Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Nur Alfiani G99122087
Pembimbing:
Oleh:
Dessy Puteri H.
G99141086
Pembimbing:
dr. Amru Sungkar, SpB, SpBP-RE
BAB I
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: An. Z
Umur
: 1 Tahun 3 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk
: 8 Juli 2015
Tanggal Periksa
: 10 Juli 2015
Status Pembayaran
: BPJS
Keluhan Utama
Jari tangan kanan sulit untuk diluruskan
III.
IV.
: disangkal
: luka bakar, 6 bulan yang lalu
V.
VI.
Riwayat Perawatan
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
VII.
Riwayat Nutrisi
Pasien makan dan minum teratur, pasien mau makan sayur-sayuran serta
buah-buahan. Lauk yang dimakan pasien juga bervariasi
B. PEMERIKSAAN FISIK
I.
Primary Survey
a. Airway
: bebas
b. Breathing
c. Circulation
: nadi 84 x/menit
d. Disability
mm)
e. Exposure
II.
: suhu 36,6C
Secondary Survey
a. Keadaan umum
b. Kepala
c.Mata
maloklusi (-).
g. Leher
pembesaran
tiroid
(-),
bentuk
normochest,
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
j. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor.
Auskultasi
k. Abdomen
Inspeksi
: distended (-)
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
l. Genitourinaria
Oedema
_
_
Jejas
+
-
_
_
C. DIAGNOSIS
Kontraktur digiti III-V manus dextra
D. PLANNING
1. Pro Release kontraktur.
2. Intramedullary pinning
3. Tutup defek bertahap
_
_
BAB II
JAWABAN UJIAN
1. ANAMNESIS
Anamnesis dapat dilakukan langsung dengan pasien atau dengan orang yang
melihat langsung kejadian yang dialami pasien, yang harus ditanyakan dalam
anamnesis pasien-pasien yang mengalami kontraktur antara lain:
a. Apakah penyebab pasien mengalami kontraktur?
i.
Luka bakar.
ii.
iii.
Penyakit sendi
iv.
Imobilisasi eksternal.
v.
Kelainan neurologis
vi.
Kecelakaan olahraga.
vii.
Perkelahian.
d.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi secara teliti untuk mencari adanya:
i.
Deformitas,
ii.
Laserasi,
iii.
Edema
iv.
Keloid
b. Palpasi untuk mengetahui kelainan pada tulang dan jaringan pada tangan.
i.
ii.
iii.
ii.
iii.
iv.
PENUNJANG
DAN
PENILAIAN
HASIL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium
menganalisa
jumlah
sel
adalah
darah
pemeriksaan
(eritrosit,
laboratorium
leukosit,
untuk
trombosit,
dan
: 12-15 g/dL
Natrium
: 135-145 mEq/L
AE
: 4,2-6,2. 103/L
Kalium
AL
: 4-11.103/L
Klorida
: 95-105 mEq/L
AT
: 150-350.103/L
Kreatinin
: 0,5-1,5 mg/dL
Hct
: 38-51%
GDS
PT
: 11-14 detik
Albumin
: 3-5,5 g/dL
APTT
: 20-40 detik
3,1-4,3
mEq/L
b. Pemeriksaan Radiologi
i.
Rontgen
Sinar X dapat bermanfaat untuk mendiagnosis kontraktur karena
penyempitan ruang sendi yang terlihat mengindikasikan sendi yang rapat
dan kontraksi, dilakukan juga pemeriksaaan fisik yang melibatkan tes
ii.
5. RENCANA PENATALAKSANAAN
Hal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah
pengembalian fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan
untuk ambulasi dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik
dalam hal ambulasi, posisi dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan
dan ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah
kontraktur sendi yang rekuren. Penanganan kontraktur dapat dliakukan secara
konservatif dan operatif.
Pada luka bakar, kontraktur biasanya muncul ketika garis skar vertical
dengan garis tension kulit, dan melintasi persendian. Harus ditekankan bahwa
penanganan primer pada luka bakar haruslah bertujuan untuk menghindari skar
kontraktur dengan menggrafting pasien secepat mungkin. Pada beberapa kasus
pedicle flap atau free flap secara primer dapat digunakan untuk menengani
defek dan mencegah kontraktur. Terapi pilihan untuk skar kontraktur adalah
scar revision dikombinasi dengan prosedur bedah lainnya, sesuai dengan
8
lokasi, luas dan bentuk kontraktur. Sebagai contoh, Z-plasti dapat langsung
mengurangi skar dan mengurangi skin tension. Bila skar kontraktur
kemungkinan menyebabkan retriksi ruang gerak, skin grafting atau flap
diindikasikan untuk menutup defek jaringan. Perluasan jaringan dapat
digunakan akhir-akhir ini dengan berbagai bentuk dan volume sebagai prosedur
sekunder untuk merekonstruksi defek. Perluasan jaringan tidak digunakan
sebagai penutupan primer pada luka terbuka. Pada kontraksi yang parah, skin
graft tetap memberikan hasil yang baik sebagai myocutaneus atau
fasciocutaneus axial flap. Merupakan pilihan dokter bedah untuk menggunakan
metode mana yang akan digunakan.
