You are on page 1of 10

Astigmatisme

Definisi, etiologic, lasifikasi diagnosis dan penatalaksanaan non


bedah
1. Definisi
Astigmatisme adalah sebuah gangguan rfraksi (ametropia)
yang terjadi ketika sinar cahaya parallel yang memasuki mata
tidak terfokuskan pada retina (American academi of
oftalmologi atau AAO 2007) astigmatisme terjadi ketika sinar
cahaya tidak terkumpul pada satu titik. Kornea pada normal
memiliki kurfatura yang seragam sehingga menghasilkan
pembiasan yang sama rata di seluruh permukaannya.
Kebanyakan kornea astigmatik itu normal pada beberapa
orang, permukaan korneanya tidak seragam dan kurfaturanya
lebih besar di setiap bidangnya seperti bola rugby. Sinar
cahaya dibiaskan oleh kornea ini tidak akan berubah menjadi
1 titik sehingga gambaran yang diberikan retina baik itu jauh
maupun dekat terlihat buramdan dapat juga terlihat meluas
atau memanjang. Gangguan refraksi ini disebut astigmatisme.
Astigmatisme total dapat dibagi menjadi astigmatisme kornea,
astigmatisme lenticular dan astikmatisme retinal. Sebagian
besar astigmatisme berasal dari kornea. Astigmatisme
lentikular adalah sebuah hasil dari kurfatura yang tidak
seragam dan terefraksi secara berbeda kedalam lensa.
2. Epidemiologi
Astigmatisme adalah gangguan refraksi yang paling sering
ditemukan, sekitar 13% dari semua gangguan refraksi pada
manusia. Ia juga sering ditemukan secara klinis, dengan
prefalensi meningkat 30% tergantung pada usia atau etnis.
Bayi manusia menunjukan prefalensi yang tinggi dan juga
derajat yang tinggi dari astigmatisme, sebagian besar berasal
dari kornea. Anak-anak usia sebelum sekolah dapat
mengalami deficit fisual yang disebabkan oleh astigmatisme.
Prefalensi yang dilaporkan astigmatisme pada anak-anak yang
berusia 3-6 tahun berbeda di tiap penelitian dan etnis.
Sebagai contoh, pada populasi orang amerika pada anak-anak
dengan usia 3-5 tahun prefalensinya sekitar lebih dari 44%,
28,4% pada anak-anak di amerika serikat, sekitar 22% (ratarata 51,1 bulan) pada anak-anak di kanada, 21,1% anak-anak
prasekolah di hogkong, 4,8% pada anak-anak berusia 6 tahun
di Sidney, 11,4% anak-anak di Taiwan dan 11,2 persen di
Sidney. Pada anak-anak atau remaja, kleinste at all
menemukan bahwa 28% anak berusia 5-17 tahun mengalami
astigmatisme 1.00 D. sebuah penelitian pada anak-anak
Australia berusia 6 tahun ditemukan prefalensi astigmatisme
mendekati 5%. Sebuah penelian berturut-turut dilakukan pada

