Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Perancangan Kota 1 ini dengan
baik meskipun masih terdapat kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai elemen-elemen dalam perancangan kota. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1.1. Peta Malioboro .................................................................................................. 18
Gambar 4.1.2. Peta Pusat Pemerintahan Yogyakarta di Malioboro Segmen 3 ........................ 19
Gambar 4.1.3. Gerbang Kantor Gubernur Yogyakarta di Jl. Malioboro .................................... 19
Gambar 4.1.4. Peta PKL di Malioboro Segmen 3 ..................................................................... 20
Gambar 4.1.5. Pertokoan di Kawasan Malioboro ...................................................................... 20
2.2. Tata Guna Lahan (Land Use) ......................................................................................... 21
2.3. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) .......................................... 21
2.4. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) .................................................................. 5
2.5. Ruang Terbuka (Open Space) .......................................................................................... 2
2.6. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) ............................................................................... 5
2.7. Pendukung Kegiatan (Activity Support) ............................................................................ 2
2.8. Sistem Perpapanan (Signages) ........................................................................................ 5
2.9. Preservasi (Preservation) ................................................................................................. 5
3.1. Kondisi Administratif Kota Yogyakarta .............................................................................. 2
3.2. Kondisi Sosial Budaya Kota Yogyakarta ........................................................................... 5
3.3. Kondisi Elemen Kota Yogyakarta ..................................................................................... 2
4.1. Tata Guna Lahan (Land Use) ........................................................................................... 5
4.2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) ............................................ 2
4.3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) .................................................................. 5
4.4. Ruang Terbuka (Open Space) .......................................................................................... 2
4.5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) ............................................................................... 5
4.6. Pendukung Kegiatan (Activity Support) ............................................................................ 2
4.7. Sistem Perpapanan (Signages) ........................................................................................ 5
4.8. Preservasi (Preservation) ................................................................................................. 5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kondisi Administratif Kecamatan di Kota Yogyakarta pada tahun 2007 ................... 15
Tabel 3.3 Data Statistik Pendidikan di Kota Yogyakarta ........................................................... 16
tujuan wisata lokal dan mancanegara karena banyaknya tujuan wisata yang menarik,
BAB I
PENDAHULUAN
salah satunya jalan Malioboro. Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan
dari tiga jalan di kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke
perempatan Kantor Pos
Yogyakarta.
tarik
kawasan jalan
Malioboro adalah selain terdapat banyak objek bersejarah seperti Tugu Jogja, Stasiun
dan
Tugu dan Benteng Vredeburg juga karena banyaknya pedagang yang berjualan di
transportasi dalam wujud fisik. Perancangan kota dapat mewujudkan dirinya dalam
kawasan Malioboro sejak pagi hingga larut malam. Perkembangan kawasan Malioboro
bentuk tampak depan bangunan, desain sebuah jalan, sebuah rencana kota, atau dapat
yang sudah ada sejak zaman dahulu merupakan satu keunikan khas tersendiri dimana
dikatakan pula bahwa perancangan kota berkaitan dengan bentuk wilayah perkotaan.
antara
profesi
perencana
kota,
arsitektur,
lansekap,
rekayasa
sipil,
Ruang-ruang terbuka berbentuk jalan, taman, dan akhirnya ruang yang lebih besar
pusat kota wilah lain, yaitu pusat pemerintahan berada di wilayah yang sama dengan
merupakan proses dan produk perancangan kota. Produk perancangan kota tersebut
pusat keramaian kota, sehingga daerah jalan malioboro disebut dengan wilayah
dapat dikategorikan dalam dua bentuk umum yang disebut ruang kota (urban space)
konservasi.
dan ruang terbuka (open space) (Budiharjo & Djoko Sujarto, 1999).
Kota yang merupakan suatu lingkungan fisik memiliki berbagai aspek yang dapat
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka tujuan yang dirumuskan
mengangkat, mengembangkan dan mencirikan kota itu sendiri, seperti nilai historis dan
aspek-aspek yang bersifat faktual lainnya yang membuahkan suatu identitas bagi kota.
adalah:
Identitas kota bisa berwujud fisik atau non-fisik, aktifitas sosial, dan nilai ekonomis.
