Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rumah Sakit.
________, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932 Tahun 2002 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota Cetakan Kedua.
Domen,S, 2013. Pengaruh Karakteristik Individu Psikologi Dan Beban Kerja
Terhadap Kinerja Petugas KIA Dalam Melaksanakan Program Di
Puskesmas Se Kota Pematangsiantar Tesis FKM USU.
Gibson, J., L., Ivancevich., Donelly., J., H., 1995. Perilaku, Struktur, Proses Jilid I,
Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Kemenkes RI, 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Detempat Kesehatan Ibu dan
Anak(PWS-KIA).
___________, 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Mathis, Robert, L., Jacson, Jhon, H., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Salemba, Jakarta.
Munandar, A., S., 2001. Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012.
Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010.
Rivai, V., Basri., A., F., M., 2005. Performance Appraisal Edisi Pertama, Grafindo
Grafindo Persada, Jakarta.
Rosidah, Ambar Teguh Sulistiyani, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Sastrohadiwiryo, Siswanto, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta.

71

Silalahi, Domen, 2013. Tesis dengan Judul Pengaruh Karakteristik Individu dan
Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Melaksanakan Program
di Puskesmas se Kota Pematangsiantar.
Simamora, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua, Cetakan Ke III,
STIE YPKN, Yogyakarta.
Tambun, Linda, 2005. Skripsi dengan Judul Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja
Koordinator SP2TP Puskesmas di Kota Medan Tahun 2005.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

72

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA PETUGAS
KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS DI KECAMATAN
SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN
Identitas Responden
1.
2.

3.
4.

No
Pendidikan

:
: a. D.I
b. D.III
c. D.IV
Pekerjaan
: a. PNS
b. PTT
Tempat Tugas :

Beban kerja terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam program KIA


Petunjuk pengisian
Saudara diminta menjawab dengan cara memberikan tanda () pada kotak pilihan
jawaban yang tersedia (ya dan tidak).
No Pernyataan
A. Beban kerja kuantitatif
1
Perbandingan petugas dengan jumlah kunjungan pasien masih
sesuai
2
Pekerjaan puskesmas diluar tugas pokok masih sesuai
3
Perbandingan jumlah petugas dengan tugas-tugas di luar
gedung puskesmas masih sesuai
4
Terdapat tugas lain selain tugas pokok saya sebagai petugas
KIA
B. Beban kerja kualitatif
5
Saya jenuh menunggu proses persalinan karena membutuhkan
waktu yang lama
6
Saya tidak berani mrnolong prsalinan dengan letak bokong

Ya

Tidak

73

Kinerja petugas KIA dalam melaksanakan kegiatan di dalam program KIA


berdasarkan hasil kerja (output).
Petunjuk pengisian
Saudara diminta menjawab salah satu dari 3 pilihan dengan cara memberikan tanda
() pada kotak pilihan jawaban yang tersedia berdasarkan persentase seberapa sering
saudara mengalami hal-hal yang ditanyakan dari seluruh ekerjaan program KIA.
Tidak, bila melakukan 0% dari seluruh pelayanan program KIA.
Kadang-kadang, bila melakukan 1%-50% dari seluruh pelayanan program KIA.
Tetap, bila melakukan 51%-100% dari seluruh pelayanan program KIA.
No Pernyataan
Tidak Kadang- Selalu
.
kadang
G. A. Pelayanan antenatal
1
Saya melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi
badan
2
Saya melakukan ukur tekanan darah
3
Saya melakukan ukur lingkar lengan atas
4
Saya melakukan ukur tinggi fundus uteri
5
Saya melakukan presentasi janin dan denyut jantung
janin
6
Saya melakukan imunisasi TT
7
Saya melakukan pemberian tablet besi minimal 90
tablet selama kehamilan
8
Saya melakukan tes laboratorium
9
Saya melakukan tata laksana kasus
10 Saya melakukan konseling
H. Pelayanan kesehatan ibu nifas
16 Saya melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi,
17
18
19
20

respirasi dan suhu.


Saya melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri
Saya melakukan pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per
vaginam lainnya
Saya melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
eksklusif selama 6 bulan
Saya memberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak
2 kali
Saya memberikan pelayanan KB pasca salin

21
I. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
27 Saya melakukan pendeteksian dini terhadap faktor resiko
dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil

J. Pelayanan kesehatan bayi


40 Saya memberikan imunisasi dasar lengkap
41 Saya melakukan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh

74

42
43
44

kembang bayi
Saya memberikan vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan)
Saya melakukan konseling ASI eksklusif
Saya melakukan penanganan dan rujukan kasus bila
diperluakan

K. Pelayanan kesehatan anak balita


45 Saya melakukan pelayanan pemantauan pertumbuhan
46
47
48
49

minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam nuku


KIA/KMS
Saya melakukan stimulasi deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang(SD/DTK) minimal 2 kali dalam setahun
Saya melakukan pemberian vitamn A dosis tinggi
(200.000 IU) 2 kali dalam setahun
Saya memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA
oleh setiap anak balita
Saya melakuakn pelayanan anak balita sakit sesuai standar
dengan mengunakan pendekatan MTBS

