Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua
orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat
terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis,
emboli, disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih
populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan
diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang
mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki
prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda
dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai
oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin. DIC merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan
metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial.
Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan
faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi
beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada
mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary
fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus
menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek anti hemostatik dari produk degradasi
fibrin. Pasien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat
masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan
pregangren pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme
atau mikrotrombi. Pada pemeriksaan lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang
memanjang, penurunan fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin,
seperti D-dimer.
BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
A. Pengertian
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuanbekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi
atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi, tetapi
yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker
prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien
kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan anfilaksis. ( Brunner &
Suddarth, 2002)
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya
dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi pemakaian
trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan
berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
B. Etiologi
Hal hal yang dapat memyebabkan DIC :
Abortus
Syok
Infeksi
Anoksemia
Asidosis
Perubahan suhu
Autoimun
Sirkulasi extrakorporeal
Keganasan
Hemolisis
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,
dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
Penderita cedera kepala yang hebat
Pria yang telah menjalani pembedahan prostate
Terkena gigitan ular berbisa
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis bergantung pada penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses patologis
yang mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik.
Kedua proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan
dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat
perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun
sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene pada kulit
Mengatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat
thrombosis pada mikrovaskular yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan
berakhir dengan kerusakan organ yang menyebabkan kematian.
E.
-
Komplikasi
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Penurunan fungsi ginjal
Gangguan susunan saraf pusat
Gangguan hati
Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
Purpura fulminan
Insufisiensi adrenal
Lebih dari 50% mengalami kematian
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur fibrin yang
dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih tinggi dibanding
dengan keadaan normal.
2.
3.
Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah. Fibrinogen
adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah. Tingkant fibrinogen
yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen
lebih cepat dari yang diproduksi.
4.
5.
Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna khusus.
Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah,
sel darah putih,dan platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak
normal pada pasien dengan DIC.
Skor Tes Pembekuan
Scoring system untuk DIC diajukan oleh ISTH
(International Society on thrombosis and Hemostasis)
Skor atau Skala 0
1
2
3
Jumlah Platelet
>100
<100
<50
9
(x10 /L)
PT (detik)
<3
>3 but <6
6
Fibrinogen(g/L) >1
<1
Fibrin-related
Tidak
Meningkat
Peningkatan
markers*
meningkat
sedang
yang tajam
(meningkat)
TOTAL
Jika 5, overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-overt DIC
tes diulang 1-2 hari setelah tes pertama dilakukan.
*jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan dengan penanda yang ditegakkan
untuk tes spesifik.
(diadaptasi dari Franchini, et al., 2006, 6)
G. Penatalaksaan Medis
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya
KID. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian
pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
1) Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan, baik
yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga
banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada
pasien KID, heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi :
Penyakit dasar tak dapat diatasi dalam waktu singkat
Terjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah diatasi
Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma
gagal nafas
Dosis : 100iu/kgBB bolus dilanjutkan 15-25 iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu, dosis
selanjutnya disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali control
Low molecular weight heparin dapat menggantikan unfractionated heparin.
2)
3)
tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini
berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin
dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya
hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang
tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi
perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis,
yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III
dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan
koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga
mampu mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa
normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau
minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak terlalu
sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi. Namun pada
keadaan akut pemberian bolus dapat menjadi pilihan yang bijak dan rasional. Apalagi
ancaman DIC cukup serius, yakni menyebabkan kematian hingga dua kali lipat dari risiko
penyakit tersebut tanpa DIC. Semakin parah kondisi DIC, semakin besar pula risiko kematian
yang harus dihadapi.
BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.
Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan KID meminta pertolongan dari tim
kesehatan, yaitu :
Nyeri
Demam dengan suhu tinggi
Terdapat petekie
Kesadaran yang menurun sampai koma
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan KID meliputi pemerikasaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
B1 (Breathing)
Takipnea
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
1.
-
B2 (Blood)
Petekie
Peningkatan suhu tubuh
Ekimosis
Hemoptisis
Sianosis
B3 (Brain)
Kesadaran : koma
B4 (Bladder)
Oliguria
B5 (Bowel)
Distensi abdomen
B6 (Bone)
Lemah
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemia perifer.
Hipertermi tubuh berhubungan dengan proses inflamasi.
Nyeri berhubungan dengan pelepasan endotoksin oleh toksin.
Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan distensi abdomen.
