Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi
makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran program ini
adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar (Depkes RI, 1995).
Tahun 1998 telah dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh
Departemen Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi adalah keluarga yang
mempunyai kelainan gizi, golongan pra-sejahtera dan sejahtera I. Perencanaan program Kadarzi
bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi Keluarga
Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri
mewujudkan keadaan gizi sebaik-baiknya yang tercermin pada pola konsumsi pangan yang
beraneka ragam dan bergizi seimbang (Luciasari, dkk, 2006).
Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan Penanggulangan
Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu pemberdayaan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas sektor serta peningkatan mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan, di dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN)
2001-2005, Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) dan Indonesia Sehat 2010 ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Sadar
Gizi, karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan
seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya (Anonim,
2007).
Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program Kadarzi,
diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran gizi keluarga.
Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan indikator Kadarzi yaitu makan
aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan cara menimbang berat badan, menggunakan
garam beryodium, memberikan ASI eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan pagi (Dinkes,
2001).
Pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya
Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga belum
mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi lebih, serta
penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena kurang
memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator dari Kadarzi itu
secara keseluruhan. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk menerapkan
informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting dalam masalah
kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu tentang ilmu gizi harus
dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor penyebab yang berpengaruh terhadap
konsumsi makanan mereka.
Peningkatan pengetahuan dan praktik ibu rumah tangga tentang indikator Kadarzi,
seharusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam penyusunan makanan
dengan menggunakan bahan makanan yang beraneka ragam dalam menu makanan keluarganya.
Setiap keluarga akan mengkonsumsi makanan sehat bila tersedia aneka ragam makanan
sehat sesuai selera dan setiap keluarga memiliki daya beli yang memadai atau tinggi.
Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk mengolah dan membeli
pangan. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kebiasaan makan individu.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah perlu usaha untuk
meningkatkan pendapatan serta pembangunan sumber daya manusia (Budianto, 1998).
Keluarga sebagai kelompok komunitas dalam masyarakat digolongkan dalam dua kelompok
yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu. Keluarga tidak mampu yaitu keluarga yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan
dasar, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya sama atau di atas
Upah Minimum Regional (UMR). Gambaran tentang pola konsumsi makanan dan bukan
makanan dari kelompok komunitas (keluarga miskin/tidak mampu dan keluarga tidak
miskin/mampu) menunjukkan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari keluarga
miskin sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan porsi konsumsi bukan makanan hanya
29,31%. Kondisi ini terjadi karena keluarga miskin masih menganggap kebutuhan makanan
sebagai kebutuhan utama mereka dibandingkan dengan kebutuhan sekunder yang lain.
Sementara untuk keluarga mampu hanya menghabiskan lebih kurang 10-15% untuk kebutuhan
makanannya. Bila tingkat pendapatan meningkat, maka akan terjadi pergeseran keseimbangan
2
antara kategori jenis makanan. Makanan pokok cenderung mempunyai elastisitas yang paling
rendah, sementara kebutuhan akan daging, lemak dan minyak mempunyai elastisitas cukup
tinggi. Lebih lanjut lagi pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi makanan ini akan
mencakup pada kebutuhan yang terus menerus meningkat akan terolah (Sutiono, 2002).
1.2 Pernyataan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi
pernyataan masalah adalah masih banyaknya para ibu yang belum mengetahui tentang Kadarzi di
wilayah Puskesmas Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
1.3 Tujuan Mini Project
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Kadarzi di wilayah Puskesmas Negara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
1.4 Manfaat Mini Project
1.4.1. Manfaat Ilmiah
Mini Project ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang pengetahuan ibu-ibu tentang Kadarzi. Disamping itu temuan ini
akan memberikan masukan kepada masyarakat, terutama ibu-ibu agar lebih mengerti dan
memperhatikan kecukupan gizi anggota keluarga agar selalu dalam kondisi status gizi baik dan
terjaga kesehatannya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari mini project ini dapat menjadi pedoman bagi petugas kesehatan
dalam memberikan informasi dan arahan kepada masyarakat, khususnya ibu, agar
memperhatikan pola makan dan perkembangan status gizi seluruh anggota keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembinaan Kadarzi
Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya
meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan edukasi, demo, diskusi, dan pelatihan
(Depkes RI, 1998).
