You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh. Meskipun kulit
pada dasarnya berfungsi sebagai pelindung untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kulit juga
melindungi terhadap agen paling berbahaya seperti bahan kimia (yang impermeabilitas terhadap
epidermis), radiasi matahari (dengan membentuk pigmentasi), agen infeksi (melalui
immunosurveillance efficient) dan deformitas fisik (pertahanan dermis). Kemampuan untuk
secara efisien mempertahankan atau menyebarkan panas membuat organ-organ utama yang
bertanggung jawab untuk termoregulasi kulit.
Penyakit tumor kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama
di Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, orang kulit putih yang lebih
banyak menderita kanker kulit. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya terkena
(banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit
dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain
menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin, suhu, dan keadaan
gizi. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan
atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri,
virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh
darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit,maka cairan tubuh
yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh,
akan menguap dan elektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari
keadaan ini adalah penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap dari kulit berfungsi
sebagai pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit juga merupakan tempat
sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b.
lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain
kuku, rambut, kelenjar sebacea, kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang
terdapat pada kulit dinamakan appendices atau adneksa kulit.
1. Epidermis
Merupakan lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Sel
keratinosit merupakan sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85-95% pada epidermis.
2

Berasal dari ektoderm permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma yang
dipenuhi oleh skleroprotein birefringen, yakni keratin. Proses keratinisasi berlangsung
selama 2 3 minggu yang dimulai dari proses proliferasi, diferensiasi, kematian sel dan
pengelupasan. Pada tahap akhir diferensiasi diikuti penebalan membran sel, kehilangan
inti dan organel lain di dalam sel. Selama proses keratinisasi berlangsung enzim hidrolitik
lisosom berperan pada penghancuran organel sitoplasma.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan
kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Lapisan epidermis kulit terdiri atas lima lapisan yaitu stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum bassale.
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar yang terdiri
atas

beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya

telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).


b. Stratum lusidum terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas
tampak pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri
dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
d. Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta) terdiri
dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke
permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular
bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di
antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans. Se diferensiasi utama stratum
spinosum ini adalaah keratinosit yang membentuk keratin suatu protein fibrosa. Pada
saat keratinosit meninggalkan stratum spinosum dan bergerak keatas, sel-sel ini akan
mengalami perubahan bentuk, orientasi, struktur sitoplasmatik dan komposisi. Proses
ini mengakibatkan transformasi dari sel-sel yang hidup, aktif mensintesis menjadi
3

sel-sel mati dab bertanduk dari sel stratum korneum, suatu proses yang dinamakan
keratinisasi.
e. Stratum basalis terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis
dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:
- Sel kolumnar protoplasma basofilik inti lonjong besar, dihubungkan oleh jembatan
antar sel.
- Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell sel berwarna muda, sitoplasma
basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes).
Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit, ditemukan
dalam lapisan basal. Perbandingan sel-sel basal tehadap melanosit adalah 10:1.
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan melibatkan enzim tirosinase. Enzim tersebut
mengubah tirosin menjadi 3,4 dihidroksifelanin (DOPA)

dan kemudian menjadi

dopaquinon yang kemudian di konversi setelah melewati beberapa tahap menjadi


melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam ribosom, di transfer dalam lumen retikulum
endoplasma kasar, melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oileh kompleks
golgi. 4 tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan granul melanin yang
matang:
a. Tahap pertama :
Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktifitas
enzim tirosinase dan pembentukan substansi granul halus pada bagian perifernya.
Untaian-untaian pada elektron memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi
pada sebuah matriks protein.
b. Tahap kedua :
Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian dalam
filamen-filamen dengan jarak sekitar 10nm atau garis lintang dengan jarak sama.
Melanin disimpan dalam matriks protein.
c. Tahap ketiga :
Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit terlihat.

d. Tahap keempat :
Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin secara
sempurna mengisi vesikel. Granul yang matang berbentuk elips dengan panjang 1nm
dan diameter 0,4nm.

Gambar 1: sintesis melanin


Didalam melanosit disintesis granula-granula pigmen yang disebut melanosom.
Melanosom mengandung biokroma coklat yang disebut melanin. Melalui tonjolantionjolan dendritik yang panjang, melanosom tersebut dipindahkan ke keratinosit. Setiap
melanosit saling berhubungan dengan melalui tonjolan-tonjolan ini dan sekitar 36
keratinosit membentuk apa yang disebut sebagai unit melanin epidermis. Melanosom
dihidrolisi oleh enzim dengan kecepatan yang berbeda-beda. Jumlah melanin dalam
keratinosit menentukan warna kulit dari pengaruh-pengaruh matahari yang merugikan.,
sebaliknya sinar matahari meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin.
Sel Langerhans merupakan sel dendrit yang berbentuk bintang, ditemukan
terutama di antara keratinosit dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai
reseptor penanda imunologis yang mirip makrofag. Sel ini mengikat antigen asing di
permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan limfosit T dapat
5

bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari sekelompok sel prekursor
dalam sumsum tulang.
Sel Merkel memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel ini
terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung jari, folikel
rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai mekanoreseptor.

