You are on page 1of 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIC

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua
orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat
terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis,
emboli, disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih
populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan
diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang
mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki
prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda
dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai
oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin. DIC merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan
metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial.
Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan
faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi
beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada
mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary
fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus
menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek anti hemostatik dari produk degradasi
fibrin. Pasien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat
masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan
pregangren pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme
atau mikrotrombi. Pada pemeriksaan lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang
memanjang, penurunan fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin,
seperti D-dimer.

BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
A. Pengertian
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuanbekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi
atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi, tetapi
yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker
prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien
kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan anfilaksis. ( Brunner &
Suddarth, 2002)
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya
dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi pemakaian
trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan
berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
B. Etiologi
Hal hal yang dapat memyebabkan DIC :

Fetus mati dalam kandungan

Abortus

Trauma Bisa ular

Syok

Infeksi

Anoksemia

Asidosis

Perubahan suhu

Autoimun

Sirkulasi extrakorporeal

Keganasan

Hemolisis
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,
dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
Penderita cedera kepala yang hebat
Pria yang telah menjalani pembedahan prostate
Terkena gigitan ular berbisa
C. Patofisiologi

Tubuh mempunyai berbagai mekanisme untuk mencegah pembekuan darah dengan


terdapatnya kecepatan aliran darah. Selain itu, aktifitas faktor pembekuan darah bisa dibawah
normal hingga tidak menyebabkan pembekuan. Peranan hati membersihkan faktor-faktor
pembekuan dan mencegah pembentukkan trombin, antara lain dengan anti trombin III. Dalam
beberapa keadaan, misalnya aliran darah yang lambat atau oleh karena syok, kegagalan hati,
dan hipoksemia dapat menyebabkan DIC.
Dalam keadaan ini, terjadi fibrinolisis disebabkan plasminogen diubah menjadi
plasmin dan terjadilah penghancuran fibrinogen. Akibatnya, faktor V dan VII yang
menstabilkan darah dalam pembuluh darah tidak aktif, sehingga dapat terjadi DIC. Pada
diatesis hemoragik, seluruh trombosit dan faktor koagulasi digunakan untuk bembekuan
darah, sehingga tidak terdapat faktor yang mempertahankan integritas pembuluh darah
sebagai akibatnya darah menembus keluar pembuluh darah.
Emboli cairan amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat
menyebabkan kematian. Gejala KID karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan
renjatan. Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu yang ditemukan
KID pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya KID derajat rendah dan kemudian
dapat berkembang cepat menjadi KID fulminan.Dalam keadaan seperti ini nekrosis jaringan
janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan
sistem koagulasi dan fibrinolisis,dan terjadi KID fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada
organ khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15%
KID derajat rendah dapat berkembang menjadi KID fulminan. Abortus yang diinduksi
dengan garam hipertonik juga sering disertai KID derajat rendah, sampai abortus
komplet,namun kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi KID. Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)
atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun
secara bersamaan dan menyebabkan KID.
Pada septikimia KID terjasi akibat endotoksin atau mantel polisakarida bakteri
memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII menjadi FXIIa, menginduksi
pelepasan reaksi trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang dilanjutkan aktivasi F XII
men F X-Xia,dan pelepasan materi prokoagulan dari granulosit dan semuanya ini dapat
mencetuskan KID.
Terakhir dilaporkan bahwa organism gram positif dapat menyebabkan KID dengan
mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida
menginduksi KID.

D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis bergantung pada penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses patologis
yang mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik.
Kedua proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan
dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat
perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun
sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene pada kulit
Mengatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat
thrombosis pada mikrovaskular yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan
berakhir dengan kerusakan organ yang menyebabkan kematian.
E.
-

Komplikasi
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Penurunan fungsi ginjal
Gangguan susunan saraf pusat
Gangguan hati
Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
Purpura fulminan
Insufisiensi adrenal
Lebih dari 50% mengalami kematian

Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC :


- Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,
dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
- Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan
terjadinya aktivasi pembekuan
- Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC :
- Penderita cedera kepala yang hebat
- Pria yang telah menjalani pembedahan prostat
- Terkena gigitan ular berbisa.
F. Pemeriksaan Penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk didiagnosa. Tidak ada
single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam beberapa kasus, beberapa tes
yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat.
Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:
1. D-dimer

Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur fibrin yang
dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya lebih tinggi dibanding
dengan keadaan normal.
2.

