You are on page 1of 15

HUBUNGAN DUKUNGAN BIDAN TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
Valentina Dili Ariwati*), M. Imron Rosyidi**), Puji Pranowowati**)
*) Mahasiswa D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staff Pengajar STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman pendamping
apapun sampai bayi berusia 6 bulan. Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Semarang yang
mengalami penurunan adalah wilayah kerja Puskesmas Ambarawa yaitu 62,41% (tahun 2010),
41,30% (tahun 2011), dan 26,88% (tahun 2012) belum mencapai target nasional yaitu 80%.
Rendahnya cakupan ASI eksklusif ini karena kurangnya dukungan tenaga kesehatan khususnya
bidan dalam pemberian ASI eksklusif. Dukungan bidan yang adekuat akan menentukan
perilaku ibu menyusui untuk memberikan ASI secara eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan dukungan bidan tentang ASI eksklusif dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional dengan jumlah populasi 308 ibu dan jumlah sampel 76 ibu menyusui yang
mempunyai bayi usia >6 bulan-12 bulan. Teknik sampling yang digunakan adalah
proportionate stratified random sampling. Analisis data bivariat dengan Chi Square dan =
0,05.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden kurang mendapat dukungan
dari bidan tentang ASI eksklusif yaitu 64,5%. Sebagian besar responden tidak memberikan ASI
eksklusif yaitu 72,4%. Hasil uji chi square dengan SPSS menunjukkan nilai p adalah 0,0001
yang artinya ada hubungan signifikan antara dukungan bidan tentang ASI eksklusif dengan
perilaku pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang
dan nilai PR=2,48, artinya ibu yang mendapat dukungan dari bidan mempunyai peluang 2,48
kali lipat lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang kurang
mendapatkan dukungan dari bidan.
Penelitian ini sebagai masukan untuk bidan bahwa bidan harus meningkatkan
dukungan pemberian ASI eksklusif untuk mencapai keberhasilan cakupan ASI eksklusif.
Kata Kunci : dukungan bidan, perilaku, ASI eksklusif
Kepustakaan : 46 (2004-2014)
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is breastfeeding without additional foods or liquids, not even
water until the infant is 6 months old. The coverage of exclusive breastfeeding in Semarang
regency is 16,7%. There were decreasings of coverage of exclusive breastfeeding in the
working area of Ambarawa Health Center, which was 62.41% (in 2010), 41.30% (in 2011),
and 26.88% (in 2012). The low coverage of exclusive breastfeeding was caused by lack of
support to do breastfeeding from health workers, especially midwives. The sufficient support of

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

midwives will determine the behaviour of mothers to breastfeed their children exclusively. The
purpose of this study is to determine the relation of midwives support exclusive breastfeeding
with mothers behaviour of exclusive breastfeeding in Ambarawa Health Center Semarang
Regency.
This research was an analytic survey with a cross-sectional study design with the
population of 308 mothers and the samples were 76 breastfeeding mothers who had a baby of
> 6 months old-12 months old. The sampling technique used proportionate stratified random
sampling. The analysis of bivariate data used Chi Square and = 0.05.
The results showed that most respondents got less support from midwives about
exclusive breastfeeding, 64.5%. Most respondents did not give exclusive breastfeeding who
were 72.4%. The result of chi square test with SPSS indicated p value of 0.0001, there was a
significant relation between midwives support on exclusive breastfeeding and mothers
behaviour of exclusive breastfeeding in Ambarawa Health Center Semarang Regency and PR
grade = 2,48 means the mother whose supported by the midwife have 2,48 times opportunities
to give breastfeeding exclusively compared to the mother whose less supported by the midwife.
This research is an input to midwives that they had to increase their support for
exclusive breastfeeding to get the target of it.
Keywords: midwives support, behaviour, exclusive breastfeeding
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2012 mencapai 34/1000
kelahiran hidup, jauh dari target penurunan
AKB oleh
Departemen
Kesehatan
(Depkes) yaitu 23/1000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian bayi adalah
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
demam, dan diare. Gabungan ketiga
penyebab ini menyebabkan 32% kematian
bayi (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Penyakit infeksi seperti diare, ISPA,
dan berbagai penyakit yang disebabkan
oleh virus dapat dicegah dengan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayi
(Permenegpp, 2010). ASI eksklusif adalah
Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
diberikan makanan dan minuman, kecuali
obat dan vitamin. World Health
Organization (WHO) merekomendasikan
agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi
yang baru lahir sampai usia 6 bulan untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan,
dan kesehatan yang optimal. Bayi dapat
diberikan makanan tambahan setelah
berusia 6 bulan berupa Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) dan tetap


melanjutkan pemberian ASI sampai usia
bayi 2 tahun (WHO, 2011).
Pemerintah mencanangkan pemberian
ASI eksklusif selam 6 bulan dan
melanjutkan sampai usia 2 tahun.
Peraturan tersebut termuat dalam Undangundang No.36 tahun 2009 tentang
kesehatan, PP No.33 tahun 2013 tentang
ASI Eksklusif, PERMENKES No.15 tahun
2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas
menyusui,
dan
Peraturan
Menteri
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan Anak No.3 tahun 2010
tentang penerapan sepuluh langkah
keberhasilan menyusui. Pemberian ASI
Eksklusif perlu mendapat perlindungan
dari pemerintah karena ASI mempunyai
banyak manfaat bagi ibu, bagi bayi,
maupun bagi Negara (PERINASIA, 2011).
Manfaat ASI bagi bayi yaitu ASI
mengandung kolostrum yang melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi dan
komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan
bayi pada awal kelahiran karena komposisi
ASI mudah diserap dan dimetabolisme
oleh pencernaan bayi. ASI berguna untuk
perkembangan kecerdasan bayi dan anak.
Manfaat
ASI
bagi
ibu
adalah