Gambar 2: lapisan sel epidermis


2. Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis, jauh lebih tebal daripada epidermis.
Secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni :
a. Pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung saraf dan
pembuluh darah.
b. Pars retikulare yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin.
Dasar lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,
dibagian ini terdapat pula fibroblast.
Di antara pleksus ini, tersebar badan Glomus yang mengandung pirau (shunt)
arteri vena; bila pirau terbuka, aliran darah ke kulit membesar dan panas terpancar keluar.
6

Termoregulasi ini diaktifkan oleh rangsangan saraf otonom yang juga mempersarafi
kelenjar keringat dan otot penegak rambut. Terdapat juga reseptor saraf sensoris berupa
badan Pacini, Meissner, dan Rufini yang masing-masing mendeteksi tekanan, getaran,
dan sentuhan. Ujung saraf sensoris berakhir pada sel Merkel di dasar epidermis dan pada
folikel rambut; fungsinya adalah untuk mendeteksi suhu, sentuhan, sensai nyeri dan gatal.
Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis. Dengan
menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4 komponen
yaitu : membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah intermembranous,
lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa
dengan pewarna khusus menggunakan (Para Amino Sulfat) PAS. Zone membrane basalis
ini merupakan filter semipermeabel yang memungkinkan pertukaran sel dan cairan antara
dermis dan epidermis.

Gambar 3: Dermis
3. Hipodermis
Merupakan lapisan di bawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini
terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
7

Gambar 4: Hipodermis
4. Adneksa Kulit
a. Kelenjar kulit
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak
dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih
besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.
Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru
berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan
bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan
terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada
beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stres
emosional.
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola
mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa, biasanya pH sekitar 4 6,8.
b. Kelenjar palit (glandula sebasea), terletak di seluruh permukaan kulit manusia
kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin
karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel
8

kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat disamping akar rambut dan


muaranyaterdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung
trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester dan kolesterol. Sekresi
dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit,
pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta menjadi lebih aktif.
b. Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian
yang terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan kuku
(nail plate), dan yang paling ujung adalah ujung kuku bebas. Kuku tumbuh dari akar
kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1mm per minggu.
Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (nail groove). Kulit tipis yang
menutupi kuku di bagian proksimal eponikium sedang kulit yang ditutupi bagian
kuku bebas disebut hiponikium.
c. Rambut
Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang
berada di luar kulit (batang rambut). Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang
merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen yang terdapat pada bayi, dan
rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai
medula, dan terdapat pada orang dewasa.
Pada manusia dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut
ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi
hormon seks (androgen). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2 6 tahun
dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0,35 mm per hari. Fase telogen (istirahat)
berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen
(involusi temporer). Pada satu saat 85% seluruh rambut mengalami fase anagen dan
15% sisanya dalam fase telogen.
Rambut normal dan sehat berkilat, elastis dan tidak mudah patah, dan dapat
menyerap air. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%; hidrogen 6,36%;
nitrogen 17,14%; sulfur 5,0%; dan oksigen 20,80%. Rambut dapat mudah dibentuk
dengan mempengaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.
B. Vaskularisasi kulit

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas
dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di
dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan
pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih
besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.

Gambar 5: Anatomi kulit

C. Fisiologi kulit
1. Proteksi kulit
Kulit menjaga tubuh dari gangguan fisik, kimia, suhu, sinar ultraviolet dan
mikroorganisme. Proteksi terhadap gangguan fisik dan mekanis dilaksanakan oleh
stratum korneum pada telapak tangan dan telapak kaki dan proses keratinisasi berperan
sebagai barier mekanis. Serabut elastis dan kolagen menyebabkan adanya elastisitas kulit
dan lapisan lemak pada sub kutis juga sebagai barier terhadap tekanan. Proteksi terhadap
gangguan kimia dilaksanakan oleh stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai
10

zat kimia dan air serta adanya keasaman kulit. Proteksi tehadap radiasi dan sinar
ultraviolet dilaksanakan oleh melanosit, ketebalan stratum korneum dan asam uroleanat
yang dijumpai pada keringat.
2. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti NaCl, urea, asam urat,
amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna untuk menekan evaporasi
3.

air yang berlebihan. Kelenjar keringat mengeluarkan keringat beserta garam-garamnya.


Fungsi Absorbsi
Fungsi absorbsi dimungkinkan dengan adanya permeabilitas kulit. Absorbsi berlangsung
melalui celah antar sel, menembus epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. Kulit
yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan atau benda-benda padat, tetapi larutan yang
mudah menguap akan mudah diabsorpsi. Kemampuan absorbsi dipengaruhi oleh
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, umur, trauma pada kulit dan jenis
vehikulum.
4. Fungsi Keratinisasi
Keratinisasi adalah proses diferensiasi sel-sel stratum basale menjadi sel-sel yang berubah
bentuk dan berpindah ke lapisan atas menjadi sel-sel yang makin gepeng dan akhirnya
mengalami deskuamasi. Proses keratinisasi ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
5. Fungsi Pembentukan Pigmen
Pembentukan pigmen kulit dilaksanakan oleh sel melanosit yang ada di stratum basale.
Proses pembentukan melanin terjadi didalam melanosom yang terdapat dalam melanosit
dan kemudian melalui dendrit-dendritnya membawa melanosom ke sel keratinosit,
jaringan sekitarnya bahkan sampai ke dermis. Warna kulit ditentukan oleh jumlah, tipe,
ukuran, distribusi pigmen, ketebalan kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
6. Fungsi Termoregulasi
Pengaturan regulasi panas dilaksanakan oleh sekresi kelenjar keringat, kemampuan
pembuluh darah untuk berkontraksi dan vaskularisasi kulit yang banyak pada dermis.
Panas tubuh keluar melalui kulit dengan cara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.
7. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Pembentukan Vitamin D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu
dengan mengubah 7 dehidro kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet B. Walaupun
didapat pembentukan vitamin D ditubuh tapi kebutuhan ini belum cukup sehingga perlu
pemberian vitamin D dari luar.
8. Fungsi Persepsi

