Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok
gangguan cerebro vasculer, termasuk infark cerebral, perdarahan intracerebral dan
perdarahan subarahnoid. Menurut Caplan, stroke adalah segala bentuk kelainan
otak atau susunan saraf pusat yang disebabkan kelainan aliran darah, istilah stroke
digunakan bila gejala yang timbul akut.1
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan
stroke
intraserebral
dan
stroke
15%
perdarahan
BAB II
STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOESELO SLAWI
Nama Mahasiswa
NIM
: 030.10.251
Dokter Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. J
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 62 tahun
Suku bangsa
: Jawa
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: -
Pendidikan
: S1
Alamat
: 24/07/15
A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (pada istri
pasien) pada tanggal 29 Juli 2015 pada pukul 13.00 WIB di Bangsal Bougenvile
RSUD Dr. Soeselo Slawi.
Keluhan Utama
Kepala terasa pusing berputar
Keluhan Tambahan
Mual dan muntah, kelemahan tangan & kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki 62 tahun datang di antar keluarganya ke IGD RSUD Dr.
Soeselo Slawi pada tanggal 24 juli pukul 12.00 WIB dengan keluhan utama
kepala pusing berputar sudah sejak seminggu yang lalu. Keluhan seperti ini baru
2
pertama kali dirasakan oleh pasien. Pusing dirasa setiap hari dan makin memberat
disertai mual & muntah. Pasien juga mengeluh rasa kaku yang menjalar sampai ke
leher. Selain pusing, pasien merasa tangan dan kaki sebelah kanan lemas. Lemas
sudah dirasa sejak satu tahun yang lalu. Sejak satu tahun yang lalu pasien sudah
tidak kuat berjalan. Pasien menyangkal adanya gangguan penglihatan, mata berair,
gangguan penciuman ataupun telinga berdenging. Pasien menyangkal adanya
riwayat demam ataupun kejang. Riwayat trauma disangkal. Tidak ada keluhan
pada BAK dan BAB.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat stroke empat tahun yang lalu. Selain stroke pasien
memiliki riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus dan asam urat
yang tinggi. Pasien rutin berobat ke rumah sakit dan sudah beberapa kali dirawat.
Riwayat asma, kejang dan alergi disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma,
penyakit jantung, stroke dan alergi.
Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang pensiunan yang lebih sering beraktivitas didalam rumah.
Pasien memiliki kebiasaan merokok pada waktu muda dan jarang berolahraga.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 Juli 2015 pada pukul 13.15 WIB
di Bangsal Bougenvile RSUD Dr. Soeselo Slawi.
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan sakit
Kesan gizi
: Cukup
Status Psikis
Sikap
: Kooperatif
Perhatian
: Wajar
Suhu
: 37C
Pernafasan
: 18 x/menit, reguler
Status gizi
TB
BB
BMI
: 165 cm
: 70 kg
:
70 kg/m2 25,73 kg/m2
27,22
Status generalis
Kepala
o Wajah : simetris
o Mata : alis warna hitam, udem palpebra -/-, bulu mata berwarna
hitam, konjunctiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil
bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
langsung +/+
o Hidung : normosepti, deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-)
o Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik(-), serumen(-)
o Mulut : bibir asimetris, sianosis (-), mukosa bibir kering, mukosa
lidah merah muda, tonsil T1-T1, kripta tidak melebar, detritus (-),
faring tidak hiperemis, oral higine baik
Leher :
o Inspeksi : jejas (-), edema (-), hematom (-), tanda trauma (-)
linea
dullness (-)
o Auskultasi
Genitalia:
Tidak dilakukan
Ekstremitas:
Ekstremitas superior
Akral
Edema
Sendi
Jejas
Ekstremitas inferior
Akral
Edema
Sendi