6. EDUKASI, PENYULUHAN, DAN PENCEGAHAN SEKUNDER
Edukasi, penyuluhan, dan pencegahan sekunder yangdapat dilakukan
adalah
dengan
menyarankan
agar
menghindari
hal-hal
yang
dapat
BAB III
TINJUAN PUSTAKA
9
A. PENDAHULUAN
Kontraktur dapat terjadi pada setiap sendi pada tubuh. Gangguan
fungsi persendian ini mungkin sebagai hasil dari immobolisasi yang
disebabkan trauma atau penyakit., cedera saraf seperti kerusakan pada
medulla spinalis dan stroke, atau penyakit otot, tendon ataupun ligamentum.
Keadaan ini tentunya akan sangat merugikan dikemudian hari bagi penderita
kontraktur
sendi
karena
adanya
keterbatasan
gerakan
yang
akan
menyebabkan
terjadinya
gangguan
fungsional,
B. ETIOLOGI
10
gangguan
D. KLASIFIKASI
11
Kontraktur Dermatogen
Kontraktur yang disebabkan karena proses terjadinya di kulit, hal tersebut
dapat terjadi karena kehilangan jaringan kulit yang luas misalnya pada
luka bakar yang dalam dan luas, loss of skin/tissue dalam kecelakaan dan
infeksi.
Kontraktur Tendogen
Kontraktur yang tejadi karena pemendekan otot dan tendon-tendon. Dapat
terjadi oleh keadaan iskemia yang lama, terjadi jaringan ikat dan atropi,
misalnya pada penyakit neuromuskular, luka bakar yang luas, trauma,
penyakit degenerasi dan inflamasi.
a. Dupuytren kontraktur
b. Kontraktur Volkman
c. Kontraktur Tendo Achiles
d. Trigger Finger
3. Kontraktur Arthrogen
Kontraktur yang terjadi karena proses didalam sendi-sendi, proses ini
bahkan dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat
immobilisasi yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan
pemendekan kapsul dan ligamen sendi, misalnya pada bursitis, tendinitis,
penyakit kongenital dan nyeri.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis kontraktur dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Goniometer: Keterbatasan ruang sendi dapat diukur dengan goniometer.
Namun secara klinis, kontraktur sendi dapat berupa trauma yang ditandai
dengan kerusakan otot, kapsul, ligamen, tendong, kulit dan syaraf di sekitar
12
sendi sehingga harus dilakukan pemerikasaan yang sangat teliti pada setiap
komponen tersebut.
b. Allens test: Sebuah tes yang dirancang untuk menentukan patensi dari
anastomosis
pembuluh
darah
di
tangan.
Pertama-tama
pemeriksa
ada
atau
berkurangnya
hubungan
13
antara arcus
ulnaris
Hasil tes positif untuk kontraktur kapsul sendi jika sendi PIP tidak dapat
difleksikan. Tes ini positif untuk kontraktur otot intrinsik jika MCP sedikit
fleksi dan PIP dapat diflexikan sepenuhnya.
14
15
pegangan pasien maka phalang terminal ibu jari pasien akan terfleksikan
atau jika sendi MCP di ibu jari menjadi sangat memanjang (Jeannes sign).
g. Phalens test (fleksi pergelangan tangan): Sebuah tes yang dirancang untuk
menentukan adanya carpal tunnel syndrome. pergelangan tangan pasien
16
17
i. Tinels sign: Sebuah tes yang dirancang untuk mendeteksi carpal tunnel
syndrome. Pemeriksa mengetuk diatas terowongan carpal di pergelangan
tangan. Hasil uji positif jika pasien merasakan paresthesia di distal dari
pergelangan tangan.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen
Sinar X dapat bermanfaat untuk mendiagnosis kontraktur karena
penyempitan ruang sendi yang terlihat mengindikasikan sendi yang rapat
dan kontraksi, dilakukan juga pemeriksaaan fisik yang melibatkan tes fisik
dan manual untuk menguji gerakan sendi.
b. USG
USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk kontraktur,
terutama kontraktur Dupuytren. USG menghasilkan gambaran posisi antara
tulang, arteri, dan nodul. Selain itu, dari USG juga didapatkan perbedaan
echo struktur nodul dan jaringan sekitar. Early nodule pada kontraktur
Dupuytren terlihat lebih hpoechoic dibanding dengan tendon. Sedangkan
nodul yang telah lama terlihat isoechoic atau hiperechoic.
