Professional Documents
Culture Documents
a. Genetik
Alopecia areata dapat diturunkan secara dominan autosomal dengan penetrasi
yang bervariasi. Frekuensi alopecia areata yang diturunkan secara genetik
adalah 10 50 %. Insidens pada alopecia areata dengan onset dini adalah 37
% pada umur 30 tahun dan 7,1 % pada onset lebih dari 30 tahun. Alopecia
areata pada kembar identik dilaporkan terjadi lebih dari 55 %. Beberapa gen
terkait misalnya kompleks gen HLA (Human Leucocyte Antigen) yang
berlokasi di lengan pendek kromosom-6 membentuk MHC (Major
Histocompatibility Complex). Tiap gen pada kompleks gen HLA memiliki
banyak varian (alel) yang berbeda satu dengan yang lain. Kompleks HLA pada
penderita alopecia areata diteliti karena banyaknya hubungan penyakitpenyakit autoimun dengan peningkatan frekuensi antigen HLA. Penelitian
terbaru menunjukkan adanya hubungan alopecia areata dengan beberapa
antigen HLA kelas I (HLA-A9, -B7, -B8, -B13, -B27). Beberapa penelitian
juga membuktikan bahwa terdapat hubungan alopecia areata dengan HLA
kelas ll (HLA-DR4, -DR5 subtipe DR4 dan DR11, -DQ3 subtipe DQ7 dan
DQ8). Alopecia areata HLA-DRS berhubungan dengan bentuk alopecia areata
onset dini dan alopecia areata dengan hilangnya rambut yang luas. Pada
alopecia areata terjadi peningkatan alel HLA-DQB1*0301 (DQ7), HLADQB*03 (DQ3), dan HLA-DRB1*110 4 (DR11). HLA-DBR1*03 (DQ3)
tampaknya merupakan marker HLA untuk semua bentuk alopecia areata. Alel
HLA-DRB1*0401 (DR4) dan HLA-DRB1*0301 (DQ7) adalah marker untuk
alopecia areata totalis/universalis yang lebih berat. Pada Sindroma Down,
insiden alopecia areata sebanyak 60 dibandingkan dengan 1 pada populasi
normal. Keterlibatan gen pada kromosom 21 diduga menentukan kerentanan
terhadap alopecia areata.8,9
b. Stigmata atopi (faktor alergi)
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara alopecia areata
dengan atopi, terutama alopecia areata berat. Frekuensi penderita alopecia
areata yang mempunyai stigmata atopi adalah sebesar 10 52 %. Kelainan
yang sering dijumpai berupa asma bronkhial, rhinitis, dan atau dermatitis
atopik.10,11
hormonal
pada
kehamilan
kadang-kadang
dapat
Gambaran Klinis
Lesi alopecia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak
kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak halus,
licin, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi lesi kadangkadang tampak exclamation-mark hairs yang mudah dicabut.
Pada awalnya gambaran klinis alopecia areata berupa bercak atipikal,
kemudian menjadi bercak berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk karena
rontoknya rambut, kulit kepala tampak berwarna merah muda mengkilat, licin dan
halus, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Kadang-kadang dapat
disertai dengan eritem ringan dan edema. Bila lesi telah mengenai seluruh atau
hampir seluruh kulit kepala disebut alopecia totatis. Apabila alopecia totalis
ditambah pula dengan alopecia dibagian badan lain yang dalam keadaan normal
berambut terminal disebut alopecia universalis. Gambaran klinis spesifik lainnya
adalah bentuk ophiasis yang biasanya terjadi pada anak, berupa kerontokan
rambut pada daerah occipital yang dapat meluas ke anterior dan bilateral 1 2 inci
di atas telinga, dan prognosisnya buruk. Gejala subjektif biasanya pasien
mengeluh gatal, nyeri, rasa terbakar atau parastesi seiring timbulnya lesi.13,14
Ikeda (1965), setelah meneliti 1989 kasus, mengemukakan klasifikasi
alopecia areata sebagai berikut : 6
1.
2.
3.
Tipe kombinasi, meliput 5 % kasus, pada umur > 40 tahun dengan gambaran
lesi-lesi bulat, atau retikular. Penyakit endokrin autonomik yang terdapat pada
penderita antara lain berupa diabetes melitus dan kelainan tiroid.