Dextra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
(-)
Dextra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
Sinistra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
(-)
Sinistra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
Jejas
(-)
(-)
C. STATUS NEUROLOGI
o Glasgow Coma Scale (GCS)
Eye
:4
Verbal
:5
Movement
:6
Total
: 15
o Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Kernig
: < 135o/ >135o
Laseq
: < 70o / >70o
o Bahasa/ Bicara
Disfasia motorik : (-)
Disfasia sensorik : (-)
Disartria
: (-)
o Pemeriksaan Nervus Cranialis
1. Nervus Olfaktorius
- Subjektif
: Tidak dilakukan pemeriksaan
- Objektif
: Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Nervus Optikus
Pemeriksaan
Ketajaman penglihatan
Menilai warna
Lapang pandang
Funduskopi
Dextra
baik
baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
3. Nervus Okulomotorius
Sinistra
baik
baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan
Kedudukan bulus oculi
Pergerakan bulbus oculi
Superior
Inferior
Medial
Superomedial
Diplopia
Strabismus
Ptosis
Enofthalmus
Pupil
Bentuk
Ukuran
Isokor/anisokor
Refleks pupil
Dextra
Di tengah
Sinistra
Di tengah
Baik
Baik
Baik
Baik
-
Baik
Baik
Baik
Baik
-
Bulat
3 mm
isokor
+
Bulat
3 mm
isokor
+
4. Nervus Troklearis
Pemeriksaan
Pergerakan
bulbus
(inferomedial)
Diplopia
Dextra
oculi +
Sinistra
+
5. Nervus Trigeminus
-
Motorik
o Membuka mulut
: baik
o Mengunyah
: baik
o Menggigit
: baik
Sensorik
o Refleks kornea
: baik
o Sensibilitas wajah
Pemeriksaan
Ramus opthalmicus
Ramus maxillaries
Ramus mandibularis
Dextra
Baik
Baik
Baik
Sinistra
baik
Baik
Baik
6. Nervus Abdusen
Pemeriksaan
Pergerakan bulbus okuli
Lateral
Superolateral
Inferolateral
Diplopia
Dextra
Sinistra
Baik
Baik
Baik7
-
Baik
Baik
Baik
-
7. Nervus Fasialis
Pemeriksaan
Fungsi Motorik
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Memejamkan mata
Menyeringai
Mengembungkan pipi
Fungsi Pengecapan
2/3 depan lidah
Dextra
Sinistra
Dapat dilakukan
Dapat dilakukan
8. Nervus Vestibulokoklearis
-
Nervus Koklearis
Pemeriksaan
Detik arloji
Mendengar suara berbisik
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Swabach
-
Dextra
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nervus Vestibularis
o Nigstagmus : -/-
Sinistra
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Motorik
o
Sensorik
o Indra pengecapan lidah 1/3 posterior : tidak dilakukan
pemeriksaan
Palatum molle
: simetris
Uvula
: di tengah
Arcus faringeus
: simetris
Disfagia
: (-)
Disfonia
: (-)
Mengangkat bahu
Menoleh
Pergerakan lidah
: baik
Tremor lidah
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Artikulasi
: baik
Atrofi lidah
: (-)
Badan
o Motorik
-
o Sensorik
Pemeriksaan
Dextra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Taktil
Nyeri
Suhu
Sinistra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
o Refleks Superfisialis
Gluteal
Ekstremitas Superior
o Motorik
Pemeriksaan
Kesimetrisan
Pergerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Dextra
Simetris
Aktif, terbatas
Normotonus
Eutrofi
3
Sinistra
Simetris
Aktif, tidak terbatas
Normotonus
Eutrofi
5
o Sensorik
Pemeriksaan
Taktil
Nyeri
Suhu
Dextra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Sinistra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
o Refleks fisiologis
Pemeriksaan
Biceps
Triceps
Dextra
+
+
Sinistra
+
+
10
o Refleks patologis
Pemeriksaan
Hoffman-Tromner
Dextra
Sinistra
Ekstremitas Inferior
o Motorik
Pemeriksaan
Kesimetrisan
Pergerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Dextra
Simetris
Aktif, terbatas
Normotonus
Eutrofi
4
Sinistra
Simetris
Aktif, tidak terbatas
Normotonus
Eutrofi
5
o Sensorik
Pemeriksaan
Taktil
Nyeri
Suhu