Idenitas kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu yang bersifat fisik yang bisa
djadikan pengidentifikasi kawasan tersebut. Identitas fisik yang mudah ditangkap oleh
Malioboro.
pengamat adalah suatu objek yang dijadikan acuan (point of reference) terhadap
kawasannya. Bangunan yang bersifat besar, mudah dilihat dan monumental biasanya
1.3 Manfaat
dijadikan pengamat sebagai acuan (landmark). Secara tidak langsung hal ini
Berdasarkan tujuan yang telah dibuat, maka manfaat yang didapat adalah:
menjadikannya obyek yang mudah diingat yang mencirikan kawasannya. Tidak hanya
itu, hal lain yang bersifat fisik lainnya seperti halte, jalan, funitur kota, pavement,
jembatan dan banyak hal lainnya juga bisa menjadi identitas kota secara fisik.
jalan Malioboro.
2. Memahami manfaat elemen unsur perancangan kota
parking), ruang terbuka (open space), jalur pedestrian (pedestrian ways), pendukung
BAB II
ruang lingkup penataan kota. Pada penataan suatu kota harus mempunyai
KAJIAN PUSTAKA
di
lapangan,
bentuk-bentuk
aktivitas,
dan
infra
struktur.
Karakterisitik
perancangan kota (urban design) sulit dibedakan dengan perencanaan kota (urban
planing) secara luas (Darmawan, 2009).
Perancangan kota (urban design) telah berkembang terlebih dahulu di negaranegara EropaBarat dan Amerika. Perkembangan tersebut ditandai dengan beragamnya
3.
3.
4.
5.
Langgam
6.
Kepejalan Bangunan
7.
Skala
8.
Material
9.
Tekstur
10.
Warna
dalam kegiatan.
4.
Ruang luar menurut Kuncoro Jakti (1971) adalah siati sebutan yang diberikan
orang atas ruang yang terjadi karena pembatasan alat hanya pada dua unsur
atau bidang, yaitu alas dan dinding tanpa bidang atap (terbuka).
1, 1987)
ruang yang terjadi dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dengan
terdapat delapan macam elemen perancangan kota yang membentuk sebuah kota,
yaitu:
1.
Penggunaan Lahan (Land Use) merupakan rencana dua dimensi dimana ruang-
5.
Desain tata kota untuk mendukung atau memfasilitasi bagi penduduk pejalan
ruang tiga dimensi akan dibangun dan fungsi-funsi akan dibentuk. Pada
secara teknis dan non-teknis, baik yang ditetapkan Pemerintah Pusat maupun
pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan kota. (PerMent Negr Paten No. 2 Pasal
2.
mengontrol pola kegiatan kota dalam segi sistem jalan transportasi, jalan
wilayah kota termasuk ruang diatas dan di bawahnya serta pedoman pengarahan dan
Ketinggian Bangunan
Sirkulasi adalah perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan
definsi dan substansi mengenai urban design yang berkembang hingga saat ini.
1.
6.
fungsi
7.
utaman
dan
pengguna
elemen-elemen
kota
yang
dapat
menggerekkan aktivitas.
Signages
bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan; yang dapat menciptakan dan
Merupakan tanda yang bertujuan untuk ikal aatau advertensi mengisi ruang
kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik (Shirvani,
1985).
8.
Preservasi (Preservation)
Dengan kata lain, building form and massing membahas mengenai bagaimana
bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta
bagaimana hubungan antarmassa (banyak bangunan) yang ada. Pada penataan suatu
kota,
bentuk
dan
hubungan
antarmassa
seperti
ketinggian
bangunan,
jarak
Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan
sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit-horizon (skyline)
lahan sebuah kota. Ruang - ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di tempat -
yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai) (Shirvani,
tempat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Sebagai contoh, di dalam sebuah
1985).
kawasan industri akan terdapat berbagai macam bangunan industri atau di dalam
kawasan perekonomian akan terdapat berbagai macam pertokoan atau pula di dalam
Arsitektur Kota (2009), bentuk dan massa bangunan semata-mata ditentukan oleh
kawasan
pemerintah.
Kebijaksanaan tata guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi / parkir dan
pemerintahan
akan
memiliki
bangunan
perkantoran
Sebuah kawasan yang linear, dengan dipisahkan oleh satu jalan, kemudian di
kanan
kiri
terdapat
berbagai
pertokoan
dan
fasilitas
pendukung
sebenarnya
menciptakan fungsi ruang yang tegas. Tata guna lahan di kawasan malioboro tentunya
a.
mengikuti karakter kawasan Malioboro. Hal ini juga sudah melekat kuat di Malioboro
b.
sehingga berdampak baik bagi image kawasan Malioboro sebagai one street shopping
c.
line (Julvia, 2012). Sebenarnya malioboro bukan merupakan kawasan jual beli, namun
d.
tepatnya sebagai kawasan konservasi yang di dukung oleh kegiatan jual beli. Selain
e.
f.