anak-anak dengan usia 7-15 tahun dari negara-negara yang


berbeda namun menggunakan metologi yang sama
ditemukan rentang prefalensi yang sangat luas, berfariasi dari
3% di andraprades india, sampai 7% di new delhi, 6% pada
anak-anak cina. Astigmatisme yang lebih dari 0,5 D umum di
kalangan orang-orang dewasa, dan prefalensinya meningkat
sejalan dengan umur, ras kaukasia sekitar 28% pada orangorang yang berusia 40 tahunan dan 38% pada orang yang
berusia 80 tahunan. Peningkatan ini juga dilihat pada orang
amerika-afrika walupun prefalensinya sekitar 30%, lebih
rendah dari kaukasia pada semua usia. Pada orang dewasa
amerika, prefalensi dari astigmatisme dilaporkan sekitar 20%,
laki-laki lebih tinggi dari pada wanita tetapi tidak ada
hubungannya dengan usia. Adanya stigmatisme yang tinggi
dihubungkan dengan perkembangan dari amblyopia dan
myopia progresif. Adanya stigmatisme juga ditemukan
berhubungan dengan derajat miopi yang lebih tinggi, dengan
peningkatan progresifitas dari miopi. Astigmatisme terjadi
akibat kufatura yang tidak seragam atau irregular dari kornea.
Factor kornea dan non kornea ikut berkontibusi dalam
astigmatisme
total.
Astigmatisme
kornea
utamanya
berhubungan dengan permukaan anterior kornea yabg tiadk
berbentuk spiral. Factor non kornea bias berhubungan denga
gangguan pada kurfatura pada permukaan lensa kristalin
posterior dan anterior, penyusunan refraktif yang irregular
dari lensa atau posisi lensa yang aneh.
3. Etiologi
Satu penjelasan yang mungkin dari etiologi astigmatisme adalah
gangguan refraktik astikmatik yang telah di tentukan secara
genetic. Sudah banyak penelitian yang di lakukan untuk
menginfestigasi
pengaruh
genetic
pada
perkembangan
astigmatisme.
Iya akan terlihat bahwa baik factor genetic dan lingkungan memeliki
peran
masing-masing
dalam
perkembangan
astigmatisme.
Mekanisme alami belum di pahami secara pasti. Penyebab lainnya
yaitu termasuk interaksi mekanik antara kornea dan kelopak mata
dana atau otot-otot ekstra ocular atau model umpan balik visual
yang dimana astigmatisme berkembang sebagai respon dari isarat
visual. Astigmatisme dapat di bagi menjadi kategori di dapat dan
kongenital. Pada astigmatisme yang di dapat iya dapat berasal
sekender dari beberapa penyakit atau hasil dari pembedahan mata
atau terauma. Astigmatisme memiliki multy factorial dan dapat
muncul dari kornea, lensa dan bahkan retina. Astigmatisme kornea
paling sering menjadi reflaksi silindris. Kejadian dari astigmatisme
regular berfariasi dari alami sampai penyebab karena bedah. Contoh
dari penyebab alami yaitu astigmatisme ireguler primer dan

astigmatisme ireguler sekunder yang di sebabkan oleh berbagai


macam patologi kornea yang berhubungan dengan lesi yang
memberat. Seperti keratokonus atau degenerasi nodular sallzmann.
Contoh dari astigmatisme karena pembedahan yaitu pengangkatan
pterigium, ekstraksi katarak, keratoplastik penetrasi dan lamellar,
astigmatisme miopik, keratotoktomi astematik dan radial PRK, dan
keratomeliosis laser insitu penyebab lain dari astigmatisme
termasuk trauma dan infeksi kornea. Ada beberpa penyakit dan
sindrom yang berhubungan dengan peningkatan prevalinse
astigmatisme. Beberapa dari mereka di perlihatkan table 1.

4. Klasifikasi astigmatisme
Astigmatisme okuler dapat terjadi sebagai dari kurvatura yang tidak
seragam disepanjang kornea anterior (dikenal dengan astigmatisme
kornea) dana tau ia bias juga berhubungan dengan kornea posterior,
kurvatura yang tidak seragam dari permukaan lensa kristaling
depan dan belakang, lensa yang miring atau susunan refraktif yang
tidak sejajar pada lensa kristaling (dikenal sebagai astigmatisme
internal atau non kornea). Kombinasi dari astigmatisme kornea dan
internal
membuat
mata
mengalami
astigmatisme
total.
Astigmatisme kornea biasanya diklasifikasikan berdasarkan sumbu
dari astigmatisme baik itu sesuai dengan peraturan (WTR, obliq atau
melawan peraturan (ATR) ).astigmatisma dapat digambarkan
sebagai regular atau irregular. Pada astigmatisme regular yang
merupakan bentuk astigmatisme yang lebih umum, kornea akan
terlihat seperti bola rukbi yang berdiri pada ujungnya atau disisinya
atau lebih jarang lagi naik pada satu sisi. Pada astigmatisme
regular, terdapat dua garis tengah yang terpisah sejauh 90 derajat ;
visus nya minimal 20/20 setelah dikoreksi, dan pada kasus
astigmatisme kornea, tofografi kornea terlihat seperti pola dasi yang
simetris. Pada astigmatisme regular, kekuatan refraksi bervariasi
dari satu meridian ke meridian lainnya, dan setiap meridian memiliki
kurvatura yang seragam pada setiap titik di sepanjang pintu masuk
pupil. Berbagai macam astigmatisme regular telah di identifikasi
berdasarkan kekuatan refraksinya dan posisi dari meridian utama,
seperti yang di deskripsikan pada table 2.