Intoleransi aktvitas berhubungan dengan penurunan suplai O2dan nutrisi.
Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Intervensi
Perubahan perfusi jaringan yang b/d iskemia perifer
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam, perfusi jaringan dapat adekuat.
Kriteria Hasil :
Warna kulit : tidak cyanosis
Suhu : 36,5 37,50C
Nadi : 60-100 x/menit
Frekwensi nafas 16-24 x/menit
Aritmia (-)
1.
2.
3.
4.
5.
-
Rasional
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
Untuk meminimalkan potensial perdarahan
lanjut.
Pengetahuan tentang apa yang diharapkan
membantu mengurangi ansietas.
Pemecahan masalah sulit untuk orang yang
cemas, karena ansietas merusak belajar dan
persepsi. Penjelasan yang jelas dan sederhana
paling baik untuk dipahami. Istilah medis dan
keperawatan dapat membingungkan klien dan
meningkatkan ansietas.
Bila penyakit primer diatasi, tujuan tindakan
tambahan
adalah
untuk
mengontrol
perdarahan dan memperbaiki kadar faktor
pembekuan yang normal. Transfusi darah
mungkin diperlukan untuk menggantikan
faktor- faktor pembekuan dan memperbaiki
anemia yang dapat terjadi pada kehilangan
darah berlebihan.
2.
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi keperawatan, tidak terjadi gangguan
pertukaran gas.
Kriteria hasil :
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs
normal :
PH
= 7,35 -7,45
PO2
= 80-100 mmHg
Saturasi O2
= > 95 %
PCO2
= 35-45 mmHg
HCO3
= 22-26mEq/L
3.
3.
4.
4. Observasi adanya somnolen, confusion,
apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
5.
5.
6.
7.
8.
9.
3.
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
5.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
1.
1)
2)
3)
a.
b.
c.
Hematuria
Oliguria
Penurunan pengeluaran urin
d. Sistem pernafasan
Dispnea
Takipnea
Sputum mengandung darah
Orthopnea
e. Sistem kardiovaskuler
Hipotensi meningkat dan postural
Frekuensi jantung meningkat
Nadi perifer tidak teraba
f. Sistem saraf perifer
Perubahan tingkat kesadaran
Gelisah
Ketidaksadaran vasomotor
g. Sistem muskuloskeletal
Nyeri : otot,sendi,punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
Insisi operasi
Uterus post partum
Fundus mata perubahan visual
Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang nasogastrik atau dada, dll.
Kerusakan perfusi jaringan
I. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan pada kulitnya terlihat
1.
bercak merah
2. Klien mengatakan adanya luka pada kulit
nya
3. Klien mengatakan mual dan muntah
4. Klien mengeluh nyeri pada perut nya
5. Klien mengeluh nyeri : otot,sendi,punggung
6. Klien mengatakan jika kencing nya terdapat
darah
7. Klien mengeluh buang air kecil terus
8. Klien mengeluh sesak napas
9. Klien mengatakan terdapat darah dalam
sputum nya
10. Klien mengeluh gelisah
11. Klien mengeluh tidak tenang dan merasa
dirinya kacau
DATA OBJEKTIF
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Klien terlihat kurus dan terjadi penurunan
berat badan : 46 kg
Pada klien ditemukan hipotensi meningkat
dan postural
Klien terlihat napas cepat dan dangkal
Pada klien ditemukan orthopnea
Pada klien ditemukan frekuensi jantung
meningkat
Pada klien ditemukan nadi perifer tidak
teraba
Klien terlihatperembesan difusi darah atau
12.
13.
14.
15.
16.
17.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
-
plasma
Pada klien terlihat purpura
Pada klien ditemukan bula hemoragi
Pada
klien
ditemukan
hemoragi
subkutan danhematoma
Klien terlihat mual dan muntah
Klien terlihat meringis sakit
Klien terlihat memegangi perut nya
Pada klien ditemukan akral dingin
Pada klien ditemukan darah dalam urin
Klien terlihat pucat
Pada
klien
ditemukan
penurunan
pengeluaran urin
Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
Pada klien ditemukan sputum mengandung
darah
Pada klien terlihat perubahan tingkat
kesadaran
Klien terlihat gelisah
Pada klien ditemukan ketidaksadaran
vasomotor
Pada klien ditemukanperubahan pada
sensorium, kacau mental, sakit kepala
Pada hasil pemeriksaan diagnostik :
Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi
2. ANALISA DATA
DATA
PROBLEM
DS :
Resiko terjadi perdarahan
- Klien mengatakan pada
kulitnya terlihat bercak
merah
- Klien mengatakan adanya
luka pada kulit nya
- Klien mengatakan jika
kencing nya terdapat darah
- Klien mengatakan gusi
nya berdarah
- Klien mengatakan kadang
mimisan
DO :
- TTV =
- Nadi : 130 X / menit
ETIOLOGI
Penurunan
factor-faktor
pembekuan
darah
(trombositopeni)
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada
klien
terlihat
purpura
Pada klien ditemukan
bula hemoragi
Pada klien ditemukan
hemoragi
subkutan danhematoma
Pada klien ditemukan
sputum mengandung darah
Pada
klien
terlihat
perubahan
tingkat
kesadaran
DS :
Defisit volume cairan
Klien mengeluh buang air
kecil terus
Pindahnya
intravaskuler
ekstravaskuler.