Sirkulasi
Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran
bangunan
gedung
beserta
lingkungannya
sebagai
wujud
mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas
pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan
suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut
8
Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota,
vi.
Tanaman
fasilitas pelayanan umum, dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat.
vii.
Papan Reklame
a.
keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat
b.
c.
Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk
d.
e.
mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk
f.
Kondisi jalan
g.
Perparkiran
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat menentukan
struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol
pola aktivitas dalam kota. Teknik perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
1.
2.
sasaran ini.
Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur,
c.
2.
dan dapat menciptakan lingkungan yang dapat dibaca. Lebih khusus lagi yaitu,
a)
i.
ii.
Bahu
Jalan
daerah
sirkulasi
pejalan
tempat
b)
i.
Penerangan jalan
(vistas) dan beberapa visual menarik yang dapat berperan sebagai tetenger (landmark);
ii.
iii.
Halte
iv.
Telepon Umum
v.
Bangku-bangku
d)
Pembedaan
susunan
dan
jalan-jalan
penting
dengan
3.
yang memadai dengan dampak visual terkecil sangat penting dalam keberhasilan urban
design. Beberapa cara mengatasinya adalah:
a.
didesain untuk penyediaan area parkir. Dalam hal ini perlu adanya regulasi
b. mengurangi penggunaan kendaraan pribadi;
b.
yang telah ada dengan cara membuat program yang memungkinkan berbagai
Perparkiran
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu
pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek
visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.
Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang
menentukan hidup tidaknya suatu kawasan ( kawasan komersial, kawasan pusat kota,
dll ). Perencanaan tempat parkir menurut Irvine ( Shirvani, 1981 ), harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a.
c.
bergabung
untuk
membentuk
districts
perparkiran
atau
Urban edge parking yaitu area parkir yang dibuat di tepi suatu
wilayah kota.
Prinsip utama dalam mendesain jaringan transportasi (jalan raya) sebagai
bagian urban space adalah adalah bahwa jalan seharusnya didesain menjadi ruang
terbuka yang memiliki pemandangan yang lebih baik antara lain :
a.
b.
parkir)
Lokasi kantong parkir seyoganya ditempatkan pada jarak jangkau yang layak
bagi para pejalan kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal
mempersingkat jarak jalan kaki menuju jalur pedestrian.
Masalah perpakiran memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas
lingkungan yaitu:
Ruang terbuka adalah suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam
suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Plato, 1999).
Ruang selalu terbentu dari 3 elemen pembentuk ruang yaitu bidang alas/lantai, bidang
langit-langit, dan bidang pembatas/dinding (dinding semu, transparan dan masif)
a.
b.
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap agenda urban design
adalah akses terhadap daerah milik pribadi dan area parkir. Penyediaan area parkir
yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
i.
tersebut baik secara individu atau secara kelompok. Bentuk daripada ruang terbuka ini
a.
sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. contoh ruang terbuka
adalah jalan, pedestrian, taman, plaza, pemakaman di sekitar lapangan olahraga.
RTH dapat diklasifikasi menjadi dua bentuk.
1.
Drainase
elemen asesoris. Elemen asesoris berfungsi menghiasi kota dan pendukung untuk
mengandung kegiatan manusia. Misalnya adalah ruang sebagai jarak terhadap rel
Elemen ini sebagian besar terdiri dari lingkungan alami ( (Budiharjo & Djoko
kereta api. Kecendrungan konsep ruang terbuka pasif adalah mengambil sifat pasif yaitu
ruang sebagai akibat pembentukan massa. Sehingga pada kualitasnya dilihat dari segi
a.
social yang disusun secara organis. Oleh karena itu, di dalam lingkungan kawasan
b.
Air
tradisional kualitas ruang terbuka (alun-alun, benteng, dsb.) yang ada sering tidak diakui
dan diperhatikan dengan baik karena dianggap ada secara alamiah tanpa kesadaran
bahwa ruang terbuka sangat berarti bagi suatu kawasan baik di desa maupun kota
a.
b.
