Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.PENGERTIAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL
adalah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan hukum
antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai, yang
terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subyek hukum
internasional lainnya, yang mengatur mengenai kedaulatan negara di
laut, yurisdiksi negara dan hak-hak negara atas perairan tersebut. Hukum
laut internasional mempelajari tentang aspek-aspek hukum di laut dan
peristiwa- peristiwa hukum yang terjadi di laut. Hukum laut internasional
mengalami perkembangan yang terus-menerus dan mengalami
penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk kepentingan umat manusia
melalui aturan-aturan yang berlaku untuk tiap-tiap negara. Pemikiranpemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi tentang hukum laut
internasional turut mewarnai proses perkembangan hukum laut
internasional ini.
B.SEJARAH HUKUM LAUT INTERNASIONAL
1. Jaman Romawi
Kekaisaran Romawi menguasai hampir seluruh Eropa, demikian juga dengan lautnya
yang hampir secara keseluruhan dikuasai oleh Romawi.
Penguasaan atas laut oleh Kekaisaran Romawi bertujuan agar laut bebas dari bajak
laut sehingga keamanan pelayaran dapat terjamin. Dengan amannya pelayaran maka
perdagangan lancar dan pada akhirnya kesejahteraan orang-orang yang hidup di daerahdaerah di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi akan terjamin.
Kekuasaan mutlak Kekaisaran Romawi dapat dibenarkan karena dengan adanya
penguasaan seperti itu Laut Tengah dapat bebas dari ancaman bajak laut.
Pemikiran hukum yang melandasi penguasaan mutlak ini adalah res communis
omnium yang artinya bahwa laut adalah hak/milik bersama umat manusia. Menurut konsep
ini laut adalah bebas dan terbuka bagi setiap orang. Bebas artinya bebas dari ancaman bajak
laut ketika sedang memanfaatkan laut.
2. Jaman Abad Pertengahan
pembelaan atas hak orang Belanda (dan orang lain selain Spanyol dan Portugis) untuk
mengarungi lautan. Argumentasi ini didasarkan atas pembedaan pengertian antara imperium
(souvereignty) dan dominium (ownership). Menurutnya kedua hal tersebut berbeda, suatu
negara dapat memiliki kedualatan atas bagian-bagian tertentu dari laut tetapi pada umumnya
3
tidak dapat memiliki laut. Sedangkan berlayar dan menangkap ikan berkaitan dengan
pemilikan atas laut, oleh karena laut tidak dapat dimiliki, maka berlayar dan menangkap ikan
tidak dapat dilarang. Pendapat Hugo Grotius ini dianggap menyerang keputusan Raja James I
yang melarang nelayan Belanda untuk menangkap ikan di dekat pantai Inggris.
Muncul tanggapan dari penulis Inggris yaitu Welwood dan Selden. Selden
berpendapat tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa laut tidak dapat dimiliki, karena pada
kenyataannya Inggris telah secara nyata memiliki dan menguasai daerah laut yang cukup
luas. Perdebatan antara Grotius dan penulis Inggris tersebut sering disebut sebagai Battle of
The Books, karena telah tejadi adu argumentasi melalui buku-buku.
Muncul Pontanus sebagai penengah perdebatan tersebut. Menurutnya kedaulatan
adalah mencakup wewenang untuk melarang pihak ketiga, sehingga wewenang untuk
melarang pelayaran dan penangkapan ikan tidak lagi dikaitkan dengan pemilikan atas laut.
Pontanus membagi laut menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Bagian laut yang berdekatan dengan pantai (adjecent sea); bagian ini dapat dimiliki/di
bawah kedaulatan negara pantai (coastal state).
b) Bagian laut yang berada di luar itu, yang meruapakan bagian yang bersifat bebas.
4. Teori Tembakan Meriam dan Asal-usul Kaidah Lebar Laut
Mochtar Kusumaatmadja : pada awal perkembangan Hukum Laut, ada beberapa
ukuran yang digunakan untuk menetapkan lebar laut teritorial yaitu:
a) Ukuran tembakan meriam;
b) Ukuran pandangan mata; dan
c) Ukuran marine league.
Lebar laut 3 mil pernah dinggap sebagai kaidah lebar laut teritorial yang berlaku
umum. Asal usul kaidah ini dianggap berasal dari teori jarak tembak meriam yang
dikemukakan oleh Cornellis van Bynkershoek , namun kemudian pendapat ini disanggah oleh
Reinfeld, Wyndham Walker dan Kent. Menurut mereka hal ini harus dilihat dari dua sudut,
yaitu:
a) LEBAR LAUT. Dari sudut lebar laut anggapan bahwa lebar laut 3 mil barasal dari
teori tembakan meriam dapat diterima karena, itulah jarak tembakan meriam pada saat
itu. Namun dengan adanya kemajuan teknologi yang menyebabkan bertambahnya
jarak tembak sebuah meriam, maka hal ini menjadi kehilangan maknanya.