Prothrimbin Time (PTT)


Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses
pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor pembekuan yang
diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan pendarahan. Prothrombin atau factor
II adalah salah satu dari factor pembekuan yang dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang
dapat digunakan sebagai tanda dari DIC.

3.

Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah. Fibrinogen
adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah. Tingkant fibrinogen
yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen
lebih cepat dari yang diproduksi.

4.

Complete Blood Count (CBC)


CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah merah dan sel
darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa DIC, namun
dapat memberikan informasi seorang tenaga medis untuk menegakkan diagnose.

5.

Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna khusus.
Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah,
sel darah putih,dan platelet dapat di identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak
normal pada pasien dengan DIC.
Skor Tes Pembekuan
Scoring system untuk DIC diajukan oleh ISTH
(International Society on thrombosis and Hemostasis)
Skor atau Skala 0
1
2
3
Jumlah Platelet
>100
<100
<50
9
(x10 /L)
PT (detik)
<3
>3 but <6
6
Fibrinogen(g/L) >1
<1
Fibrin-related
Tidak
Meningkat
Peningkatan
markers*
meningkat
sedang
yang tajam
(meningkat)
TOTAL
Jika 5, overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-overt DIC
tes diulang 1-2 hari setelah tes pertama dilakukan.
*jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan dengan penanda yang ditegakkan
untuk tes spesifik.
(diadaptasi dari Franchini, et al., 2006, 6)

G. Penatalaksaan Medis
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya
KID. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian
pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
1) Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan, baik
yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga
banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada
pasien KID, heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi :
Penyakit dasar tak dapat diatasi dalam waktu singkat
Terjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah diatasi
Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma
gagal nafas
Dosis : 100iu/kgBB bolus dilanjutkan 15-25 iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu, dosis
selanjutnya disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali control
Low molecular weight heparin dapat menggantikan unfractionated heparin.
2)

3)

Plasma dan trombosit


Pemberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit diberikan hanya
kepada pasien KID dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan kecenderungan
perdarahan. Pemberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena di dalam palasma hanya
berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara pada pasien KID terjadi gangguan
seluruh faktor pembekuan.

Penghambat pembekuan (AT III)


Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan ini cukup
mahal.
Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila AT III<70%
Dosis : Dosis awal 3000 iu (50 iu/kgBB) diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan infus kontinu
selama 3 5 hari.
Rumus : 1 iu x BB (kg) x AT III, dengan target AT III > 120%
AT III x 0,6 x BB (kg), dengan target AT III > 125%
4) Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien
KID pemberian antifibrinolitik tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses
fibrinolisis sehingga fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya KID yang
terjadi akan semakin berat.
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit yang
mendasarinya, misalnya jika karena infeksi, maka bom antibiotik diperlukan untuk fase akut,
sedangkan jika karena komplikasi obstetrik, maka janin harus dilahirkan secepatnya.
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien
sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan

tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini
berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin
dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya
hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang
tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi
perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis,
yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III
dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan
koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga
mampu mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa
normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau
minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak terlalu
sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi. Namun pada
keadaan akut pemberian bolus dapat menjadi pilihan yang bijak dan rasional. Apalagi
ancaman DIC cukup serius, yakni menyebabkan kematian hingga dua kali lipat dari risiko
penyakit tersebut tanpa DIC. Semakin parah kondisi DIC, semakin besar pula risiko kematian
yang harus dihadapi.

BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
A.

Pengkajian

1.

Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

2.

Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan KID meminta pertolongan dari tim
kesehatan, yaitu :
Nyeri
Demam dengan suhu tinggi
Terdapat petekie
Kesadaran yang menurun sampai koma

3.

Riwayat penyakit saat ini


Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi
pengkajian.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, apakah nyeri
berkurang apabila beristirahat?
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien? Region: di
mana rasa nyeri itu timbul?
Severity of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah
timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang
dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama
kali timbul (onset).

4.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah atau
sedang menderita menderita penyakit menahun. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa
diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat yang meliputi penghilang rasa
nyeri tersebut.

5.

Riwayat Penyakit Keluarga


Secara patologi KID tidak diturunkan, tetapi hanya merupakan mekanisme perantara berbagai
penyakit dengan gejala klinis tertentu.

6.

Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )

Pemeriksaan fisik pada klien dengan KID meliputi pemerikasaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
B1 (Breathing)
Takipnea

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

C.
1.
-

B2 (Blood)
Petekie
Peningkatan suhu tubuh
Ekimosis
Hemoptisis
Sianosis
B3 (Brain)
Kesadaran : koma
B4 (Bladder)
Oliguria
B5 (Bowel)
Distensi abdomen
B6 (Bone)
Lemah
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemia perifer.
Hipertermi tubuh berhubungan dengan proses inflamasi.
Nyeri berhubungan dengan pelepasan endotoksin oleh toksin.
Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan distensi abdomen.
Intoleransi aktvitas berhubungan dengan penurunan suplai O2dan nutrisi.
Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

Intervensi
Perubahan perfusi jaringan yang b/d iskemia perifer
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam, perfusi jaringan dapat adekuat.
Kriteria Hasil :
Warna kulit : tidak cyanosis
Suhu : 36,5 37,50C
Nadi : 60-100 x/menit
Frekwensi nafas 16-24 x/menit
Aritmia (-)

1.
2.
3.

4.

5.
-

CRT <2 detik


TD : 120/80 mmHg
Akral HKM
Intervensi
Pantau Hasil pemeriksaan koagulasi,1.
tanda-tanda vital dan perdarahan baru.
Waspadai perdarahan.
Jelaskan tentang semua tindakan yang2.
diprogramkan dan pemeriksaan yang akan
dilakukan
3.
Lakukan pendekatan secara tenang dan
beri dorongan untuk bertanya serta berikan4.
informasi yang dibutuhkan dengan bahasa
yang jelas.
Kolaborasi pemberian
Terapi heparin : perhatikan pembentukan
tanda-tanda antibodi antitrombosit oleh
penurunan tiba-tiba dari jumlah trombosit 5.
Berikan transfusi darah sesuai dengan
prosedur dan evaluasi dengan ketat
terhadap menifestasi reaksi transfusi.
Hentikan transfusi bila terjadi reaksi.

Rasional
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
Untuk meminimalkan potensial perdarahan
lanjut.
Pengetahuan tentang apa yang diharapkan
membantu mengurangi ansietas.
Pemecahan masalah sulit untuk orang yang
cemas, karena ansietas merusak belajar dan
persepsi. Penjelasan yang jelas dan sederhana
paling baik untuk dipahami. Istilah medis dan
keperawatan dapat membingungkan klien dan
meningkatkan ansietas.
Bila penyakit primer diatasi, tujuan tindakan
tambahan
adalah
untuk
mengontrol
perdarahan dan memperbaiki kadar faktor
pembekuan yang normal. Transfusi darah
mungkin diperlukan untuk menggantikan
faktor- faktor pembekuan dan memperbaiki
anemia yang dapat terjadi pada kehilangan
darah berlebihan.

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan difusi O2& CO2.


Tujuan :

Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi keperawatan, tidak terjadi gangguan
pertukaran gas.
Kriteria hasil :
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs
normal :

PH
= 7,35 -7,45

PO2
= 80-100 mmHg

Saturasi O2
= > 95 %

PCO2
= 35-45 mmHg

HCO3
= 22-26mEq/L

BE (kelebihan basa) = -2 sampai +2


Bebas dari gejala distress pernafasan
Intervensi
Rasional
Independen :
1. Kaji status pernafasan, catat peningkatan1. Takipneu adalah mekanisme kompensasi

respirasi atau perubahan pola nafas.


2.

Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya2.


bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan
wheezing.

3.
3.

Kaji adanya cyanosis.

4.
4. Observasi adanya somnolen, confusion,
apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
5.
5.

6.
7.
8.
9.

3.

untuk hipoksemia dan peningkatan usaha


nafas.
Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak
ada ditemukan. Crakles terjadi karena
peningkatan cairan di permukaan jaringan
yang
disebabkan
oleh
peningkatan
permeabilitas membran alveoli kapiler.
Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau
adanya mukus pada jalan nafas
Selalu berarti bila diberikan oksigen
(desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis
muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada
mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia
sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku
dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas
dari miokardium
Menyimpan tenaga pasien, mengurangi
penggunaan oksigen.

