Professional Documents
Culture Documents
4. Klasifikasi astigmatisme
Astigmatisme okuler dapat terjadi sebagai dari kurvatura yang tidak
seragam disepanjang kornea anterior (dikenal dengan astigmatisme
kornea) dana tau ia bias juga berhubungan dengan kornea posterior,
kurvatura yang tidak seragam dari permukaan lensa kristaling
depan dan belakang, lensa yang miring atau susunan refraktif yang
tidak sejajar pada lensa kristaling (dikenal sebagai astigmatisme
internal atau non kornea). Kombinasi dari astigmatisme kornea dan
internal
membuat
mata
mengalami
astigmatisme
total.
Astigmatisme kornea biasanya diklasifikasikan berdasarkan sumbu
dari astigmatisme baik itu sesuai dengan peraturan (WTR, obliq atau
melawan peraturan (ATR) ).astigmatisma dapat digambarkan
sebagai regular atau irregular. Pada astigmatisme regular yang
merupakan bentuk astigmatisme yang lebih umum, kornea akan
terlihat seperti bola rukbi yang berdiri pada ujungnya atau disisinya
atau lebih jarang lagi naik pada satu sisi. Pada astigmatisme
regular, terdapat dua garis tengah yang terpisah sejauh 90 derajat ;
visus nya minimal 20/20 setelah dikoreksi, dan pada kasus
astigmatisme kornea, tofografi kornea terlihat seperti pola dasi yang
simetris. Pada astigmatisme regular, kekuatan refraksi bervariasi
dari satu meridian ke meridian lainnya, dan setiap meridian memiliki
kurvatura yang seragam pada setiap titik di sepanjang pintu masuk
pupil. Berbagai macam astigmatisme regular telah di identifikasi
berdasarkan kekuatan refraksinya dan posisi dari meridian utama,
seperti yang di deskripsikan pada table 2.
b. Analisis wavefront
Metode ini mengukur kondisi refraktif dari jaras okuler interna
pada kornea yang dipilih dari kejadian pensil cahaya denga
membandingkan wavefront dari sebuah pola dari beberapa
sinar kecil cahaya yang di proyeksikan melalui keretina dengan
gelombang cahaya yang dipantulkan lalu menyatu, hal ini
mungkin untuk mengukur jaras refraktif yang diambil oleh setiap
sinar dan untuk dan untuk mengambil kesimpulan koreksi spasial
spesifik yang dibutuhkan pada tiap jaras.
c. Keratometri
Dilakukan dengan menggunakan sebuah alat yang disebut kerato
meter atau oftalmometer, keratometri adalh pengukuran dari
kurfatura kornea pasien, ia juga memberikan pengukuran
astimatisme kornea secara kuantitatif dan objektif, mengukur
kurfatura disetiap meridian danjuga sumbunya. Keratometri juga
berguna untuk membantu menentukan lensa kontak yang pas.
Ini adalah sebuah pengukuran husus untuk ketidak teraturan
permukaan kornea anterior tapi ia juga bias dipengaruhi oleh
selaput air mata. Batasan mayor dari keratometri adalah asumsi
bahwa kornea adalah sebuah permukaan bola silindris dengan
kurfatura di tiap meridiannya dan dengan sumbu mayor dan
minor di pisahkan sebesar 900. Tambahan, keratometri mengukur
hanya 4 titik kira-kira sebesar 3 Mm berjauhan dan tidak
memberikan informasi tentang kornea sentral atau perifer ke titk
yang di ukur. Akhirnya, iregularitas permukaan kornea yang
ringan
dapat
menyebabkan
penyimpangan
mire
yang
menghalangi pengukuran yang berarti. Pada kebanyakan kasus,
kurfatura di atas sumbu fisual lumayan seragam dan pengukuran
simple ini sudah cukup mendeskripsikannya. Bagaimanapun,
keratometri tidak berguna untuk mengukur kornea yang ingin
lepas dari optic sperosilindrikal, yang umumnya terjadi pada
pembedahan refraktif, keratokonus, dan abnormalitas kornea
lainya.
d. Topografi
Penampilan dari beberapa pola irregular video keratoskopi telah
digambarkan keatas topografi kornea sering digunakan untuk
mengefaluasi astigmatisme irregular yang berhubungan dengan
keratokonus, untuk menilai perrmukaan kornea setelah menjalani
keratoplasti penetrasi dan untuk menginfestigasi penyabab dari
kehilangan pengelihatan yang etiologinya tidak diketahui. Ia juga
berguna untuk menyocokan lensa kontak. Telah diketahui
berabad-abad lamanya bahwa kornea adalah elemen refraktif
terbesar dari mata dan berbagai macam hal telah dibuat untuk
mengumpulkan dan memberikan informasi kualitatif dan
duantitatif mengenai permukaan kornea. Hal ini telah
mengarahkan pada pembuatan instrument seperi keratometer
yang bisa menganalisa permukaan kornea. Topografi kornea