11

Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan sub kutis.
Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit.
Persepsi raba terletak pada badan taktil Meisnier yang berada di papila dermis dan
Merkel Ranvier di epidermis. Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di epidermis, rasa
panas oleh badan Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh badan Krause dan rasa
sakit oleh free nerve ending. Saraf-saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah
erotik.
9. Peran dalam imunologi kulit
Pada kulit didapat apa yang disebut SALT ( Skin Associated Lymphoid Tissue ) yang
terdiri dari sel Langerhans, keratinosit, saluran limfatik kulit dan sel endotel kapiler
khusus yang memiliki reseptor khusus untuk menarik sel limfosit T kedalam epidermis.
Sel Langerhans berfungsi sebagai antigen presenting cell yang membawa antigen ke sel
limfatik dalam reaksi alergi kontak. Sel keratinosit memproduksi cairan yang
mengandung protein yang akan berikatan dengan antigen yang masuk ke epidermis untuk
membentuk antigen kompleks yang potensial. Keratinosit juga memproduksi Limphokine
Like Activity seperti Epidermal Thymocyte Activating Factor ( ETAF ) yang identik
dengan IL-1 dan berbagai fungsi lain. SALT juga sangat penting untuk memonitor sel-sel
ganas yang timbul akibat radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus onkogenik. Sampai
saat ini peranan SALT masih terus diselidiki.
D. Tumor kulit
Tumor atau neoplasma adalah suatu lesi sebagai hasil pertumbuhan abnormal dari sel
autonom atau relatif autonom, yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah
dihilangkan. Tumor juga merupakan hasil transformasi neoplastik dari semua sel berinti
tunggal dalam tubuh. Sel yang mengalami transformasi disebut sel neoplastik. Sel neoplastik
dalam tumor disebut malignan yang memiliki kemampuan khas mematikan serta
memungkinkan sel tersebut menembus dan menyebar atau metastasis ke jaringan lain.
Tumor kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang
tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh
yang lain.
1. Klasifikasi Tumor Kulit
A. Tumor Jinak (Benign Neoplasm)

12

Tumor jinak adalah tumor yang berdiferensiasi normal (matang). Pertumbuhannya


lambat dan ekspansif serta kadang-kadang berkapsul.

Tumor jinak umumnya tidak

menimbulkan persoalan, akan tetapi perlu diketahui beberapa jenis yang sering
ditemukan agar tidak terjadi kekeliruan dalam tata cara diagnosis, maupun
penatalaksanaanya.
Tumor jinak biasanya terlokalisir. Tumor jinak memiliki kecenderungan
pertumbuhan yang lambat, yang biasanya tidak menembus

jaringan

sekitarnya

atau

menyebar ke bagian lain dalam tubuh, pada waktu tumor jinak timbul pada epitel atau
permukaan mukosa, tumor akan tumbuh menjauhi permukaan, karena tumor tidak dapat
mengadakan invasi, sehingga sering kemudian terbentuk polip yang bentuknya
bertangkai atau tonjolan datar, pertumbuhan non-invasi ke arah luar memberikan bentuk
lesi yang eksofitik. Tumor jinak pada organ yang solid, khas berbatas tegas dan sering
dibatasi dengan kapsul jaringan ikat.
B. Tumor Ganas (Malignant Tumors)
Dilihat dari segi histopatologik, maka tumor ganas mempunyai struktur yang tidak
teratur dengan diferensiasi sel dalam pelbagai tingkatan pada kromatin, nukleus dan
sitoplasma.
Umumnya pertumbuhannya cepat (kecuali basalioma) dengan gambaran mitosis
yang abnormal. Tumor ganas bersifat ekspansif, infiltratif sampai merusak jaringan di
sekitarnya serta bermetastasis melalui pembuluh darah dan atau pembuluh getah bening.
Jenis yang ditemukan dikulit umumnya karsinoma atau sarkoma. Tumor ganas kulit dapat
primer dan sekunder. Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia
ialah: Karsinoma sel basal (Basal sel karsinoma), Karsinoma sel skuamosa (Skuamous sel
karsinoma), dan Melanoma maligna.