F. PENCEGAHAN
Pencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan.
Program pencegahan kontraktur meliputi :
18
1. Mencegah infeksi
Perawatan luka, penilaian jaringan mati dan tindakan nekrotomi segera
perlu diperhatikan. Keterlambatan penyembuhan luka dan jaringan
granulasi yang berlebihan akan menimbulkan kontraktur.
2. Skin graft atau Skin flap
Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan menutup sedini
mungkin, bila perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap.
3. Fisioterapi
Tindakan fisioterapi harus dilaksanakan segera mungkin meliputi :
a. Proper positioning (posisi penderita)
b. Exercise (gerakan-gerakan sendi sesuai dengan fungsi
c. Stretching
d. Splinting / bracing
e. Mobilisasi / ambulasi awal
G. PENATALAKSANAAN
Hal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah
pengembalian fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan
untuk ambulasi dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik
dalam hal ambulasi, posisi dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan
dan ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah
kontraktur sendi yang rekuren. Penanganan kontraktur dapat dliakukan secara
konservatif dan operatif.
1. Kontraktur Dermatogen (oleh karena kehilangan kulit)
a.
b.
c.
2. Kontrraktur Tendogen
a. Volkman Kontraktur
19
20
Macam:
a.
Random Flap
Misal: Z-plasti, advancement flap, rotation flap, transpotition,
interpolation.
b.
Axial Flap
21
Musculocutaneus Flap
Pedicle vascular di dalam otot-otot tertentu (perlu tahu vascularisasi otototot tertentu)
d.
Free Flap
Flap kulit / musculocutaneus dilepaskan dari vaskularisasinya
disambungkan kembali pada pembuluh darah resipien.
Perlu teknik bedah mikro.
Tipe-tipe skin flap menurut lokasi:
1.
Lokal
a.
b.
Advancement Flap/Pemajuan
Simple
V-Y
Bipedicle
2.
Jauh
Direct (langsung): dari donor defek
a.
b.
22
1. Metode Z-plasti
Pada prosedur skin graft, jaringan kulit diambil dari bagian yang sehat
kemudian ditransplantasikan ke bagian tubuh yang terkena jejas. Jaringan
kulit yang diambil yaitu segmen epidermis dan dermis dipisah sempurna dari
blood supply donor sebelum ditanam di daerah lain tubuh (resipien). Metode
23
skin graft tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan, karena sering kali
struktur dan warna jaringan kulit yang ditransplantasikan berbeda dengan
jaringan kulit di sekitarnya. Area kulit yang diambil untuk skin graft biasanya
juga akan digantikan oleh jaringan parut, tetapi skin graft dapat
mengembalikan fungsi kulit dengan baik.
Macam-macam skin graft:
1. STSG (Split Thickness Skin Graft/Tandur Alih Kulit Sebagian)
Jenis-jenis:
a. Thin Split Thickness Graft (tipis)
b. Medium (tebal kulit sedang)
c. Thick split Thickness Graft (tebal)
Berbagai lokasi donor menurut kebutuhan resipien (paling sering
paha).
Alat untuk mengambil: dermatom
Ketebalan kulit dapat diatur 10-25 perseribu inchi
Misal: pisau humby, brown elektrik, brown air driver dermatom,
reese dermatome.
2. FTSG (Full Thickness Skin Graft/Tandur Kulit Seluruh Tebal)
Ketebalan : epidermis dan seluruh dermis
Sifat-sifat:
Mendekati tekstur kulit normal meliputi: tekstur/kelenturan, warna,
pertumbuhan rambut, retraksi kulit lebih sedikit.
Donor:
o Makin dekat resipien sifat makin mirip
o Paling sering dipakai: retro auricular, supra clavicular,
lengan atas sebelah dalam, lipat paha (inguinal), abdomen
bagian bawah.
Alat mengambil: pisau bedah (lemak dibuang dengan gunting)
Baik untuk: muka, daerah sendi
3. Ekspansi/Perluasan jaringan
24
25
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Engstrad et. al. Hand function and quality of life before and after
fasciectomy for Dupuytren contracture. Journal of Hand Surgery-American.
2014.Volume, (39), 7, 1333-1343.
26
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Guven E et. al. Treatment of post-burn upper extremity, neck and facial
18.
19.
20.
21.
27
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
28