Ketika akomodasi direlaksasikan pada mata non astigmatis dan


pada mata astigmatis dengan astigmatisme sesuai peraturan
(kurvatura lebih besar pada meridian vertical, plus sumbu silinder
90 derajat, minus sumbu silinder 180 derajat. Pada astigmatisme
irregular yang lebih jarang terjadi, kornea bola rukbi akan terlihat
keluar dari bentuk aslinya. Kondisi dari astigmatisme irregular
didefinisikan bermacam-macam. Sebuah definisi komprehensif
diberikan oleh duke-elder , yang menggambarkan ia sebagai kondisi
refraktif yang dimana refraksi pada meridian yang berbeda dan
sinar yang telah di refraksi tidak memiliki bidang simetris. Hal ini
dapat didefinisikan bahwa kondisi astigmatis tidak dapat diperbaiki
menggunakan lensa silindris. Astigmatisme irregular dapat
berbentuk irregular regular atau irregular irregular. Pada
astigmatisme irregular regular, terdapat dua meridian utama tetapi
tidak ada yang simetris atau tidak terpisah sejauh 90 derajat dan
dilambangkan oleh lereng hemimeridian yang tidak seragam
disepanjang meridian (dasi asimetris) atau hemimeridian dari lereng
yang seragam tetapi tidak sejajar satu sama lain (dasi bersudut
atau astigmatisme non orthogonal). Kombinasi dari keduanya biasa
terjadi. Astigmatisme irregular irregular tidak memiliki meridian
utama yang bisa diidentifikasi. Pada astigmatisme irregular yang
dapat signifikan secara klinis pada bebrapa kondisi seperti
keratokonus dan ekstasia kornea lainnya; distrofi membrane basal
kornea dan stroma ; perlukaan kornea, dan kornea setelah
pembedahan (misalnya, akibat keratoplasti penetrasi, keratotoni
radial, dan pembedahan refraktif yang berkomplikasi), magnitudo
dan sumbu dari astigmatisme bervariasi dari satu titi ke titik laiinya
melewati jalan masuk pupil. Sebuah kondisi irregular-irregular
dapat terlihat bahkan ketika tofografi komputerisasi tidak dapat
memperlihatkan pola yang dapat dikenal dan permukaan kornea
hanya bias digambarkan sebagai permukaan yang kasar atau tidak
sama. Hal ini dihubungkan dengan penurunan visus yang hanya

dapat diperbaiki menggunakan sebuah lensa kontak yang kaku.


