Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Demensia ialah kondisi penurunan kemampuan intelektual yang
progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15
tahun) karena gangguan otak organik, diikuti degradasi perilaku dan
kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti
memori, orientasi, perasaan dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya
kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif.1
Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa
disertai gangguan kesadaran.2 Demensia adalah Sindrom penyakit akibat
kelainan otak bersifat kronik/progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur
(Kortikal yang multiple) yaitu; daya ingat, daya fikir, daya orientasi, daya
pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, kemampuan menilai.
Kesadaran tidak berkabut, Biasanya disertai hendaya fungsi kognitif, dan ada
kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian emosi,
perilaku sosial atau motivasi sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,
pada penyakit kardiovaskular, dan pada kondisi lain yang secara primer atau
sekunder mengenai otak.3
2.2.
Epidemiologi
Diperkirakan 35.6 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia
pada tahun 2010. Eropa Barat adalah negara dengan jumlah penduduk dengan
demensia tertinggi (7 juta orang), diikuti dengan Asia Timur dengan 5,5 juta
orang, Asia Selatan dengan 4,5 juta orang dan Amerika Utara dengan 4,4 juta
orang mengidap demensia. Total jumlah penderita demensia hampir menjadi
dua kali lipat tiap 20 tahunnya, menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4
juta pada 2050. Proyeksi ini utamanya disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk dan penuaan.13
Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia.
Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat
2
paling
sering
lainnya,
masing-masing
Etiologi
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas
65 tahun adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3)
campuran antara keduanya. Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen
diantaranya adalah demensia jisim Lewy (Lewy body dementia), penyakit
Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan normal, demensia
alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human immunodeficiency virus
(HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson.
Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan penatalaksanaan klinis
berhubungan dengan penyebab yang reversibel seperti kelaianan metabolik
(misalnya hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12
atau defisiensi asam folat), atau sindrom demensia akibat depresi. Pada tabel
2.1 berikut ini dapat dilihat kemungkinan penyebab demensia:
Gambar 2.2. Penyakit Alzheimer. Tampak secara jelas plak senilis disebelah
kiri. Beberapa serabut neuron tampak kusut disebelah kanan. Menjadi catatan
tentang adanya kekacauan hantaran listrik pada sistem kortikal. 2
Gambar.2.3 Sel otak pada Penyakit Alzheimer dibandingkan dengan sel otak
normal.7
tercatat
dengan
baik,
sebagai
penyebab
prekusor
amiloid
dengan
demensia
tipe
Alzheimer
untuk
menjawab
pertanyaan tersebut.2
2.4.1.3. Gen E4 Multipel
Sebuah penelitian menunjukkan peran gen E4 dalam
perjalanan penyakit Alzheimer. Individu yang memiliki satu kopi
gen tersebut memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar daripada
individu yang tidak memiliki gen E4 tersebut, dan individu yang
memiliki dua kopi gen E4 memiliki kemungkinan delapan kali
lebih besar daripada yang tidak memiliki gen tersebut.
Pemeriksaan diagnostik terhadap gen ini
tidak
ditemukan
pada
korteks
kompleks
Parkinson-demensia
Guam,
penyakit
dihipotesis
Alzheimer.
Beberapa
menjadi
penelitian
hipoaktif
melaporkan
pada
pada
penyakit
penyakit
spektroskopik
resonansi
molecular
(Molecular
Resonance
2.4.2.
Demensia Vaskuler
DVa juga merupakan bentuk demensia yang dapat dicegah
sehingga mempunyai peranan yang besar dalam menurunkan angka
kejadian demensia dan perbaikan kualitas hidup usia lanjut. Dalam
arti kata luas, semua demensia yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah serebral dapat disebut sebagai DVa. Istilah DVa
menggantikan istilah demensia multi infark karena infark multipel
bukan satu-satunya penyebab demensia tipe ini. Infark tunggal di
lokasi tertentu, episode hipotensi, infark inkomplit dan perdarahan
juga dapat menyebabkan kelainan kognitif.14
Demensia vascular (DVa) ditemukan umumnya pada lakilaki, khususnya dengan riwayat hipertensi dan faktor resiko
kardiovaskuler lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh
darah serebral berukuran kecil dan sedang yang mengalami
infark dan menghasilkan lesi parenkhim multipel yang menyebar
luas pada otak. Penyebab infark berupa oklusi pembuluh darah
oleh plaq arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat lain
(misalnya katup jantung). Pada pemeriksaan akan ditemukan bruit
karotis, hasil funduskopi yang tidak normal atau pembesaran
jantung.2
Saat ini istilah DVa digunakan untuk sindroma demensia yang
terjadi sebagai konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia atau
perdarahan di otak. Prevalensi DVa bervariasi antar negara, tetapi
prevalensi terbesar ditemukan di negara maju. Di Kanada insiden
rate pada usia 65 tahun besarnya 2,52 per 1000 sedangkan di
Jepang prevalensi DVa besarnya 4,8%.(1,5) Prevalensi DVa akan
semakin meningkat dengan meningkatnya usia seseorang, dan lebih
Perdarahan intraserebral
2. DVa subkortikal
11
gangguan
dalam
fungsi
eksekutif
(merancang,
defisit kognisi
yang
progresif dan
bersifat stepwise.
2. Probable vad subkortikal
a. Sindroma kognisi meliputi :
perencanaan, pengorganisasian,
sekuensial,
12
parese
otot
wajah,
tanda
Babinski,
berjalan,
13
Tidak
ditemukan
kortikolsubkortikal
adanya:
dan
infark
di
kortikal
infark watershed;
dan
perdarahan
2. Laboratorium
Digunakan untuk menentukan penyebab atau faktor risiko yang
mengakibatkan timbulnya stroke dan demensia. Pemeriksaan darah
tepi, laju endap darah (LED), kadar glukosa, glycosylated Hb, tes
serologi untuk sifilis, HIV, kolesterol, trigliserida, fungsi tiroid, profil
koagulasi,
kadar
asam
urat,
lupus
antikoagulan,
antibodi
14
15
Gambar 2.6 Gambaran Wilayah yang Terkena oleh Berbagai Tipe Demensia
16
sitoskeletal.