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk


mampu menyusui bayinya, meningkatkan
interaksi ibu dan bayi, serta menghemat
pengeluaran rumah tangga, manfaat bagi
negara adalah menghemat pengeluaran
devisa negara (Permenegpp No.3 Tahun
2010).
Pencapaian manfaat yang optimal
dalam pemberian ASI eksklusif mengalami
beberapa
hambatan.
Faktor
yang
menghambat pemberian ASI eksklusif
yaitu rendahnya pengetahuan ibu dan
anggota keluarga lainnya tentang manfaat
ASI, kurangnya pelayanan konseling
laktasi dan dukungan tenaga kesehatan
terutama bidan, sosial budaya, ibu bekerja,
dan gencarnya pemasaran susu formula
(Dinkes Jateng, 2012).
Salah satu faktor yang mempengaruhi
dalam pemberian ASI adalah dukungan
tenaga kesehatan yang adekuat. Fasilitas
pelayanan kesehatan dan bidan sebagai
bagian dari tenaga kesehatan perlu
memiliki kepekaan gender termasuk dalam
mendorong ibu dan mendorong partisipatif
aktif
laki-laki
dalam
mencapai
keberhasilan ibu menyusui. Dukungan
fasilitas pelayanan kesehatan dan bidan
sebaiknya diberikan mulai dari pusat
pelayanan primer hingga pusat pelayanan
tersier, dari Rumah Sakit tingkat nasional
hingga posyandu dan polindes di tingkat
RT/RW/Kelurahan/Desa
perlu
terus
meningkatkan sosialisasi dan penerapan
ASI eksklusif. Menyusui akan berhasil jika
bidan memiliki kepekaan gender yang
tinggi dalam mendukung pemberian ASI
eksklusif (Permenegpp No.3 Tahun 2010).
Bidan sebagai tenaga kesehatan
mempunyai andil sangat besar terhadap
tercapainya program ASI eksklusif. Bidan
sangat popular di kalangan ibu-ibu. Wanita
melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan
dengan mengandalkan bidan untuk
membantu proses kelahiran. Bidan lebih
dikenal ibu hamil dibandingkan dengan
dokter kandungan, sehingga dukungan
bidan
cukup
penting
di
dalam
mensosialisasikan program pemberian ASI
eksklusif. Sebagai bagian dari tenaga

kesehatan bidan diwajibkan memberikan


pemahaman tentang pemberian ASI
eksklusif dengan melaksanakan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan tindak lanjut
dukungan pemberian ASI eksklusif
(Harian Analisa, 2013).
Dukungan bidan terhadap pemberian
ASI eksklusif ini sangat penting tidak
hanya bagi bayi tetapi juga bagi ibu
menyusui. Dukungan dalam pemberian
ASI akan mempengaruhi perilaku dalam
pemberian
ASI
karena
dukungan
merupakan faktor yang mempengaruhi
tindakan kesehatan individu, kelompok,
atau masyarakat. Dalam rangka membina
dan meningkatkan kesehatan masyarakat,
intervensi atau upaya yang ditujukan
kepada faktor perilaku ini sangat strategis.
Upaya agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan
cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,
memberi
informasi,
memberikan
kesadaran, dan sebagainya melalui
kegiatan yang disebut pendidikan atau
promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku pemberian ASI eksklusif
secara global masih rendah, dilihat dari
cakupan pemberian ASI. Berdasarkan data
dari WHO pada bulan Feburari 2014
secara umum kurang dari 40% bayi di
bawah 6 bulan diberikan ASI eksklusif.
Konseling dan dukungan yang adekuat
perlu diberikan kepada ibu dan keluarga
untuk memulai dan mempertahankan
praktik pemberian ASI eksklusif.
Kajian UNICEF Indonesia yang
tertulis pada Profil Jateng pada Oktober
2012, menunjukkan bahwa kurang dari
satu dari tiga bayi di bawah enam bulan
diberi ASI eksklusif. Cakupan pemberian
ASI di Indonesia ditunjukkan dengan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012
bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia
saat ini masih mencapai 61,5% dari target
nasional seharusnya 80%. Perilaku
pemberian ASI eksklusif cenderung
menurun terbukti dengan Profil Kesehatan
Jawa Tengah (2012) yang menunjukkan
bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

di Jawa Tengah hanya sekitar 25,6%,


menurun dibandingkan tahun 2011 yaitu
45,18% jauh dari target Jawa Tengah yaitu
80%.
Keberhasilan cakupan ASI eksklusif di
Kabupaten Semarang dibandingkan angka
Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2010
dimana target bayi mendapat ASI eksklusif
adalah 80% hasilnya masih cukup jauh
yaitu 27,61% (Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang, 2010). Cakupan ASI eksklusif
di Kabupaten Semarang pada tahun 2012
sebesar 16,7% dibandingkan tahun 2011
yang sebesar 34,41% angka ini mengalami
penurunan drastis lebih dari separuhnya,
target cakupan ASI eksklusif untuk
Kabupaten Semarang adalah 80%.
Kabupaten Semarang terdiri dari 19
Kecamatan dengan 26 Puskesmas. Dari 26
Puskesmas tersebut terdapat 5 Puskesmas
(Pabelan, Jambu, Bawen, Ambarawa,
Bancak) yang cakupan ASI eksklusifnya
berturut-turut menurun dari tahun 2010,
2011, 2012. Penurunan paling drastis
terjadi di Puskesmas Ambarawa yaitu
62,41% (tahun 2010), 41,30% (tahun
2011), 26,88% (tahun 2012) hal ini jauh
dari
target
Puskesmas
yang
direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan
yaitu 80% (Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang).
Berdasarkan hasil penelitian dari Irma
Eva (2009) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu laktasi dalam
memberikan ASI
menyatakan bahwa
54,5% ibu memberikan ASI eksklusif.
Penelitian Aiyaroh Novery (2012) di
Kabupaten Kendal menyatakan bahwa
sebesar
52,8%
bidan
memberikan
dukungan dalam pemberian ASI eksklusif.
Penelitian Sandra Fikawati (2010) tentang
implementasi dan kebijakan ASI eksklusif
di Indonesia bahwa saat ini penerapan ASI
eksklusif dan fasilitasi IMD belum
optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
pada 13 Juni 2013 di 5 kota besar di
Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Tangerang) bahwa sebanyak