Rambu-rambu jalan
pengendalian banjir. memelihara ekosistem tertentu, dsb (Budiharjo & Djoko Sujarto,
c.
Bis Surat
1999)
d.
Pedestrian
e.
Bak tanaman
f.
Tempat sampah
g.
Box telefon
h.
Pemisah jalan
maupun kelompok. (Hakim, 1999). Menurut sifatnya, ruang umum dapat dibagi menjadi
Ruang terbuka merupakan salah satu bagian dari ruang umum (Budiharjo &
Djoko Sujarto, 1999).
Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat
2:
11
1.
Ruang umum tertutup adalah ruang umum yang ada di dalam satu bangunan.
2.
Fungsi Ekologis
Ruang umum terbuka adalah ruang umum yang berada di luar bangunan.
2.
Ruang terbuka dalam lingkungan hidup adalah lingkungan alam dan manusia.
3.
Fungsi Arsitektural
4.
Fungsi Sosial
5.
Fungsi Ekonomi
mineral, dll.
2.
dam sejarah.
3.
Berbentuk memanjang
Ruang terbuka berbentuk memanjang mempunyai batas-batas pada sisisisinya misalnya jalan, sungai, dll.
2.
Berbentuk mencuat
Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu
lingkungan dan sifatnya umum. Tata letak penyusunan ruang terbuka dan ruang tertutup
akan mempengaruhi keserasian lingkungan.
2.
Ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka yang dibatasi oleh dinding
berlokasi pada lahan-lahan milik privat. Tetapi secara garis besar RTH mempunyai
2.
Meningkatkan
kualitas
lingkungan
dengan
memprioritaskan
skala
manusia.
3.
udara.
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen
dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola
aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang.
mengimbangi
Perubahan-perubahan
dan
meningkatkan
rasio
arus
penggunaan
pejalan
kaki
jalan
raya
yang
dapat
dilakukan
dapat
dengan
2.
Street furniture
bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi
informasi dan orientasi kota yang dirancang khusus sebagai bagian dari delapan elemen
urban design sedangkan menurut Echols dalam Mandaka (2004) sign adalah tanda dan
RTH dapat bersifat publik yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik
atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah pusat/daereah , dan privat , yaitu RTH yang
perkotaan yang berfungsi sebgai sarana informasi atau komunikasi secara arsitektural.
12
Senada dengan hal tersebut, Lynch dalam Mandaka (2004) menyebutkan bahwa sign
3.
dapat berfungsi sebagai alat untuk orientasi bagi warga kota. Sama halnya dengan
pada bangunan sebagai jatidiri pertokoan seperti papan nama (name plate), sign
Sanoff dalam Mandaka (2004) yang mengatakan bahwa signage seperti dalam
kota,
signage
memiliki
bermacam-macam
fungsi.
Pentingnya
Jati diri (identitas) mal (Mall Identity), dapat berupa symbol atau logo
untuk memberikan identitas suatu mal, dan logo tersebut dapat digunakan untuk
informasi pada public.
2.
yang berfungsi untuk memberikan informasi seperti penunjuk arah, peta-peta dan tanda-
kawasan
4.
pada highway, lampu-lampu lalu lintas, rute-rute perjalanan, tanda parker, tanda
berhenti, penyeberangan pekalan kaki dan tanda penunjuk arah
tanda khusus yang menunjukkan lokasi parker, subway atau halte bis. Dengan informasi
tersebut akan menuntun orang menuju tujuan tertentu.
2.8 Pendukung Kegiatan (Activity Support)
Menurut Shirvani (1984) activity support termasuk di dalamnya semua fungsi
dan kegiatan yang memperkuat ruang-ruang publik kota, antara aktivitas dan ruang fisik
selalu saling melengkapi. Bentuk, lokasi, dan karakter suatu tempat spesifik akan
menarik munculnya fungsi, penggunaan ruang dan aktivitas yang spesifik pula.
Sebaliknya suatu kegiatan cenderung memperhatikan lokasi yang layak dan baik untuk
mendukung kegiatan itu sendiri. Dalam hubungannya dengan perancangan kota, activity
support ini berarti suatu elemen kota yang mendukung dua atau lebih pusat kegiatan
umum yang berada di kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan
yang cukup besar. Activity support tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plaza
tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota
yang dapat menggerakkan aktivitas (Darmawan, 2003). Karakteristik suatu ruang publik
akan terbentuk karena adanya aktivitas-aktivitas yang tumbuh dan berkembang
sehingga memperkuat image ruang publik tersebut (Lynch,1960).