Dextra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Sinistra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
o Refleks fisiologis
Pemeriksaan
Patella
Achilles
Dextra
+
+
Sinistra
+
+
o Refleks patologis
Pemeriksaan
Babinsky
Chaddock
Gonda
Gordon
Oppenheim
Schaeffer
Dextra
-
Sinistra
-
Cara berjalan
Test Rhomberg
Tes Disdiadokinesa
11
Pemeriksaan
Tremor
Athetosis
Chorea
Ballismus
Dextra
-
Sinistra
-
12
Nama test
Hemoglobin
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Leukosit
Diff. count
Basofil
Eusinolif
Netrofil
Limfosit
Monosit
Gula Darah Puasa
Gula Darah 2 jam
PP
Uric Acid
Cholesterol Total
Trigliserida
Fungsi ginjal
Ureum
Kreatinin
Fungsi hati
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Tanggal
Pemeriksaan
Satuan
24/7/2015
Hasil
Hematologi
11,9
g/dL
196
ribu/uL
4,2
juta/uL
34
%
80
fL
28
Pg
35
g/dL
6.000
/mm3
0, 20
3,8
68,9
21,5
5,50
Nilai normal
12 14
150 400
46
37 42
80 100
26 34
32 36
5.000 - 10.000
%
%
%
%
%
Kimia darah
81
mg/dL
130
mg/dL
0-1
2-4
50 70
25 40
28
8,1
185
94
mg/dL
mg/dL
mg/dL
2-7
150-200
35-150
37,5
1,90
mg/dL
mg/dL
17,1 42,8
0,4 1,2
u.l
u/l
13 33
6 30
10
5
o Radiologi
CT Scan kepala
Kesan : lesi hipodens pada hemisfer cerebri sinistra
13
75 140
<141
E. RESUME
Seorang laki-laki 62 tahun datang di antar keluarganya ke IGD RSUD Dr.
Soeselo Slawi pada tanggal 24 juli pukul 12.00 WIB dengan keluhan utama
kepala pusing berputar sudah sejak seminggu yang lalu. Keluhan seperti ini baru
pertama kali dirasakan oleh pasien. Pusing dirasa setiap hari dan makin memberat
disertai mual & muntah. Pasien juga mengeluh rasa kaku yang menjalar sampai ke
leher. Selain pusing, pasien merasa tangan dan kaki sebelah kanan lemas. Lemas
sudah dirasa sejak satu tahun yang lalu. Sejak satu tahun yang lalu pasien sudah
tidak kuat berjalan. Pasien memiliki riwayat stroke 4 tahun yang lalu. Selain
stroke, pasien juga memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit
jantung.
Dari pemeriksaan status neurologis didapatkan GCS E4V4M6 dan pada
pemeriksaan motoric, didapatkan tanda lateralisasi berupa kelemahan pada
ekstremitas dekstra, dengan kekuatan otot ekstremitas superior dan inferior dextra
14
TERAPI
o Medikamentosa
Bed rest
Oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit
IVFD RL + NS 1A 20 tpm
Inj. Citicholin 3x500mg
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Mecobalamin 2x1
Clopidogrel 1x1 tab
Aspilet 1x1 tab
Nimotop 3x1 tab
Frego 2x1
Konsul penyakit dalam
o Nonmedikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentan penyakit
yang sedang diderita oleh pasien.
o Hindari faktor resiko
o Fisioterapi
H.
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanasionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
I. FOLLOW UP
Tgl.
S
30/07/15 Kelemahan
O
TD 140/80 mmHg
15
A
SNH hari
P
Infus RL+ NS 1 A 20tpm
ekstremitas kanan
HR 80x/m
RR 20x/m
GCS E4V5M6
RCL +/+ 3
Clopidogrel 1x1tab
Aspilet 1x1tab
RCTL
ke 7
Inj.Citicholin 2x500mg
+/+
Nimotop 3x1tab
Frego 2 x 1
Meningeal (-)
+ +
+ +
Refleks fisiologis
16
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita stroke non
hemoragik/ stroke iskemik.
A. ANAMNESIS
1. Gejala klinis
Pada pasien terdapat keluhan pusing yang berputar, disertai kepala
terasa kaku sampai leher. Pusing merupakan salah satu gejala dari
stroke. Selain itu, didapatkan pasien mengalami kelemahan pada
tangan dan kaki sebelah kanan. Hal ini menunjukkan adanya defisit
neurologis berupa kelemahan pada ekstremitas superior dan inferior
dextra (hemiparesis dekstra). Defisit neurologis yang terjadi pada
stroke disebabkan oleh adanya gangguan pembuluh darah otak yang
terganggu, kerusakan pada area otak sisi sinistra akan memberikan
deficit motoric pada sisi kontralateral (dextra).