2.1.2
2.1.3
Komponen Kadarzi
3-12 bulan
1-6 tahun
(Usia (th) x 2 + 8
6-12 tahun
(Usia (th) x 7-5) : 2
(Nelson Textbook of Pediatrics 1992)
Tabel 2.2 Rumus Perkiraan Tinggi Badan
Lahir
Umur
0 1 tahun
75
2 - 12 tahun
Usia (tahun) x 6 + 77
(Nelson Textbook of Pediatrics 1992)
Memantau berat badan sangat penting dilakukan. Adapun manfaat dari menimbang berat
badan antara lain adalah :
a. Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan
kesehatan.
b. Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja.
c. Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya.
d. Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas.
Memantau berat badan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain sekurangnya 2 bulan
sekali.
b. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS.
c. Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis pertumbuhannya), berarti anak sehat,
bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan dan perlu
ditindaklanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas kesehatan (Depkes. 2004).
Cara memantau berat badan orang dewasa:
a. Ditimbang di rumah atau di tempat lain
b. Diukur Tinggi dan Berat Badan
c. Dihitung indeks massa tubuh (IMT)
IMT =
Arti IMT:
< 17.0 = Sangat kurus
17.0 - 18.4 = Kurus
18.5 - 25.0 = Normal
25.1 - 27.0 = Gemuk
> 27.0 = Obesitas
adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang sangat seimbang dan disesuaikan
dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Memberikan ASI Ekslusif berarti hanya memberikan ASI
saja selama enam bulan kepada bayi, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air teh, air
putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti bubur nasi, bubur tim atau bubur susu
(Kristiyanasari, 2009).
A. Manfaat ASI
1. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
2. ASI meningkatkan kecerdasan
3. ASI meningkatkan jalinan kasih ibu dan bayi
B. Komposisi ASI
ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi, karena
susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan dengan laju
pertumbuhan anak manusia. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga komposisinya
berbeda dari ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. Misalnya, komposisi air susu dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan dengan ibu yang melahirkan kurang bulan berbeda, walupun kedua
ibu ini melahirkan pada waktu yang sama (Utamy, 2008).
Kolostrum Pelindung Kolosal
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein
tinggi. Cairan emas yang encer dan sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih
menyerupai darah dari pada susu sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit (Utamy, 2008).
ASI Peralihan/Transisi
ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum manjadi ASI
yang matang. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
Volume akan makin meningkat. ASI Matang/Matur ASI matur merupakan ASI yang dikeluarkan
pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan
produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk
bayi sampai umur enam bulan (Utamy, 2008).
C. Keunggulan ASI
Bagi bayi tidak ada pemberian yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat
memberikan makanan terbaik bagi bayinya. ASI tidak ternilai harganya, selain meningkatkan
kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki emosi
yang stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Tidak ada
susu buatan manusia yang dapat mendekati apalagi menyamai keuntungan alami yang diberikan
oleh ASI (Kristiyanasari, 2008).
ASI dapat mencegah terjadinya anemia pada bayi karena mengandung zat besi yang dapat
diserap lebih baik dari pada zat besi dari sumber lainnya. Selain itu ASI juga membuat bayi tidak
kekurangan nutrisi karena ASI mampu memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan
pertama. Selain itu dibandingkan dengan susu formula keunggulan ASI yang lain adalah:
1. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (perasaan hangat yang
nyaman bagi ibu dan bayi).
2. ASI mengandung zat makanan yang jumlah dan komposisinya berubah-ubah disesuaikan
dengan pertumbuhan bayi yang tidak mungkin dibuat oleh manusia.