Menurut Krier (1979) aktivitas pada sebuah kota akan muncul pada area-area
publik seperti square dan jalan. Jalan yang merupakan penghubung antar bagian dalam
sebuah kota memiliki potensi untuk munculnya fungsi dan aktivitas lain. Aktivitas
komersil tersebut menjadi generator yang dapat menghidupkan ruang publik. Adapun
fungsi utama activity supportadalah :
1.
menggerakkan fungsi kegiatan utama kota menjadi lebih hidup, menerus, dan ramai.
2.
13
3.
lingkungan binaan yang baik dan bersifat mendidik. (Danisworo dalam Suntoro, 2002)
kondisi asli yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakannya. Tergantung dari
kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula
dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pada dasarnya merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat atau
melestarikan, monument, bangunan atau lingkungan pada kondisi yang ada dan
menjaga proses perusakan.
Preservasi merupakan kegiatan untuk melestarikan sesuatu untuk tujuan
tertentu. Kegiatan preservasi bisa diartikan merawat (maintain), dan membangun ulang
(rebuild). Sehingga Preservasi bisa diartikan adalah melestarikan suatu objek, baik
dengan merawat (jika objek tersebut masih utuh sesuai aslinya) maupun membangun
ulang
objek
tersebut
(jika
objek
tersebut
sudah
rusak/hilang
sama
sekali)
(irpspreservasi,2007)
sebagaimana
mestinya
dan
tidak
disentuh.
Sementara
konservasi
Konsep pelestarian arsitektur dan bangunan kuno kota telah dicetuskan sejak
lebih dari seratus tahun yang lalu, yaitu pada tahun1877 tatkala William Moris
mendirikan Lembaga Pelestarian Bangunan Kuno (Society for the protection of ancient
buildings). Sebelum itu, pada tahun 1700, Vanbrugh selaku arsitek dari Istana Bleinheim
Inggris memang telah mulai merumuskan konsep pelestarian, akan tetapi masih belum
melembaga. Peraturan dan Undang-undang yang pertama kali melandasi kebijakan dan
pengawasan dalam bidang konservasi untuk melindungi lingkungan dan bangunan
bersejarah dibuat pada tahun 1882, dalam bentuk Ancient Monuments Act. Di Indonesia
sendiri, peraturan yang berkaitan dengan perlindungan bangunan kuno adalah
Monumenten Ordonantie Stbl. 283/1931 (selanjutnya disebut dengan M.O. 1931).
Tujuan mempreservasi adalah untuk menjadikan suatu objek, biasanya yang
mempunyai nilai historik yang tinggi, agar tetap seperti adanya dengan maksud untuk
dijadikan sebagai pelajaran, acuan, maupun bahan kajian yang bernilai hisorik
(irpspreservasi,2007).
14
BAB III
berstatus Kota di
dan 2.523 RT serta dihuni oleh 451.118 jiwa. Penggunaan lahan paling banyak
diperuntukkan bagi perumahan yaitu sebesar 2.103,272 Ha dan bagian kecil berupa
lahan kosong seluas 20,2087 Ha.
1.
2.
Sleman
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Tabel 3.1 Kondisi Administratif Kecamatan di Kota Yogyakarta pada tahun 2007
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
(Km2)
(jiwa)
(jiwa/km2)
3.
No.
Kecamatan
1.
Mantrijeron
2,61
36.974
14.166
2.
Kraton
1,40
22.305
15.932
3.
Mergangsan
2,31
35.654
15.435
4.
Umbulharjo
8,12
78.333
9.647
5.
Kotagede
3,07
31.777
10.351
6. Gondokusuman
3,99
55.032
13.792
Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol. Terdapat 3 sungai yang mengalir
7.
Danurejan
1,10
22.370
20.336
dari arah Utara ke Selatan yaitu Sungai Gajah Wong yang mengalir di bagian Timur kota,
8.
Pakualaman
0,63
12.043
19.116
Sungai Code di bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian Barat kota. Ketinggian wilayah
9. Gondomanan
1,12
15.803
14.110
Kota Yogyakarta dari permukaan air laut dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu ketinggian
10.
