You are on page 1of 20

REFERAT

INTOKSIKASI ALKOHOL

Oleh :
PUTRI ULYA
MERIANA PUSPITA

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSJ PROVINSI JAMBI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sejauh ini adalah termasuk


gangguan berhubungan dengan zat yang paling sering dijumpai. Biaya langsung
dan tidak langsung bagi masyarakat Amerika Serikat untuk gangguan yang
berhubungan dengan alkohol (alkohol-related disorder) diperkirakan lebih dari
150 milyar dolar, kira-kira 600 dolar perkapita.1
Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sering disebut sebagai
alkoholisme, tetapi karena alkoholisme tidak mempunyai definisi yang persis,
maka istilah ini tidak digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSN-IV) atau pada sistem diagnostik lain yang
dikenal secara resmi.1
Setelah penyakit jantung dan kanker, gangguan berhubungan dengan
alkohol merupakan masalah kesehatan nomor 3 terbesar di Amerika Serikat.
Penyebab kematian yang sering diantara ornag dengan gangguan berhubungan
dengan alkohol adalah bunuh diri, kanker, penyakita jantung, dan penyakit hati.
Walaupun tidak selalu melibatkan orang yang memenuhi kriteria diagnostik untuk
suatau gangguan berhubungan dengan alkohol, kira-kira setengah dari semua
kecelakaan kendaraan bermotor yang mematikan melibatkan seorang pengemudi
yang mabuk, dan persentasi tersebut meningkat sampai 75 persen jika hanya di
hitung kecelakaan yang terjadi larut malam.1
Penggunaan alkohol dan gangguan berhubungan dengan kira-kira 50
persen dari semua pembunuhan dan 25 persen dari semua bunuh diri.
Penyalahgunaan alkohol menurunkan harapan hidup 10 tahun. Alkohol memimpin
dari semua zat lain dalam kematian yang berhubungan dengan zat.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya.
Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus
ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak
menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami
penderita.2
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang digunakan
(dose-dependent), individu dengan kondisi organic tertentu yang mendasari
(misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan
efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.3
Dalam ilmu kimia alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk
senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom
karbon dimana atom karbon itu sendiri juga terikat pada atom hidrogen atau atom
karbon yang lain. Etil alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk
alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol minuman. Rumus kimia untuk
etanol adalah CH3-CH2-OH. Dari semua jenis alkohol yang diketahui dalam ilmu
kimia, etanol merupakan satu-satunya yang digunakan dalam batas tertentu oleh
manusia untuk berbagai maksud dan tujuan (sebagian besar alkohol lainnya terlalu
toksik untuk diminum).1,4,5
Intoksikasi alkohol akut dapat dikenali dengan gejala-gejala :6

ataksia dan bicara cadel/tak jelas

emosi labil dan disinhibisi

napas berbau alkohol

mood yang bervariasi


3

Komplikasi akut pada intoksikasi atau overdosis :6

paralisis pernapasan, biasanya bila muntahan masuk saluran pernapasan

obstructive sleep apnoea

aritmia jantung fatal ketika kadar alkohol darah lebih dari 0,4 mg/ml
Gejala klinis sehubungan dengan overdosis alkohol dapat meliputi:6

penurunan kesadaran, stupor atau koma

perubahan status mental

kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah

2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih sering menjadi pecandu alkohol
dibandingkan wanita. Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat
pernah menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya
satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika
Serikat merupakan pengguna alkohol saat ini. Di Indonesia sendiri ada sekitar 3,4
juta orang pecandu alkohol yang 80% diantaranya berusia 20-24 tahun dan hampir
8% orang dewasa.1,5,7
2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak dari
seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak
beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol yaitu jika satu
atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.1
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /
hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan resiko
anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa
dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian antisosial
juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan berhubungan
dengan alkohol.1
2.3.2 Faktor Psikoanalisis
4