3. ASI mencegah reaksi alergi dan asma (Kristiyanasari, 2008).
Makan Beraneka Ragam
Makanan ialah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi yang berguna bila
dimasukkan kedalam tubuh. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia meliputi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Protein, zat lemak dan karbohidrat disebut
zat makanan pokok karena banyak memberikan kalori (Arisman, 2007).
Zat zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Harus cukup memberikan kalori
2. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makan pokok, yakni: karbohidrat, protein dan
lemak
3. Protein yang masuk harus cukup banyak dan mengandung asam amino
4. Harus cukup mengandung vitamin
9
1. Monosakarida (monosa)
2. Disakarida (boisa)
3. Polisakarida (poliosa)
Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia adalah
beras, jagung, umbi-umbian, singkong, talas, dan sagu. Sumber karbohidrat dalam bentuk hasil
olahan adalah mie hun, tepung-tepungan, roti, selai, sirup dan sebagainya. Sumber karbohidrat
berupa sayuran adalah sayur umbi-umbian seperti wortel, bit dan kacang-kacangan (Almatsier,
2004).
B. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 Kkal untuk tiap gram
yaitu 2,5 kali lebih besar dari karbohidrat dalam protein. Dalam lemak oksigen lebih sedikit dari
pada yang terdapat dalam karbohidrat. Sehingga pada waktu pembakaran, lemak mengikat lebih
banyak oksigen sehingga panas yang dihasilkan lebih banyak. Lemak yang disimpan di bawah
kulit merupakan persediaan energi jangka panjang dan merupakan insulin dalam tubuh.
Fungsi lemak adalah :
1. Sebagai sumber energi utama bagi tubuh
2. Merupakan bahan makanan cadangan
3. Dapat melarutkan vitamin A, D , E dan K
4. Pelindung organ-organ penting seperti mata ginjal dan jantung
5. Sebagai pelindung tubuh dari suhu yang rendah agar tidak kedinginan (Irianto, 2007).
Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,
kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging
ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam, krim, susu,
keju dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak (Almatsier,
2004).
C. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.
Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya adalah otot, seperlima di dalam tubuh dan
tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain atau di dalam
11
air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Sebagai sumber energi protein sama
dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/g protein.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu,
seperti telur, susu, daging unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kedelai dan
hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lainnya. Dalam merencanakan diet, di
samping memperhatikan jumlah protein perlu diperhatikan mutunya (Almatsier. 2004).
D. Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh kecuali vitamin K. Oleh karena itu, harus
didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin
berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Nilai gizi makanan
menjadi kurang bila makanan dimasak terlalu lama karena vitamin tersebut rusak atau larut
dalam air rebusan.
Jenis jenis vitamin:
1. Vitamin A
2. Vitamin C
3. Vitamin D
4. Vitamin K
5. Vitamin E (Irianto, 2007).
E. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan,
fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Di
samping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor
dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan
12
untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh
diperlukan untuk pengaturan enzim-enzim dalam tubuh (Irianto, 2007).
Gizi makanan merupakan faktor penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
Kekurangan makanan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang fatal. Makanan bergizi
terdapat pada berbagai jenis makanan. Makanan mempunyai sifat mudah rusak, terutama bila
penyimpanan dan pengolahannya salah. Karena itu untuk mengatasi hilangnya nilai gizi
makanan karena proses pengolahan dan pengawetan, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menghindari hilangnya zat makanan yaitu dengan cara :
1. Memilih dan memperhatikan cara mengolah dan memasak makanan.
2. Pengayaan setelah selesai pengolahan makanan, maka ditambahkan vitamin dan mineral
pada hasil akhir.
3. Memperlengkapi karena tiap bahan makanan hanya mengandung zat makanan tertentu,
dengan kadar tertentu, maka sebaiknya makanan harus bervariasi untuk saling melengkapi
(Irianto, 2007).