Ngampilan
0,82
20.022
24.417
<100m dan 100-119m dari permukaan laut. Ketinggian <100m dari permukaan laut seluas
11.
Wirobrajan
1,76
30.565
17.300
12. Gedongtengen
0,96
20.186
21.027
13.
Jetis
1,70
29.836
17.551
14.
Tegalrejo
2,91
40.218
13.821
Jumlah/total
32,5
451.118
13.881
Sumber: BPS Kota Yogyakarta, Kota Yogyakarta dalam angka 2008,38, 2013
4.
1.657 Ha atau 51,98% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Mantrijeron, Kraton,
Mergangsan, Umbulharjo, Kotagede, Gondomanan, Ngampilan dan Wirobrajan. Ketinggian
100-119m dari permukaan laut seluas 1.593 Ha atau 49,02% dari luas wilayah, terdapat di
Kecamatan Mergangsan, Umbulharjo, Kotagede, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman,
Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis dan Tegalrejo.
Tipe iklim AM dan AW, curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari
15
hujan, suhu rata-rata 26,6oC dan kelembaban rata-rata 24,7%. Angin pada umumnya
di kota Yogyakarta terdiri dari 18 jenis kelompok kesenian dengan total 184 kelompok
bertiup angin Muson dan pada musim hujan bertiup angin Barat Daya dengan arah 220o
bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim kemarau bertiup angin Muson
Tenggara yang agak kering dengan arah 90o-140o dengan rata-rata kecepatan
4,67knot/jam.
Kota Yogyakarta terletak di daerah iklim tropis dan mngalami dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi selama
Kota Yogyakarta mempunyai beragam potensi budaya baik budaya yang berupa
tahun 2007 terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 524 mm dan terendah terjadi
fisik maupun non fisik. Potensi budaya yang berupa fisik antara lain kawasan cagar
pada bulan Juli sebanyak 2 mm. Rata-rata hari hujan perbulan adalah 7,67 hari (BPS
budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya non fisik seperti gagasan,
sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial yang ada dalam masyarakat kota
Penggunaan lahan dibedakan menjadi lahan saeah dan lahan bukan sawah.
Untuk Kota Yogyakarta pada tahun 2005 didominasi penggunaan lahan bukan sawah
Ada 515 bangunan cagar budaya yang tersebar di 13 kawasan cagar budaya.
yaitu seluas 3.127 Ha (96,22%), sedangkan untuk lahan sawah seluas 123 Ha (3,37%).
Keberadaan aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan
Ditinjau dari faktor geografis permasalahan yang dialami kota Yogyakarta berasal dari
Kraton Yogyakarta sendiri sebagai institusi warisan adiluhung yang masih melestarikan
dua faktor yaitu faktorendowment daerah dan manusia. Faktor endownment daerah
adalah faktor-faktor yang secara inheren (given) dimiliki daerah yang mana daerah tidak
masyarakat dalam kehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat
istiadat tradisi. Sebagai sarana informasi dan hiburan, kesenian pentas dan museum di
letak geografis Kota Yogyakarta yang berdekatan dengan gunung berapi dan Samudera
Kota Yogyakarta baik jumlah pengunjung maupun jumlah uang yang masuk dari tahun
2005-2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah pengunjung kesenian pentas
namun di sisi lain juga menimbulkan masalah terkait dengan risiko terjadinya bencana
sebesar 1.077.142 orang (turun 14,93%), turun dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Berbeda dengan pengunjung kesenian pentas, pengunjung museum pada tahun 2010
mengalami kenaikan 20% yitu 1.173.056 orang.
Kota Yogyakarta mempunyai sebutan sebagai kota pelajar. Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
mempunyai predikat kota seni dan budaya. Seni dan budaya yang kental dengan
Untuk itu perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga
kehidupan orang Jawa. Banyak sekali kesenian yang terlahit dan berkembang di kota
Kota Yogyakarta sendiri yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan yang banyak
dilahirkan dari adat istiadat Kraton Yogyakarta atau keluarga kerajaan.
Gedung
Kelas
No
Bidang
dan gamelan. Kesenian ketoprak, tayub, serandu juga banyak berkembang di kota
1.
TK
204
14
515
Yogyakarta. Bahkan ada upacara yang sudah turun temurun seperti upacara siraman
2.
SD
127
81
999
706
Selain kesenian wayang ada pula kesenian lain seperti tari klasik, tari modern
Guru
Siswa
901
310 11.084
pusaka kraton, upacara sekaten dan kuda lumping. Organisasi kesenian yang terdapat
16
3.