50% atau setara 125 orang tenaga layanan


kesehatan dari lima kota besar tersebut
ternyata belum mengetahui adanya
kebijakan ASI eksklusif. Penelitian
melibatkan
250
responden
tenaga
kesehatan meliputi bidan, suster dan dokter
yang terlibat dalam kelahiran bayi. Tenaga
kesehatan tidak mengetahui Peraturan
Pemerintah nomer 33 tahun 2012 tentang
pemberian ASI eksklusif, responden juga
tidak mengetahui hak bayi atas ASI di UU
Kesehatan nomor 36 tahun 2009. Para
tenaga layanan kesehatan juga terbukti
tidak tahu bagaimana mendukung ibu
menyusui bayinya (Widiyani, 2013; AIMI,
2013).
Studi pendahuluan yang dilakukan di
Puskemas Ambarawa tentang dukungan
tenaga kesehatan berupa tenaga kesehatan
melakukan IMD, melarang pemberian susu
formula, memberikan konseling ASI
eksklusif, mengajari teknik menyusui, dan
penyuluhan berkala di posyandu. Dari 10
responden menyatakan bahwa 4 (40%)
responden mendapatkan dukungan dari
tenaga kesehatan, dari 4 responden tersebut
1 (25%) responden memberikan ASI
eksklusif dan 3 (75%) tidak memberikan
ASI eksklusif. 6 (60%) responden
menyatakan tidak mendapatkan dukungan
dari tenaga kesehatan, dari 6 responden
tersebut 2 (33%) responden memberikan
ASI eksklusif dan 4 (67%) responden tidak
memberikan ASI eksklusif.
Dari latar belakang tersebut, peneliti
ingin mengetahui lebih lanjut hubungan
dukungan bidan tentang pemberian ASI
eksklusif dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Ambarawa.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan
metode penelitian survey analitik yaitu
penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

atau antara faktor resiko dengan faktor


efek. Pendekatan yang digunakan adalah
Cross sectional yaitu suatu penelitian
dimana variabel sebab atau risiko dan
akibat/kasus yang terjadi pada objek
penelitian di ukur atau dikumpulkan secara
simultan/dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
bermaksud untuk mengetahui hubungan
dukungan bidan tentang pemberian ASI
eksklusif dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Ambarawa Kabupaten Semarang.

terhadap pemberian ASI eksklusif dan data


perilaku pemberian ASI eksklusif yang
diperoleh melalui kuesioner tertutup.
Adapun data sekunder yang di pakai
pada penelitian ini yaitu buku Profil
Kesehatan Puskesmas Ambarawa dan data
rekapitulasi jumlah balita usia >6 bulan-12
bulan, cakupan ASI eksklusif pada Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang,
data dari bidan desa tentang jumlah ibu
menyusui yang mempunyai balita >6
bulan-12 bulan.

Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi yang dimaksud pada
penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi usia >6 bulan-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Ambarawa
sampai pada bulan Juni 2014 sejumlah 315
ibu.

Alat Pengumpulan Data


Data dukungan tenaga kesehatan
terhadap pemberian ASI eksklusif dan data
perilaku pemberian ASI eksklusif di
kumpulkan
dengan
menggunakan
kuesioner. Bentuk pertanyaannya adalah
tertutup, dimana kemungkinan jawabannya
sudah ditentukan terlebih dahulu dan
responden tidak diberi kesempatan
memberikan jawaban lainnya. Kuesioner
diisi oleh responden setelah sebelumnya
responden diberikan penjelasan terlebih
dahulu tentang maksud dan tujuan
penelitian.
Data yang digunakan dalam kuesioner
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
variabel independen yaitu dukungan tenaga
kesehatan
tentang
pemberian
ASI
eksklusif. Bagian kedua variabel dependen
yaitu perilaku pemberian ASI eksklusif.
Kuesioner terdiri dari 14 pernyataan untuk
dukungan tenaga kesehatan tentang
pemberian ASI eksklusif dan 3 pernyataan
untuk perilaku pemberian ASI eksklusif.

Sampel
Sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 76 ibu yang
mempunyai bayi umur bayi umur >6
bulan-12 bulan.
Teknik sampling dalam penelitian ini
adalah proportionate stratified random
sampling yaitu setiap unit yang
mempunyai karakteristik umum yang
sama, dikelompokkan pada satu kelompok,
kemudian dari masing-masing kelompok
diambil sampel yang mewakilinya.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 9 Wilayah
Kerja Puskesmas Ambarawa dengan
melakukan kunjungan ke rumah responden
berdasarkan data alamat dari bidan desa.
Penelitian telah dilakukan pada tanggal 316 Juli 2014.
Pengumpulan Data
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini
adalah data dukungan tenaga kesehatan

Analisis Data
Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Data skor dukungan tenaga kesehatan
tentang pemberian ASI eksklusif akan
dideskripsikan besarnya mean, median dan
standar deviasi. Data kategori dukungan
tenaga kesehatan tentang pemberian ASI
eksklusif dan data kategori perilaku

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

pemberian
ASI
eksklusif
akan
dideskripsikan proporsi hasil jawaban
responden dengan distribusi frekuensi
(Notoatmodjo, 2012).
Analisis Bivariat
Dalam
analisa
penelitian
ini
menggunakan analisa bivariat karena
mengetahui hubungan dukungan tenaga
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
Untuk mengetahui apakah hipotesis
diterima atau ditolak. Untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, dengan menggunakan
X (Chi Square).
Perhitungan dengan rumus di atas
dilakukan dengan menggunakan program
SPSS. Dalam program ini akan
ditampilkan p value. Dengan nilai p value
ini kita dapat menggunakan untuk
keputusan
statistik
dengan
membandingkan nilai p dengan (0,05).
Hasil penelitian didapatkan p> 0,05 Ho
diterima maka Ha ditolak. Nilai p 0,05
Ho ditolak maka Ha diterima.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Umur Responden
Tabel 1.
Distribusi
Frekuensi
Responden Berdasarkan Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambarawa Tahun 2014
Umur (tahun)
f Persentase
(%)
Remaja Akhir (184
5,3
<21)
Dewasa Dini (21-<35) 65
85,5
Dewasa Madya (35- 7
9,2
<45)
Total
76
100,0
Dari Tabel 1 diketahui bahwa
sebagian besar responden termasuk
kategori dewasa dini yaitu 85,5% (65
orang), sangat sedikit dari responden
termasuk dalam kategori dewasa madya

yaitu 9,2% (7 orang), dan paling sedikit


adalah remaja akhir yaitu 5,3% (4 orang).
Pendidikan Responden
Tabel 2.
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa Tahun
2014
Pendidikan
f
Persentase
(%)
Lulus SMP
6
7,9
Lulus SMA
66
86,8
Lulus Diploma
2
2,6
Lulus S1
2
2,6
Total
76
100,0
Dari Tabel 2 diketahui sebagian
responden lulus sekolah menengah,
SMA yaitu 86,8% (66 orang), lulus
7,9% (6 orang), sangat sedikit
responden lulus Diploma dan S1
masing-masing 2,6% (2 orang).

besar
lulus
SMP
dari
yaitu

Pekerjaan Responden
Tabel 3.
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa Tahun
2014
Pekerjaan
f
Persentase
(%)
Swasta
34
44,7
IRT
29
38,2
Pedagang
9
11,8
Petani
3
3,9
PNS
1
1,3
Total
76
100,0
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden bekerja, sebagai
pekerja swasta 44,7% (34 orang),
pedagang 11,8% (9 orang), petani 3,9% (3
orang), PNS 1,3% (1 orang). Sebagian
kecil responden tidak bekerja (sebagai ibu
rumah tangga) yaitu sebesar 38,2% (29
orang).

