You are on page 1of 61

LBM 1 : Tingkah Laku Aneh

STEP 1
1. Waham suatu keadaan dimana seseorang yakin kepada sesuatu yg tidak masuk akal,
aneh dan jelas salah.
2. Waham paranoid sesorang meyakini secara berlebihan/ mencurigai orang secara
berlebihan shg berpikiran bahwa orang lain merugikan dirinya. Tingkat kecurigaan
berlebihan.
3. Fungsi global GAF merupakan skala numerik 0-100 untuk menilai fungsi sosial,
okupasi dan psikologi.
4. Halusinasi akustik phonema halusinasi : gangguan persepsi panca indera.
Halusinasi yang berhubungan dengan pendengaran yg berhubungan dengan suarasuara yang terdengar jelas yang terjadi dalam kesadaran penuh dengan hilangnya
kemampuan menilai realitas.
5. Fungsi okupasi kemampuan untuk berinteraksi dengan sekitar dipengaruhi oleh
kebiasaan, peran, kemauan, motorik halus. Fungsi dari tubuh yg bisa memproses
gerak tubuh secara normal/fisiologis tubuh (motorik tubuh).
6. Fungsi psikososial berguna untuk berinteraksi dan beradaptasi thd lingkungan
sekitar
7. Stressor psikososial stressor : peristiwa yang dapat menimbulkan stres. Yang
mengganggu fungsi psikososial
8. Zat psikoaktif zat kimia yang bisa melewati BBB shg dapat mempengaruhi
suasana hati, kognisi sampai perubahan perilaku. Contoh : narkotika, kafein
9. Pemeriksaan status mental pemeriksaan utk mengetahui gambaran umum
( penampila, perilaku, akt psikomotor, sikap thd pemeriksa) mood, affect an
kesesuaian, karakteristik berbicara, gangguan persepsi, isi dan proses pikir, sensorium
dan kognisi(kesadaran, orientasi dan memori, konsentrasi, kemampuan baca dan tulis,
kemampuan abstrak), pengendalian impuls, reliabilitas
10. Gangguan jiwa sindroma pola psikologis sec klinis yg dikaitkan dengan
distres(nyeri), disabilitas(tidak bisa fokus)
STEP 2
1. Mengapa wanita sering marah-marah tanpa sebab dan berbicara kacau kurang lebih
10hari?
2. Apa hubungan pasien ditinggal menikah dengan calon suami dengan gejala di
skenario?
3. Apa saja macam-macam waham? Sebut dan jelaskan!
4. Mengapa pasien mengalami waham dan halusinasi akustik?
5. Apa saja klasifikasi dari gangguan jiwa dan bagaimana manifestasinya?
6. Apa saja macam-macam stressor yang bisa mengakibatkan gangguan jiwa?
7. Perbedaan waham, ilusi dan halusinasi?
8. Apa saja macam-macam dari halusinasi? Sebut dan jelaskan!
9. Apa saja jenis obat psikotik dan psikososial yang diberikan dokter e pasien?

10. Apa saja fase-fase halusinasi dan waham?


11. DD?
12. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada pasien gangguan jiwa?
13. Bagaimana memeriksa fungsi global( gejala dan scoring GAF)?

STEP 3
1. Apa saja klasifikasi dari gangguan jiwa dan bagaimana manifestasinya?
-

Psikotik/ gila tidak bisa berpikir jernih. Berperilaku tidak normal. Ada 4 gejala
utama : halusinasi, waham/ delusi, kekacauan pikiran dalam bentuk berbicara kacau,
melompat2 dan ucapan dan akt tiba2 berhenti, tidak adanya kesadaran diri. Contoh :
skizofrenia,
Gangguan kecemasan rasa takut, khawatir terus menerus min.6bulan . contoh :
GAD, OCD (paling sering)
gangguan suasana hati (mood), contohnya gangguan bipolar, depresi, maniak.
Ada 4 klasifikasi :
-gangguan organik gangguan pada organnya, ada 2 : organik dan karena alkohol
- gangguan psikotik(berat)
- gangguan neurotik
- gangguan perkembangan anak2 yang mengalami retardasi mental

2. Apa saja macam-macam stressor yang bisa mengakibatkan gangguan jiwa?


Ada 4 jenis stressor berdasarkan waktu:
A. Stressor episodik hanya sekali waktu saja
B. S. Sekuen peristiwa yg memicu stres yang lebih lama dari episodik
C. S. Periodik tergantung dari pemicu
D. S.kronis stres bertahan sangat lama
Adaptasi tubuh terhadap stressor
GAS ada 3 fase :
1. Reaksi Flight or fight berhub dgn hormon : katekoamin dll yg berperan adalah
kelenjar pituitari. Medula adrenal melepas epinefrin dan norepinefrin pada
tubuh
2. Reaksi pertahanan dimana tubuh sudah beradaptasi. 1. Dapatberadaptasi
dengan stres dan 2. Tidak dapat beradaptasi
3. Tahap kelelahan sudah beradaptasi shg menimbulkan menifestasi misalnya
sakit kepala, depresi.
-