Teori psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol telah


dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum dan fiksasi
pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.1
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang
bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan
stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium
oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat seperti alkohol melalui
mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik psikodinamika menggambarkan kepribadian
umum dari seseorang dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah
pemalu, terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan
terrepresi secara seksual.1
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut
dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan
oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan
berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga
menyebabkan rasa kekuatan dan meningkatnya harga diri.1
2.3.3 Faktor Sosial dan Kultural
Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan.
Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan dimana
minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan secara sosial.
Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba mendidik mahasiswanya
tentang resiko kesehatan dari minum alkohol yang berlebihan.1
2.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat
mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam keluarga,
khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan
minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa, walaupun kebiasaan minum
pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan minum pada anak-anaknya,
kebiasaan minum pada keluarga kurang langsung berhubungan dengan
perkembangan gangguan berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap
sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting.1

Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari
alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada
seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan
kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih lanjut.1
2.3.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya
Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada
sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-laki lebih
banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat pertama yang
terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol adalah 3-4 kali lebih
mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol daripada orang yang
tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol.1
2.4 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL
Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung alkohol
tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa
dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida,
fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat
menyebabkan suatu efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang
mengandung alkohol, perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal
dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.1
Absorpsi
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan
sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam
waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkohol
diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum
bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan
suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan waktu
untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling cepat 15-30% (kemurnian
-30 sampai -60).1

Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai


contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mukus
akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat
absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar
alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam. Selain
itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.1
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol didistribusikan
ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi
memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar
jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.1
Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya
dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di hati
konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu
memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-34
mg/dl per jamnya.1
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi konversi
alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik. Aldehida
dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat.
Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang sering
digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang
lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung
menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam
jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan
menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1

Efek pada otak


Biokimiawi
7

Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol terjadi
pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan
menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang menyebabkan
meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada
penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi
kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor, saluran
ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara spesifik,
suatu penelitian
berhubungan

menunjukkan bahwa efektivitas

dengan

reseptor

asetilkolin

saluran alkohol

nikotinik,

serotonin

yang
(5-

hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh


alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor
glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi (voltage-gated calcium channel)
yang yang akan di inhibisi.1
Efek prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi
depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol prilaku
emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya
mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-0,5% dapat
terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di otak yang
mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat
terjadi kematian.1

Efek fisiologis lain


Hati

Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan


hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat
menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan perlemakan
hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hati.1
Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan
menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan penyalahgunaan
alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan
medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Kadang-kadang
juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis, insufisiensi pankreas, dan
kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses
pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya makanan yang
dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.1
Sistem tubuh lain
Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya
tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat
meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus, lambung,
hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan
hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian
mendadak pada orang yang terintoksikasi.1
Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80% dari semua
pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume korpuskular
rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira 60%. Hasil tes
laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan gangguan berhubungan
dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat oksaloasetat transaminase
serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase (AST), dan glutamatpiruvat
transaminase (SGPT) atau alanin aminotransferase (ALT). 1
9

2.5 GANGGUAN-GANGGUAN
Kadar Alkohol Dalam Darah dan Hubungannya Dengan Gejala Pada Sistem Saraf
Pusat.6
KONSENTRASI (g/dl)

PEMINUM

PEMINUM KRONIK

0,050-0,075 (taraf pesta)

SPORADIK
Euforia, Suka

-Tak tampak gejala

berkumpul

-Sering masih terlihat

(gregarious), suka

segar

mengomel
(garroulous)
0,100 (intoksikasi secara Tidak terkoordinasi

Gejala minimal

hukum*)
0,125-0,150

Perilaku tak

Menyenangkan, mulai

Terkontrol

euforia, kurang
koordinasi
10

0,200-0,250

0,300-0,350
Lebih dari 0,500

Hilang

Membutuhkan

kewaspadaan,

usaha

lethargy

pertahankan

untuk

mem-

emosi/kontrol motorik
Stupor sampai koma
Mengantuk, lamban
Fatal, mungkin mem- Koma
butuhkan

Hemodialysis
*) Di beberapa Negara (atau negara bagian di AS seperti California) secara hukum
kadar 0.080 sudah ditetapkan sebagai intoksikasi.

