Professional Documents
Culture Documents
DRAFT Perhubungan
NASKAH Provinsi Jawa Barat
AKADEMIK
PERATURAN
Februari DAERAH
2010 PROVINSI JAWA
BARAT TENTANG PENYELENGGARAAN
PERHUBUNGAN
(BIDANG TRANSPORTASI DARAT)
Pengantar
Keberadaan naskah akademik penyusunan
peraturan daerah tidak diatur secara resmi
dalam peraturan perundangan yang ada di
Indonesia seperti pada Undang-undang Nomor
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, secara
eksplisit tidak mengatur mengenai Naskah
Akademik sebelum penyusunan suatu
peraturan perundang-undangan, yang disebutkan dalam Undang-Undang
tersebut adalah mengenai keterlibatan pihak lain di luar lembaga legislatif
dan eksekutif dalam penyusunan sebuah peraturan perundang-undangan,
yang dalam hal ini disebut dengan partisipasi masyarakat. Pasal 53
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 menyebutkan :
”Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan tertulis
dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang-
undang atau rancangan peraturan daerah.”
Sebagai bahan “acuan” kepentingan penyusunan naskah akademik ini
dapat mengacu pada Perpres Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan
Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden.
Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan dan Sasaran 2
3. Ruang Lingkup 2
4. Jangkauan Objek 3
5. Arah Pengaturan 3
BAB IV
BAB V
1. Latar belakang
Di satu sisi, transportasi dipandang sebagai urat nadi perekonomian,
keberadaannya disebut-sebut berperan penting dalam pencapaian
tujuan pembangunan. Sementara di sisi lain, transportasi dipandang
hanya sebagai kebutuhan turunan (bukan kebutuhan utama) sehingga
keberadaannya tidak dipandang sebagai suatu hal yang penting.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahasan naskah akademik yang selanjutnya akan
dituangkan dalam peraturan daerah tentang penyelenggaraan
perhubungan adalah :
• Perencanaan transportasi darat, meliputi : perencanaan
(kebutuhan) jaringan dan simpul, kebutuhan angkutan ;
• Manajemen dan operasional transportasi darat, meliputi aturan
yang bersifat pengarahan atau pembatasan;
• Pengendalian penyelenggaraan transportasi darat;
1. Jangkauan Objek
Peraturan Penyelenggaraan Perhubungan tidak hanya mengikat pada
hal-hal yang menjadi tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan tetapi
2. Arah pengaturan.
Arah pengaturan transportasi darat adalah untuk mewujudkan system
transportasi jawa barat yang mendukung arah pembangunan jawa
barat. Berdasar pola fikir ini, jelas bahwa posisi transportasi adalah
pendukung pembangungan sehingga kebijakan transportasi yang
dituangkan dalam peraturan daerah harus sejalan dengan arah
pengembangan pembangunan jawa barat.
Tabel 1 :
Contoh perubahan guna lahan di wilayah pengembangan Cibeunying
Tahun
Peruntukan
Lokasi Perubahan dalam Pemanfaatan Perubah
Rencana an
Prosentase
Prosentase Proporsi Lalu
Guna Pertambah
Nama Perkembangan Lintas Lokal &
Lahan an Lalu
Jalan (Menerus)
Guna Lahan Utama Lintas 1995
Lokal
Sudirma 9,86 % Perkantora 5% 34,74%
n n (65,26%)
Asia 27,88 % Perkantora 7,2 % 28,6% (71,4%)
Afrika n
Ahmad 42,17 % Bank 8,7 % 30,23%
Yani (69,77%)
Sumber : Hadi, GK, 1995
Dari gambaran dan analisis data di atas maka masalah yang terjadi di
Kota Bandung dan arahan penanganannya dapat dilihat pada gambar 1
di bawah ini :
3. Pembiayaan.
7.0
District
Share of
RDC
6.0
PKB District District
(RDC) Share of Roads
5.0 RDC & Funded
RUC from from RDC
District National & RUC
District
Rp Trillion p.a.
Road Revenues
Roads Share of
Fund Allocated
4.0 RUC Through
Provincial
Funds
3.0
Fuel
2.0 Levy/ Provincial
Provincial PBBKB Share of RDC Provincial
Share of National &
Roads (RUC) & RUC from
Provincial
National Road RDC
Roads
Fund
1.0 Funded
from RDC
National
National National & RUC
Share of
Share of Revenues
Roads RUC
RUC
0.0
Funding Needs Fund Sources Option 1 Option 2 Option 3
National Fund Funds at Each Provincial Funds
Level
Alternative
Present
Arrangements
Arrangements
Involving a Road Fund
1. Hierarki Perundangan
Jenis dan Hierarki peraturan perundangan menurut pasal 7 Undang-
undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan adalah sebagai berikut :
Sesuai dengan hierarki ini, maka peraturan yang dijadikan dasar bagi
penyusunan peraturan daerah bidang transportasi darat adalah :
• Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia ;
• Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ;
• Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah ;
• Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ;
• Undang-undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ;
• Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan
Angkutan Jalan ;
1 2 3 4 5 6
Sumber : Study Evaluasi dan Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Orang di Jawa
Barat, 2006
Pasal 157
Ketentuan lebih lanjut mengenai angkutan orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum tidak dalam trayek diatur dengan peraturan Menteri
yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
Hal yang perlu diperhatikan dari undang- undang ini adalah hak dan
kewajiban masyarakat yang disebutkan pada Pasal 62 sebagai
berikut :
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Ayat 8) :
Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP,
adalah bagian perangkat daerah dalam penegakan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
Ayat 9):
Polisi Pamong Praja adalah anggota Satpol PP sebagai aparat
pemerintah daerah dalam penegakan Perda dan penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
1. Kesimpulan
Penyelenggaraan tansportasi darat sekurang-kurangnya meliputi tiga
hal yaitu perencanaan, manajemen operasional dan pengendaliannya.
Perencanaan meliputi perencanaan jaringan dan simpul seperti
jaringan trayek angkutan umum, jaringan lintas angkutan barang,
letak-letak terminal, shelter, rest area dan lain-lain. Manajemen
operasional meliputi manajemen atau pengaturan penggunaan
kendaraan umum dan kendaraan pribadi dengan prioritas angkutan
massal, penyediaan infrastruktur pendukung dan penetapan kebijakan
operasionalnya. Pengendalian yang termasuk didalamnya upaya
penegakkan hukum melibatkan semua instansi yang berwenang yaitu
polisi lalu lintas dan polisi pamong praja.
2. Saran
Peraturan daerah penyelenggaraan perhubungan disarankan tidak
hanya mengikat pada tugas pokok dan fungsi dinas perhubungan tapi
meliputi semua elemen yang terlibat dan bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan transportasi darat meliputi kepolisian daerah jawa
barat, dinas tata ruang, dinas bina marga, dinas pariwisata, dan lain-
lain.