2. Kelainan kutis dan subkutis


Asal
Epidermis

Kelainan
Jinak :
13

- Papiloma
- Veruka
- Keratosis seboroika
- Keratoantoma
Praganas :
- Keratosis solaris
- Penyakit Bowen
Ganas :
- Karsinoma planoseluler
- Karsinoma sel basal
Melanosit

Nevus pigmentosus
Melanoma malignum

Dermis

Granuloma piogenik
Histiositoma
Keloid
Karsinoma sekunder
Sarkoma Kaposi

Appendiks kulit

Kista epidermal
Kista sebasea
Kista dermoid

Hipodermis

Lipoma/liposarkoma
(Neuro) fibroma/fibrosarkoma

Pembuluh darah

Hemangioma
Tabel 1: Ikhtisar kelainan kutis dan subkutis

A. Kista
1. Kista Sebasea (Kista Ateroma)
14

Kista sebasea atau kista ateroma yang merupakan kista kelenjar sebasea, terbentuk
akibat sumbatan pada muaranya. Oleh karena itu, kista ateroma ditemukan didaerah yang
mengandung kelenjar sebasea. Kadang terdapat multiple dalam berbagai ukuran seperti
yang ditemukan di kepala atau skrotum. Kista ini tidak pernah dijumpai di telapak tangan
atau kaki.
Produk kelenjar sebasea yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang lebih
bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada dermis
diatasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungta. Isi
kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.
Terapi pada kista ateroma dapat diberikan antibiotik jika ditemukan adanya tanda
infeksi yaitu kemerahan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah eksisi menyertakan kulit
dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.
Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi, evakuasi dan drainase.
Setelah tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi definitif.

Gambar 6: Kista ateroma


2. Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional
kulit. Kista dermoid merupakan kista yang berasal dari ektodermal, dindingnya dibatasi
oleh epitel skuamosa berlapis dan berisi apendiks kulit. Umumnya terdapat didaerah
muka terutama di dahi, disudut luar mata, dam dipangkal hidung. Kista ini juga dapat
timbul di abdomen, ovarium dan punggung, rafe median skrotum dan perineum. Kista
teraba kenyal, berisi seperti cairan minyak, dan mungkin mengandung unsur apendiks
kulit seperti rambut.

15

Tindakan yang dapat dilakukan adalah eksisi total. Bila terdapat traktus sinus maka
harus dilakukan eksplorasi dan eksisi guna mencegah rekurensi.

Gambar 7: Kista dermoid


3. Kista Epidermoid
Kista epidermoid berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat
trauma tajam. Sel-sel tersebut berkembang membentuk kista dengan dinding putih tebal,
berisi massa seperti bubur yaitu hasil keratinisasi. Kista ini biasanya ditemukan pada
telapak kaki atau telapak tangan, yang epidermisnya tebal dan sering mengalami trauma.
Pada umumnya kista epidermoid tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila
menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi atau diseksi seluruh dinding kista dengan
insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh.

Gambar 8: Kista Epidermoid


B. Hiperplasia
1. Keloid
16

Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai dengan
beratnya trauma. Luka tusuk atau tergores saja dapat menimbulkan parut yang tebal dan
melebar melampaui batas tepi luka. Keloid terutama sering timbul pada bagian tubuh
tertentu misalnya sternum, bahu, pinggang, cuping telinga, dan wajah. Pada mereka yang
berbakat keloid, setiap kerusakan kulit akan menimbulkan keloid.
Faktor-faktor yang menyokong timbulnya keloid, meliputi: Infeksi kronis, benda
asing dalam luka, tidak adanya relaksasi setempat saat penyembuhan luka, regangan yang
berlebihan pada pertautan luka. Keloid terbentuk 2-4 minggu atau lebih dari 1 tahun
setelah trauma. Selain itu keloid dapat juga timbul spontan dan sering ditemukan adanya
riwayat keluarga yang menderita keloid. Harus dibedakan antara istilah keloid dan parut
hipertrofik. Pada parut hipertrofik, besar parut masih sesuai dengan lukanya. Parut tidak
pernah melewati batas tepi luka dan pada suatu saat akan mengalami fase maturasi.
Keloid tumbuh melewati batas tepi luka, aktif dan menunjukkan tanda radang seperti
kemerahan, gatal dan nyeri ringan. Pertumbuhan keloid bersifat progresif karena ada
pertambahan jumlah sel fibrosit
Keloid ditangani secara konservatif yaitu penyuntikan sediaan kortikosteroid
intrakeloid. Penyuntikan diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai.
Cara ini hanya dapat dilakukan untuk penderita yang dapat menahan sakit akibat suntikan
dengan ukuran keloid yang tidak terlalu luas dan tebal. Dapat pula dilakukan eksisi dan
penutupan primer atau cangkok kulit.
Pembedahan sederhana untuk mengeksisi keloid harus dilakukan dengan tissue
handling yang baik. Pembedahan pada keloid dapat berupa bedah beku, bedah laser,
bedah listrik, dan cryosurgery. Penutupan kulit harus diusahakan dengan regangan yang
seminimal mungkin, kalau perlu dilakukan jahitan lapis demi lapis untuk mendekatkan
jaringan dibawah kulit dalam rangka meminimalkan regangan. Skin grafting dapat juga
digunakan untuk mengurangi ketegangan kulit. Usahakan untuk mencegah semua sumber
inflamasi post operatif seperti terperangkapnya folikel rambut, benda asing, hematom dan
infeksi. Angka rekurensi pembedahan sendiri sekitar 45-100%. Oleh karena itu
pembedahan akan lebih efektif bila dikombinasi dengan radiasi eksternal, dan injeksi
kortikosteroid. Cegah terjadinya reaksi inflamasi di daerah operasi, kombinasi dengan
radiasi eksternal atau injeksi kortikosteroid.