4.
10
11
12
dengan
antralin
atau
minoxidil.
Kontra
indikasi
adalah
hipersensitivitas bahan tersebut, infeksi kulit oleh virus atau jamur. Efek samping
dari obat ini adalah untuk terapi jangka panjang akan menekan fungsi adrenal,
folikulitis, telangiektasi dan atropi lokal, pruritus, kulit kering dan rasa terbakar.
Tidak pernah dilaporkan efek sistemik.15
Larutan berisi progesteron
Menurut Dr. Orentreich progesteron dalam bentuk larutan dengan kadar 2
4 %. Pada pria hanya 1 cc 2 x sehari pada daerah kebotakan, untuk menghindari
efek feminisasi. Bagi wanita diberi dosis yang lebih kecil (< 2 %) untuk mencegah
gangguan menstruasi. Pemakaian progesteron bagi kerontokan rambut selain
secara topikal dapat juga dilakukan dengan suntikan ke dalam kulit kepala.
Terdapat kemungkinan progesteron bersaing dengan 5-alfareduktase, yang dapat
menurunkan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan mengubah keseimbangan
hormonal dalam folikel, sehingga mengakibatkan berkurangnya rambut yang
rontok.10,16
13
14
dengan mekanisme kerja yang berlainan dapat menghasilkan suatu efek sinergistik
dan dengan demikian menghasilkan efektivitas kosmetik yang lebih tinggi.17
Obat topikal yang bekerja langsung pada folikel rambut
Minoxidil (2,4-diamino 6 piperidinopyrimidine-3-oxide)
Mekanisme kerja minoxidil untuk merangsang pertumbuhan rambut tidak
diketahui, meskipun bukti-bukti yang muncul menunjukkan adanya kemungkinan
efek folikuler yang langsung (mitogenic effect) dan periferal vasolidator yang
poten. Minoxidil mempunyai efek mitosis secara langsung pada sel epidermis dan
memperpanjang kemampuan hidup keratinosid. Juga diduga bahwa mekanisme
kerja dihubungkan dengan hambatan masuknya kalsium ke dalam sel. Masuknya
kalsium dalam sel secara normal dapat meningkatkan faktor pertumbuhan
epidermis (EGFs), yang menghambat pertumbuhan rambut. Alergi terhadap
minoxidil dapat dipastikan dengan melakukan uji tempel dengan larutan minoxidil
komersil dan propilen glikol yang diencerkan. Apabila hasil kedua uji tempel
adalah positif (+), maka propilen glikol merupakan penyebab utama dermatitis
kontak alergika (DKA) ini. Dengan demikian dapat dipakai campuran larutan
minoxidil yang bebas propilen glikol, dengan efektivitas sebaik larutan terdahulu.
Minoxidil 5 % harus dioleskan 2 x sehari untuk jangka waktu 2-3 bulan sebelum
terjadi peningkatan jumlah rambut. Apabila obat dihentikan maka rambut kembali
hilang dalam waktu 6 bulan. Pertumbuhan rambut dapat dilihat paling cepat 2
bulan sampai 1 tahun sesudah terapi dengan 5 % minoxidil. Pemberian topikal
tidak efektif pada alopecia totalis tau alopecia universalis. Kombinasi minoxidil 5
% dengan antralin dioleskan dua kali sehari dapat mempercepat efektifitasnya.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa kombinasi minoxidil dengan asam retinoat
topikal dapat meningkatkan absorpsi minoxidil perkutan sehingga jumlah
minoxidil yang mencapai folikel juga meningkat, dapat meningkatkan diferensiasi
folikel dan pembentukan dermal vessel, meningkatkan kecepatan pertumbuhan
rambut, memperpanjang fase anagen, merubah rambut velus menjadi rambut
terminal, dengan cara bekerja secara sinergis dengan minoxidil. Iritasi pada
pemakaian tretinoin secara topikal merupakan efek samping yang dapat dikontrol
pada banyak subyek dan suatu true contact alergy terhadap tertinoin topikal
15
diperiksa
secara
periodik
bagi
kemungkinan
adanya
HPA
berulang-ulang
bahan
sensitisers
secara
topikal
dapat
16
17
UVA. Dapat diberi secara topikal. Namun cara ini dapat meningkatkan risiko
terjadinya photodamaged dan kanker kulit, sehingga pemakaiannya dibatasi.5
Photochemotherapy (PUVA) dalam jangka waktu lama dapat mencetuskan
pertumbuhan rambut kepala dan tubuh pada 70 % pasien yang diterapi.