Badan
Pick
ditemukan
pada
beberapa
17
Kluver-Bucy
(contohnya:
hiperseksualitas,
flaksiditas,
18
secara
klasik
dikaitkan
dengan
Demensia pada
demensia
adalah tingginya
tipe
penyakit
Huntington,
Parkinsonisme
2.5.
telah
menemukan
faktor-faktor
ini
namun
tidak dapat
infark arteri serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus
Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan dua sindrom major,
penyakit Binswanger danstatus lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil
menyebabkan
perubahan
dinding
arteri, pengembangan
ruangan
20
Penyakit
Binswanger
(juga
dikenal
sebagai
leukoencephalopati
21
Gambar 2.12. Proses PPA normal dan patologis Dikutip dari : Johnston MV.
Dementia and Related Disorders. In : Johnston MV, Gross RA. Editors. Principles of
22
23
menurunkan kadar A pada tikus mutan PPA sementara kadar kolesterol yang
tinggi dapat meningkatkan akumulasi peptida, kemungkinan dengan
mempercepat peroksidasi lipid.
demikian,
pada
dua
kelainan
tersebut,
akumulasi
peptida
versi
modifikasi
dari
hipotesis
kaskade
amiloid,
yang
24
G
ambar 2.13. Agregasi -Amiloid Dikutip dari : Golde TE. Alzheimer disease therapy :
Can the amyloid cascade be halted. J Clin Invest. 2003. 111:11-18 10
fokal
seperti
hemiparesis/hemiplegi,
afasia,
hemianopsia.
25
demensia
vaskuler.
Refleks
primitif
seperti
refleks
26
Pasien dengan demensia vaskuler mungkin mempunyai gejalagejala neurologis tambahan seperti sakit kepala, pusing, kepala terasa
ringan, kelemahan, tanda defisit neurologis fokal terutama yang terkait
dengan penyakit serebro-vaskuler, pseudobulber palsy, disartria, dan
disfagia yang lebih menonjol dibandingkan dengan gejala-gejala
diatas pada jenis-jenis demensia lainnya.2
2.7.2. Reaksi Katastrofik
Pasien dengan
demensia
juga
menunjukkan
penurunan
pemeriksa.
Buruknya
penilaian
dan
kemampuan
27
dengan
keadaan
mengantuk,
Pemeriksaan Demensia
Diagnosis klinis tetap merupakan pendekatan yang paling baik karena
sampai saat ini belum ada pemeriksaan elektrofisiologis, neuro imaging dan
pemeriksaan lain untuk menegakkan demensia secara pasti. Beberapa
28
29
30
pencarian etiologi
demensia khususnya
pada demensia
laboratorium
rutin
sebaiknya
dilakukan.
Imaging
Kemampuan
pemeriksaan
klinis
(anamnesis
dan
single
dan
photon
positron
emission
controlled
emission
tomography
tomography
(PET).
demensia
walaupun
hasilnya
masih
dipertanyakan.
31
Beberapa
studi
menunjukan
adanya
keuntungan
Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran
spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada
Alzheimer
stadium
lanjut
dapat
memberi
gambaran
2.9.
ini
disorientasi, pusing,
inkoheren.
Delirium
disebabkan
32
33
Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan
inhibitor untuk pengobatan simptomatik penyakit alzheimer,
dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat
digunakan antikolinesterase yang bekerja secara sentral seperti
fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat
ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung. Beberapa peneliti menyatakan bahwa
obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan
intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.
34
Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer
didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent
enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal
ini disebabkan kerusakan neuronal padanukleus basalis.
Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari
selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna
terhadap fungsikognisi dibandingkan placebo selama periode
yang sama.
Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan
binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer
halusinasi)
dan tingkah
laku.
Pemberian
oral
100 mg/hari).
Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam
miktokondria dengan bantuan enzym ALC transferase.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan
aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.Pada
pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam
35
Terapi Suportif
Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang
bagus, kacamata, alat bantu dengar, alat proteksi (untuk anak
tangga, kompor, obat-obatan) dan lain-lain. Sewaktu-waktu
mungkin perlu pembatasan/pengekangan secara fisik.1,2
Pertahankan pasien berada dalam lingkingan yang sudah
dikenalnya dengan baik, jika memungkinkan. Usahakan
pasien dikelilingi oleh teman-teman lamanya dan bendabenda yang biasa ada di dekatnya. Tingkatkan daya
pengertian dan partisipasi anggota keluarga.
Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal,
orientasi yang sering (mengingatkan nama hari, jam, dsb).
Diskusikan berita aktual bersama pasien. Pergunakan
kalender, radio, televisi. Aktifitas harian dibuat terstruktur
dan terencana.1,3
Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien.
Rawatlah mereka sebagai orang dewasa (jangan perlakukan
sebagai anak kecil, jaga dignity dari pasien-komentar
penerjemah). Rencana diarahkan kepada kekuatan/kelebihan
pasien. Bersikaplah menerima dan menghargai pasien.
Hindari suasana yang remang-remang, terpencil; juga
hindari stimulasi yang berlebihan.
Terapi Simtomatik
Kondisi pasien
psikiatrik
memerlukan
obat-obatan
36
paranoid,
apatis,
halusinasi,
dan
agresivitas
37
perburukan
(reminiscence),
validation,
snoezelen,
penyesuaian
2.11.
Prognosis
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit
38