cairan
ke
DO :
-
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada klien ditemukan
capilarry refill > 2 detik
Pada klien ditemukan
hipotensi meningkat dan
postural
Klien terlihat napas cepat
dan dangkal
Pada klien ditemukan
orthopnea
Pada klien ditemukan
frekuensi
jantung
meningkat
Pada klien ditemukan
nadi perifer tidak teraba
DS :
Resiko Syok hipovolemik
Klien mengatakan pada
Perdarahan
berlebihan,
yang
pindahnya
cairan intravaskuler
ekstravaskuler.
ke
ancaman kematian
3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DIC adalah sebagai berikut :
1) Resiko terjadi perdarahan b.d Penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan pada kulitnya terlihat bercak merah
Klien mengatakan adanya luka pada kulit nya
Klien mengatakan jika kencing nya terdapat darah
DO :
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
3) Resiko Syok hipovolemik b.d Perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan pada kulitnya terlihat bercak merah
Klien mengatakan adanya luka pada kulit nya
Klien mengatakan jika kencing nya terdapat darah
DO :
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada klien terlihat purpura
Pada klien ditemukan bula hemoragi
Pada klien ditemukan hemoragi subkutan danhematoma
Pada klien ditemukan sputum mengandung darah
Pada klien terlihat perubahan tingkat kesadaran
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.dIntake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh badan nya kecil
Klien mengeluh nyeri pada perut nya
Klien mengatakan mual dan muntah
DO:
Klien terlihat gelisah
Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
Klien terlihat memegangi perut nya
Klien terlihat mual dan muntah
Klien terlihat kurus dan terjadi penurunan berat badan : 46 kg
Ditemukan porsi makan nya setengah
5) Kecemasan b.d ancaman kematian.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan tidak napsu makan
Klien mengeluh lemah dan lemas
Klien mengeluh tidak tenang dan merasa dirinya kacau
Klien mengeluh gelisah
DO:
Pada klien ditemukan frekuensi jantung meningkat
Klien terlihat meringis sakit
Pada klien ditemukan akral dingin
Klien terlihat pucat
Klien terlihat gelisah
Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan
darah (trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
3)
b.
c.
d.
e.
f.
4)
a.
b.
c.
d.
f.
a.
b.
c.
Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral
yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
5)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Implementasi dan Hasil
Paraf
Rabu,
1
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit
28 November 2012
yang disertai tanda klinis.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
( bedrest )
c. Berikan penjelasan kepada klien dan
keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti : hematemesis, melena,
d.
Kamis,
29 November 2012
e.
a.
b.
c.
d.
e.
Jumat,
30 November 2012
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Sabtu,
1 Desember 2012
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Minggu,
2 Desember 2012
a.
epistaksis.
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan
sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap
selesai ambil darah.
Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Memonitor keadaan umum pasien
Mengobservasi vital sign setiap 3 jam atau
lebih
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda
perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi : Memberikan cairan intravena
Kolaborasi : Memeriksa : HB, PCV,
trombosit
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan
yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan
pasien.
Timbang BB tiap hari.
Berikan makanan sedikit dan frekuensi
sering dan makan diantara waktu makan.
Observasi dan catat kejadian mual atau
muntah, flatus atau gejala lain yang
berhubungan.
Konsul pada ahli gizi.
Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya
Hb, Ht, Albumin, Protein, B12, Asam Folat..
Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan
suplemen mineral misalnya Sianokobalamin
(vitamin B12), Asam folat asam askorbat,
besi dekstran (IM/IV), tambahan besi oral
misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
Mengawasi vital sign tiap 3 jam/sesuai
indikasi
Mengobservasi capillary Refill
Mengobservasi intake dan output.