Biologis :Dipengaruhi oleh umur misalnya pada orang tua yg bisa


menimbulkan waham
Psikologis : dari dalam tubuh

Sosbud : dipengaruhi oleh pekerjaan, lingkungan dan sosial budayanya


sendiri
MPJ, dan macam2 stressor
3. Perbedaan waham, ilusi dan halusinasi?
waham
Tidak ada objek yg dilihat
Tidak Terkait dgn panca
indera
Keyakinan tidak dapat
diubah
Tidak terjadi pada orang
normal

Ilusi
Ada objek yg dilihat
Terkait dgn panca indera

halusinasi
Tidak ada objek yg dilihat
Terkait dgn panca indera

Bisa dirubah keyakinannya

Bisa dirubah keyakinannya

Bisa terjadi pada orang


normal
Contoh : sesorang yg merasa
bersalah shg merasa seperti
dikejar.

Bisa terjadi pada orang


normal

4. Apa saja macam-macam waham? Sebut dan jelaskan!


Waham kebesaran merasa dirinya orang yg besar, berpangkat dll
W. Berdosa timbul perasaan salah yg luar biasa dan merasakan dosa yg
besar.
- Waham dikejar merasa senantiasa dikejar orang lain atau kelompok yg
bermaksud berbuat jahat kpd dirinya
- Waham curiga merasa selalu disindir oleh orang disekitarnya
- Waham cemburu selalu cemburu thd orang lain
- Waham rendah diri merasa dirinya kurang drpd orang lain
- Waham agama memiliki keyakinan berlebih dan berbicara secara terus
menerus tp tidak sesuai kenyataan
- Waham somatik sakah satu bagian tubuhnya menderita suatu penyakit
- Waham nihilistik meyakini bahwa dirinya sudah meninggal dan
menyangkal tdh lingkungan (menganggap dunia tidak ada)
- Waham
- Waham bizzare sisip pikiran : merasa semua yg dipikirkannya ada
pengaruh dari luar/orang lain.
o Siar pikir : merasa org lain lain bisa tahu apa yg ada dalam pikirannya
o Kontrol luar : semua yg dipikirkan dikendalokan dari luar
5. Apa saja macam-macam dari halusinasi? Sebut dan jelaskan!
-

Halusinasi akustik meliputi panca indera yg pendengaran dimana


mendengar suara manusia, hewan, musik, barang. Ada phonema (berpa
kalimat yg sempurna) dan akoasma (tidak dapat dibedakan sec jelas)
H. Visual spt melihat sesuatu (cahaya, sesuatu yg menyenanagkan atau
menakutkan)
H. Olfaktori mencium bau2an

H. Pengecapan merasakan sesuatu didalam mulut padahal tdk sdang makan


H. Peraba merasa sedang diraba, disentuh, ditiup
H. Kinestetik merasa badan bergerak disuatu ruang dan merasa ada bagian
tubuh yg terlepas
- H. Antoskopi bisa melihat cerminan/bayangan dirinya sendiri
- H. Haptik Penderita merasa bersentuhan sec fisik dengan manusia lain. Ex :
berhubungan dengan seksual.
6. Apa saja fase-fase halusinasi dan waham?
-

1. A human need proses awal dimana penderita mengalami keterbatasan.


Biasanya pada orang2
2. Lack of self esteem tidak dapat mendapat pengakuan dari lingkungan
dan ada kesenjangan yg tinggi. Ex : menikah tp tidak diakui akhirnya
bercerai
3. Fase kontrol eksternal internal penderita mencoba rasional tp koreksi
dari orang lain/ masyarakat malah tidak mendukung diselingi dengan
menjaga perasaan.
4. Environment support merasa sgt mendukung shg mulai timbul
kebohongan
5. Comforting mulai merasa nyaman dgn keyakinan dan kebohongan shg
mulai timbul hakusinasi
6. Improving sudah tidak ada koreksi lagi dari masyarakat shg bisa jd
waham yg menetap
a. Fase comforting mulai terlihat tp berusaha berpikiran senang utk
menghilangkan stress. Masaih bisa mengendalikan kesadaran
b. Fase condeming mulai keluar suara bisikan yg tidak jelas, kecemasan mulai
meningkat
c. Fase controlling sudah tidak bisas menahan hausinasi dan halusinasi mulai
menonjol. Halusinasi lama kelamaan memberi raa nyaman
d. Fase conquering semakin tidak bisa melawan halusinasi makin lama mjd
ancaman. Susah berinterksi dgn masyarakat.
7. Mengapa wanita sering marah-marah tanpa sebab dan berbicara kacau kurang lebih
10 hari?
Ada stressor psikososial dimana ambang batas stressor tiap individu berbeda : bisa
beradaptasi (masih bisa berpikir rasional) dan tidak bisa beradaptasi ( ada gangguan
halusinasi, emosi, ada gangguan serebral)
Neuropsikiatrik, hormonal
8. Apa hubungan pasien ditinggal menikah dengan calon suami dengan gejala di
skenario?
9. Mengapa pasien mengalami waham dan halusinasi akustik?
10. Apa saja jenis obat psikotik dan psikososial yang diberikan dokter e pasien?
11. DD?
12. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada pasien gangguan jiwa?