17

Gambar 9: Keloid
2. Kalus dan klavus
Kalus merupakan hiperkeratosis setempat yang umumnya berbentuk kurang lebih
bundar akibat gesekan kronik. Biasanya kelainan ini timbul diatas penonjolan tulang dan
akan hilang sendiri bila gesekan kronik tersebut dihentikan. Klavus adalah kalus local di
plantar pedis atau di jari kaki yang tumbuh ke dalam. Dasar klavus berada di permukaan,
sedangkan puncaknya menuju ke dalam kulit. Dasar yang berada di permukaan kulit
berupa cekungan dikelilingi keratinisasi tebal yang teraba keras. Puncak klavus dapat
menekan struktur didalamnya sehingga menimbulkan nyeri waktu berjalan atau berdiri.
Kelainan ini ditangani dengan eksisi.
C. Tumor Jinak
1. Veruka Vulgaris
Veruka adalah pertumbuhan epitel berupa tonjolan dengan permukaan tidak rata,
kasar dan bergerigi. Veruka dapat timbul tunggal atau berkelompok. Sering timbul pada
kulit tangan atau jari, terutama pada anak.
Kelainan ini disebabkan oleh virus sehingga mudah ditularkan. Kadang terdapat di
bibir atau lidah karena kebiasaan menggigit-gigit kuku. Bila daya tahan terhadap virus
turun, veruka dapat timbul sekaligus di banyak tempat. Bila daya tahan tubuh meningkat
kembali, veruka tiba-tiba dapat sembuh sendiri. Veruka diobati dengan bedah beku
menggunakan CO2 cair atau dengan eksokleasi.

18

Gambar 10: Veruka Vulgaris


2. Nevus
Nevus adalah nama umum untuk kelainan jinak pada kulit yang berbentuk kurang
lebih bulat, berpermukaan rata atau sedikit menonjol, yang kemudian dapat membesar,
dan dapat berpigmen atau tidak. Nevus yang berpigmen disebut nevus pigmentosus dan
nevus yang tidak berpigmen disebut hemangioma, yang terjadi akibat kelainan pembuluh
darah dalam dermis. Nevus umumnya muncul saat lahir atau segera setelah lahir,
terbanyak pada dewasa muda, yang berasal dari sel melanosit.

Gambar 11: Nevus


Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel ini membentuk sarang-sarang kecil
pada lapisan sel basal epidermis dan zona dermoepidermal. Sel ini membelah, masuk ke
dermis kemudian membentuk sarang-sarang pada dermis.
Nevus pigmentosus dapat terjadi disemua kulit tubuh, termasuk membrane mukosa
dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa, ukuran bervariasi
mulai dari sebesar ujung jarum sampai sebesar telapak tangan. Pigmentasinya juga
bervariasi dari warna kulit sampai cokelat kehitaman.
Nevus pigmentosus dapat terjadi secara kongenital, dimana nevus terjadi sejak lahir
atau beberapan bulan setelah kelahiran.
Beberapa jenis nevus yang dikenal yaitu :
19

- Nevus juntional yang merupakan sel-sel nevus yang terdapat diantara lapisan
epidermis dan dermis yaitu di stratum basal atau diatasnya. Bentuknya rata, tidak
menonjol dan umunya bersifat stasioner artinya tidak berkembang, melebar dan
menebal
- Compound nevus dimana jenis ini memperlihatkan sifat jenis perbatasan dan
intradermal. Jenis ini berwarna lebih gelap diantara ketiganya mengkilap dan tumbuh
perlahan-lahan.
- Nevus intradermal yang terdiri dari sel melanosit yang berada di lapisan dermis,
menonjol tumbuh menebal dan melebar walaupun sangat perlahan-lahan.

Gambar 12: Jenis nevus


Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Kecuali menimbulkan masalah
secara kosmetik atau sering terjadi iritasi karena gesekan pakaian, maka dapat dilakukan
eksisi. Bila terdapat kecurigaan menjadi ganas dapat dilakukan eksisi dengan
pemeriksaan histopatologi.
3. Hemangioma
Hemangioma adalah tumor jinak kulit yang terjadi akibat gangguan perkembangan
sistem pembuluh darah di dermis dan subkutis.
Secara histologik hemangioma diklasifikasikan berdasarkan besarnya pembuluh
darah, menjadi 3 jenis yaitu:
1. Hemangioma kapiler
a. Hemangioma kapiler pada anak (nevus vasculosus,strawberry nevus)
b. Granuloma piogenik
c. Cherry spot (ruby Spot)
2. Hemangioma kavernosum
a. Hemangioma kavernosum (hemangioma matang)
b. Hemangioma keratotik
20

c. Hemangioma vascular
3. Telangiektasis
a. Nevus flameus
b. Angiokeratoma
c. Spider angioma
Neoplasma jinak pembuluh darah ini memiliki ciri proliferasi endotel yang
meningkat pesat pada waktu bayi (1 tahun pertama), dan dapat mengalami involusi secara
perlahan pada masa anak-anak melalui proses kematian sel secara progresif atau
terjadinya fibrosis (sampai usia 6-7 tahun).
Penyebab dari penyakit ini tidak diketahui. Bisa terjadi sejak lahir hingga masa
kanak-kanak, dengan angka kejadian yang sama antara pria dan wanita. Hemangioma
biasanya berlokasi di wajah, leher, badan, ekstremitas, dan kepala.

