You are on page 1of 16

1

A. Mikroenkapsulasi
1. Definisi
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan tipis suatu
bahan inti baik berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer
sebagai dinding pembentuk mikrokapsul. Mikrokapsul yang terbentuk
dapat berupa partikel atau bentuk agregat, dan biasanya memiliki rentang
ukuran partikel antara

5 5000 m. Ukuran tersebut bervariasi

tergantung metode dan ukuran partikel bahan inti yang digunakan


(Lachman, 1994).
Mikrokapsul adalah partikel kecil yang mengandung suatu zat aktif
atau bahan inti yang dikelilingi suatu pelapis atau sel (Thies, 1996).
Mikroenkapsulasi memberikan sarana untuk mengubah komponen
dalam bentuk cairan menjadi partikel padat dan melindungi materi dari
pengaruh

lingkungan.

Perlindungan

yang

diberikan

oleh

mikroenkapsulasi dapat mencegah degradasi karena radiasi cahaya atau


oksigen, dan juga memperlambat terjadinya evaporasi (Risch,1995)
Teknologi mikroenkapsulasi telah digunakan pada berbagai bahan
aktif termasuk obat-obatan, pestisida, pupuk, insektisida biologis, dan
bahan tambahan makanan (Anonymous, 1996).
Terdapat beberapa teknik enkapsulasi yang dapat digunakan yaitu
pengeringan semprot (spray-drying), pendinginan semprot (spraychilling), sferonisasi, dan koaservasi (Risch ,1995).

Mikroenkapsulasi adalah proses entrapment dari suatu senyawa di


dalam senyawa lainnya dalam skala mikro. Senyawa yang dienkapsulasi
disebut bahan inti yang berupa zat aktif. Senyawa yang meliputi bahan
inti bisa berfungsi sebagai pelapis maupun membran. Produk dari proses
mikroenkapsulasi dinamakan mikrokapsul.
2. Keuntungan dan Kerugian Mikroenkapsulasi (Lachman,1994)
Keuntungan :
1. dengan adanya lapisan dinding polimer, bahan inti

akan

terlindung dari pengaruh lingkungan luar.


2. Dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat
menjaga stabilitas bahan inti yang dipertahankan dalam
jangka waktu yang lama.
3. Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi
dengan bahan inti.

Kerugian :
1. Biasanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang
sempurna atau tidak merata sehingga akan mempengaruhi
pelepasan bahan inti dari mikrokapsul.
2. Dibutuhkan teknologi mikroenkapsulasi.

3. Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut dan pelarut


yang sesuai dengan bahan inti agar diperoleh hasil
mikrokapsul yang baik.
3. Tujuan Mikroenkapsulasi
Tujuan umum:
1.

Imobilisasi atau entrapment ; untuk membatasi kontak antara


senyawa yang dienkapsulasi dengan lingkungan. Contoh; entrapment
dari flavor (efek wangi yang muncul dari flavor menjadi lebih lama
akibat pelepasan senyawa yang dikontrol oleh porositas membran.

2.

Proteksi ; beberapa senyawa aktif mudah terurai bila mengalami


kontak lansung dengan lingkungan. Contoh; vitamin dan asam lemak
tak jenuh sangat mudah bereaksi dengan oksigen. Beberapa senyawa
aktif dalam obat dan probiotik dapat terurai ketika berada dalam
lambung.

3.

Controlled release ; dalam dunia farmasi, ada beberapa jenis obat


yang harus terurai dengan jumlah terkontrol, terutama yang berkaitan
dengan enzim dan katalis. Dengan mengatur porositas dari
mikrokapsul, difusi dari senyawa aktif yang dienkapsulasi dapat
dikontrol.

4.

Fungsionalisasi

mikroenkapsulasi

dapat

digunakan

untuk

mengembangkan fungsi baru dari mikrokapsul. Contoh; kontrol


aktivitas biokatalis melalui pengaturan permeabilitas membrane
dengan melalui perubahan pH.

Tujuan khusus :
1.

Mengubah bentuk cairan menjadi padatan

2.

Melindungi inti dari pengaruh lingkungan

3.

Memperbaiki aliran serbuk

4.