Berikan istirahat yang cukup dan nyaman


Kolaboratif :
6. Memaksimalkan pertukaran oksigen secara
Berikan humidifier oksigen dengan masker terus menerus dengan tekanan yang sesuai
CPAP jika ada indikasi.
7. Peningkatan ekspansi paru meningkatkan
Berikan pencegahan IPPB
oksigenasi
8. Memperlihatkan
kongesti
paru
yang
Review X-ray dada.
progresif
9. Untuk mencegah ARDS
Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti
steroids, antibiotik, bronchodilator dan
ekspektorant.
Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam, hipertermi dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Pasien melaporkan tubuhnya tidak panas lagi
Suhu tubuh 36,5 37,50C
Akral tidak teraba panas
Mukosa lembab
Turgor elastis

Intervensi

Rasional

1.
2.
3.

Kaji suhu tubuh pasien.


1. Mengetahui peningkatan suhu tubuh,
Beri kompres air hangat.
memudahkan intervensi.
Berikan/anjurkan pasien untuk banyak2. Mengurangi panas dengan pemindahan
minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi).
panas secara konduksi. Air hangat
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan mengontrol pemindahan panas secara
pakaian yang tipis dan mudah menyerap perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau
keringat.
menggigil.
5. Observasi intake dan output, tanda vital3. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
(suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali akibat evaporasi
atau sesuai indikasi.
4. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
6. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan tipis mudah menyerap keringat dan tidak
pemberian obat sesuai program.
merangsang peningkatan suhu tubuh.
5. Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
6. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
4.
-

5.

Intoleransi Aktivitas b/d penurunan suplai O2


Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam pasien dapat kembali normal
Kriteria Hasil :
Dapat mlakukan aktifitas sehari-hari
Tidak menunjukkan kelemahan
TD 120/80 mmHg
Nadi 60-100 kali/menit
Frekwensi pernafasan 16-24 kali/menit
Suhu 36,5-37,50C
Intervensi
Rasional
1. Kaji
kemampuan
pasien
untuk
1.
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
melakukan tugas.
2.
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
2. Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan jantung dan paru utnuk membawa jumlah
sesudah aktivitas.
O2 adekuat ke jaringan.
3. Berikan lingkungan tenang. Pertahankan
3.
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
tirah baring bila diindikasikan.
kebutuhan oksigen tubuh.
4. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan
4.
Meningkatkan secara bertahap aktivitas
pasien.
sampai normal.
Nyeri b.d trauma jringan
Tujuan :

Dalam waktu 1x24 jam,nyeri berkurang atau terkontrol.


Kriteria Hasil :
Klien mengatakan merasa nyaman
Postur tubuh dan wajah relaks
Mengungkapkan nyeri berkurang/ terkontrol
Menyatakan metode yang memberikan pengurangan.
Skla nyeri 0-3
TD 120/80 mmHg
Nadi 60-100 kali/menit
Frekwensi pernafasan 16-24 kali/menit
Suhu 36,5-37,50C
Intervensi
Rasional
1. Observasi karakteristik nyeri. Misalnya:10.
Nyeri merupakan respon subjekstif
tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan yang dapat diukur.
karakter /lokasi/intensitas nyeri.
11.
Perubahan frekuensi jantung TD
2. Pantau TTV.
menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri,
3. Berikan tindakan nyaman. Misalnya: khususnya bila alasan untuk perubahan tanda
pijatan punggung, perubahan posisi, musik vital telah terlihat.
tenang, relaksasi/latihan nafas.
12.
Tindakan non analgesik diberikan
4. Tawarkan pembersihan mulut dengan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
sering.
ketidaknyamanan dan memperbesar efek
5. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik terapi analgesik.
menekan dada selama episode batukikasi. 13.
Pernafasan mulut dan terapi oksigen
6. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dapat mengiritasi dan mengeringkan membran
sesuai indikasi
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
14.
Alat
untuk
mengontrol
ketidaknyamanan
dada
sementara
meningkatkan keefektifan upaya batuk.
15.
Obat ini dapat digunakan untuk
menekan batuk non produktif, meningkatkan
kenyamanan

BAB IV
TINJAUAN KASUS

1.
1)

2)