Gambar 13: Hemangioma kapiler

Gambar 14:Hemangioma kavernosum

21

A. Hemangioma kapiler
1. Hemangioma simpleks (strawberry hemangioma)
Hemangioma kapiler teradapat pada waktu lahir atau beberapa hari setelah lahir.
Tampak sebagai bercak merah makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah
menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi ada yang superfisial berwarnah merah terang
dan subkutan berwarna kebiruan.
2. Granuloma piogenik
Lesi terjadi akibat proliferasi(fase saat sel mengalami pengulangan siklus) kapiler
yang sering terjadi sesudah trauma. Bukan karena proses peradangan walaupun
infeksi.
Lesi biasanya soliter (lesi tunggal) dapat terjadi pd semua umur, mula-mula
berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai ukuran 1cm dan lesi mudah berdarah.
B. Hemangioma kavernosum
Lesi tidak berbatas tegas dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang
berwarna merah sampai ungu. Bila di tekan mengempis dan akan cepat menggembung
lagi bila di lepas. Lesi terdiri aas elemen vascular yang matang. Bentuk kavernosum
jarang mengadakan involusi spontan.
C. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri dari campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum.
Gambaran klinisnya juga terjdi atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar
ditekan pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soleter, dan dapat terjadi sejak
lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak berwarna merah kebiruan dan
kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa.
Diagnosis
Gambaran umumnya adalah bercak merah yang timbul sejak lahir,
pertumbuhannya relative cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan; warnanya
merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Besar maksimum
biasanya tercapai pada umur 9-12 bulan, warnanya berubah menjadi gelap.
Pengobatan
1. Pembedahan
Indikasi :
- Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang cepat
- Hemangioma raksasa dengan trombositopenia
22

- Tidak ada regresi spontan, misalnya terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun
2. Radiasi: sudah ditinggalkan
3. Kortikosteroid: apabila melibatkan struktur vital, tumbuh dengan cepat dan
destruksi kosmetik, secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu
orifisium,

banyak

perdarahan

dengan

atau

tanpa

trombostopenia,

menyebabkan dekompensasio kardiovaskular. Prednisone menyebabkan


regresi hemangioma (20-30 mg/hari) selama 2-3 minggu kemudian di
turunkan dosisnya hingga 3 bulan.

4. Keratosis Seboroik
Keratosis seboroika adalah hiperkeratosis setempat yang sering timbul di muka,
badan, dan tangan. Kelainan ini sering terjadi pada usia pertengahan keatas. Lesinya
berbatas tegas, kurang lebih bulat, bentuknya mirip kembang kol, berwarna gelap dengan
permukaan kasar dan rapuh seperti lilin.
Pada pemeriksaan fisik, keratosis seboroik tampak sebagai:
-

Lesi berupa papul atau plak yang agak menonjol.

Dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit.

Lesi biasanya memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang
kadang juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan.

Bentuk bulat sampai oval,

Ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan sampai 35x15cm.

Pada lesi multiple distribusi seiring dengan lipatan kulit.

Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki permukaan
halus biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai butiran gandum.
Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.
Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring

dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan
tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya.

23

Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian puncak


lesi lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk
berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan
terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik.

Gambar 15: Keratosis seboroik


D. Tumor pramaligna
1. Morbus Bowen
Morbus bowen adalah suatu karsinoma sel gepeng intra epidermal yang mengenai
kulit dan mukosa mulut. Merupakan penyakit herediter autosomal dominan. Gambaran
klinis berupa papul kulit tunggal atau multiple, berwarna merah kusam, dengan
permukaan yang berkerak atau bersisik, dan melebar tanpa indurasi. Kelaian ini dapat
timbul pada mukosa vulva, glans penis, atau preputium.
Terapinya ialah eksisi untuk mengangkat semua lesi yang diikuti dengan
pemeriksaan histologik karena setiap kelainan dianggap pramaligna. Fulgurasi dan
kuretase atau elektrokauterisasi dapat dipertimbangkan. Pemberian salep 5-fluorourasil
topical selama 4-12 minggu. Hasilnya baik.

24

Gambar 16: Morbus bowen


2. Keratoakantoma
Keratoakantoma merupakan suatu tumor jinak kulit yang berasal dari sel skuamosa.
Penyebabnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan paparan sinar matahari.
Keratoakantoma timbul didaerah kulit yang terpapar terutama diwajah. Tumor ini tumbuh
cepat, dalam beberapa minggu atau bulan keratoakantoma akan berukuran 1-2 cm dengan
inti didaerah yang hiperkeratosis. Setelah beberapa bulan, keratoakantoma hilang sendiri
tanpa bekas yang jelas. Kelainan ini harus dibedakan dengan karsinoma sel basal.
Ada 2 bentuk keratoakantoma, yaitu :
- Keratoakantoma soliter
Yang pada awalnya timbul bintik kecil kemudian cepat membesar dalam beberapa
minggu menjadi papul dan nodul dengan permukaan yang licin
- Keratoakantoma multiple
Ukuran sama dengan soliterm hanya jumlahnya banyak. Nodul-nodul berbatas tegas dan
terdapat teleangiektasis di pinggir nodul.
Pada jenis soliter dapat diobati dengan suntikan triamsinolon asetonida intralesi
atau eksisi dan kuretase. Pada keratoakantoma raksasa, setelah eksisi atau bedah listrik
25

dilanjutkan dengan radiotreapi. Metotreksat 2-5mg/hari selama 3 bulan dapat memberi


penyembuhan.