Teknologi pembedahan refraksi terkini termasuk pembedahan laser
eksimer dan insisional didesain untuk pengobatan astigmatisme
regular. Laser eksimer sekarang digunakan secara klinis untuk
astigmatisme kornea irregular. Khasnya, astigmatisme irregular
digunakan untuk menggambarkan berbagai macam aberasi seperti
koma,
trefold
dan
kuadrafoil.
Penelitian
terakhir
yang
menginvetigasi tofografi kornea mengklasifikasikan astigmatisme
sesuai dengan perubahan yang terjadi pada astigmatisme dari
kornea perifer. Astigmatisme kornea diklasifikasikan menjadi stabil,
menurun, atau meningkat.
5. Gejala
Penglihatan buram disemua jarak pandang adalah salah satu gejala
astigmatisme yang paling sering. Hal ini dapat terjadi secara
vertical, horizontal, atau diagonal. Dapat juga terlihat objek menjadi
buram, lingkaran menjadi terlihat memanjang seperti oval dan titik
cahaya mulai menghilang. Gejala dari mata tegang seperti nyeri
kepala ; fotofobia dan kelelahan juga merupakan gejala
astigmatisme yang paling umum. Pada astigmatisme, Membaca
tulisan yang sedikit saja menjadi sulit. Gejala lainnya yaitu rasa
tidak nyaman pada mata, iritasi, nyeri mata atau mata terasa lelah,
diplopia monocular, lapang pandang menyimpang, silau, kesulitan
menyetir pada malam hari.
6. Diagnosis
Evaluasi dari astigmatisme membutuhkan penilaian baik dari
riwayat pasien dan pemeriksaan. Riwayat seharusnya berhubungan
dengan elemen-elemen dari evaluasi mata komprehensif dengan
tujuan untuk mengetahui kebutuhan penglihatan pasien dan
patologi ocular lainnya. Evaluasi dari astigmatisme terdiri dari
ketajaman penglihatan, ketajaman penglihatan potensial, refraksi,
pakimetri ultrasonik, keratometri dan videokeratografi. Kedalaman
dari lesi kornea dapat diukur menggunakan pakimeter optik.
Kombinasi dari gejala klinis refraksi, pemeriksaan slit-lamp, dan
keratometri biasanya cukup untuk mendeteksi sebagian besar
abnormalitas anterior.
a. Retinoskopi
Kondisi refraktif dari keseluruhan jaras optical diperkirakan
menggunakan retinoskopi. Retinoskopi adalah langkah awal dari
refraktometri. Ia digunakan untuk menentukan perkiraan luasnya
gangguan refraktif dan untuk memperkirakan tipe dankekuatan
lensa yang dibutuhkan untuk mengoreksi gangguan itu.
Retinoskopi kadang-kadang disebut sebagai refraktometri objektif
karena ia tidak membutuhkan partisipasi atau respon dari pasien.
Pola has dari astikmatisme irregular diketahui oleh ahli
retinoskopi dan termasuk reflex yang tidak terinterpretasi.

b. Analisis wavefront
Metode ini mengukur kondisi refraktif dari jaras okuler interna
pada kornea yang dipilih dari kejadian pensil cahaya denga
membandingkan wavefront dari sebuah pola dari beberapa
sinar kecil cahaya yang di proyeksikan melalui keretina dengan
gelombang cahaya yang dipantulkan lalu menyatu, hal ini
mungkin untuk mengukur jaras refraktif yang diambil oleh setiap
sinar dan untuk dan untuk mengambil kesimpulan koreksi spasial
spesifik yang dibutuhkan pada tiap jaras.
c. Keratometri
Dilakukan dengan menggunakan sebuah alat yang disebut kerato
meter atau oftalmometer, keratometri adalh pengukuran dari
kurfatura kornea pasien, ia juga memberikan pengukuran
astimatisme kornea secara kuantitatif dan objektif, mengukur
kurfatura disetiap meridian danjuga sumbunya. Keratometri juga
berguna untuk membantu menentukan lensa kontak yang pas.
Ini adalah sebuah pengukuran husus untuk ketidak teraturan
permukaan kornea anterior tapi ia juga bias dipengaruhi oleh
selaput air mata. Batasan mayor dari keratometri adalah asumsi
bahwa kornea adalah sebuah permukaan bola silindris dengan
kurfatura di tiap meridiannya dan dengan sumbu mayor dan
minor di pisahkan sebesar 900. Tambahan, keratometri mengukur
hanya 4 titik kira-kira sebesar 3 Mm berjauhan dan tidak
memberikan informasi tentang kornea sentral atau perifer ke titk
yang di ukur. Akhirnya, iregularitas permukaan kornea yang
ringan
dapat
menyebabkan
penyimpangan
mire
yang
menghalangi pengukuran yang berarti. Pada kebanyakan kasus,
kurfatura di atas sumbu fisual lumayan seragam dan pengukuran
simple ini sudah cukup mendeskripsikannya. Bagaimanapun,
keratometri tidak berguna untuk mengukur kornea yang ingin
lepas dari optic sperosilindrikal, yang umumnya terjadi pada
pembedahan refraktif, keratokonus, dan abnormalitas kornea
lainya.
d. Topografi
Penampilan dari beberapa pola irregular video keratoskopi telah
digambarkan keatas topografi kornea sering digunakan untuk
mengefaluasi astigmatisme irregular yang berhubungan dengan
keratokonus, untuk menilai perrmukaan kornea setelah menjalani
keratoplasti penetrasi dan untuk menginfestigasi penyabab dari
kehilangan pengelihatan yang etiologinya tidak diketahui. Ia juga
berguna untuk menyocokan lensa kontak. Telah diketahui
berabad-abad lamanya bahwa kornea adalah elemen refraktif
terbesar dari mata dan berbagai macam hal telah dibuat untuk
mengumpulkan dan memberikan informasi kualitatif dan
duantitatif mengenai permukaan kornea. Hal ini telah
mengarahkan pada pembuatan instrument seperi keratometer
yang bisa menganalisa permukaan kornea. Topografi kornea