13. Bagaimana memeriksa fungsi global( gejala dan scoring GAF)?


STEP 4
Step 7
Gangguan jiwa

stressor

organik

psikotik

waham

halusinasi

neurotik

kekacauan

Gangguan
perkembangan

Insight

Gangguan fungsi
global

Px. Status mental

Step 7
1. Waham
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misalnyasaya
adalah nabi yang menciptakan biji mata manusia) atau bias pula tidak
aneh (hanya sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surge selalu
menyertai saya kemanapun saya pergi) dan tetap dipertahankan
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya
(Purba dkk, 2008)

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31777/4/Chapter%20II.pdf

Delusi atau waham merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa


seorang individu meyakini sutu kebenaran, yang kemungkinan besar
bahkan hamper pasti, jelas, tidak mungkin. Tentu saja, banyak orang
memegang keyakinan yang kemungkinan besar bias menjadi salah,
seperti keyakinan akan menang lotre. Self - deception (penipuan atau
pembodohan diri sendiri ) semacam ini berbeda dengan delusi, setidaknya
dalam tiga cara atau tiga hal hal berikut :
Pertama, self-deception tidaklah secara penuh mustahil, sedangkan
waham memang sering begitu. Memang mungkin memenangi lotre,
tetapi tidak mungkin bahwa tubuh anda menghilang/melarut atau
mengambang di udara.
Kedua, orang yang memiliki self deception ini kadang-kadang
memikirkan keyakinan tersebut, tetapi orang yang mengalami
waham cenderung terokupasi (dikuasai) keyakinan sendiri. Orangorang yang mengalami delusi atau waham mencari bukti-bukti
untuk mendukung keyakinan mereka, berusaha untuk menyakinkan
orang lain, dan melakukan tindakan-tindakan yang didasari
keyakinannya itu, seperti mengajukan tuntutan secara hokum
melawan orang-orang yang mereka yakini mencoba mengendalikan
pikiran mereka.
Ketiga, orang-orang dengan self-deception secara tipikal (khas)
mengakui bahwa keyakinan mereka bisa jadi salah, tetapi orangorang yang mengalami delusi sering kali sangat bertahan untuk
mendebat fakta-fakta yang berlawanan (contradicting) dengan
keyakinan mereka. Mereka mungkin memandang argumen atau
pendapat orang lain yang melawan keyakinan mereka sebagai
sebuah konspirasi (persekongkolan) untuk membungkam atau
membunuh mereka, dan sebagai bukti benarnya keyakinan mereka
(Wiramihardja, 2007).

2. Waham paranoid
3. Fungsi global
4. Halusinasi akustik phonema
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadao suatu hal tanpa adanya stimulus.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari
luar. (Maramis, 2004)
a. Halusinasi Pendengaran (akustik)
Halusinasi ini sering kali berbentuk :
-

Akoasma Suara-suara yang kacau balau yang tak


dibedakan secara tegas

dapat

Phonema suara suara yang berbentuk suara jelas seperti yg


berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata
atau kalimat-kalimat tertentu

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-attinining-5120-2-bab2.pdf
5.
6.
7.
8.

Fungsi okupasi
Fungsi psikososial
Stressor psikososial
Zat psikoaktif

Zat psikoaktif ialah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental-emosional dan
perilaku. Apabila digunakan terus menerus akan menimbulkan
ketergantungan (oleh karena itu disebut juga sebagai zat adiktif).
Walaupun zat psikoaktif tertentu bermanfaat bagi pengobatan, tetapi
apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar
pengobatan, akan sangat merugikan yang menggunakan.