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

Analisis Univariat
Dukungan Bidan tentang ASI Eksklusif
Tabel 4.
Distribusi
Frekuensi
Dukungan Bidan tentang ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa Tahun
2014
Dukungan Bidan
f
Persentase
tentang ASI
(%)
Eksklusif
Mendukung
27
35,5
Kurang Mendukung
49
64,5
Total
76
100,0
Persentase responden (ibu) yang
mendapat dukungan pemberian ASI
eksklusif yaitu 35,5% (27 orang) lebih
kecil dibanding responden (ibu) yang
kurang mendapat dukungan dari bidan
tentang ASI eksklusif yaitu 64,5% (49
orang).

Perilaku Pemberian ASI Eksklusif


Tabel 5.
Distribusi
Frekuensi
Perilaku
Pemberian
ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa Tahun
2014
f
Persentase
Perilaku
(%)
Pemberian ASI
Eksklusif
Eksklusif
21
27,6
Tidak Eksklusif
55
72,4
Total
76
100,0
Persentase
responden
yang
memberikan ASI eksklusif yaitu 27,6% (21
orang) lebih kecil dibanding responden
yang tidak memberikan ASI eksklusif
yaitu 72,4% (55 orang).

Analisis Bivariat
Tabel 6.Tabel Silang Hubungan Dukungan Bidan tentang ASI Eksklusif dengan
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa
Tahun 2014
Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif
Dukungan Bidan
Total
P value
PR
tentang ASI
Tidak
Eksklusif
Eksklusif
Eksklusif
f
%
f
%
f
%
Kurang Mendukung
45
91,8
4
8,2
49
100,0
0,0001
2,48
Mendukung
10
37,0
17
63,0
27
100,0
Total
55
72,4
21
27,6
76
100,0
Tabel
6
menunjukkan
bahwa
responden yang tidak memberikan ASI
eksklusif dan kurang mendapatkan
dukungan bidan yaitu 91,8% (45 orang),
lebih besar dibandingkan responden yang
tidak memberikan ASI eksklusif dan
mendapatkan dukungan bidan yaitu 37,0%
(10 orang). Responden yang memberikan
ASI eksklusif dan kurang mendapatkan
dukungan bidan yaitu 8,2% (4 orang),
lebih kecil dibandingkan responden yang
memberikan
ASI
eksklusif
dan
mendapatkan dukungan bidan yaitu 63%
(17 orang).

Hasil uji statistik didapatkan nilai


p=0,0001 dan nilai PR=2,48. Nilai p
artinya Ho ditolak, ada hubungan
dukungan bidan tentang pemberian ASI
eksklusif dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambarawa Kabupaten Semarang. Nilai PR
artinya ibu yang mendapat dukungan dari
bidan mempunyai peluang 2,48 kali lipat
lebih besar untuk menyusui secara
eksklusif dibandingkan ibu yang kurang
mendapatkan dukungan dari bidan.

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI
Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden menyatakan
bidan kurang mendukung pemberian ASI
eksklusif yaitu 64,5% (49 orang), sisanya
menyatakan bidan mendukung pemberian
ASI eksklusif yaitu 35,5% (27 orang).
Sebagian besar responden yaitu 64,5%
(49 orang) menyatakan bidan kurang
mendukung pemberian ASI eksklusif,
dipengaruhi oleh sikap bidan terhadap
pemberian ASI eksklusif. Sikap bidan yang
kurang mendukung terhadap pemberian
ASI eksklusif misalnya bidan tidak
menanyakan
keluhan,
bidan
tidak
memfasilitasi IMD, dan bidan tidak
menyarankan pemberian ASI eksklusif.
Terbukti dari hasil penelitian bahwa
sebagian
responden
yaitu
44,7%
menyatakan bidan tidak menanyakan
keluhan kepada ibu setiap kali ibu
melakukan kunjungan ke posyandu.
Sebanyak 30,3% responden menyatakan
bidan tidak memfasilitasi IMD untuk
mendukung ASI eksklusif, dan 23,7%
responden menyatakan bidan tidak
melarang pemberian makanan dan
minuman tambahan sebelum bayi berusia 6
bulan.
IBI (2005) menyatakan bahwa
keberhasilan kompetensi bidan dalam
memberikan dukungan dipengaruhi oleh
sikap. Notoatmodjo (2004) menyatakan
sikap bidan yang dapat ditunjukkan untuk
mendukung pemberian ASI eksklusif
adalah memberikan jawaban apabila
ditanya,
menanyakan
keluhan,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian dari Setiarni (2012) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan
kinerja bidan dalam IMD dan ASI
eksklusif bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap positif bidan

dengan
dukungan
bidan
terhadap
keberhasilan ASI eksklusif dengan nilai
p=0,002. Sikap positif bidan ditunjukkan
dengan
bidan
mau
membantu
melaksanakan IMD dan bidan tidak
memberikan susu botol.
Faktor lain yang menyebabkan
kurangnya dukungan bidan adalah
kurangnya keterampilan konseling bidan
dalam mendukung pemberian ASI. Bidan
yang mempunyai keterampilan konseling
yang baik akan lebih dipercaya oleh
masyarakat. Kepercayaan ini akan
menimbulkan percaya diri bidan untuk
mendukung keberhasilan ASI eksklusif,
sehingga bidan mampu berkomunikasi
dengan baik dan dapat dengan mudah
diterima oleh klien. Selain itu bidan yang
terampil
akan
merasa
memiliki
kemampuan yang baik untuk memberikan
dukungan. Hal ini yang akan memotivasi
bidan untuk meningkatkan dukungan
terhadap pemberian ASI eksklusif.
Keterampilan konseling bidan yang
kurang, dibuktikan dengan hasil penelitian
bahwa sebagian besar responden yaitu
61,8%
menyatakan
bidan
tidak
memberikan kesempatan kepada ibu untuk
bertanya setelah diberikan penjelasan
tentang pemberian ASI eksklusif. Sebagian
dari responden yaitu 44,7% mengatakan
bidan tidak terampil dalam memberikan
konseling karena tidak menanyakan
keluhan menyusui ketika ibu datang ke
fasilitas kesehatan. Sebagian responden
yaitu 44,7% menyatakan bidan tidak
mengajari teknik menyusui sambil
memberikan
contoh
dengan
cara
menyentuh bayi dan ibu agar lebih mudah
dipahami.
Sesuai dengan teori Maryam (2012)
bahwa Keterampilan (skill) merupakan
salah satu faktor untuk mencapai
kompetensi bidan dalam memberikan
dukungan. Keterampilan juga mencakup
keterampilan sebagai konselor yaitu
seorang bidan mampu memberikan
informasi dan penjelasan, termasuk
mendengarkan, menanyakan keluhan, dan
membantu klien dan keluarga dalam