17
2. Faktor resiko
- Usia
Pasien laki-laki berusia 62 tahun, dimana pada usia di atas 55
tahun, resiko stroke meningkat akibat proses penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah ke
-
otak.
Hipertensi
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan
pembentukan plak aterosklerosis semakin cepat dan progresif,
disfungsi endotel semakin meningkat, diameter pembuluh darah
dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan neurologis:
Pemeriksaan rangsang meningeal dan kaku kuduk yang negatif
Siriraj skor
Skor Stroke Siriraj
Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x
18
Hasil :
Skor > 1
Perdarahan supratentorial
Skor < 1
Infark serebri
Skor pasien:
(2,5 x 0) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 70) - (3 x 1) 12 = -4
infark cerebri
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis ke arah
strok iskemik tidak banyak, diantaranya adalah penurunan hematokrit.
Penurunan hematokrit menandakan kondisi viskositas darah, dimana
viskositas darah mempengaruhi aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak
yang tidak lancar menyebabkan hipoksia otak yang dapat berakhir
terjadinya iskemik.
Pemeriksaan CT-scan menjadikan diagnosa stroke iskemik menjadi
lebih tegak dengan ditemukannya lesi hipodens pada hemisfer cerebri
sinistra. Hal ini cocok dengan klinis yang ditemukan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Penatalaksanaan pada pasien stroke iskemik yang pertama adalah oksigen
untuk mencegah terjadinya hipoksia otak. Infuse RL + 1A 20 tpm berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium yang
cukup untuk mengganti ekskresi harian. Pemberian kombinasi Aspilet dan
Clopidogrel ditujukan untuk melisiskan trombus maupun emboli yang menyumbat
pembuluh darah. Citicholin diberikan dengan tujuan menghambat kerusakan
membrane
dan
mengurangi
radikal
bebas
dengan
cara
menambah
19
20
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Infark Cerebri adalah Pembentukan daerah nekrosis di otak yang disebabkan oleh
iskemia yang berkepanjangan.3
ETIOLOGI
Infark cerebri dapat disebabkan oleh4 :
1. Trombosis otak
Trombosis adalah obstruksi aliran darah yang terjadi karena proses oklusi
pada satu pembuluh darah lokal atau lebih. Trombosis otak umumnya terjadi
pada pembuluh darah yang mengalami artherosklerosis yang mula-mula akan
menyempitkan lumen pembuluh darah (stenosis) yang kemudian dapat
berkembang menjadi sumbatan (oklusi) yang menyebabkan terjadinya infark
2. Emboli otak
Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem vaskuler
dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran
darah. Penyebab emboli otak pada umumnya berhubungan dengan kelainan
kardiovaskuler antara lain :
a. Fibrilasi atrial
b. Penyakit katub jantung
21
c. Infark miokard
d. Penyakit jantung rematik
e. Lepasnya plak aterosklerosis pembuluh darah besar intra / ekstra cranial
3. Pengurangan perfusi sistemik umum
Pengurangan perfusi sistemik bisa mengakibatkan iskemik. Pengurangan
perfusi ini dapat disebabkan karena :
a. Kegagalan pompa jantung
b. Proses perdarahan yang masif
c. Hipovolemik
PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya terjadinya infark cerebri meliputi dua proses yang saling terkait,
yaitu:
1. Perubahan vaskuler, hematologik atau kardiologik yang menyebabkan
terjadinya kekurangan aliran darah ke bagian otak yang terserang.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak
maka metabolisme di otak akan berubah. Setelah satu menit terganggu, fungsi
neuron akan berhenti. Bila 5 menit terganggu dapat terjadi infark.
Bagaimanapun, jika oksigenasi ke otak dapat diperbaiki dengan cepat,
kerusakan kemungkinan bersifat reversibel.5
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemia hingga terjadi
nekrosis sel neuron, glia dan sel otak yang lain.