Menutupi rasa dan bau yang tidak enak

5.

Menyatukan zat-zat yang tidak tersatukan secara fisika-kimia

6.

Menurunkan sifat iritasi bahan inti terhadap saluran cerna

7.

Mengatur pelepasan bahan inti

8.

Memperbaiki stabilitas bahan inti.

Dalam bidang farmasi mikroenkapsulasi bertujuan untuk mengubah


bentuk zat aktif, perlindungan, penutupan rasa dan pelepasan zat aktif
secara terkendali.
4.Bentuk morfologi mikrokapsul
Morfologi dari mikrokapsul dapat dibagi menjadi 3 tipe :
1.

Tipe mononuclear: bahan inti terletak ditengah diselimuti oleh kulit

2.

Tipe polinuklear; terdapat banyak bahan inti yang diselimuti oleh kulit

3.

Tipe matrix; bahan inti terdistribusi secara homogen dalam material


pembungkusnya

Mikrokapsul

Mononuclea
r

Polinukle
ar

Matrix

Gambar 2. Bentuk Morfologi Mikrokapsul


5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mikroenkapsulasi
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

keberhasilan

proses

mikroenkapsulasi ; sifat fisika-kimia bahan inti atau zat aktif, bahan


penyalut

yang

digunakan,

tahap

proses

mikroenkapsulasi

(tunggal/bertingkat), sifat dan struktur dinding mikrokapsul, kondisi


pembuatan (basah/kering)
6.Sifat Zat Aktif Untuk Mikrokapsul
Zat aktif yang dapat dibuat dalam sistem mikrokapsul dapat berupa
zat padat, gas, ataupun cair dalam ukuran partikel kecil. Sifat-sifat zat aktif
dari mikroenkapsulasi tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi tersebut.

7. Komponen Mikrokapsul
1. Bahan Inti ; merupakan bahan spesifik yang akan disalut, dapat
berupa zat padat, cair, ataupun gas. Komposisi bahan inti dapat
bervariasi, misalnya pada bahan inti cair dapat terdiri dari bahan
terdispersi dan bahan terlarut, sedangkan bahan inti padat dapat
berupa zat tunggal atau campuran zat aktif dengan bahan pembawa
lain seperti stabilisator, pengencer, pengisi, penghambat atau pemacu
pelepasan bahan aktif. Selain itu, bahan inti yang digunakan
sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi dengan bahan penyalut yang
digunakan.
2. Bahan penyalut ; merupakan bahan yang digunakan untuk melapisi
inti dengan tujuan tertentu seperti menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, perlindungan terhadap lingkungan, meningkatkan stabilitas,
mencegah penguapan, kesesuaian dengan bahan inti maupun bahan
lain yang berhubungan dengan proses penyalutan serta sesuai
dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Bahan penyalut
harus mampu memberikan suatu lapisan tipis yang kohesif dengan
bahan inti, dapat bercampur secara kimia, tidak bereaksi dengan inti
(bersifat inert), dan mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan
penyalutan. Bahan penyalut yang digunakan dapat berupa polimer
alam, semisintetik, maupun sintetik. Jumlah penyalut yang digunakan
antara 1-70%, dan pada umumnya digunakan 3-30% dengan
ketebalan dinding penyalut 0,1-60 mikrometer.

3. Pelarut ; bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut


dan mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut berdasarkan sifat
kelarutan dari bahan inti atau zat aktif dan bahan penyalut, dimana
pelarut yang digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan
bahan inti tetapi dapat melarutkan bahan penyalut. Pelarut polar akan
melarutkan senyawa yang bersifat polar, dan pelarut nonpolar akan
melarutkan senyawa yang bersifat nonpolar.
Untuk melarutkan penyalut juga dapat digunakan pelarut tunggal
atau pelarut campuran. Penggunaan pelarut campuran seringkali
memberikan kesulitan dalam proses penguapan pelarut, misalnya
perbedaan kecepatan penguapan antara dua atau lebih pelarut akan
mengakibatkan pemisahan komponen pelarut yang terlalu cepat
sehingga penyalut menggumpal. Untuk menghindari hal tersebut
biasanya digunakan