Menggunakan Garam Beryodium
Garam beryodium yaitu garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh
tubuh. Manfaat garam beryodium adalah mencegah terjadinya penyakit gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), membesar kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi
daya tarik seseorang. Defisiensi yang berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi
kelenjar tiroid, yang secara perlahan kelenjar tersebut membesar sehinnga menyebabkan gondok.
Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi produksi T4. Penurunan
T4 dalam darah memicu sekresi TSH yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar tiroid,
selanjutnya memicu terjadinya hiperplasia tiroid. Efisiensi pemompaan yodium bertambah
dibarengi dengan pemecahan yodium tiroid (Arisman, 2007).
1. Defisiensi pada janin
Defisiensi yodium pada janin merupakan dampak dari kekurangan pada ibu. Keadaan ini
berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir, yang semua itu
13
sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi yang tepat. Pengaruh utama defisiensi yodium
pada janin ialah kretinisme (kerdil) endemis, yang sangat berkaitan dengan bentuk sporadik.
Sumber besi adalah makanan hewani, seperti daging ayam, dan ikan. Sumber lain adalah
telur, sereal, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Defisiensi besi merupakan
defisiensi gizi yang paling umum terdapat, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi
makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorbsi besi. Selain itu kekuranagan besi dapat
terjadi karena perdarahan, akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit gangguan absorbsi
(Almatsier, 2004).
2.2.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan dibagi dalam persepsi terhadap objek (Notoatmodjo,
2010).
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat
dan sakit atau kesehatan, misalnya tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara
pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana dan
sebagainya. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan: (Notoatmodjo, 2010)
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada sebelumnya setelah
mengamati sesuatu.
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
15
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan
atau mengaplikasikan prinsip yang dikatehui tersebut pada situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam
suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen yang dimilki.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Seorang ibu akan membawa anaknya ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi setelah melihat anak tetangganya mengalami penyakit polio sehingga
cacat, karena anak tetangganya tersebut belum pernah mendapat imunisasi polio
(Notoatmodjo, 2010).
16
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Jenis Mini Project
Jenis mini project yang dilakukan adalah dalam bentuk penelitian deskriptif yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif (Notoatmodjo, 2005).
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan:
a. Data Primer
Dikumpulkan dengan wawancara pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi profil komunitas
umum, data geografis, data demografis, sumber daya kesehatan yang ada, sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
3.3 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan mini project dilakukan dengan cara edukasi Kadarzi dan pengambilan data saat
berlangsungnya kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas Negara Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.
17
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di wilayah Puskesmas Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
yang dilaksanakan selama bulan April dan Mei tahun 2015.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Profil Komunitas Umum
Puskesmas Negara merupakan salah satu dari 20 Puskesmas yang berada di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan yang terletak di wilayah Kecamatan Daha Utara tepatnya di Desa Tambak
Bitin Kecamatan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.Kal- Sel .Adapun Ruang lingkup
kerja dari Puskesmas Negara sendiri terdiri dari 12 desa cakupan yang terdiri dari desa
1.
Pandak Daun
2.
Paramaian
3.
Pakan Dalam
4.
Tambak Bitin
5.
Panggandingan
6.
Pakapuran Kacil
7.
Baruh Kembang
8.
9.
Sungai Mandala
10.
Sungai Garuda
11.
Balah paikat
12.
Murung Raya
Pada umumnya warga masyarakat Negara sendiri menyebut Puskesmas Negara dengan
Rumah Sakit, hal itu disebabkan karena jumlah pasien rawat inap yang selalu banyak
19
dibandingkan dengan jumlah pasien rawat inap di puskesmas lain yang lebih sedikit, terlebih
kalau terjadinya wabah seperti Diare, Thypoid dan Demam Berdarah Hal itu juga disebabkan
karena jarak Puskesmas Negara yang berjauhan dengan Rumah Sakit Pemerintah Haji Hasan
Basri Kandangan, yang membuat Puskesmas Negara menjadi rujukan awal bagi masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.