Dalam keadaan iskemik, kadar kalium akan meningkat disertai penurunan
ATP dan kreatin fosfat. Akan tetapi, perubahan masih bersifat reversibel
apabila sirkulasi dapat kembali normal. Ion kalium yang meninggi di ruang
ekstraseluler akan menyebabkan pembengkakan sel astroglia, sehingga
mengganggu transport oksigen dan bahan makanan ke otak. Sel yang
mengalami
iskemia
akan
melepaskan
glutamat
dan
aspartat
yang
23
The Oxford Community Stroke Project classification (OCSP) juga dikenal sebagai
Banford atau Oxford klasifikasi mengelompokkan infark cerebri ke dalam 4
kelompok yaitu7:
1. Infark Sirkulasi Anterior Total (TACI)
mengacu pada gejala pasien yang secara klinis tampak menderita infark
sirkulasi anterior total, tetapi belum mendapatkan pencitraan diagnostik
apapun (misalnya CT Scan) untuk mengkonfirmasi diagnosis
2. Infark Sirkulasi Anterior Parsial (PACI)
mengacu pada gejala pasien yang secara klinis tampak menderita infark
sirkulasi anterior parsial, tetapi belum mendapatkan pencitraan diagnostik
apapun (misalnya CT Scan) untuk mengkonfirmasi diagnosis
3. Infark Lacunar (LACI)
Infark lacunar adalah jenis infark yang dihasilkan dari oklusi salah satu arteri
penetrasi yang menyediakan darah ke struktur-struktur otak bagian dalam.
Lacunes (bahasa latin untung ruang kosong) disebabkan oleh oklusi satu arteri
penetrasi mendalam yang muncul langsung dari konstituen Lingkaran Willis,
arteri cerebellar, dan arteri basilar. Lesi yang sesuai terjadi pada inti yang
mendalam dari otak (37% putamen, 14% thalamus, dan 10% caudatus) serta
pons (16%) atau posterior limb dari kapsul internal yang (10%), jarang terjadi
pada substansia putih, anterior limb kapsul internal dan cerebellum.
4. Infark Sirkulasi Posterior (POCI).
mengacu pada gejala pasien yang secara klinis tampak menderita infark
sirkulasi posterior, tetapi belum mendapatkan pencitraan diagnostik apapun
(misalnya CT Scan) untuk mengkonfirmasi diagnosis
MANIFESTASI KLINIS
1. TACI (Infark Sirkulasi Anterior Total)
24
Dysarthria/clumsy hand
Lokasi: basis pontis, anterior limb kapsula interna, corona radiata, basal
ganglia, thalamus, cerebral peduncle
Gejala: gejala utama adalah disartria dan kelemahan tangan, yang terlihat
jelas saat pasien menulis
Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral, dan gangguan motorik,
sensorik kontralateral
Gangguan motorik / sensorik bilateral
Gangguan gerakan konjungat mata ( horisontal et vertical)
Disfungsi serebral
Isolated hemianopia atau buta kortikal
25
DIAGNOSIS
CT scan kepala non kontras baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik
memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan ini
juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari infark dan mengeliminasi
kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalahnya mirip dengan stroke
(hematoma, neoplasma, abses).8
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami. Setelah
6-12 jam setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang menandakan
terjadinya edema di otak. Jika setelah 3 jam terdapat daerah hipodense yang luas
di otak maka diperlukan pertimbangan ulang mengenai waktu terjadinya stroke.
Tanda lain terjadinya stroke non hemoragik adalah adanya insular ribbon sign,
hiperdense MCA (oklusi MCA), asimetris sulkus, dan hilangnya perberdaan graywhite matter.9
PERUBAHAN GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA STROKE
ISKEMIK
Infark Hiperakut
Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan biasanya
tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50%
pasien; tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut
dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi terapi trombolitik.
Gambaran CT scan yang khas untuk iskemia serebri hiperakut adalah sebagai
berikut:
26
alba,
karena
metabolismenya
lebih
aktif.
Karena
itu,
27
Gambaran hipodensitas insula serebri cepat tampak pada oklusi arteri serebri
media karena posisinya pada daerah perbatasan yang jauh dari suplai kolateral
arteri serebri anterior maupun posterior
28
29
Tanda Sylvian dot menggambarkan adanya oklusi distal arteri serebri media
(cabang M2 atau M3) yang tampak sebagai titik hiperdens pada fisura Sylvii
(Gambar 5).