Gambar 17: Keratoakantoma


3. Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum merupakan kelainan bawaan kulit yang diturunkan
secara resesif terangkai seks, jarang ditemukan, dan berprognosis buruk. Pada kelainan
ini terdapat defisiensi enzim nukleotidase yang dibutuhkan untuk memperbaiki sel DNA
yang rusak akibat ultraviolet.
Kelainan ini timbul pada usia muda, di daerah kulit yang terbuka, seperti wajah,
leher, tangan, lengan. Pada pengamatan tampak bercak pigmentasi diseling bercak atrofi
berwarna pucat, keratosis, telangiektasis, dan tumbuhan papilomatous. Prognosis
penyakit ini kurang baik karena dapat berdegenerasi menjadi basalioma.
E. Tumor ganas
1. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal (KSB) merupakan suatu tumor ganas kulit yang paling sering
pada manusia. Biasanya mengenai pada daerah yang sering terpajan dengan sinar
matahari. KSB ini pertumbuhannya lambat dan jarang metastasis, tapi dapat
menyebabkan kerusakan lokal dan kecacatan apabila tidak diobati
KSB adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari pertumbuhan
neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit. Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan
beberapa macam pola pertumbuhan sehingga memberi gambaran klinis yang berveriasi,
bersifat invasif, serta jarang Lebih dari 90% penyebab KSB terpapar sinar matahari atau
26

penyinaran ultraviolet lainnya. KSB juga bisa ditemukan di kulit kepala. Paling sering
muncul pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko lainnya adalah:
- Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan rambut pirang
atau merah).
- Pemaparan sinar X yang berlebihan atau penyinaran lainnya mengadakan metastasis.
Predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah
periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula di jumpai pada lengan, tangan, badan,
tungkai, kaki, dan kulit kepala.
Gambaran klinik KSB bervariasi. KSB terbagi menjadi 5 bentuk :
-

Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens.


Berpigmen.
Morfea atau fibrosing atau sklerosing.
Superficial
Fibroepitelioma.

Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan
penting, yaitu :
- Sindroma epitelioma sel basal nevoid
- Nevus sel basal unilateral linier
- Sindroma bazex.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinisnya. Untuk memperkuat diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi.
Biasanya kanker diangkat melalui pengorekan lalu dibakar dengan jarum listrik
(kuretase

dan

elektrodesikasi)

Sebelumnya diberikan suntikan

atau

dipotong

dengan

pisau

bedah.

anestesi. Jarang dilakukan terapi penyinaran.

Untuk tumor kambuhan dan karsinoma sel basal yang menyerupai jaringan parut, bisa
dilakukan pembedahan mikroskopik atau bedah Mohs.
Pengobatan pada KSB primer biasanya memberikan angka kesembuhan sekitar
95%; sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun
pada metode kuretase dan elektrodesikasi sebesar 7,7%; bedah mosh 1%.
2. Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Sel Skuamosa adalah kanker yang berasal dari lapisan tengah epidermis.
Penyakit Bowen adalah suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada
27

epidermis dan belum menyusup ke jaringan di bawahnya (dermis). Kulit yang terkena
tampak coklat-merah dan bersisik atau berkeropeng dan mendatar, kadang menyerupai
bercak pada psoriasis, dermatitis atau infeksi jamur.
Lebih dari 90% kanker kulit tumbuh di daerah yang terpapar oleh sinar matahari
atau sinar ultraviolet lainnya. Hal ini diduga merupakan penyebab utama dari semua jenis
kanker kulit. Faktor resiko lainnya adalah:
- Faktor genetik (kanker kulit lebih sering ditemukan pada orang berkulit terang, mata
biru atau hijau dan rambut pirang atau merah)
- Pencemaran oleh bahan kimia
Predileksi terjadi pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari dan membranm
mukosa, namun dapat pula terjadi pada setiap bagian tubuh.
Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah muka dan ekstremitas,
sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di daerah tropik lebih banyak pada
ekstremitas bawah, badan, dan dapat pula dijumpai bibir bawah serta punggung tangan.

Gambaran klinis KSS bervariasi, dapat berupa :


- Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus
dengan tepi yang berbatasan kurang jelas.
- Nodul kemerahan dengan permukaan yang papilomatosa atau verukosa yang
menyerupai bunga kol.
- Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan.
Dalam perjalanan penyakitnya, lesi akan meluas dan mengadakan metastasis ke kelenjar
limfe regional atau ke organ-organ dalam.
- KSS yang timbul dari kulit normal (de novo) lebih sering mengadakan invasi yang cepat
dan terjadi metastasis, dibandingkan Pemaparan berlebihan oleh sinar X atau radiasi
lainnya.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinisnya. Untuk memperkuat diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa biopsi.
Karsinoma sel skuamosa dan penyakit Bowen diatasi dengan mengangkat tumor,
baik dengan cara kuretasi dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah.

28

Keratosis aktinik bisa berubah menjadi karsinoma sel skuamosa. Keratosis aktinik
dihancurkan dengan larutan nitrogen atau krim fluorourasil.
Prognosisnya sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor diantaranya lokasi,
ukuran tumor, dan tingkat diferensiasi sel-sel, serta kedalaman perluasannya. Lesi-lesi
kecil yang timbul dari kulit yang rusak secara klinik mudah disembuhkan, sedangkan lesi
pada bibir mudah metastasis dan mempunyai prognosis yang jelek.