Mencatat warna urine / konsentrasi, BJ
Menganjurkan untuk minum 1500-2000
ml /hari ( sesuai toleransi )
Kolaborasi : memberikan cairan cairan
intravena
Mengkaji dan dokumentasikan tingkat
kecemasan pasien.
b. Mengkaji
mekanisme
koping
yang
digunakan pasien untuk mengatasi ansietas
di masa lalu.
c. Melakukan pendekatan dan berikan
motivasi
kepada
pasien
untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
d. Memotivasi pasien untuk memfokuskan diri
pada realita yang ada saat ini, harapanharapan yang positif terhadap terapy yang di
jalani.
e. Memberikan penguatan yang positif untuk
meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun
dalam keadaan cemas.
f. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi.
g. Menyediakan informasi factual (nyata dan
benar) kepada pasien dan keluarga
menyangkut diagnosis, perawatan dan
prognosis.
h. Kolaborasi : memberikan obat anti ansietas.
6. EVALUASI
Hari / Tanggal
No. DX
1
Evaluasi
Paraf
S: Klien mengaktakan sudah tidak ada
perdarahan lagi.
O: S= 36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80
mmHg, Pada gusi klien tidak terlihat darah
lagi, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan
A: Masalah infeksi sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: klien mengatakan sudah tidak mual dan
muntah lagi
O: pada klien mukosa bibir sudah terlihat
kering dan pucat
A: Masalah defisit volume cairan
P: Intervensi dihentikan
S: klien mengatakan sudah tidak lemas dan
terlihat lebih segar
O: Klien mampu berespon dengan baik,
TTV: TD= 110/80 mmHg, RR= 24 x/mnt
S= 36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80
A: Masalah resiko syok hipovolemik sudah
teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB V
PENUTUP
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan
pembekuan darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan salah satunya adalah resiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder. Dari
diagnose tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau hasil
pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan sisi baru dan potensial.
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal
sebagai Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan
pembekuan darah yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang
hampir selalu disertai dengan penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik
ditandai oleh adanya gangguan hemostasis yang multipel dan kompleks berupa aktivasi
pembekuan darah yang tidak terkendali dan fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC
merupakan salah satu kedaruratan medik, karena mengancam nyawa dan memerlukan
penanganan segera.
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC
pun dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling sering
disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis
bacterial.
Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya Aktivasi system koagulasi (consumptive
coagulopathy),
Depresi
prokoagulan,
efek
Fibrinolisis
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta
usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya,
ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.
percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi
beragam dan beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan
melakukan pengelolaan penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan
keberhasilan mengatasi penyakit dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Stitham,Sean.2008. Disseminated Intravascular
Coagulation.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/healthtopics.html. Diakses tanggal 26
September 10.00 WIB
Levi M. Disseminated intravascular coagulation: What's new? Crit Care Clin. 2005;21(3):449467.
DeLoughery TG. Critical care clotting catastrophies. Crit Care Clin. 2005;21(3):531-562.
Gando S. A multicenter, prospective validation of disseminated intravascular coagulation
diagnostic criteria for critically ill patients: comparing current criteria. Crit Care Med.
2006;34(3):625-631.
Farid. 2007. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskuler Diseminasi. http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp.
Gofir Abdul. 2003. Diagnosa dan Terapi kedokteran. Salemba Medika: Jakarta
Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI:
Jakarta
Dianec Buughman. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Baker WF. 1989. Clinical of disseminated intravascular coagulation syndrome. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta
Abdil Gaard C.F. : Recognition On Treatment Of Intravascular Coagulation. J. Pediat. T4 :
1T0, 2001.
Corrigan J.J. : Disseminated Intravascular Coagulopathy. Pediatrics 64 : 3T, 2005.
Hardaway R.M. : Syndroms Of Intravascular Coagulation. C.C. Thomas Publ., Springfield,
Illinois , U.S.A. 2000.
McKay And Willlam Margaretten : Disseminated Intravascular Coagulation In Pregnancy.
Arch. Intern. Med. 120 : 129, 2004.
Andra. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskular Diseminata. Dalam Farmacia Edisi Februari
2007 , Halaman: 17.
Anonymous. Disseminated Intravascular Coagulation. Dalam Www.Medicastore.Com, 2005.
7. Kho L.K., Himawan. Beberapa Masalah Penyakit Darah di lndonesia. Dalam Cermin
Dunia Kedokteran No,18, 2005.