L. Pelayanan KB berkualitas
50 Saya melakukan konseling terhadap ibu hamil mengenai
KB pascapersalinan

75

76

77

Frequencies
Beban Kerja
Perbandingan petugas dengan jumlah kunjungan pasien masih sesuai
Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

Ya

30

78.9

78.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pekerjaan puskesmas diluar tugas pokok masih sesuai


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak

26

68.4

68.4

68.4

Ya

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

Perbandingan jumlah petugas denan tugas-tugas di luar gedung


puskesmas masih sesuai
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak

15

39.5

39.5

39.5

Ya

23

60.5

60.5

100.0

Total

38

100.0

100.0

Terdapat tugas lain selain tugas pokok saya sebagai petugas KIA
Frequency
Valid

Ya

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

30

78.9

78.9

78.9

Tidak

21.1

21.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

78

Saya jenuh menunggu proses persalinan


Frequency
Valid

Ya

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

32

84.2

84.2

84.2

Tidak

15.8

15.8

100.0

Total

38

100.0

100.0

Saya tidak berani menolong persalinan dengan letak bokong


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Ya

18

47.4

47.4

47.4

Tidak

20

52.6

52.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

79

Frequencies
Kinerja
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

5.3

5.3

5.3

kadang-kadang

22

57.9

57.9

63.2

Selalu

14

36.8

36.8

100.0

Total

38

100.0

100.0

Ukur tekanan darah


Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

7.9

7.9

7.9

kadang-kadang

22

57.9

57.9

65.8

Selalu

13

34.2

34.2

100.0

Total

38

100.0

100.0

Ukur lingkar lengan atas


Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

18.4

18.4

18.4

kadang-kadang

21

55.3

55.3

73.7

Selalu

10

26.3

26.3

100.0

Total

38

100.0

100.0

Ukur tinggi fundus uteri


Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

15.8

15.8

15.8

kadang-kadang

16

42.1

42.1

57.9

Selalu

16

42.1

42.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

80

Presentasi janin dan denyut jantung janin


Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

13.2

13.2

13.2

kadang-kadang

16

42.1

42.1

55.3

Selalu

17

44.7

44.7

100.0

Total

38

100.0

100.0

Imunisasi TT
Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.5

10.5

10.5

kadang-kadang

21

55.3

55.3

65.8

selalu

13

34.2

34.2

100.0

Total

38

100.0

100.0

Tablet besi minimal 90 kali selama kehamilan


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

15.8

15.8

15.8

kadang-kadang

20

52.6

52.6

68.4

selalu

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

Tes labolatorium
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak

13

34.2

34.2

34.2

kadang-kadang

22

57.9

57.9

92.1

selalu

7.9

7.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

81

Tata laksana kasus


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak

15

39.5

39.5

39.5

kadang-kadang

15

39.5

39.5

78.9

selalu

21.1

21.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

Konseling
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak

10

26.3

26.3

26.3

kadang-kadang

14

36.8

36.8

63.2

selalu

14

36.8

36.8

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.5

10.5

10.5

kadang-kadang

22

57.9

57.9

68.4

selalu

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pemeriksaan tinggi fundus uteri


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

21

55.3

55.3

76.3

selalu

23.7

23.7

100.0

Total

38

100.0

100.0

kadang-kadang

82

Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

15.8

15.8

15.8

kadang-kadang

22

57.9

57.9

73.7

selalu

10

26.3

26.3

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Eksklusifselama 6 bulan


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

15.8

15.8

15.8

23

60.5

60.5

76.3

selalu

23.7

23.7

100.0

Total

38

100.0

100.0

kadang-kadang

Pemberian kapsul Vit. A 200.000 IU sebanyak 2 kali


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

18.4

18.4

18.4

kadang-kadang

20

52.6

52.6

71.1

selalu

11

28.9

28.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pelayanan KB pasca salin


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

23.7

23.7

23.7

21

55.3

55.3

78.9

selalu

21.1

21.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

kadang-kadang

83

Pendeteksian dini terhadap faktor resiko dan komplikasi yang akan dialami oleh ibu hamil
Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

18.4

18.4

18.4

kadang-kadang

19

50.0

50.0

68.4

selalu

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

Imunisasi dasar lengkap


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

kadang-kadang

19

50.0

50.0

71.1

selalu

11

28.9

28.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

15.8

15.8

15.8

kadang-kadang

21

55.3

55.3

71.1

selalu

11

28.9

28.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

Vitamin A 100.000 IU
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak

14

36.8

36.8

36.8

kadang-kadang

18

47.4

47.4

84.2

selalu

15.8

15.8

100.0

Total

38

100.0

100.0

84

Konseling ASI Eksklusif


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

18.4

18.4

18.4

kadang-kadang

21

55.3

55.3

73.7

selalu

10

26.3

26.3

100.0

Total

38

100.0

100.0

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

kadang-kadang

18

47.4

47.4

68.4

selalu

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun


Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

kadang-kadang

20

52.6

52.6

73.7

selalu

10

26.3

26.3

100.0

Total

38

100.0

100.0

Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang minimal 2 kali setahun
Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