BAB II
PEMBAHASAN
negara ke-60 untuk menandatangani perjanjian. Untuk saat ini telah 158
negara dan Masyarakat Eropa telah bergabung dalam Konvensi.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menerima
instrumen ratifikasi danaksesi dan Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyediakan dukungan untuk pertemuan negara pihak Konvensi, PBB
tidak memiliki peran operasional langsung dalam pelaksanaan Konvensi.
Ada, bagaimanapun, peran yang dimainkan oleh organisasi-organisasi
seperti Organisasi Maritim Internasional, Komisi Penangkapan Ikan Paus
Internasional, dan Otorita Dasar laut Internasional (yang terakhir yang
didirikan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa).
4.Declarations of Principles (1970)
Common Heritage of Mankind
Laut, dasar samudra dan kekayaan alam digunakan untuk
kemakmuran umat manusia;
Non Appropriation
laut lepas tidak dapat dimiliki oleh siapapun juga dan tidak dapat
dimasukkan ke dalam kedaulatan Negara manapun;
Non in Compatibility
pelaksanaan hak di wilayah tersebut harus disesuaikan dengan
ketentuan deklarasi dan peraturan internasional yang akan ditentukan
kemudian;International Regime Rezim yang diberlakukan di wilayah laut di
luar yurisdiksi Negara yaitu dasar laut yang paling dalam (AREA). AREA
adalah suatu perairan yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia,
tidak ada hak milik dan kedaulatan yang ada disitu. AREA tidak bisa
diklaim oleh negara manapun dan diperuntukkan bagi seluruh umat
manusia.
United Nations Convention on the Law of the Sea III (UNCLOS III) 10
Desember 1982, Montego Bay, Jamaica. Pada konferensi UNCLOS 1982 ini
menghasilkan beberapa konvensi. Rezim hukum laut menurut UNCLOS
1982 adalah:
a.Perairan Pedalaman (Internal Waters)
Perairan pedalaman mengandung pengertian, yaitu:Laut yang
terletak pada sisi darat dari garis pangkal.Laut yang terletak pada sisi
darat dari garis penutup teluk.
b.Perairan Kepulauan (Archipelagic Waters)
sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE tanpa
perlu menunggu UNCLOS untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan universal
wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total area laut.
Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan menampilkan
sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak dunia, dan 10%
simpanan mangan.
Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari penelitian scientific kelautan mengambil tempat di jarak
200 mil laut dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama perkapalan di dunia melalui ZEE
negara pantai lain untuk mencapai tujuannya. Melihat begitu banyaknya aktivitas di zona ZEE,
keberadaan rezim legal dari ZEE dalam Konvensi Hukum Laut sangat penting adanya.
air yang memungkinkan eksploitasi sumber-sumber daya alam di daerahdaerah yang disebutkan itu;
b) Dasar laut dan tanah bawah dari daerah-daerah dasar laut yang sama
yang berdekatan dengan pantai dari pulau-pulau.
Hak-hak negara pantai atas landas kontinen adalah:
a) Negara pantai menikmati hak-hak kedaulatan atas landas kontinen itu
untuk maksud mengeksplorasinya dan mengeksploitasi sumber-sumber
daya alamnya;
b) Hak-hak tersebut bersifat eksklusif, artinya jika negara pantai tidak
mampu mengeksplorasi landas kontinen atau mengeksploitasi sumbersumber daya alamnya, maka negara lain tidak dapat menjalankan
aktifitas-aktifitas itu atau mengajukan klaim terhadap landas kontinen
tersebut tanpa persetujuan tegas dari negara pantai;
c) Hak-hak negara pantai atas landas kontinen itu tidak tergantung pada
pendudukan (occupation) baik secara efektif maupun secara anggapan,
ataupun atas dasar pengumuman yang tegas;
d) Sumber-sumber daya alam terdiri atas mineral dan sumber-sumber
non-hayati lain dari dasar laut dan tanah di bawahnya, juga organismeorganisme hayati yang termasuk spisies menetap seperti organisme yang,
pada tahap dapat dipanen, baik yang tidak mampu bergerak di atas atau
di bawah dasar laut atau tidak mampu berpindah kecuali dalam kontak
fisik yang konstan dengan dasar laut atau tanah di bawahnya.
BAB III
PENUTUP
Hukum Laut Internasional adalah seperangkat norma hukum yang
mengatur hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan
dengan pantai, yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun
subyek hukum internasional lainnya, yang mengatur mengenai
kedaulatan negara di laut, yurisdiksi negara dan hak-hak negara atas
perairan tersebut. Hukum lau internasional mempelajari tentang aspekaspek hukum di laut dan peristiwa- peristiwa hukum yang terjadi di laut.
Hukum laut internasional mengalami perkembangan yang terus-menerus
dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu untuk kepentingan
umat manusia melalui aturan-aturan yang berlaku untuk tiap-tiap negara.
Pemikiran- pemikiran dari para ahli dan konferensi-konferensi tentang
hukum laut internasional turut mewarnai proses perkembangan hukum
laut internasional ini.
10
11