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

memahami berbagai masalah yang ingin


mereka ketahui. Bidan bertanggung jawab
memberikan
informasi terkini
dan
menyampaikan dalam bahasa sederhana
dan cara yang jelas misal dengan
pemberian contoh.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dari Setiarni (2012) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan
kinerja bidan dalam IMD dan ASI
eksklusif bahwa ada hubungan yang
signifikan antara keterampilan konseling
bidan dengan dukungan bidan terhadap
keberhasilan ASI eksklusif dengan p=
0,015.
Faktor yang mempengaruhi dukungan
tersebut di atas sesuai dengan teori dari
Maryam (2012) yang menyatakan bahwa
tuntutan terhadap tugas bidan harus
diperkuat dengan sikap, peningkatan
pengetahuan bidan, serta sejumlah
keterampilan di masyarakat. Sehingga
bidan
juga
perlu
meningkatkan
pengetahuan bidan tentang ASI eksklusif.
Faktor lain yang mempengaruhi
dukungan bidan yang rendah yaitu
banyaknya tugas sebagai bidan desa,
sehingga pelaksanaan dukungan tentang
ASI eksklusif tidak berjalan optimal.
Rendahnya dukungan tersebut karena tugas
bidan yang banyak meliputi pelayanan
kesehatan
pra
nikah,
kehamilan,
melahirkan, nifas dan ibu menyusui, bayi
baru lahir, remaja, KB, gangguan
reproduksi, dan pencatatan pelaporan
kesehatan di desa. Bidan memiliki beban
kerja yang tinggi, sehingga bidan tidak
fokus untuk mendukung secara khusus
pemberian ASI eksklusif. Dukungan
terhadap ASI eksklusif diintegrasikan
dengan dukungan kesehatan yang lainnya,
sehingga pemberian dukungan kurang
mendalam. Beban kerja yang tinggi akan
menyebabkan bidan tidak fokus pada satu
pekerjaan dan tidak dapat menjalankan
program secara optimal.
Dibuktikan dengan hasil penelitian
bahwa sebagian kecil responden yaitu
35,53% menyatakan bidan melakukan
kunjungan rumah untuk memantau

keberhasilan ibu dalam menyusui. Sangat


sedikit dari responden yaitu 17,11%
menyatakan bidan telah membentuk
kelompok pendukung ASI, dan sebagian
kecil dari responden yaitu 34,2% bidan
mengadakan pertemuan rutin untuk ibu
menyusui.
Hanya sebagian kecil bidan yang
melakukan kunjungan rumah karena bidan
mempunyai banyak tugas yang harus
diselesaikan sehingga belum mampu
melakukan kunjungan rumah secara
menyeluruh. Banyaknya tugas bidan juga
menyebabkan bidan belum mampu
membentuk kelompok pendukung ASI di
seluruh wilayah dan belum mengadakan
pertemuan rutin untuk ibu menyusui.
Sesuai dengan teori bahwa tugas bidan
adalah untuk memberikan dukungan pada
wanita semasa hamil, bersalin, nifas dan
ibu menyusui, asuhan bayi baru lahir dan
balita, deteksi dini dan komplikasi, akses
bantuan medis, kegawatdaruratan, remaja,
KB, gangguan reproduksi, dan upaya
kesehatan di desa termasuk pencatatan dan
pelaporan (Kepmenkes No.369 tahun
2007).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Natalia (2012) tentang Motivasi bidan desa
dalam pelaksanaan program ASI eksklusif
di wilayah Puskesmas Bregas. Hasil
penelitian menyatakan bahwa belum
maksimalnya pencapaian ASI eksklusif
selama ini dapat disebabkan karena masih
kurang
optimalnya
mereka
dalam
mengerjakan tugas-tugasnya sebagai bidan
desa karena terlalu banyak beban tugas.
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu 72,4% (55
orang), dan responden yang memberikan
ASI eksklusif yaitu 27,6% (21 orang).
Penyebab sebagian besar responden
tidak memberikan ASI eksklusif yaitu
72,4% (55 orang) karena dipengaruhi oleh
faktor
umur.
Umur
seseorang
mempengaruhi kematangan seseorang
untuk
menerima
informasi
dan
pengalaman,
sehingga
menentukan

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

seseorang untuk berperilaku sesuai dengan


informasi dan pengalaman yang telah
diterima. Semakin tua umur seseorang,
kematangan dalam menerima informasi
akan semakin baik, sehingga akan
menimbulkan perilaku yang baik sesuai
dengan infromasi yang diterimanya.
Dibuktikan dengan hasil penelitian
bahwa sebagian besar dari responden
termasuk dalam kategori dewasa dini yaitu
85,5% (65 orang). Rata-rata umur
responden adalah 28 tahun, yang termasuk
dalam dewasa dini. Responden dalam
kategori ini sebagian besar adalah
responden dengan anak pertama, sehingga
belum berpengalaman dalam memberikan
ASI eksklusif. Responden dengan anak
pertama biasanya mudah putus asa dalam
menyusui, walaupun sudah mendapatkan
dukungan yang adekuat. Hal ini yang akan
menyebabkan responden banyak yang
tidak memberikan ASI eksklusif.
Uraian di atas sesuai dengan teori dari
Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku
dipengaruhi oleh umur individu. Semakin
cukup umur seseorang, akan lebih matang
dalam berpikir sehingga lebih mudah
memahami informasi untuk menambah
pengetahuan. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
Sesuai dengan penelitian Rahmawati
(2010) bahwa ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif yang dibuktikan
dengan uji chi square dan nilai p=0,034.
Sebagian besar responden yaitu 72,4%
(55 orang) tidak memberikan ASI
eksklusif juga dipengaruhi oleh pendidikan
responden.
Pendidikan
akan
mempengaruhi penerimaan seseorang
terhadap informasi dari luar, yang
kemudian akan digunakan sebagai
pedoman dalam berperilaku. Semakin
tinggi pendidikan, maka akan semakin
mudah seseorang untuk mau menerima
masukan dan informasi untuk memberikan
ASI eksklusif.
Dibuktikan dengan data bahwa
sebagian besar responden adalah lulusan
sekolah menengah yaitu SMA sebesar