23.7

23.7

23.7

20

52.6

52.6

76.3

selalu

23.7

23.7

100.0

Total

38

100.0

100.0

kadang-kadang

85

Pemberian Vit. A dosistinggi (200.000) IU 2 kali setahun


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak

13

34.2

34.2

34.2

kadang-kadang

17

44.7

44.7

78.9

selalu

21.1

21.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

Memeriksa kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

kadang-kadang

19

50.0

50.0

71.1

selalu

11

28.9

28.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS
Frequency
Valid

tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

18.4

18.4

18.4

kadang-kadang

15

39.5

39.5

57.9

selalu

16

42.1

42.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

Konseling terhadap ibu hamil mengenai KB pascapersalinan


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak

10

26.3

26.3

26.3

kadang-kadang

16

42.1

42.1

68.4

selalu

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

86

Crosstabs
Beban Kerja Total * Kinerja Total Crosstabulation
Kinerja Total
Baik
1Beban Kerja Total Baik

Count

Total

Total

15

17

% within Beban Kerja


Total

11.8%

88.2%

100.0%

% within Kinerja Total

16.7%

57.7%

44.7%

5.3%

39.5%

44.7%

10

11

21

% within Beban Kerja


Total

47.6%

52.4%

100.0%

% within Kinerja Total

83.3%

42.3%

55.3%

% of Total

26.3%

28.9%

55.3%

12

26

38

% within Beban Kerja


Total

31.6%

68.4%

100.0%

% within Kinerja Total

100.0%

100.0%

100.0%

31.6%

68.4%

100.0%

% of Total
Kurang

Kurang

Count

Count

% of Total

Chi-Square Tests
Value

df

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided)


sided)

Pearson Chi-Square
5.590a
1
.018
b
Continuity Correction
4.053
1
.044
Likelihood Ratio
6.018
1
.014
Fisher's Exact Test
.034
Linear-by-Linear
5.443
1
.020
Association
N of Valid Casesb
38
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,37.
b. Computed only for a 2x2 table

Exact Sig. (1sided)

.020

87

Regresi
Case Processing Summary
Unweighted Casesa
Selected Cases

Included in
Analysis
Missing Cases

Percent
38

100.0

.0

Total
38
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
38
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original
Value
Internal Value
Baik
Kurang

0
1

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b
Predicted
Kinerja Total
Observed
Step 0

Baik

Kinerja Total Baik


Kurang

Overall Percentage
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Kurang

Percentage
Correct

12

.0

26

100.0
68.4

88

Variables in the Equation


B
Step 0

Constant

S.E.

.773

Wald

.349

df

4.908

Sig.
1

Exp(B)

.027

2.167

Variables not in the Equation


Score
Step 0 Variables BK
Overall Statistics

df

Sig.

5.590

.018

5.590

.018

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1

df

Sig.

Step

6.018

.014

Block

6.018

.014

Model

6.018

.014

Model Summary
Step

-2 Log
likelihood

Cox & Snell R Nagelkerke R


Square
Square

1
41.380a
.146
.206
a. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
,001.
Classification Tablea
Predicted
Kinerja Total
Observed
Step 1

Baik

Kinerja Total Baik


Kurang

Overall Percentage
a. The cut value is ,500

Kurang

Percentage
Correct

12

.0

26

100.0
68.4

89

Variables in the Equation


B
Step 1

BK

-1.920

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

.870

4.864

.027

.147

Constant
3.934
1.568
a. Variable(s) entered on step 1: BK.

6.299

.012

51.136

90

Frequencies
Beban Kerja
Perbandingan petugas dengan jumlah kunjungan pasien masih sesuai
Frequency
Valid

Tidak

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

21.1

21.1

21.1

Ya

30

78.9

78.9

100.0

Total

38

100.0

100.0

Pekerjaan puskesmas diluar tugas pokok masih sesuai


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak

26

68.4

68.4

68.4

Ya

12

31.6

31.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

Perbandingan jumlah petugas denan tugas-tugas di luar gedung


puskesmas masih sesuai
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak

15

39.5

39.5

39.5

Ya

23

60.5

60.5

100.0

Total

38

100.0

100.0

91

Terdapat tugas lain selain tugas pokok saya sebagai petugas KIA
Frequency
Valid

Ya

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

30

78.9

78.9

78.9

Tidak

21.1

21.1

100.0

Total

38

100.0

100.0

Saya jenuh menunggu proses persalinan


Frequency
Valid

Ya

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

32

84.2

84.2

84.2

Tidak

15.8

15.8

100.0

Total

38

100.0

100.0

Saya tidak berani menolong persalinan dengan letak bokong


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Ya

18

47.4

47.4

47.4

Tidak

20

52.6

52.6

100.0

Total

38

100.0

100.0

You might also like