Infark Akut
Pada periode akut (6-24 jam), Hilangnya batas substansia alba dan substansia
grisea
serebri,
pendangkalan
sulkus, hipodensitas
ganglia
basalis,
dan
hipodensitas insula serebri makin jelas. Distribusi pembuluh darah yang tersumbat
makin jelas pada fase ini
Infark Subakut dan Kronis
30
Selama subakut (1-7 hari), edema meluas & didapatkan efek massa yang
menyebabkan pergeseran jaringan infark ke lateral dan vertikal. Hal ini terjadi
pada infark yang melibatkan pembuluh darah besar. Infark kronis ditandai dengan
hipodensitas dan berkurangnya efek massa. Densitas infark = cairan serebrospinal
(Gambar 6).
PENATALAKSANAAN
Target managemen pada infark akut adalah untuk menstabilkan pasien dan
menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya pencitraan dan
pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba.10
1. Penatalaksanaan Umum
a. Airway and breathing
Pasien dengan GCS 8 atau memiliki jalan napas yang tidak adekuat atau
paten memerlukan intubasi. Jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) maka pemberian induksi dilakukan untuk mencegah
efek samping dari intubasi. Pada kasus dimana kemungkinan terjadinya
herniasi otak besar maka target pCO2 arteri adalah 32-36 mmHg. Dapat
pula diberikan manitol intravena untuk mengurangi edema serebri. Pasien
harus mendapatkan bantuan oksigen jika pulse oxymetri atau pemeriksaan
analisa gas darah menunjukkan terjadinya hipoksia. Beberapa kondisi
31
darah
ini
harus
dilanjutkan
hingga
pasien
pulang
untuk
32
dititrasi
hingga
mencapai
efek
yang
diinginkan
dengan
mg/jam.
Pilihan
terakhir
dapat
diberikan
nitroprusside
0,5
33
34
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara
intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim
proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein
pembekuan lainnya.
Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders and
Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3
jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan
10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang sisanya
diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah pemberian rt-PA didapati
pasien tidak mengalami cacat atau hanya minimal. Efek samping dari rtPA ini adalah perdarahan intraserebral, yang diperkirakan sekitar 6%.
Penggunaan rt-PA di Amerika Serikat telah mendapat pengakuan FDA
pada tahun 1996.15
Tetapi pada penelitian random dari European Coorperative Acute Stroke
Study (ECASS) pada 620 pasien dengan dosis t-PA 1,1 mg/kg (maksimal
100 mg) diberikan secara IV dalam waktu tidak lebih dari 6 jam setelah
onset. Memperlihatkan adanya perbaikan fungsi neurologik tapi secara
keseluruhan hasil dari penelitian ini dinyatakan kurang menguntungkan.
Tetapi pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800 pasien menggunakan
dosis 0,9 mg/kg diberikan dalam waktu tidak lebih dari 6 jam sesudah
onset. Hasilnya lebih sedikit pasien yang meninggal atau cacat dengan
pemberian rt-PA dan perdarahan intraserebral dijumpai sebesar 8,8%.
Tetapi rt-PA belum mendapat ijin untuk digunakan di Eropa.15
Kontroversi mengenai manfaat rt-PA masih berlanjut, JM Mardlaw dkk
mengatakan bahwa terapi trombolisis perlu penelitian random dalam skala
besar sebab resikonya sangat besar sedang manfaatnya kurang jelas. Lagi
pula jendela waktu untuk terapi tersebut masih kurang jelas dan secara
objektif belum terbukti rt-PA lebih aman dari streptokinase. Sedang
35
36
protamine
sulphute
dengan
intravenous
lambat
untuk
pembentukan
agregasi
platelet.
Sayang
ada
yang
38
yang
sedang hingga
berat
maka
kombinasi
Carotid
39
bahwa
angioplasti
lebih
aman
dilaksanakan
BAB V
KESIMPULAN
40
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
(WHO 1983). Stroke pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan
pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tak
dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak
disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
Diagnosis stroke didapatkan berdasarkan anamnesis dan dari gejala stroke
yang muncul, pemeriksaan fisik yang didapatkan adanya deficit neurologis dan
pemeriksaan penunjang. Ct scan kepala merupakan gold standar yang dilakukan
untuk membedakan stroke terjadi karena iskemik atau perdarahan.
Penanganan dini terhadap pasien stroke sangat mempengaruhi prognosis.
Penanganan yang cepat dan tepat dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas. Pencegahan terhadap berbagai faktor resiko stroke harus tetap
dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke berulang.
DAFTAR PUSTAKA
41
42
43