10

86,8% (66 orang), hanya sebagian kecil


dari responden yang lulusan pendidikan
tinggi yaitu Diploma dan S1 masing
masing 2,6% (2 orang). Pendidikan yang
rendah ini mengakibatkan responden sulit
menerima masukan dan informasi terkait
pemberian ASI eksklusif.
Maryam (2012) menyatakan bahwa
pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan kepada seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah
cita-cita
tertentu.
Pendidikan
mempengaruhi
seseorang
termasuk
perilaku seseorang untuk berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Makin
tinggi pendidikan seseorang, makin mudah
ia menerima informasi dan semakin
banyak
pula
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Semakin tinggi pendidikan seseorang,
akan semakin mudah seseorang dalam
menerima informasi yang diberikan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Novery (2012) bahwa
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan lebih mudah menerima informasi dan
pengetahuan dibandingkan dengan orang
yang berpendidikan rendah.
Sebagian kecil dari responden yaitu
27,6% (21 orang) tidak memberikan ASI
eksklusif. Faktor yang mempengaruhi ibu
tidak memberikan ASI eksklusif salah
satunya adalah status pekerjaan. Sebagian
besar responden bekerja, sebagai pekerja
swasta 44,7% (34 orang), pedagang 11,8%
(9 orang), petani 3,9% (3 orang), PNS
1,3% (1 orang) sehingga responden
menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk mengurus pekerjaan. Walaupun saat
ini sudah ada pojok ASI dan kurir ASI,
namun responden yang bekerja hanya
memiliki sedikit waktu untuk bersama bayi
dan menyusui. Hal ini yang akan
menyebabkan responden bekerja sebagian
besar tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya dan memilih memberikan
makanan atau minuman pendamping pada
bayi.
Sesuai dengan teori dari Maryam
(2012) bahwa pekerjaan akan berpengaruh

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

pada kehidupan keluarga. Pekerjaan adalah


kebutuhan yang harus dilakukan, terutama
untuk menunjang kehidupan keluarganya.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan
tetapi merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang, dan banyak
tantangan. Pada umumnya pekerjaan akan
menyita waktu sehingga seseorang yang
bekerja akan berpengaruh terhadap
keluarganya.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian Rahmawati (2010) bahwa status
pekerjaan akan mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Sebesar 73,8%
ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif karena kesibukan pekerjaan.
Faktor lain yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif adalah dukungan
dari tenaga kesehatan, khususnya bidan
karena bidan merupakan tenaga kesehatan
terdekat ibu selama ibu hamil dan
melahirkan, yang mempunyai peran
penting dalam memberikan dukungan
pemberian ASI eksklusif. Dukungan bidan
akan menentukan perilaku ibu untuk
memberikan ASI eksklusif. Apabila
dukungan yang diberikan oleh bidan baik,
maka ibu akan berhasil dalam memberikan
ASI eksklusif.
Dibuktikan dengan hasil penelitian
bahwa sebagian besar responden kurang
mendapat dukungan bidan yaitu 64,5% (49
orang). Dukungan bidan yang rendah ini
menyebabkan rendahnya cakupan ASI
eksklusif.
Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo
(2010) bahwa perilaku dipengaruhi oleh
dukungan tenaga kesehatan karena dengan
diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan
sebagai kelompok referensi , seseorang
akan dapat menentukan perilaku sehat.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Saleh
(2011) tentang studi kualitatif faktor-faktor
yang mempengaruhi ASI eksklusif bahwa
peranan tenaga kesehatan terutama bidan
dalam memberikan dukungan terhadap ibu
sangat menunjang keberhasilan menyusui
secara eksklusif. Bidan mempunyai

peranan penting dalam mempengaruhi


perilaku ibu menyusui.
Analisis Bivariat
Hubungan Dukungan Bidan tentang
Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku
Pemberian ASI Esksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten
Semarang
Hasil uji chi square menunjukkan
bahwa nilai p=0,0001 yang artinya lebih
kecil dari 0,05 berarti ada hubungan
dukungan bidan tentang pemberian ASI
eksklusif dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Ambarawa Kabupaten Semarang.
Nilai PR=2,48 yang artinya artinya bu
yang mendapat dukungan dari bidan
mempunyai peluang 2,48 kali lipat lebih
besar untuk menyusui secara eksklusif
dibandingkan
ibu
yang
kurang
mendapatkan dukungan dari bidan.
Responden yang memberikan ASI
eksklusif dan kurang mendapatkan
dukungan bidan yaitu 8,2% (4 orang),
lebih kecil dibandingkan responden yang
memberikan
ASI
eksklusif
dan
mendapatkan dukungan bidan yaitu 63%
(17 orang). Data tersebut menunjukkan
bahwa dukungan bidan mempengaruhi ibu
dalam memberikan ASI eksklusif karena
dukungan
merupakan
upaya
yang
dilakukan oleh bidan dalam membentuk
perilaku ibu untuk memberikan ASI
eksklusif.
Ibu
yang
mendapatkan
dukungan dari bidan lebih cenderung
memberikan ASI eksklusif dibandingkan
yang tidak mendapatkan dukungan dari
bidan. Semakin dukungan baik, cakupan
ASI eksklusif akan semakin tinggi.
Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo
(2010) bahwa perilaku dipengaruhi oleh
dukungan tenaga kesehatan karena dengan
diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan
sebagai kelompok referensi, seseorang
akan dapat menentukan perilaku sehat.
Responden yang tidak memberikan
ASI eksklusif dan kurang mendapatkan
dukungan bidan yaitu 91,8% (45 orang),