3)
a.
b.
c.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIC


PENGKAJIAN
Data Pasien :
Nama
: Nn. Danias
Tempat, Tanggal Lahir
: Bandung, 23 Januari 1988
Alamat
: Tangerang Selatan, No 27
Umur
: 24 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Karyawan
Status perkawinan
: Belum Nikah
Status pendidikan
: SMA
Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Nyeri pada tangan tangan dan timbul bercak-bercak merah pada kulit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri dan demam dengan suhu tinggi >38 sehingga perlu rawat inap di RS pada tanggal 23
november 2011
Riwayat Penyakit Dahulu :
Menderita penyakit ginjal
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pemeriksaan fisik
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
Kulit dan mukosa membrane
Perembesan difusi darah atau plasma
Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan abdomen
Bula hemoragi
Hemoragi subkutan
Hematoma
Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna agak kebiruan, abu abu, atau
ungu gelap )
Akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada lengan perifer dan kaki )
Sistem GI
Mual dan muntah
Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi
Nasogastrik dan feses
Nyeri hebat pada abdomen
Peningkatan lingkar abdomen
Sistem ginjal

Hematuria
Oliguria
Penurunan pengeluaran urin
d. Sistem pernafasan
Dispnea
Takipnea
Sputum mengandung darah
Orthopnea
e. Sistem kardiovaskuler
Hipotensi meningkat dan postural
Frekuensi jantung meningkat
Nadi perifer tidak teraba
f. Sistem saraf perifer
Perubahan tingkat kesadaran
Gelisah
Ketidaksadaran vasomotor
g. Sistem muskuloskeletal
Nyeri : otot,sendi,punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
Insisi operasi
Uterus post partum
Fundus mata perubahan visual
Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang nasogastrik atau dada, dll.
Kerusakan perfusi jaringan
I. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan pada kulitnya terlihat
1.
bercak merah
2. Klien mengatakan adanya luka pada kulit
nya
3. Klien mengatakan mual dan muntah
4. Klien mengeluh nyeri pada perut nya
5. Klien mengeluh nyeri : otot,sendi,punggung
6. Klien mengatakan jika kencing nya terdapat
darah
7. Klien mengeluh buang air kecil terus
8. Klien mengeluh sesak napas
9. Klien mengatakan terdapat darah dalam
sputum nya
10. Klien mengeluh gelisah
11. Klien mengeluh tidak tenang dan merasa
dirinya kacau

DATA OBJEKTIF
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Klien terlihat kurus dan terjadi penurunan
berat badan : 46 kg
Pada klien ditemukan hipotensi meningkat
dan postural
Klien terlihat napas cepat dan dangkal
Pada klien ditemukan orthopnea
Pada klien ditemukan frekuensi jantung
meningkat
Pada klien ditemukan nadi perifer tidak
teraba
Klien terlihatperembesan difusi darah atau

12.
13.
14.
15.
16.
17.

Klien mengeluh akral nya dingin


Klien mengeluh badan nya kecil
Klien mengatakan tidak napsu makan
Klien mengeluh lemah dan lemas
Klien mengatakan gusi nya berdarah
Klien mengatakan kadang mimisan

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
-

plasma
Pada klien terlihat purpura
Pada klien ditemukan bula hemoragi
Pada
klien
ditemukan
hemoragi
subkutan danhematoma
Klien terlihat mual dan muntah
Klien terlihat meringis sakit
Klien terlihat memegangi perut nya
Pada klien ditemukan akral dingin
Pada klien ditemukan darah dalam urin
Klien terlihat pucat
Pada
klien
ditemukan
penurunan
pengeluaran urin
Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
Pada klien ditemukan sputum mengandung
darah
Pada klien terlihat perubahan tingkat
kesadaran
Klien terlihat gelisah
Pada klien ditemukan ketidaksadaran
vasomotor
Pada klien ditemukanperubahan pada
sensorium, kacau mental, sakit kepala
Pada hasil pemeriksaan diagnostik :
Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi

2. ANALISA DATA
DATA
PROBLEM
DS :
Resiko terjadi perdarahan
- Klien mengatakan pada
kulitnya terlihat bercak
merah
- Klien mengatakan adanya
luka pada kulit nya
- Klien mengatakan jika
kencing nya terdapat darah
- Klien mengatakan gusi
nya berdarah
- Klien mengatakan kadang
mimisan
DO :
- TTV =
- Nadi : 130 X / menit

ETIOLOGI
Penurunan
factor-faktor
pembekuan
darah
(trombositopeni)

Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada
klien
terlihat
purpura
Pada klien ditemukan
bula hemoragi
Pada klien ditemukan
hemoragi
subkutan danhematoma
Pada klien ditemukan
sputum mengandung darah
Pada
klien
terlihat
perubahan
tingkat
kesadaran
DS :
Defisit volume cairan
Klien mengeluh buang air
kecil terus