4.2 Data Geografis
Puskesmas Negara letaknya di desa Tambak Bitin Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, dengan luas wilayah 363 Ha yang terdiri dari sebagian besar daerah rawa basah
dan hutan. Wilayah Puskesmas Negara memiliki iklim tropis basah, yaitu setiap tahunnya
mengalami musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan dengan curah hujan
yang besar sehingga air sungai cukup tinggi sampai menggenangi sebagian jalan-jalan.
Sebelah utara
Sebelah selatan
Sebelah timur
Sebelah barat
Taman Kanak-kanak
14 buah
Sekolah Dasar/MIN
16 buah
3 buah
20
2 buah
21
N
O
JENIS
KETENAGAAN
PN
S
PT
T
DOKTER UMUM
PERAWAT
21
BIDAN
KONTRAK
DAERAH
TK
S
JUMLA
H
21
51
11
14
SANITARIAN
GIZI
ASISTEN
APOTIKER
ANALIS
KESEHATAN
PERAWAT GIGI
REKAM MEDIS
10
RADIOGRAFER
11
SOPIR
12
SATPAM
13
CLEANING
SERVICE
14
TATA USAHA
JUMLAH
54
19
27
103
KETERANGAN
S1 = 2, D4 = 1, D3 = 44,
SPK = 4
22
: 1 buah
Puskesmas Perawatan
Pustu
: 3 buah
Puskesmas Keliling
: 2 buah
: 21 buah
Desa Siaga
: 5 desa
23
Jumlah
Responden
Presentase (%)
Kelompok umur
-
20 29 tahun
17
63%
30 39 tahun
33%
40 49 tahun
4%
Pendidikan tertinggi
- SD
- SMP
- SMA
- Diploma (D1/D2/D3)
- Sarjana (S1/S2/S3)
8
10
6
2
1
30%
37%
22%
7%
4%
11
8
4
3
1
41%
30%
15%
11%
4%
Jumlah anak
- 1 anak
- 2 anak
- 3 anak
- 4 anak
-
5 anak
Berdasarkan data demografi responden, mayoritas ibu-ibu yang bersedia menjadi responden
berumur antara 20-39 tahun (63%), dengan pendidikan terakhir SMP (37%), dan memiliki 1 anak
(41%).
24
SMP
SMA
D1-D3
S1
Berdasarkan grafik diatas, secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan
terkait Kadarzi cenderung meningkat seiring dengan meningkatkanya jenjang pendidikan
responden.
Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah responden dengan tingkat
pendidikan yang lebih baik cenderung memiliki latar belakang keluarga yang baik sehingga lebih
memperhatikan kualitas asupan gizi anak.
Namun, jenjang pendidikan tidak semata-mata menjadi penghalang untuk memiliki
pengetahuan yang baik terkait Kadarzi. Ini ditunjukkan pada grafik yang memperlihatkan bahwa
pengetahuan Kadarzi pada responden yang berpendidikan SMA lebih baik daripada yang
berpendidikan D1-D3.
25
Cukup
Baik
19%
44%
37%
Berdasarkan grafik diatas, dari 27 responden yang dinilai tingkat pengetahuannya terkait kadarzi,
12 ibu (44%) mempunyai pengetahuan kurang, 10 ibu (37%) mempunyai pengetahuan cukup,
dan 5 ibu (19%) mempunyai pengetahuan baik.
Hasil ini menunjukkan mayoritas ibu-ibu yang menjadi responden dalam mini project ini
memiliki pemahaman yang kurang tentang Kadarzi. Hal ini berhubungan dengan latar belakang
pendidikan ibu-ibu di wilayah Puskesmas Negara yang relatif kurang.
26
BAB V
DISKUSI
1. Apa semua indikator terdapat di kuesioner?
Kuesioner yang digunakan dalam mini project ini merupakan kuesioner yang telah divalidasi
sebelumnya. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini mencakup masing-masing
indikator untuk menilai pengetahuan terkait Kadarzi.