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

11

lebih besar dibandingkan responden yang


tidak memberikan ASI eksklusif dan
mendapatkan dukungan bidan yaitu 37%
(10 orang). Menunjukkan bahwa dukungan
bidan berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif. Bidan akan sangat
dihormati oleh masyarakat karena bidan
sebagai
referensi
kesehatan
dalam
masyarakat. Apa yang dikatakan oleh
bidan akan dilakukan oleh ibu, termasuk
ketika bidan memberikan dukungan
pemberian ASI, maka akan memotivasi ibu
untuk memberikan ASI eksklusif.
Sesuai dengan teori bahwa bidan
merupakan orang yang sangat dihormati di
lingkungannya, sehingga apa yang mereka
katakan dan lakukan dalam pekerjaan dan
dalam lingkungan masyarakat akan
mempengaruhi
masyarakat
lain
di
sekitarnya. Menyusui akan sangat berhasil
bila bidan memiliki kepekaan gender yang
tinggi, dan didukung dengan peningkatan
partisipasi
aktif
tenaga
kesehatan
(Permenegpp No.3 Tahun 2010).
Ibu yang mendapatkan dukungan yang
memadai dari tenaga kesehatan sebagai
kelompok referensi, akan berhasil dalam
memberikan ASI eksklusif. Dukungan
yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan mulai dari kehamilan,
bayi lahir sampai ibu berhasil dalam
pemberian ASI eksklusif meningkatkan
cakupan pemberian ASI eksklusif.
Dukungan yang diberikan dapat membantu
ibu mengatasi kesulitan yang dihadapai,
memungkinkan ibu untuk berhasil dalam
menyusui eksklusif.
Sesuai dengan teori bahwa ibu
menyusui membutuhkan dukungan dan
pertolongan, baik ketika memulai maupun
melanjutkan menyusui. Sebagai langkah
awal mereka membutuhkan bantuan sejak
kehamilan dan setelah melahirkan. Mereka
membutuhkan dukungan pemberian ASI
hingga 2 tahun, perawatan kesehatan
maupun dukungan dari keluarga dan
lingkungannya (Proverawati, 2010).
Hasil penelitian di atas sesuai dengan
penelitian dari Novery Aisyaroh (2012)
bahwa ada hubungan antara dukungan

12

bidan dengan pemberian ASI eksklusif di


Desa Sumbersari Kecamatan Ngampel
Kabupaten Kendal (nilai p=0,037).
Sesuai juga dengan penelitian dari
Nikma
(2012)
tentang
hubungan
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu,
dan dukungan bidan terhadap perilaku
pemberian ASI eksklusif bahwa ada
hubungan dukungan bidan dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif. (Nilai p=0,001
dan nilai OR=10,00).
Penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2010) menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara dukungan
yang diberikan bidan dengan pemberian
ASI ekslusif di Kelurahan Pedalangan
Banyumanik (nilai p=0,033 dan nilai
OR=27,98).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya mengetahui
hubungan antara dukungan bidan tentang
ASI Eksklusif dengan perilaku pemberian
ASI Eksklusif, sedangkan masih banyak
faktor lain yang belum diteliti antara lain
dukungan suami, gencarnya pemasaran
susu formula, persepsi ibu tentang ASI
eksklusif, faktor sosial budaya, dan kondisi
sosial ekonomi tanpa memperhatikan
faktor confounding.
Penelitian ini hanya melihat dukungan
bidan dari sisi responden, belum melihat
dukungan bidan dari sisi bidan.
Pada penelitian ini hanya mengetahui
tentang hubungan dukungan bidan dengan
perilaku
pemberian ASI
Eksklusif
besarnya korelasi antar variabel, tidak
mengukur arah hubungan.
KESIMPULAN
Sebagian besar responden di wilayah
kerja Puskesmas Ambarawa termasuk
dalam kategori dewasa dini yaitu 85,5%
(65 orang), sebagian besar responden lulus
SMA yaitu 86,8% (66 orang), dan sebagian
besar responden adalah ibu bekerja yaitu
61,84% (47 orang)
Sebagian besar responden di wilayah
kerja Puskesmas Ambarawa menyatakan

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

bidan kurang mendukung pemberian ASI


eksklusif yaitu 64,5% (49 orang)
Sebagian besar responden di wilayah
kerja
Puskesmas
Ambarawa
tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu 72,4% (55
orang)
Ada hubungan yang signifikan antara
dukungan bidan tentang ASI eksklusif
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa
Kabupaten Semarang (nilai p=0,0001).
Nilai PR=2,48 yang artinya ibu yang
mendapat dukungan dari bidan mempunyai
peluang 2,48 kali lipat lebih besar untuk
menyusui secara eksklusif dibandingkan
ibu yang kurang mendapatkan dukungan
dari bidan.
SARAN
Diharapkan
Dinas
Kesehatan
memberikan motivasi dan pelatihan
keterampilan konseling bidan agar
dukungan bidan terhadap pemberian ASI
eksklusif dapat berjalan secara optimal.
Diharapkan tenaga kesehatan di
Puskesmas
Ambarawa
turut
serta
membantu bidan dalam mendukung
pemberian
ASI
eksklusif,
dengan
memberdayakan
masyarakat
untuk
mendukung program pemberian ASI
eksklusif.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
meneliti tentang perilaku pemberian ASI
eksklusif dengan variabel yang lainnya
yang belum diteliti misalnya dukungan
suami, pemasaran susu formula, persepsi
ibu tentang ASI eksklusif, faktor sosial
budaya, kondisi sosial ekonomi, meneliti
dukungan bidan dengan responden bidan,
dan menggunakan rancangan penelitian
case control.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aisyaroh, Novery. (2012). Dukungan
Bidan dalam Pemberian ASI Eksklusif
di Desa Sumbersari Kecamatan
Ngampel Kabupaten Kendal. Diakses

pada tanggal 7 Maret, 2014, dari


http://cyber.unissula.ac.id/journal/dose
n/publikasi/
210104090/3581Dukungan_Bidan_dl
m_ASI_Eksklusif.pdf
[2] Anenden, Herzt. (2014). 10 Facts on
Breastfeeding. Retrieved March 6,
2014,
from
http://www.who.int/features/factfiles/b
reastfeeding/en/
[3] Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta.
[4] Arisman. (2010). Gizi dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: EGC.
[5] Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
(AIMI). (2013). Tenaga Kesehatan
Indonesia Perlu Sosialisasi Kebijakan
Menyusui. Diakses pada tanggal 26
Februari, 2014, dari http://aimiasi.org/tenaga-kesehatan-indonesiaperlu-sosialisasi-kebijakan-menyusui/
[6] Azizah, Lilik. (2011). Keperawatan
Usia Lanjut. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[7] Azwar, Saifuddin. (2010). Reliabilitas
dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
[8] Baston, Helen., & Jennifer Hall.
(2012).
Midwifery
Essentials
Postnatal. Jakarta: EGC.
[9] Cadwell, Karin., & Cindy, Turner.
(2011). Manajemen Laktasi. Jakarta:
EGC.
[10] Ceres, Colin. (2008). New Mothers
Guide to Breast Feeding. Retrieved
March,
3,
2014,
from
http://en.bookfi.org/book/1145598.
[11] Dahlan, Sopiyudin. (2010). Besar
Sampel dan Cara Pengambilan
Sampel. Jakarta: Salemba Medika.
[12] Dahlan, Sopiyudin. (2013). Statistik
untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
[13] Departemen Kesehatan RI. (2013).
Permenkes No.15 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Penyediaan Fasilitas
Khusus Menyusui. Diakses pada
tanggal 5 Maret, 2014, dari
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent /2013/08/Permenkes-No.-15-