Gambar 18: Karsinoma sel basal dan sel skuamosa


3. Melanoma Malignum
Melanoma maligna merupakan tumor ganas kulit yang sangat ganas dan berasal
dari sistem melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang sangat luas dalam
waktu singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar
melalui aliran darah ke alat-alat dalam, serta dapat menyebabkan kematian.
Faktor resiko terjadinya melanoma adalah:
-

Riwayat keluarga yang menderita melanoma


Rambut merah atau pirang
Adanya tahi lalat atipik multipel (tanda lahir)
Terdapat keratosis aktinik pre-kanker
Frekels (bintik-bintik coklat) yang sangat jelas di punggung bagian atas
Mengalami serangan lepuhan akibat luka bakar sinar matahari sebanyak 3 kali atau
lebih sebelum berusia 20 tahun.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinisnya. Tanda yang dapat dilihat adalah

berdasarkan empat ciri berikut:


29

1. Bentuk : Ketumbuhan mempunyai bentuk yang tidak seragam , misalnya tidak simetri.
(A-asymmetry)
2. Linkungan: Linkungan adalah tidak jelas, terutamanya untuk melanoma. (B-border)
3. Warna : Pelbagai warna boleh dilihat dan distribusi warna tidak seragam. (C-colour)
4. Diameter : Diameter lebih besar daripada 5-6 milimeter. (D-diameter)
Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
biopsi. Pemeriksaan rontgen thorax, USG dan atau CT-Scan untuk mengetahui daerah
metastase.
Untuk bisa memahami melanoma maligna dan pengobatannya, penting untuk
disadari bahwa prognosis tergantung pada kedalaman invasi tumor yang diketahui pada
waktu eksisi pertama tanpa memperhatikan tipe tumor semula. Sebagian besar klinik
mengukur invasi dengan menggunakan tehnik yang disebut sebagai ketebalan Breslow
(Breslow thickness).
Semua tipe melanoma sebaiknya di eksisi pada kesempatan sedini mungkin.
Radioterapi dan krioterapi saat ini belum dapat membantu banyak dalam penyembuhan
penyakit ini. Masih menjadi perdebatan tentang seberapa luas eksisi harus dilakukan,
yang ada hanya kesepakatan bahwa kalau bisa sesempit mungkin. Sama sekali tidak ada
bahaya dalam eksisi awal yang sempit. Yang harus segera dilakukan adalah mengangkat
melanoma.
Prognosis melanoma maligna sangat bervariasi. Ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Sifat Tumor
2. Stadium klinis
3. Lokasi metastasis
4. Faktor penderita
Bila tumor kurang dari 1,5 mm pada waktu dilakukan eksisi pertama, maka
kemungkinan bertahan selama 5 tahun sekitar 90%; bila kedalaman lebih dari 3,5 mm,
maka angka tersebut akan turun sampai 40% atau kurang.

30

Gambar 19: Melanoma malignum

BAB III
KESIMPULAN
Kulit adalah organ terbesar dan organ yang paling kompleks dari tubuh serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit menutupi seluruh permukaan luar tubuh dan merupakan
tempat interaksi dengan dunia luar kulit memberikan proteksi jaringan internal dari paparan
trauma, radiasi ultraviolet, temperatur yang ekstrim, toksin, dan bakteri. Fungsi penting lainnya
adalah untuk persepsi sensoris, immunologic surveillance, termoregulasi, serta kontrol
kehilangan cairan.
Salah satu penyakit kulit yang dapat ditemui adalah tumor kulit. Tumor kulit dapat
didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak
terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang

31

lain. Secara umum, tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor kulit yang bersifat jinak, pramaligna
dan ganas.
Pada perkembangannya angka kejadian tumor kulit saat ini cenderung meningkat. Oleh
karenanya penyakit ini perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak
penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda. A, Hamzah M, Aisah S, 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Tumor Kulit.
edisi 3 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, Jakarta.
2. Price S, Wilson L, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC,
Jakarta.
3. Graham R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga
4. Bader

RS.

Basal

Cell

Carcinoma.

In:

Harris

JE,

editor.

Available

at:

http://www.emedicine.com. accessed on: july 29th, 2015

32

5. Brunicardi, F, 2005. Oncology at Schwartzs Principles of Surgery Eight Edition. Mc


Graw Hill: United State of America.
6. Paparo L,1996 Buku Ajar Histologi Sensoris Khusus. edisi 6. Jakarta: EGC. p. 538-42.
7. Guyton AC, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Indra Khusus. edisi 11. Jakarta: EGC.
p. 641.
8. Murtiastutik, 2004. Atlas penyakit kulit dan kelamin edisi 2. Surabaya.
9. Sjamsuhidajat R, Jong WD, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. edisi 2. Jakarta : EGC. Jakarta.
p. 329-34.
10. Rata IGAK, 2006. Tumor Kulit dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. p. 229-42
11. Underwood JCE, 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Edisi Kedua. Jakarta : EGC.
12. Townsend C, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, 2012. Sabistan textbook of surgery
the biological basis of modern surgical practice. edisi 19. Philadelphia: Elsevier. p. 742-7
13. Desen W, 2008. Buku ajar onkologi klinis edisi 2. FKUI, Jakarta. p. 601-5.

33

You might also like