2. Apa jenis penelitian yang digunakan dalam mini project ini?
Mini project ini merupakan jenis penelitian dekskriptif dengan menggunakan metode accidental
sampling, dimana peneliti mengambil semua responden yang tersedia pada saat penelitian
dengan kriteria tertentu.
3. Apakah cukup hanya menggunakan 27 sampel dalam pelaksanaan mini project ini?
Dengan alasan keterbatasan waktu dan kesediaan responden, diharapkan hasil dari mini project
ini dapat menampilkan gambaran umum tentang pengetahuan ibu-ibu di wilayah Puskesmas
Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan terkait Kadarzi.
4. Apakah pelaksanaan mini project ini dilakukan secara bertahap?
27
Pelaksanaan mini project ini dilakukan pada setiap kesempatan yang memungkinkan disela-sela
waktu pelayanan di wilayah Puskesmas Negara Hulu Sungai Selatan. Diantaranya saat pelayanan
di Poli MTBS, Posyandu, Puskesmas Pembantu, dan kegiatan penyuluhan di lapangan.
5. Pengetahuan tidak bisa dinilai secara langsung dan dievaluasi dalam waktu singkat.
Bagaimana menyikapinya?
Dalam pelaksanaan mini project ini, peneliti menggunakan kuesioner yang telah divalidasi.
Sehingga diharapkan pengetahuan para ibu tetap dapat diketahui dan dievaluasi melalui
pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang diberikan.
Melalui edukasi yang diberikan diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu yang pada
akhirnya dapat meningkatkan perbaikan dalam sikap dan tindakan ibu tentang Kadarzi dalam
kehidupan sehari-harinya.
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari mini project yang telah dilakukan di wilayah Puskesmas Negara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan tentang tingkat pengetahuan Kadarzi dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas responden tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Kadarzi
2. Latar belakang pendidikan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan responden terhadap
Kadarzi
3. Secara keseluruhan didapatkan tingkat pengetahuan mayoritas responden terkait Kadarzi
berada di kategori kurang
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan fungsi posyandu sebagai wahana masyarakat dalam mengetahui secara dini
perihal adanya gangguan dalam pertumbuhan balita.
2. Peningkatan pendidikan dan promosi gizi yang lebih intensif dan sistematis melalui advokasi,
sosialisasi, dan pendampingan keluarga.
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas unit kesehatan masyarakat, terutama
dalam pengelolaan dan tatalaksana masalah gizi.
4. Dukungan sarana dan prasarana untuk peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan gizi.
5. Peningkatan surveilans berbasis masyarakat.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
Kepada,
Masyarakat Wilayah Puskesmas Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah, dokter Internship Puskesmas Negara
Nama
Bersama ini kami mengajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Kadarzi di
Wilayah Puskesmas Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Jawaban ibu kami jamin kerahasiaannya, oleh karena itu kami harap ibu memberikan
jawaban yang sejujur-jujurnya.
Atas perhatian dan kerjasama untuk menjadi responden, kami mengucapkan terima
kasih.
31
Negara, 2015
Penulis
32
Nama :
Umur :
Alamat :
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, bersama ini saya menyatakan tidak
keberatan untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Mengenai Kadarzi di Wilayah Puskesmas Negara Kabupaten Hulu
Sungai Selatan
Demikian peryataan ini saya buat, tanpa ada paksaan dan tekanan dari penulis.
Negara, 2015
33
KUESIONER
9. Pengelompokann bahan makanan yang disederhanakan pada tiga fungsi utama zat
gizi?
a. Sumber energi, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur
b. Sumber energi, sumber tenaga, dan sumber zat pengatu
c. Tidak tahu
10. Apakah ibu mengetahui waktu untuk memantau dan menimbang balita yang
tepat?
a. Ditimbang setiap 1bulan
b. Ditimbang setiap 2bulan
c. Ditimbang dalam 6bulan terakhir
35