DSM-IV menuliskan gangguan berhubungan dengan alkohol dan


menyebutkan kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol dan putus alkohol.1
Gangguan berhubungan alkohol
Gangguan penggunaan alkohol
Ketergantungan alkohol
Penyalahgunaan alkohol
Gangguan akibat alkohol
Intoksikasi alkohol
Putus alkohol
Sebutkan jika
dengan gangguan persepsi
Delirium intoksikasi alkohol
Delirium putus alkohol
Demensia menetap akibat alkohol
Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan waham
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan halusinasi
11

Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Gangguan mood akibat alkohol
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Gangguan kecemasan akibat alkohol
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Dengan onset selama putus
Disfungsi seksual akibat alkohol
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
Gangguan tidur akibat alkohol
Sebutkan jika:
Dengan onset selama intoksikasi
??
Gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.1
2.6 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol
Diagnosis dan gambaran klinis:
Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini:1
a. Ketidak mampuan memutuskan atau berhenti minum
b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang
berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia
temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu
c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk
sekurangnya dua hari)
d. Mengkonsumsi kadang-kadang

takaran

minuman

keras

(atau

ekuivalennya pada bir atau anggur)


12

e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi


(blackout)
f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah
diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol
g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk
komersial yang mengandung alkohol
Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan penyalahgunaan
alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaan
alkohol, seperti kekerasan saat terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan
pekerjaan, masalah hukum (contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau
kecelakaan lalu lintas saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan
keluarga atau teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.1
DSM-IV-TR mendaftar gangguan terkait alkohol (tabel 9,2-2) dan
menentukan kriteria diagnosis intoksikasi alkohol dan keadaan putus. Kriteria
diagnosis gangguan terkait alkohol lain . sebagai contoh, kriteria diagnosis
ansietas terinduksi alkohol ditemukan pada kategori gangguan ansietas, dibawah
tajuk gangguan ansietas terinduksi zat
TABEL
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Untuk Intoksikasi Alkohol
A. Baru-baru ini mengkonsumsi alkohol
B. Perubahan perilaku atau psikologis maladaptif secara klinis bermakna
(contoh: perilaku agresif atau seksual yang tidak pada tempatnya, labilitas
mood, daya nilai terganggu, fungsi sosial atau akupasional terganggu)
yang timbul selama atau segera setelah ingesti alkohol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut, yang timbul selama atau segera setelah
penggunaan alkohol:
I.
II.

Pembicaan meracau
Inkoordinasi

III.

Gaya berjalan tidak stabil

IV.

Nistagmus

V.
VI.

Hendaya atensi atau memori


Stupor atau koma
13

D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

2.7 Intoksikasi Alkohol


Diagnosis dan gambaran klinis:
DSM-IV mempunyai kriteria resmi tentang diagnosis intoksikasi alkohol.
Kriteria menekankan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan prilaku
maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya diagnosis atau
kondisi lain yang membaur.1
Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan. Intoksikasi
alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan kematian,
baik karena henti pernapasan atau karena aspirasi muntah. Pengobatan untuk
intoksikasi berat berupa bantuan pernapasan mekanik diunit perawatan intensif,
dengan perhatian pada keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur.
Beberapa penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami
peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya.1
Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar dengan
konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi alkohol didalam
otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka bicara dan suka
berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan cemberut, yang lainnya menjadi
suka berkelahi. Beberapa pasien menunjukkan labilitas mood, dengan episode
tertawa dan menangis yang saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka
pendek terhadap alkohol dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang
terintoksikasi setelah berjam-jam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1
Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena terjatuh
yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda yang
menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah hematoma
wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau berkelahi saat
mabuk.1

14

Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol


A. Baru saja menggunakan alkohol
B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
(misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood,
gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang
berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol
C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian alkohol
1) Bicara cadel
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak mantap
4) Nistagmus
5) Gangguan atensi atau daya ingat
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain
Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.1
2.8 Pengobatan
Penatalaksanaan intoksikasi secara umum2
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa
pembebasan jalan napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem
sirkulasi darah.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah
kerusakan.

3. Dekontaminasi pulmonal

15

Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari


pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan
oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator.
4. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari
racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata
yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan
aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah
hilang.
5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian,
arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik
yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air
mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan
handuk kering dan lembut.
6. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga
tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik.
7. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran
racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal
setelah lebih dari 4 jam
8. Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada
obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial
sangat sedikit jumlahnya.