Pertumbuhan kembali nampaknya berkaitan dengan jumlah energi yang
dihasilkan. Respons awal dilihat setelah pemakaian 85 120 J/m2/hari.5
Khusus bagi pasien pasien dengan alopecia areata, University of British
Columbia Hair Research and Treatment Centre, 1998, membuat protokol
pengobatan pada orang dewasa, sebagai berikut:14
a. Tanpa terapi
b. Penyuntikan triamisinolon asetonid intralesi
c. Larutan minoxidil 5 %
d. Kombinasi larutan minoxidil 5 % dengan kortikosteroid topikal potensi tinggi.
e. Kombinasi larutan minoxidin 5 % dan antralin.
f. lmunoterapsie cara topikal apabila berbagai cara tersebut di atas tidak
menolong.
Kerontokan rambut 50 %
18
19
melaporkan kasus alopecia areata pada anak yang diobati isoprinosin dengan dosis
masing- masing 2 x 400 mg/hari dan 4 x 250 mg/hari. Dosis diturunkan setelah 2
bulan menjadi 2 kali / minggu dan dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping
penggunaan isoprinosin yang paling sering adalah peningkatan ringan asam urat
serum, nausea, dan skin rash. Sedangkan kontra indikasinya adalah penderita
gout, urolitiasis, dan disfungi ginjal. 5,15
Siklosporin
Siklosporin memiliki efek menghambat infiltrasi imunitas ke dalam dan
sekitar folikel rambut, menghambat ekspresi HLA DR di epitel folikel, ekspresi
ICAM-1, sel T CD4, CD8, dan sel Langerhans di folikel rambut, serta
menurunkan rasio CD4/CD8. Gupta,dkk (melaporkan pemberian siklosporin
dengan dosis 6 mg/kg/hari selama12 minggu. Pertumbuhan rambut mulai terjadi
antara minggu ke 2 - 4, sedangkan kesembuhan didapatkan tiga bulan setelah obat
dihentikan. Penulis lain melaporkan pemberian siklosporin dengan dosis 5
mg/kgBB/hari
dan
prednison
5 mg/hari.
Dosis
siklosporin
diturunkan
1mg/gBB/hari setelah 10 minggu dan setelah itu 0,5 mg/kgBB/hari tiap 6 minggu.
Total lama pemberian siklosporin 24 minggu dan prednison dihentikan 1 bulan
sesudah siklosporin dihentikan. Efek samping sillosporin adalah sakit kepala,
fatigue, diare, hiperplasia ginggiva, flushing dan myalgia serta peningkatan ureum
dan kreatinin serum.5,14
Golongan fototerapi PUVA dan Psoralen
Foto terapi untuk alopecia areata, totalis, dan universalis dengan
menggunakan psoralen + UVA (PUVA). PUVA dapat mempengaruhi populasi
limfosit di kulit dan dalam sirkulasi. Pada alopecia areata diduga menyebabkan
perubahan respon imun melalui mekanisme yang kompleks yang menyebabkan
bulbus rambut terbebas dari serangan reaksi imun. Secara umum, PUVA
mempunyai peran sebagai imunosupresif pada kulit. PUVA dapat menunkan
jumlah sel - T, kebanyakan seI CD3+, CD4+ dan CD8+. Juga menurunkan jumlah
reseptor interleukin (IL-2). Walaupun tidak menurunkan jumlah sel Langerhans,
PUVA menurunkan ekspresi pembentukan imumnojistokemia, jadi dapat
20
keadaan
tersebut,
suplemen
vitamin
yang
bersangkutan
dapat
21
lnterferon
Interferon 2 (1,5 million lU) 3 kali seminggu selama 3 minggu.5
Dapsone
Dosis 50 mg 2 kali sehari digunakan selama 6 bulan.5
Jenis - Jenis Terapi Lain
Cryothterapy
Bekerja menstimulasi pertumbuhan r mbut pada alopecia areata. Pada satu
penelitian pada anak dan dewasa terjadi pertumbuhan rambut kembali pada lebih
dari 60 % dari area alopecia areata pada 70 dari 72 pasien yang diteliti. 5
Dermatography
Pada 1986 oleh Van Der Vender telah dimulai penelitian dengan Japanese
tattoing Technique untuk aplikasinya. Metode ini terus berkembang dan sejak
1990 disebut dermatography.5
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Dawber RPR, Berker, D,Wojnarowska. F, Disorders of Hair, In Champion RH
et al eds. Rook, Wilkinsons, Ebling Textbook of Dermatology: in form
volumes 6th ed oxford, Black Well Science Ltd,1998, 2869- 931.