campuran azeptrop, yaitu campuran pelarut

dengan komposisi dan titik didih yang tetap dimana selama proses
penguapan komposisi campuran tidak berubah.
8.Teknik/Metode Mikroenkapsulasi
Parameter dalam merancang suatu mikrokapsul yaitu: Sifat fisika
dan kimia zat aktif, polimer penyalut, medium mikroenkapsulasi, tahap
proses mikroenkapsulasi, dan sifat dinding kapsul.
Proses mikroenkapsulasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
metode fisika kimia, metode kimia, dan metode fisika. Evaluasi
Mikrokapsul in vitro yang harus dilakukan meliputi morfologi mikrokapsul,

sifat mikromeritik, kandungan mikrokapsul, faktor perolehan kembali,


tebal dinding mikrokapsul dan profil disolusi dari mikrokapsul.
Tabel 2. Metode Pembuatan Mikrokapsul

Tabel 3. Ukuran Partikel Mikrokapsul yang Dihasilkan dari Proses


Mikroenkapsulasi

Proses
Mikroenkapsulasi

Kimiawi

Fisikamekanika

Fisikakimia

Emulsi

Spray Drying

Coacervation

Co-ekstrusion

Spinning Disk

Gambar 3. Proses Mikroenkapsulasi


1.

Metode Kimia
Emulsifikasi merupakan penerapan energi fisika ke dalam sebuah
sistem

cairan

dimana

terdapat

sedikitnya

dua

fase

yang

immiscible, menyebabkan salah satu terdispersi dalam fase


lainnya. Pembentukkan mikrokapsul dapat dilakukan dengan cara
ini. Cairan mengandung senyawa aktif yang dienkapsulasi
didispersikan ke dalam cairan yang immiscible dengan fase cair
2.

awal.
Metode Fisika-Kimia
Co-acervation
Merupakan proses pembuatan mikrokapsul yang melibatkan
pencampuran 2 fase polimer yang bermuatan didalam pelarut.
Proses ini dibagi menjadi 3 tahap utama : (i); preparasi dari fase

10

terdispersi, yaitu bahan inti didispersikan ke dalam larutan polimer


yang bersifat kationik. (ii); enkapsulasi dari material inti, yaitu
larutan polimer kedua yang bersifat anionik dimasukkan kedalam
larutan

pertama.

dienkapsulasi, yaitu

(iii);

stabilisasi

dari

partikel

yang

telah

endapan polimer kedua terbentuk pada

bahan inti akibat adanya perbedaan muatan. Mikrokapsul yang


terbentuk mengalami stabilisasi dengan perlakuan panas dan
membentuk pautan silang (crosslink).

(a)

bahan inti terdispersi dalam larutan polimer. (b)

partikel coating terdispersi dalam larutan. (c)

coating

dari bahan inti oleh partikel halus. (d) coalescence dari


partikel coating membentuk lapisan kulit yang kontinyu
disekelliling bahan inti.
3. Metode Fisika-Mekanika
1. Spray drying ; merupakan proses mikroenkapsulasi yang
murah dan biasa digunakan untuk mengenkapsulasi fragrance

11

atau flavor. Bahan inti yang terdispersi dalam larutan polimer


dilewatkan melalui nozzle. Cairan yang keluar dari nozzle
membentuk droplet dan mengalami proses soldifikasi akibat
udara panas yang dilewatkan.

Gambar 4. Skema Menggambarkan proses


mikroenkapsulasi dengan spray-drying.
2. Spinning Disk; pada proses ini, suspensi dari bahan inti yang
berbentuk padatan dan material sel yang bebentuk cairan
dialirkan menuju rotating disk. Akibat pengaruh putaran yang
terjadi, bahan inti terlapis oleh material sel. Partikel yang telah
dilapis, terlempar dari rotating disk akibat pengaruh gaya
sentrifugal.
Liquid coating phase

microcapsule
core particles

12

sinning disk
Gambar 5. Proses Spinning Disk
3. Co-ekstrusion; pada proses ini, cairan yang akan menjadi
bahan inti dan enkapsulan dilewatkan melalui concentric tube.
Setelah melewati concentric tube, cairan akan membentuk
droplet. Droplet ini akan mengalami proses solidifikasi dengan
membentuk ikatan crosslink, pendinginan dan penguapan
larutan.