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

13

th-2013-ttg-Fasilitas-KhususMenyusui-dan-Memerah-ASI.pdf.
[14] Desty, Natalia. (2012). Motivasi Bidan
Desa dalam Pelaksanaan Program
ASI Eksklusif di Puskesmas Bergas
Kabupaten
Semarang.
Jurnal
Kesehatan Masyarakat, vol.1 (No.2),
91-96.
[15] Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
(2012). Buku Profil Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Semarang: Dinkes Jateng.
[16] Eva, Irma. (2009). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam
Memberikan ASI di 6 Kabupaten di
Sumatera Barat. Diakses pada tanggal
8
Maret,
2014,
dari
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.ph
p/pgm/article/view/ 14592929.
[17] Feig, Christy. (2011). Exclusive
breastfeeding for six months best for
babies everywhere. Retrieved March
6, 2014, from http://www.who.int/
mediacentre
/news/statements/2011/breastfeeding_
20110115/en/
[18] Fikawati, Sandra., & Ahmad, Syafiq.
(2010). Kajian Implementasi dan
Kebijakan ASI Eksklusif dan IMD di
Indonesia. MAKARA Kesehatan,
vol.14 (No.1), 17-24.
[19] Kementrian Kesehatan RI. (2013).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013. Jakarta: KEMENKES-RI.
[20] Kementrian Kesehatan RI. (2012).
Profil Data Kesehatan Indonesia.
Jakarta: KEMENKES-RI.
[21] Kementrian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak. (2010).
Penerapan Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan
Menyusui.
Jakarta:
Kementrian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak.
[22] Marliyah, Lina,. Fransisca, Dewi.,
Tomy, Suyasa. (2004). Persepsi
terhadap Dukungan Orang Tua dan
Pembuatan
Keputusan.
Jurnal
Provitae, vol.1 (suppl.1), 64.

14

[23] Maryam. (2012). Peran Bidan yang


Kompeten
Terhadap
Suksesnya
MDGSS. Jakarta: Salemba Medika.
[24] Mustofa,
Ahmad.,
&
Hayu,
Prabandari. (2010). Pemberian ASI
Eksklusif dan Problematika Ibu
Menyusui. Purwokerto: Jurnal Studi
Gender dan Anak.
[25] Nikma, Faizatun. (2012). Hubungan
Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan
Ibu, dan Dukungan Bidan Terhadap
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Gribig.
Surabaya: Universitas Brawijaya.
[26] Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
[27] Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
[28] Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2012).
Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
[29] Nursalam.
(2007).
Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/ AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
[30] Nugroho, Taufan. (2011). ASI dan
Tumor
Payudara.
Yogyakarta:
Salemba Medika.
[31] Nurcahyanti, Idam. (2013). Hubungan
Dukungan Suami dengan Pemilihan
Kontrasepsi IUD pada Akseptor KB
Di Desa Sidomukti, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang.
Semarang: STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran.
[32] Setiarni, Tatik. (2012). Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kinerja
Bidan dalam IMD dan ASI Eksklusif di
RSIA Budi Kemuliaan Jakarta.
Diakses pada tanggal 26 Februari,
2014, dari http://lib.ui.ac.id/login.jsp?
Requester-file-file -digital/20309771T31005%20.pdf.
[33] Pemerintah
Republik
Indonesia.
(2009). Undang-undang Republik
Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Diakses pada tanggal 6
Maret,
2014,
dari

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

http://www.depkes.go.id/downloads/U
U_No._36_Th_2009_ttgKesehatan.pdf
[34] Pemerintah
Republik
Indonesia.
(2012).
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia No.33 Tahun 2013
tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Diakses pada tanggal 18 Februari,
2014,
dari
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/
download/
regulasi/pp/
PP_ASI_Eksklusif2012.pdf
[35] Pemerintah
Republik
Indonesia.
(1996). Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Diakses pada tanggal 18
Februari,
2014,
dari
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/70
/1410.bpkp
[36] Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
(2011). Manajemen Laktasi. Jakarta:
PERINASIA.
[37] Rahmawati, Meiyana. (2010). Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di
Kelurahan Pedalangan Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang. Jurnal
Kesmadaska, vol.1 (No.1), 8-17.
[38] Riyanto, Agus. (2011). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
[39] Pieter, Herri. 2010. Pengantar
Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta:
Prenada Media Group
[40] Proverawati, Atikah. (2010). ASI dan
Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

[41] Saleh, La Ode. (2011). Studi Kualitatif


Faktor-faktor yang Menghambat
Praktik ASI Eksklusif pada Bayi Usia
0-6 Bulan di Desa Tridana Kecamatan
Landono. Diakses pada tanggal 19
Maret, 2014, dari eprints.undip.ac.id
/35946/1/
424_La_Ode_Amal_Saleh_G2C30900
9.pdf.
[42] Setyawan, Dodiet Aditya. (2012).
Asuhan Kebidanan Komunitas I.
Surakarta: Poltekkes Surakarta.
[43] Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
[44] Sugiyono. (2012). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
[45] Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC.
[46] UNICEF
Indonesia.
(2012).
Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan
Anak. Diakses pada tanggal 13
Februari,
2014
dari
http://www.unicef.org/indonesia/id/A5
__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_RE
V.pdf/
[47] Widiyani, Rosmha. (2013). Lima
Puluh Persen Tenaga Kesehatan
Tidak Tahu PP ASI Ekslusif. Diakses
pada tanggal 27 Februari, 2014, dari
http://health.kompas.com/read/2013/0
6/13/2005344/50.Persen.Tenaga.Kese
hatan.Tak.Tahu.PP.ASI.Eksklusif.

Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang

15

You might also like