2. Sawaya ME, Biochemistry and Control of Hair Growth, ln Arndt KA et al eds,
Cutaneus Medicine and Surgery an Integrated Program in Dermatology; in
two volumes, Philadelphia ; WB Saunders Company, 1996, 1245 - 67.
3. Olgen A.E. Hair Disorders. In: Fitzpatrick TB, et al eds. Dermatology in
General Medicine 5th ed. New York : MC Graw Hill lnc,' l999 : 729 46
4. Velden EM et als : Dermatography as new treatment for alopecia areata of the
eyebrows. In International Journal of Dermatology, vol 37, Blacwell Science
Ltd, 1998 ; 617 21
5. Anrdt, Bowers KE. Alopecia areata, in Manual of Dermatologic therapeutics
with Essential of Diagnosis. Dermatologica 2002; 117; 120-140
6. Ikeda T. A new classification of alopecia areata. Dermatologica 1965; 131:
42145.
7. McDonagh AJG, Messenger AG. The pathogenesis of alopecia areata.
Dermatol Clin 1996; 14: 66170.
8. van der Steen P, Traupe H, Happle R et al. The genetic risk for alopecia areata
in first degree relatives of severely affected patients: an estimate. Acta Derm
Venereol 1992; 72: 3735.
9. Colombe BW, Price VH, Khoury EL et al. HLA class II antigen associations
help to define two types of alopecia areata. J Am Acad Dermatol 1995; 33:
75764.
10. Tobin DJ, Orentreich N, Fenton DA et al. Antibodies to hair follicles in
alopecia areata. J Invest Dermatol 1994; 102: 7214.
11. Gilhar A, Pillar T, Assay B et al. Failure of passive transfer of serum from
patients with alopecia areata and alopecia universalis to inhibit hair growth in
transplants of human scalp skin grafted on to nude mice. Br J Dermatol 1992;
126: 16671.
12. Anderson I. Alopecia areata: a clinical study. BMJ 1999; ii: 12502.
23
13. Eckert J, Church RE, Ebling FJ. The pathogenesis of alopecia areata. Br J
Dermatol 1968; 80: 20310.
14. Muller SA, Winkelmann RK. Alopecia areata. Arch Dermatol 1963; 88: 290
7.
15. Sharma VK. Pulsed administration of corticosteroids in the treatment of
alopecia areata. Int J Dermatol 1996; 35: 1336.
16. Happle R. Antigenic competition as a therapeutic concept for alopecia areata.
Arch Dermatol Res 1980; 267: 10914.
17. Schmoeckel C, Weissmann I, Plewig G et al. Treatment of alopecia areata by
anthralin-induced dermatitis. Arch Dermatol 1979; 115: 12545.
18. Fiedler-Weiss VC, Buys CM. Evaluation of anthralin in the treatment of
alopecia areata. Arch Dermatol 1987; 123: 14913.
19. Fenton DA, Wilkinson JD. Topical minoxidil in the treatment of alopecia
areata. BMJ (Clin Res Ed). 1983; 287: 10157.
20. Rokhsar CK, Shupack JL, Vafai JJ et al. Efficacy of topical sensitizers in the
treatment of alopecia areata. J Am Acad Dermatol 1998; 39: 75161.
24