MI
34
21
143
75
berarti jalan keutamaan didirikan tugu yang kokoh di persimpangan jalan yang
4.
SLB
87
40
145
44
438
326
5.
SMP
16
43
280
347
797
6.
MTs
15
36
45
7.
SMA
11
38
209
417
593
8.
MA
39
29
130
154
1.276
9.
SMK
23
253
204
796
724
8.343 5.674
50
552
1.292
344
946
76.071
mereka. Pada awalnya, Malioboro menyandang peran utama sebagai jalur seremoni
untuk menyelenggarakan berbagai perarakan agung dan poros simbolis untuk
mengisyaratkan nilai-nilai luhut yang melandasi perkembangan kota Yogyakarta. Saat
kegiatan ekonomi dan perniagaan kota mulai berkembang lebih pesat, jalan utama ini
mendapatkan peran barunya sebagai kawasan komersial.
Dapat dikatakan bahwa, monumen penting Yogyakarta bukanlah bangunan
monumental yang megah melainkan poros historis filosofis Krapyak-Keraton-Tugu.
Pada umumnya warga Yogyakarta sudah memahami maknanya, struktur kota memiliki
filosofi simbolis yang berdasarkan garis imajiner Gunung Merapi-Tugu-Keraton-
Panggung Krapyak-Laut Selatan (Parang Kusumo). Secara historis kultural bangunanbangunan yang berada di sekitarnya berorientasi pada keberadaan keratin dan garis
imajiner baik dalam maupun di luar benteng.
Kondisi
saat
ini
dilihat
dari
aktivitas
masyarakatnya
di
kawasan
itu
yang sangat penting dari kota Yogyakarta. Monumen Tugu yang tegak di persimpangan
menampakkan tarik menarik kepentingan antara aspek sosial, ekonomi, tata kota dan
jalan ujung Utara dan di pangkal Selatan terdapat Panggung Krapyak. Dalam
lingkungan yang lebih besar lagi, jalur ini bisa dibentangkan ke Utara sampai ke Gunung
kawasan urban yang mempunyai beberapa komponen yang signifikan bagi masyarakat.
Merapi dan ke arah Selatan sampai di Samudra Indonesia, dua unsur penting di
Secara historis kawasan ini merupakan kawasan yang tumbuh, berkembang dan
Di dalam kota, lajur panjang menjadi pengikat utama susunan jaringan jalan,
tersebut dapat membangun gambaran bagi masyarakat luas. Komponen kawasan yang
kamung tempat kediaman serta berbagai sarana yang menghidupkan kota. Istana yang
dapat membangun citra maupun gambaran tersebut memiliki ciri khas dan keunikan,
menjadi tempat kediaman Sultan dan jantung kehidupan kota terletak tepat di tengah
poros lajur ini menghadap ke Utara. Di depan terdapan alun-alun tempat warga kota
berkumpul di keramaian.
Di sebelah Utara terdapat perempatan yang menuju ke kawasan di seputaran
kota dan fasilitas lain ada di sisi Utaranya. Tak dapat dipungkiri kota Yogyakarta
Nilai
historis-kultural,
filosofi
dan
arsitektural
poros
imajiner
tersebut
didirikan di bawah pengaruh besar kekuasaan kolonial Belanda. Hal ini terlihat pada
bangunan kediaman resmi residen Belanda dan benteng markas pasukan tepat di Utara
perempatan ini. Selangkah ke Utara lagi dijumpai Pasar Gedhe yang berganti nama
menjadi Pasar Bringharjo dan menjadi pusat kesibukan perniagaan dan perdagangan
kota. Di Utaranya lagi terdapat kompleks Kepatihan, yang sekaligus juga menjadi pusat
kegiatan administratif negara. Terdapat jalan Malioboro atau jalan Margatama yang
17
BAB IV
DATA DAN ANALISA
Berikut adalah analisa kami mengenai Land Use di Kawasan Malioboro segmen 3
(Pada peta dibeli lingkaran warna merah) :
18
1. Pusat Pemerintahan
19
20
Gambar 4.1.4. Peta PKL di Malioboro Segmen 3
3. Pasar Bringharjo
21
22
5. Pemukiman
23
Gambar 4.1.11. Peta Pemukiman Malioboro Segmen 3