Medikasi
16

Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol


Masalah

Obat

Jalur

Dosis

Keterangan

klinis
Gemetaran

chlordiazepoxid

Oral

25-100 mg tiap

Dosis awal dapat

dan agitasi

4-6 jam

diulangi tiap 2 jam

ringan sampai

sampai pasien

sedang

tenang; dosis
selanjutnya harus
ditentukan secara
individual dan

Halusinosis

Diazepam

Oral

5-20 mg tiap 4-6

dititrasi
Berikan sampai

Agitasi parah

Lorazepam

Oral

jam

pasien tenang;

chlordiazepoxid

Intravena

2-10 mg tiap 4-6

dosis selanjutnya

jam

harus ditentukan

0,5 mg/kg pada


12,5 mg/mnt
Kejang putus

Diazepam

Intravena

0,15 mg/kg pada

Delirium

Lorazepam

Intravena

2,5 mg/mnt
0,1 mg/kg pada

tremens

secara indivisual
dan dititrasi

2,0 mg/mnt

Protap tatalaksana intoksikasi alcohol dari Kepmenkes RI 2010 yaitu:6

Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%

Bila keadaan Koma :


Posisi face down untuk cegah aspirasi
Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
Injeksi Tiamine 100 mg i.v untuk profilaksis terjadinya Wernicke
Encephalopathy.lalu 50 ml Dekstrose 50% iv (urutan jangan sampai
terbalik)

Problem Perilaku (gaduh/gelisah):


Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif

17

Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut atau merasa
terancam
Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan
Beri dosis rendah sadatif: Lorazepam 1-2 mg atau Haloperidol

mg oral, bila gaduh gelisah berikan sacara parenteral (I.m)


Psikoterapi
Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus
spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,
hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi
tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi
bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1
Medikasi
Disulfiram
Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida
dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan
reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak
boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam
kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus
memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan
selama 2 minggu setelahnya.1
Mereka yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg
setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,
anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual
juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,
pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis
lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1
Psikotropika
Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan
pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.

18

Terapi Prilaku
Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan
alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,
latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk
menguasai

lingkungan.

Sejumlah

program pembiasaan

prilaku (operant

conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk


memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan
berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap
yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.1
Halfway House
Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalah
penempatan yang serius. Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkin
menghalangi, tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway house
adalah suatu sarana pengobatan yang penting yang memberikan bantuan
emosional, konseling, dan pengembalian progresif ke dalam masyarakat.1

Prognosis
Sekitar 10- 40 persen alkoholik menjalani semacam program penanganan formal
sepanjang perjalanan masalah alkohol mereka. Sejumlah tanda prognostik lebih
disukai. Pertama, tidak ada gangguan kepribadian antisosial atau diagnosis
penyalagunaan atau ketergantungan zat lain sebelumnya. Kedua, bukti adanya
stabiltas kehidupan umum dengan adanya pekerjaan , kontak keluarga dekat yang
berkelanjutan, serta tidak adanya masalah hukum yang berat juga menjadi
pertanda baikbuat pasien. Ketiga, jika pasien menjalani penuh rehabilitas awal
(sekitar 2 sampai 4 minggu), kemungkinan mempertahankan abstinensinya baik.
Kombinasi ketiga atribut ini meramalkan setidak-tidaknya 60 % kemungkinan
abstinensi berkelanjutan dalam jangka waktu yang lebih lama. Namun, alkoholik
dengan masalah zat yang parah (terutama pengguna zat IV atau kokain atau
19

ketergantungan amfetamin) serta tunawisma mungkin hanya memiliki sekitar 10


-15 persen kemungkinan mencapai 1 tahun abstinensi

Penanganan dan rehabilitasi


Intervensi
Tujuan pada tahap ini, yang disebut juga konfrontasi, adalah memutuskan rasa
penyangkalan dan membantu pasien mengenali konsekuensi simpang yang akan
terjadi jika gangguan ini tidak diobati. Intervasi, sebagai suatu proses, bertujuan
memaksimalkan motivasi terapi dan abstinensi berkelanjutan.
Keluarga dapat sangat membantu dalam intervensi. keluarga harus belajar
untuk tidak melindungi pasien dari , masalah yang disebabkan alkohol; bila tidak,
pasien tidak mampu mengumpul energi dan motivasi yang diperlukan untuk
berhenti minum. Selama tahap inter

20

You might also like