bergna untuk membantu mengefaluasi pasien dengan kehilangan


pengelihatan yang tidak dapat dijelaskan dan untuk mnentukan
dan mendokumntasikan komplikasi fisual dari distrofi kornea,
luka, pterigia, erosi berulang dankalazia, video keratografi lebih
sensitive dari retinoskopi dan ia lebih sedikit membutuhkan ahli
tehnik klinis dan interpretasi retinoskopi mungkin juga berguna
untuk mendeteksi astigmatisme irregular tapi suit untuk
mengklasifikasikan asal dari astigmatisme irregular dari gambar
retinoskopi.
e. Klinis
Tes yang biasa dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya
iregularitas kornea adalah perbaikannya yang berhasil dengan
enggunakan sebuah kontak lensa yang keras dan perbaikan dari
visus.
7. Pngobatan non pembedahan
Berbagai macam model dari pengoatan non pembedahan dari
astigmatisme terdiri dari kacamata, lensa kntak, dan pegobatan
penyababnya.
a. Kaca mata
Kaca mata adalah cara paling simple dan aman untuk
memperbaiki gangguan refraksi (astigmatisme), kemudian kaca
mata seharusnya lebih dipilih sebelum mnggunakan lensa kontak
ataupun pembedahan. Pasien dengan gangguan refraktif yang
rendah mungkin tidak mmerlukan perbaikan. Perbaikan lengkap
juga diperlukan oleh penderita astigmatisme regular orang
dewasa dengan astigmatisme mungkin tidak enerima perbaikan
silindris pada kaca mata pertama mereka atau kaca mata seblah
jika astigmatisme mereka sudah diperbaiki sebagian. pada
umumnya perubahan substansial pada sumbu atau kekuatan
tidak dapat di tolenransi dengan baik.
a.1 Tipe dan penggunaan lensa perbaikan
lensa silinder berbeda dari bola yang memiliki kurfatura
dan juga kekuatan refraktif pada 1 meridian. Mereka dapat
berbentuk konfeks atau konkaf dan memiliki kekuatan dioptik
macam-macam. Perpendikularis meridian ke meridian dengan
kurfatura disebut sumbu silinder. Berbeda dngan lensa bulat,
silinder memfokuskan sinar cahaa ke dalam 1 garis bukan ke-1 titik
kekuatan meridian selalu 900 dari sumbu. Kemudian jika sumbunya
450, kekuatan meridian adalah di 135 0. Silinder di spesifikasikan
sesuai sumbunya. Hal ini dikenal sebagai kekuatan meridian.
Gambaran yang dibentuk olh kekuatan meridian adalah sebuah
garis parallel yang focus menuju sumbu. Dengan mengikuti
peraturan astigmatisme diperbaiki dengan lensa silinder plus antara
60 dan 1200. Melawan peraturan, astigmatisme diperbaiki dengan
silinder plus antara 150 & 300. Selanjutnya astigmatisme oblig
adalah dari 30-59 dan 121-1490. Lensa silindris murni hanya