Shell Co re hell

Vibration

Curing
Gambar 6. Co-Ekstrusion

13

9.

Mekanisme pelepasan obat dari mikrokapsul


Pelepasan obat dari bentuk mikrokapsul dapat melalui berbagai cara

yaitu melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan
polimer atau melalui kombinasi melalui erosi dan difusi. Umumnya, obat
yang dibuat dengan cara ini lebih banyak dilepaskan melalui difusi
membran. Cairan dari saluran pencernaan berdifusi melalui membran ke
dalam sel, kemudian obat akan melalui difusi pasif dari larutan konsentrasi
tinggi di dalam sel kapsul melalui membran ke tempat berkonsentrasi
rendah pada cairan saluran pencernaan. Jadi kecepatan pelepasan obat
ditentukan oleh sifat difusi obat pada membran.

DAFTAR PUSTAKA

Greenaway W, Scaysbrook T, Whatley FR. The composition and


plant origins of propolis: A report of work at Oxford, Bee World
1990; 71: 10718.
Hill R. Propolis: the natural antibiotic. 6th ed. Wellingborough:
Thorsons Publishers Ltd; 1981. p. 78.
Peppas LB. Novel vaginal drug release applications. Adv. Drug Deliv. Rev.
1993;11:169-76.
Hussain A, Ahsan F. The vagina as a route for systemic drug delivery. J.
Control. Release 2005;103:301-13.
Bankova,

V.

Determining

Summer.2000.7

Quality

in

Propolis

Sample.Jornal

14

Bendich, A.,Physiological role of antioxidants in The Immune System,.


Human Nutrition Research, Hoffmann-LaRoche Inc 1992, Nutley,
NJ 07110
Krell, R. 1996. Value-added Product From Beekeping; FAO Agricultural
Services Bulletin No.124. Food and agriculture Organization of the
United Nations Rome, 1996. www.fao.org/docrep.htm.diakses
tanggal 12 januari 2012
Chien YW. Novel drug delivery systems. 2nd ed. New York: Marcel
Dekker; 1992. p. 11-28.
Kim CJ. Advanced Pharmaceutics - Physicochemical Properties. New
York: CRC Press; 2002. p. 481-3.
Robinson JR, Bologna WJ. Vaginal and reproductive system treatments
using a bioadhesive polymer. J. Control Release 1994;28:87-94.
Chickering DE, Mathiowitz E. Definitions mechanisms and theories of
bioadhesion. In: Mathiowitz E, Chickering DE, Lehr CM (eds).
Bioadhesive

drug

delivery

systems:

Fundamentals,

novel

approaches, and developments, New York: Marcel Dekker, 1999,


pp 110.
Ahuja A, Khar RK, Ali J. Mucoadhesive drug delivery systems. Drug Dev
Ind Pharm, 1997; 23 (5): 489515.
Park K, Robinson JR. Bioadhesive polymers as platforms for oral
controlled drug delivery: method to study bioadhesion. Int J Pharm,
1984; 19: 107127.

15

Lehr CM, Bouwstra JA, Kok W, De Boer AG, Tukker JJ, Verhoef JC,
Breimer DD, Junginger HE. Effects of the mucoadhesive polymer
polycarbophil on the intestinal absorption of a peptide drug n the
rat. J. Pharm. Pharmacolog, 1992; 44(5): 402-407.
Rowe, R., dkk, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi Ke-6,
The Pharmaceutical Press, London.
Martindale, The Extra Pharmacopeia 29 TH Edition, Council Of The Royal
Pharmaceutical

Society

Of

Great

Britain,

London,

The

Pharmaceutical Press, 1989, hal. 1208-1209


The Pharmaceutical CODEX, Principle and Practice of Pharmaceutics.
12nd ed. 1994. London: The Pharmaceutical Press
Swarbick J and Boylan JC. Encyclopedia of Pharmaceutical technology,
Vol 20. New York ; Marcell Dekker Inc. 2001; 169-87
Vermani K and Garg S. The Scope and Potential of vaginal drug delivery,
Pharm Sci Tech today 200; 3(10); 359-64

16

You might also like