Pindahnya
intravaskuler
ekstravaskuler.

cairan
ke

Klien mengeluhkan mual


dan muntah

DO :
-

TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada klien ditemukan
capilarry refill > 2 detik
Pada klien ditemukan
hipotensi meningkat dan
postural
Klien terlihat napas cepat
dan dangkal
Pada klien ditemukan
orthopnea
Pada klien ditemukan
frekuensi
jantung
meningkat
Pada klien ditemukan
nadi perifer tidak teraba
DS :
Resiko Syok hipovolemik
Klien mengatakan pada

Perdarahan
berlebihan,

yang
pindahnya

kulitnya terlihat bercak


merah
Klien mengatakan adanya
luka pada kulit nya
Klien mengatakan jika
kencing nya terdapat darah
Klien mengatakan gusi
nya berdarah
Klien mengatakan kadang
mimisan
DO :
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada
klien
terlihat
purpura
Pada klien ditemukan
bula hemoragi
Pada klien ditemukan
hemoragi
subkutan danhematoma
Pada klien ditemukan
sputum mengandung darah
Pada
klien
terlihat
perubahan
tingkat
kesadaran
DS :
Perubahan nutrisi kurang
Klien mengatakan badan dari kebutuhan tubuh
nya kurus
Klien mengeluh nyeri
pada perut nya
Klien mengatakan mual
dan muntah
DO:
Klien terlihat gelisah
Klien terlihat sesak napas
(Dispnea)
Klien terlihat memegangi
perut nya
Klien terlihat mual dan
muntah
Klien terlihat kurus dan

cairan intravaskuler
ekstravaskuler.

ke

Intake nutrisi yang tidak


adekuat akibat mual dan
nafsu
makan
yang
menurun.

terjadi penurunan berat


badan : 46 kg
Ditemukan porsi makan
nya setengah
DS :
Kecemasan (ansietas)
Klien mengatakan tidak
napsu makan
Klien mengeluh lemah
dan lemas
Klien mengeluh tidak
tenang dan merasa dirinya
kacau
Klien mengeluh gelisah
DO:
Pada klien ditemukan
frekuensi
jantung
meningkat
Klien terlihat meringis
sakit
Pada klien ditemukan
akral dingin
Klien terlihat pucat
Klien terlihat gelisah
Pada
klien
ditemukanperubahan pada
sensorium, kacau mental,
sakit kepala

ancaman kematian

3. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan DIC adalah sebagai berikut :
1) Resiko terjadi perdarahan b.d Penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan pada kulitnya terlihat bercak merah
Klien mengatakan adanya luka pada kulit nya
Klien mengatakan jika kencing nya terdapat darah
DO :
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg

Pada klien terlihat purpura


Pada klien ditemukan bula hemoragi
Pada klien ditemukan hemoragi subkutan danhematoma
Pada klien ditemukan sputum mengandung darah
Pada klien terlihat perubahan tingkat kesadaran

2) Defisit volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.


Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh buang air kecil terus
Klien mengeluhkan mual dan muntah
DO :
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada klien ditemukan capilarry refill > 2 detik
Pada klien ditemukan hipotensi meningkat dan postural
Klien terlihat napas cepat dan dangkal
Pada klien ditemukan orthopnea
Pada klien ditemukan frekuensi jantung meningkat
Pada klien ditemukan nadi perifer tidak teraba

3) Resiko Syok hipovolemik b.d Perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan pada kulitnya terlihat bercak merah
Klien mengatakan adanya luka pada kulit nya
Klien mengatakan jika kencing nya terdapat darah
DO :
TTV =
Nadi : 130 X / menit
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
Pada klien terlihat purpura
Pada klien ditemukan bula hemoragi
Pada klien ditemukan hemoragi subkutan danhematoma
Pada klien ditemukan sputum mengandung darah
Pada klien terlihat perubahan tingkat kesadaran

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.dIntake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh badan nya kecil
Klien mengeluh nyeri pada perut nya
Klien mengatakan mual dan muntah
DO:
Klien terlihat gelisah
Klien terlihat sesak napas (Dispnea)
Klien terlihat memegangi perut nya
Klien terlihat mual dan muntah
Klien terlihat kurus dan terjadi penurunan berat badan : 46 kg
Ditemukan porsi makan nya setengah
5) Kecemasan b.d ancaman kematian.
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan tidak napsu makan
Klien mengeluh lemah dan lemas
Klien mengeluh tidak tenang dan merasa dirinya kacau
Klien mengeluh gelisah
DO:
Pada klien ditemukan frekuensi jantung meningkat
Klien terlihat meringis sakit
Pada klien ditemukan akral dingin
Klien terlihat pucat
Klien terlihat gelisah
Pada klien ditemukan perubahan pada sensorium, kacau mental, sakit kepala

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan
darah (trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

b.

Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )


Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila
terjadi perdarahan.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan
tekanan
5-10
menit
setiap
selesai
ambil
darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
2)

a.
b.
c.
d.
e.

3)

Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria :
Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 2 detik
Intervensi :
Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic
syok.

Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria :
Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.

b.

c.

d.
e.
f.

4)

a.
b.
c.
d.

f.

a.
b.

c.

Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih


Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan
untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien tidak mengeluh nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
Klien tidak mengeluh mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Klien tidak mengeluh diare atau konstipasi.
Sudah tidak terlihat lidah merah daging/halus
Klien terjadi peningkatan berat badan
Mandiri
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas konsumsi makanan.
Timbang BB tiap hari.
Rasional: Mengawasi penurunan BB atau efektifitas, intervensi nutrisi.
Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makan diantara waktu makan.
Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus atau gejala lain yang berhubungan.
Rasional: Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia pada organ)
Kolaborasi
Konsul pada ahli gizi.
Rasional: Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhhi kebutuhan individuual
Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya Hb, Ht, Albumin, Protein, B12, Asam Folat.
Rasional: Meningkatkan efektifitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan suplemen mineral misalnya Sianokobalamin
(vitamin B12), Asam folat asam askorbat, besi dekstran (IM/IV), tambahan besi oral misalnya
ferol sulfat, ferol glikonat.

Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral
yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
5)

a.
b.

c.

d.

e.

f.
g.

h.

Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan ancaman kematian


Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria :
klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas.
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
kecemasan yang dirasakan.
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan
yang positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi
masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan
orang lain atas kemampuannya.
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Implementasi dan Hasil
Paraf
Rabu,
1
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit
28 November 2012
yang disertai tanda klinis.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
( bedrest )
c. Berikan penjelasan kepada klien dan
keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti : hematemesis, melena,

d.

Kamis,
29 November 2012

e.
a.
b.
c.

d.
e.
Jumat,
30 November 2012

a.
b.
c.
d.
e.

f.
g.
h.

Sabtu,
1 Desember 2012

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Minggu,
2 Desember 2012

a.

epistaksis.
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan
sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap
selesai ambil darah.
Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Memonitor keadaan umum pasien
Mengobservasi vital sign setiap 3 jam atau
lebih
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda
perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi : Memberikan cairan intravena
Kolaborasi : Memeriksa : HB, PCV,
trombosit
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan
yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan
pasien.
Timbang BB tiap hari.
Berikan makanan sedikit dan frekuensi
sering dan makan diantara waktu makan.
Observasi dan catat kejadian mual atau
muntah, flatus atau gejala lain yang
berhubungan.
Konsul pada ahli gizi.
Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya
Hb, Ht, Albumin, Protein, B12, Asam Folat..
Berikan obat sesuai indikasi: Vitamin dan
suplemen mineral misalnya Sianokobalamin
(vitamin B12), Asam folat asam askorbat,
besi dekstran (IM/IV), tambahan besi oral
misalnya ferol sulfat, ferol glikonat.
Mengawasi vital sign tiap 3 jam/sesuai
indikasi
Mengobservasi capillary Refill
Mengobservasi intake dan output.
Mencatat warna urine / konsentrasi, BJ
Menganjurkan untuk minum 1500-2000
ml /hari ( sesuai toleransi )
Kolaborasi : memberikan cairan cairan
intravena
Mengkaji dan dokumentasikan tingkat
kecemasan pasien.

b. Mengkaji
mekanisme
koping
yang
digunakan pasien untuk mengatasi ansietas
di masa lalu.
c. Melakukan pendekatan dan berikan
motivasi
kepada
pasien
untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
d. Memotivasi pasien untuk memfokuskan diri
pada realita yang ada saat ini, harapanharapan yang positif terhadap terapy yang di
jalani.
e. Memberikan penguatan yang positif untuk
meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun
dalam keadaan cemas.
f. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi.
g. Menyediakan informasi factual (nyata dan
benar) kepada pasien dan keluarga
menyangkut diagnosis, perawatan dan
prognosis.
h. Kolaborasi : memberikan obat anti ansietas.
6. EVALUASI
Hari / Tanggal