digunakan dengan tujuan tes. Secara teoritis, sebuah lensa silindris


murn yang memiliki kekuatan dalam 1 meridian mungkin dapat
digunakan untuk memperbaiki astigmatisme. Bagaimanapun,
kebanyakan pasien astigmatisme mengalami hyperopia atau
myopia juga dan membutuhkan koreksi pada lebih dari 1 meridian.
Untuk memberikan perbaikan yang mereka btuhkan, sebuah lensa
yang dibentuk dari kombinasi silinder dan bulat.
a.1.2 Silinder bulat
sebuah silinder bulat seperti namanya adalah sebuah
kombinasi dari bulat dan silinder. Ia juga kadang-kadang disebut
dengan lensa torik, tapi pada kenyataannya ia sering disebut
sebagai silinder untuk memudahkan penyebutan. Karena radii
perpendicular dari kurvaturanya tidak seragam, sebuah silinder
bulat tidak memfokuskan cahaya ke satu titik. Silinder bulat dapat
memberikan berbagai jumlah dari perbaikan plus dan atau minus
pada setiap 2 meridian utama dari mata astigmatic.
a.2 Lensa kontak
sebelum lensa kontak dipasangkan, sebuah riawyat
pemasangan lensa kontak sebelumnya harus di tanyakan dan sbuah
efaluasi mata kompre hensif harus di lakukan. Pasien harus dibuat
lebihsadar bahwa menggunakan sebuah lensa kontak dapat
berhubungan dengan perkembangan masalah mata seperti ulserasi
kornea microbial yang dapat mengancam pengelihatan dan
penggunaan lensa kontak semalaman berhubungnan dengna
peningkatan resiko keratitis ulseratif. Astigmatisme irregular terjadi
ketika pada saat penggunaan retinoskopi atou keratometri, meridian
utama dari kornea, seluruhnya tidak tegak lurus 1 sama lain.
Walaupun semua mata hamper memiliki sedikit astegmatisme
irregular, istilah ini secara klinis hanya digunakan untuk kornea
irregular yang kasat mata seperti yang terjadi pada keratokonus
atau luka kornea. Lensa silindris dapat meningkatkan sedikit
peningkatkan pengelihatan pada kasus ini dan yang paling baik
digunakan lensa kontak kaku. Gangguan astegmatik yang tinggi
dapat diperbaiki secara efektif menggunakan lensa kontak hibrida.
Pada kasus dari astegmatik kornea yang lebih puas sekiranya dapat
menggunakan sebuah lensa kontak torik dengan tujuan untuk
meminimalisasi beban kornea dan meningkatkan sentrasi. Disain
tidak bulat juga berguna untuk hal ini. Lensa kontak torik halus
disain husus berguna untuk memperbaiki gangguan refraktif
astigmatif. Kontak lensa ini memberikan sentrasi yang bagus ketika
dipasang dengan benar, jadwal penggunaan yang fleksibel, dan
meningkatkan rasa nyaman pada beberapa pasien. Diluar dari
disain yang dipilih, pergerakan lensa kontak yang adekuat sangatlah

penting untuk penggunaan yang nyaman dan perbaikan intregritas


kornea.
a.3 Pengobatan kausatif pengobatan dari astigmatisme juga
termasuk menejemen dari kondisi yang menyebabkannya.

You might also like