You are on page 1of 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi Ovarium
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum
ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,ovarium dapat
digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada
pria.Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat
ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara.
Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit
kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual,
luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan
nodular menjadi kasar.

Nurseairlangga.org

Gambar 1. Morfologi Ovarium


1.

Margo Liberal ( margo yang bebas tanpa penggantung) dan Margo


Mesovaricus ( margo yang menempel pada mesovarium)

2.

Ektremitas Uterina (superior) ujung yang yang dekat dengan uterus dan
Ekstremitas Tubaria (inferior) ujung yang dekat dengan Tubae Unterinae.

3.

Facies Medialis ( Facies yang datar yang menghadap ke Tubae Uterinae) dan
Facies Latelaris ( facies yang lebih cembung yang menghadap ke Ligamentum
Suspensorium Ovarii)

Ligamen Ovarium terdiri dari:


1. Lig. Ovarii Propium : ligamentum yang membentang dari extremitas uterina
menuju ke corpus uteri disebelah dorsocaudal tempat masuknya tuba uterina
ke uterus.
2.

Lig. Suspensorium Ovarii : ligamentum yang membentang dari extremitas


tubaria kearah cranial dan menghilang pada lapisan yang menutupi Musculus
Psoas Major

3.

Lig. Mesovarium adalah ligamentum yg merupakan duplikat dari lapisan


mesenterica yang melebar ke arah dorsal

Vaskularisasi dan Inervasi Ovarium:


Ovarium mendapatkan vaskularisasi dari a. ovarica dan v. ovarica. Dimana
v. ovarica dextra akan bermuara ke VCI. Sedangkan v. ovarica sinistra akan
bermuara ke v. renalis sinistra lalu akan bermuara ke VCI. Ovarium dipersarafi
oleh plexus hypogastricus
B. Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah

sepasang

organ

berbentuk

kelenjer

dan

tempat

menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan dan
kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uteri. (Evelin, 200: 261)
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel
primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak. 1995: 25)
Fungsi ovarium adalah:
Nurseairlangga.org

1. Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik

dari

kelenjar

hipofisis

bagian

anterior

mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon


perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf,
hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH) dan
sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
2. Memproduksi hormon estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai
sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah
besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen
penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan
perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk tetap adanya sifat
fisik dan mental yang menandakan wanita normal. (Evelin, 2000: 262)
3. Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan
yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan
endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah
dibuahi. (Bobak, 1995: 28)
1.2

Definisi
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang
berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. (Yatim, 2005).
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat
non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi disamping
itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh karena itu, kista ovarium
dibagi dalam 2 golongan :
1.

Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)


a. Kista Folikel
Nurseairlangga.org

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer
yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang
lazim, melainkan membesar menjadi kista. (Prawirohardjo, 2002). Kista folikel
adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang
berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang
sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan
merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal.

Gambar : Kista Folikel


b. Kista korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi
korpus albikans. Terkadang korpus lutem akan mempertahankan diri ( korpus
luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya
kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan
yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.

Gambar : Kista korpus Luteum


c. Korpus Teka Lutein
Kista ini dapat terjadi pda kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum hematoma.
Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel
Nurseairlangga.org

atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuningkuningan, seacar perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah,
sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah.
Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein
sehingga pada kista teka ltein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan4.

jaringan perut. (Wiknojosastro,2005).


Kista ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
b. Kistadenoma Ovarii Muscinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilatelar, dapat tumbuh menjadi
sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perlengketan kista dengan omentum, usus, dan
peritonem parietale. Kista ini berasal dari teratoma. Selain itu, bisa terjadi ileus
karena perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat
pseudomiksoma peritonei.

Gambar : Kistadenoma Ovarii Muscinosum


c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya unilokular,
bila multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat
timbul asites.

Nurseairlangga.org

Gambar : Kistadenoma Ovarii Serosum


d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm.
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal
dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti
karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telut melalui proses
partenogenesis. (Smeltzer, 2002).

Gambar : Kista Dermoid


Gambar : Kista Dermoid
1.3

Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan
estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Penyebab
terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur atau folikel untuk berovulasi.
Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal, yaitu :

1.4

1.
2.
3.
4.

Adanya catatan kesehatan pernah mengalami kista ovarium sebelumnya


Siklus menstruasi yang tidak normal
Peningkatan distribusi lemak di bagian tubuh bagian atas
Peningkatan kesuburan pada wanita. Pada wanita yang tidak subur, resiko

5.
6.
7.

tumbuhnya kista naik menjadi empat kali lipat.


Menstruasi dini, yang terjadi di usia 11 tahun atau lebih muda lagi
Hipotiroidsm tau ketidakseimbangan hormonal
Menderita kanker ovarium atau kanker metastatik. Pada penderita kanker ovarim,

8.

biasanya ditemukan pula kista ovariumnya.


Merokok. (http://www.ibudanbalita.html)

Manifestasi Klinis
Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
Nurseairlangga.org

tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
1.
2.
3.
4.
5.

Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah.
Nyeri saat bersenggama.
Perdarahan.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:


1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus
dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
1.5

Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengahtengah.
Nurseairlangga.org

Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mulamula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuik FSH
dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atausensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan
yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel de graaf yang tidak pecah atau folikel yang
sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi
cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak sampai
mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah
pelvis.
Pada

neoplasia

tropoblastik

gestasional

(hydatidiform

mole

danchoriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,


HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas,induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neopalasia dapat tumbuh dari prolifelasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial.
Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ni adalah kistadenoma serosa dan
mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sec cord sel dan germ cel tumor dari germa sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Nurseairlangga.org

1.6

WOC
(terlampir)

1.7

Pemeriksaan Diagnostik
1. Pap smear
Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
2.

kanker / kista.
Ultrasound / scan CT
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi

3.

massa, dan batas-batanya.


Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan untuk melihat adanya tumor, perdarahan, perubahan
endometrial. Laparoskopi juga berguna untuk menentukan apakah kista berasal dari

4.

ovary atau tidak dan juga untuk menentukan jenisnya.


Hitung darah lengkap
penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht
menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses

5.

inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000:743 ).


Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

1.8

Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
2.

missal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.


Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan

3.

menghilangkan kista.
Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian

penurunan

tekanan

intra

abdomen

yang

diakibatkan

oleh

pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
4.

penyangga.
Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan
Nurseairlangga.org

tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi
luka operasi.

( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup
keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan
insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi
mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan
rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan
dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih,
drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas
pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu
minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu,
hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan
kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah
operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996)
2.9. Komplikasi
Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada ovarium.
Jika kista yang besar menekan kandung kemih akan mangakibatkan seseorang menjadi
sering berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi berkurang. Beberapa wanita
dengan kista ovarium tidak menimbulkan keluhan, tapi dokterlah yang menemukan
pada pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium yang berkembang setelah menopause
mungkin akan menjadi suatu keganasan (kanker).
Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain:

Nurseairlangga.org

1
0

1. Torsio Kista Ovarium. Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi paling
sering dan paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang merupakan
kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba falopi berotasi, situasi ini bisa
menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering menyebabkan infertilitas. Manifestasi
dari torsio kista ovarium adalah nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar
turun ke kaki. Pada kondisi ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika
pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista
torsio bisa dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis,
pasien akan kehilangan tuba falopinya.
2. Perdarahan dan ruptur kista. Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya kista
yang ditandai dengan ascites dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan
ektopik. Situasi ini juga perlu pembedahan darurat. Gejala dominan dari komplikasi
ini adalah nyeri kuat yang berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium
yang mengandung kista). Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur
kista ovarium sulit dikenali karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala.
Tanda pertama yang bisa terjadi adalah terasa nyeri di abdomen bagian bawah,
mual, muntah dan demam.
3. Infeksi. Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium yang
tidak terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat
septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan nyeri
pelvis.
2.10 Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena
karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan
pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka
harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium
FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan
hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang
terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik.(william, 2005)

Nurseairlangga.org

1
1

Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih


baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak
agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi
tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka
bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2% (william, 2005)

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1

Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan
yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :
1. Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
2. Riwayat kesehatan
Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
3.

riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.


Status Obstetrikus, meliputi :
a. Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
b. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
c. Riwayat persalinan

Nurseairlangga.org

1
2

d. Riwayat KB
4. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
a. Kaji tingkat kesadaran
b. Ukur tanda-tanda vital
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Kaji turgor kulit
e. Pengkajian abdomen
a) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b) Auskultasi bising usus
c) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e) Kaji status balutan
f. Kaji terhadap nyeri atau mual
g. Kaji status alat intrusif
h. Palpasi nadi pedalis secara bilateral
i. Evaluasi kembajinya reflek gag
j. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya
waktu di bawah anestesi.
k. Kaji status psikologis pasien setelah operasi
5. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
b. Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral
3.2

Analisa Data
Data
DS : Klien mengatakan
bahwa dia merasa
nyeri pada luka di
perutnya.
P : Klien merasa nyeri
karena adanya luka post

Etiologi
Kista Ovarium

Operasi

Luka Insisi

Diskontinuitas Jaringan

Nyeri

Masalah Keperawatan
Gangguan rasa nyaman :
nyeri abdomen

Nurseairlangga.org

1
3

operasi.
Q : Klien mengatakan
nyerinya seperti
berdenyut-denyut.
R : Klien merasakan nyeri
di perutnya.
S : Skala nyeri yang
dialami klien adalah 2
(sedang).
0 : Tidak nyeri
1: Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3: Nyeri berat
4: Nyeri tak tertahankan
T : nyerinya sejak 2 hari
yang lalu setelah
dilakukan operasi dan
nyerinya kadang-kadang
muncul
DO :
-Klien masih terlihat
meringis kesakitan ketika
bergerak.
- Skala nyeri 2 (sedang).
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 85 kali/menit
T : 36,5 oC
R : 20 kali/menit
DS : DO : Luka post Op