No. DX
1

Evaluasi
Paraf
S: Klien mengaktakan sudah tidak ada
perdarahan lagi.
O: S= 36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80
mmHg, Pada gusi klien tidak terlihat darah
lagi, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan
A: Masalah infeksi sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: klien mengatakan sudah tidak mual dan
muntah lagi
O: pada klien mukosa bibir sudah terlihat
kering dan pucat
A: Masalah defisit volume cairan
P: Intervensi dihentikan
S: klien mengatakan sudah tidak lemas dan
terlihat lebih segar
O: Klien mampu berespon dengan baik,
TTV: TD= 110/80 mmHg, RR= 24 x/mnt
S= 36 C, N= 60x/mnt, TD= 110/80
A: Masalah resiko syok hipovolemik sudah
teratasi
P: Intervensi dihentikan

S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri


mulut atau lidah, klien sudah tidak kesulitan
menelan, klien sudah tidak mengeluh
mual/muntah, dyspepsia, klien terlihat nafsu
makan,klien sudah tidak mengeluh diare
atau konstipasi.
O: Bb= 40kg
A: Masalah kebutuhan nutrisi sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: klien mengatakan sudah tidak cemas
O: klien terlihat lebih tenang dan dapat
mengontrol emosi nya
A: Masalahkecemasan sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan

BAB V
PENUTUP
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan
pembekuan darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan salah satunya adalah resiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi sekunder. Dari
diagnose tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau hasil
pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan perubahan sisi baru dan potensial.
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal
sebagai Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan
pembekuan darah yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang
hampir selalu disertai dengan penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik
ditandai oleh adanya gangguan hemostasis yang multipel dan kompleks berupa aktivasi
pembekuan darah yang tidak terkendali dan fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC
merupakan salah satu kedaruratan medik, karena mengancam nyawa dan memerlukan
penanganan segera.
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC
pun dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling sering
disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis
bacterial.
Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya Aktivasi system koagulasi (consumptive
coagulopathy),

Depresi

prokoagulan,

efek

Fibrinolisis

DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta
usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya,
ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.
percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi
beragam dan beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan
melakukan pengelolaan penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan
keberhasilan mengatasi penyakit dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Stitham,Sean.2008. Disseminated Intravascular
Coagulation.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/healthtopics.html. Diakses tanggal 26
September 10.00 WIB
Levi M. Disseminated intravascular coagulation: What's new? Crit Care Clin. 2005;21(3):449467.
DeLoughery TG. Critical care clotting catastrophies. Crit Care Clin. 2005;21(3):531-562.
Gando S. A multicenter, prospective validation of disseminated intravascular coagulation
diagnostic criteria for critically ill patients: comparing current criteria. Crit Care Med.
2006;34(3):625-631.
Farid. 2007. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskuler Diseminasi. http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp.
Gofir Abdul. 2003. Diagnosa dan Terapi kedokteran. Salemba Medika: Jakarta
Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI:
Jakarta
Dianec Buughman. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Baker WF. 1989. Clinical of disseminated intravascular coagulation syndrome. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta
Abdil Gaard C.F. : Recognition On Treatment Of Intravascular Coagulation. J. Pediat. T4 :
1T0, 2001.
Corrigan J.J. : Disseminated Intravascular Coagulopathy. Pediatrics 64 : 3T, 2005.
Hardaway R.M. : Syndroms Of Intravascular Coagulation. C.C. Thomas Publ., Springfield,
Illinois , U.S.A. 2000.
McKay And Willlam Margaretten : Disseminated Intravascular Coagulation In Pregnancy.
Arch. Intern. Med. 120 : 129, 2004.
Andra. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskular Diseminata. Dalam Farmacia Edisi Februari
2007 , Halaman: 17.
Anonymous. Disseminated Intravascular Coagulation. Dalam Www.Medicastore.Com, 2005.
7. Kho L.K., Himawan. Beberapa Masalah Penyakit Darah di lndonesia. Dalam Cermin
Dunia Kedokteran No,18, 2005.

You might also like