Kista Ovarium

Pembedahan

Resiko infeksi

Nurseairlangga.org

1
4

DO : klien menyatakan
kecemasannya
DS : klien terlihat tidak
tenang
DS : Klien mengatakan
mual, muntah.
DO :
- Klien hanya memakan
dari porsi yang disediakan
- Klien tampak tidak nafsu
makan
- BB menurun (1kg dalam
seminggu) 64kg menjadi
63 kg
DS :

Invasi kuman sekunder

Resiko infeksi
Kista Ovarium

Operasi

Kurang pengetahuan

Ansietas
Kista Ovarium

Pembesaran ovarium

Menekan organ perut

Rasa sebah di perut

Anoreksi, mual, muntah

Intake tidak adekuat

Nutrisi kurang dari

kebutuhan
Kista Ovarium

- Klien mengatakan sudah


Operasi
2 hari tidak BAB

Imobilitas

-Klien mengatakan ada

rasa untuk BAB namun


Peristaltik usus

tidak keluar
Resiko konstipasi

-Klien
mengatakan

Ansietas

Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Resiko konstipasi

sebelumnya tidak pernah


seperti ini
DO :
-Klien tampak kurang
beraktivitas

-Klien kelihatan takut


untuk beraktivitas
Nurseairlangga.org

1
5

-Klien

terlihat

terbaring lemah di tempat


tidur.

3.3

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen
(Long,1996)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
(Carpenito, 1995)
3. Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual,
muntah.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)

3.4

Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada
abdomen (Long,1996)
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
Skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri, tanda-tanda vital
normal.
Intervensi :
a. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien.
b. Kaji skala nyeri pasien.
c. Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.
d. Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.
e. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai
program dokter.
f. 30 menit setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali
efektifitasnya.

Nurseairlangga.org

1
6

2. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap


pembedahan (Carpenito, 1995)
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan leukosit).
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
b. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
c.

Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan


sebelum mendekati pasien

d. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi


e. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
3. Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges,
2000)
Tujuan :
Tidak terjadi konstipasi
Kriteria hasil :
Peristaltik usus normal (5-35 kali per menit), pasien akan menunjukkan pola
climinasi biasanya.
Intervensi :
a.

Monitor peristaltik usus, karakteristik feses dan frekuensinya

b.

Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah bila pemasukan peroral
dimulai.

c.

Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual,


muntah.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24jam nutrisi pada klien terpenuhi dengan KH:
a. Klien tidak merasa mual dan muntah.
b. Nutrisi klien terpenuhi.

Nurseairlangga.org

1
7

Intervensi :
a.
b.

Tentukan BB ideal menurut usia dan tinggi badan.


Kajikemampuan klien untuk mendapatkan dan menggunakan nutrisi yang
penting

c.

Monitor intake nutrisi, spesifikkan porsi makanan yang dimakan.

d.

Kaji adanya alergi makanan.

e.

Temani pasien saat makan untuk mendorong intake nutrisi.

f.

Timbang pasien setiap minggu dalam kondisi yang sama.

g.

Berikan anti muntah sesuai instruksi sebelum makan.

h.

Jika pasien muntah, anjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan kesukaan.

i.

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

5. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)


Tujuan :
Pasien mengetahui tentang efek sawing dari operasinya.
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan memahami tentang kondisinya.
Intervensi :
a.

Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa dating.

b.

Diskusikan

dengan

lengkap

masalah

yang

diantisipasi

selama

masa

penyembuhan.
c.

Diskusikan melakukan kembali aktifitas

d.

Identifikasi keterbatasan individu

e.

Kaji anjuran untuk memulai koitus seksual

f.

Identifikasi kebutuhan diet

g.

Dorong minum obat yang diberikan secara rutinIdentifikasi tanda atau gejala
yang memerlukan evaluasi medis.

Nurseairlangga.org

1
8

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Nurseairlangga.org

1
9

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi keempat. Jakarta:EGC.
Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Mansjoer ,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGC
Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku
kedokteran, Jakarta.
Doenges, M.E. (2000) Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC
http://www.ibudanbalita.net/830/penanganan-terhadap-penyakit-kista.html diakses tanggal 17
September 2013 pukul 11.00 WIB
Wiknojosastro, Hanifa. Editor. Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi. 2005. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC
Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Penerbit Pustaka Populer Obor
Linda Juall Carpenito, Alih Bahasa Monika Ester, Diagnosa Keperawatan, EGC, 2001.
Kista Ovarii.http://www.information.com/keyword kista. Diakses pada tanggal 14
September 2013.
Umesh N. Jindal, Sharmishtha Patra. Ovarian Cyst . 2013. didapat dari
http://www.whereincity.com/medical/topic/women-health/ diseases/ovarian-cysts232.htm. diakses tanggal 17 september 2013
Andrei Riciuon. Ovarian Cyst: Cause, Treatment and complication . didapat dari
http://www.doctortipster.com/2612-ovarian-cyst-causes-treatment- andcomplications.html . diakses tanggal 17 september 2013
mustikayanthi.blogspot.com/2013/07/kista-ovarium.html?m=1 diakses pada tanggal 17
september 2013

Nurseairlangga.org

2
0

You might also like