Tiga golongan zat yang termasuk kategori ini ialah opioda,tanaman ganja,
dan kokain.
Dalam Ilmu Kedokteran Forensik, narkotika dan obat pada umumnya
digolongkan sebagai racun, sebab bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh
akan menimbulkan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan penyakit
atau kematian. Penyakit atau kematian itu tentunya bergantung pada
takaran (dosis), cara pemberian, bentuk fisik dan struktur kimia zat, serta
kepekaan korban. Kepekaan korban dipengaruhi pula pada usia, penyakit
terdahulu atau yang bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitif
tertentu, dan sebagainya. Narkotika masuk ke dalam tubuh koban dapat
akibat unsur kesengajaan ataupun kebetulan. Kesengajaan dapat akibat
ulah orang lain (penganiayaaan atau pembunuhan) maupun akibat ulah
diri sendiri (penyalahgunaan atau usaha bunuh diri). Sedang unsur
kebetulan dapat terjadi akibat kecelakaan industri, keteledoran dalam
rumah tangga, kesalahan pengobatan, dan lain-lain.
Golongan opidia terdiri dari turunn opium dan zat sintetiknya, seperti
misalnya morpin, diasetilmorfin atau diamorfin (dikenal sebagai heroin,
smack, horse, dope), metadon, kodein, oksikodon (percodan, percocet),
hidromorfin (dilaidid, levodromoran), pentazosin (talwin), meferidin
(demerol, petidin), dan propoksipen (darvon). Turunan opium menjadi
sangat beragam dan luas pemakaiannya karena penggunaan medik dan
kemajuan ilmu farmakologi. Jenis-jenis opidia yang digunakan dalam dunia
kedokteran jarang sekali disalahgunakan karena ketatnya pengendalian

dan pemantauan berdasarkan peraturan legal. Heroin adalah opidia yang


paling sering disalahgunakan di dunia dengan penggunaan melalui
suntikan.
Beberapa istilah yang sebaiknya diketahui antara lain :
1. Zat psikoaktif : adalah obat, bahan atau zat yang apabila masuk ke
dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktivitas
mental emosional, cara berfikir, persepsi dan perilaku seseorang (kini
disebut NAZA, NAPZA, narkoba)
2. Penyalahgunaan zat (sunstance abuse) adalah penggunaan zat oleh
seseorang secara berlebihan, bukan untuk tujuan pengobatan (tanpa
petunjuk dokter), sehingga menimbulkan hendaya atau hambatan dalam
kehidupan sosial, sekolah dan pekerjaan.
3. Ketergantungan zat (substance dependence) ialah terdapatnya
ketergantungan fisik terhadap zat, yang ditandai oleh adanya toleransi
dan gejala-gejala putus zat.
4. Ketergantungan psikologik (craving) ialah suatu keadaan yang
menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang
untuk mengulang kembali untuk mendapatkan sensasi tersebut dan
menimbulkan perasaan tidak senang bila menghentikan pemakaiannya.
5. Sindroma putus zat (withdrawal) tanda atau gejala berupa keluhan fisik
yang spesifik yang timbul setelah dilakukan penghentian atau
pengurangan zat yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh
individu.
6. Intoksikasi/keracunan kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat
penggunaan zat yang dosisnya
7. Toleransi adalah peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama
semakin banyak, untuk mendapatkan efek yang sama
Zat Adiktif juga diartikan sebagai zat atau bahan kimia yang bisa
membanjiri sel saraf di otak khususnya "Reward Circuit"atau jalur
kesenangan dengan dopamine, yaitu zat kimia yang mengatur sifat
senang, perhatian, kesadaran dan fungsi lainnya.
Sebagai kunci untuk hidup, otak sudah diatur untuk memastikan orang
mengulangi kegiatan yang menyenangkan. Dorongan yang berlebih dari
sensasi yang menyenangkan, mengajarkan otak untuk mengulang
kegiatan yang mengarah kepada pendambaan yang sering diluar control
dan seiring waktu gambaran dari ketagihan oleh otak dimunculkan dalam
bentuk fisik berupa penilaan, mempelajarinya, ingatan dan perasaan dari
hati.
Zat Adiktif dapat mempengarui otak dalam berbagai cara :
Stimulant ( membuat orang merasa lebih energik).
Depressant (Membawa rasa relaksasi ).
Hallucinogens ( Mengubah cara seseorang mengalami pengalaman
secara nyata).

Zat Adiktif bisa legal atau illegal, yang tergolong legal :


Caffeine, contohnya : kopi, teh, soda, dan minuman untuk olahraga, dan
kopi yang memiliki kira-kira 2 kali lebih banyak kafein diantara lainnya,
nah jika berlebih maka akan menyebabkan kesulitan tidur, peningkatan
denyut jantung, sakit kepala , gelisah dan mual.
Nikotin , contohnya : rokok, cerutu, potongan nikotin , kopi dan nikotin
merupakan stimulant, yang meningkatkan dopamine dan adrenaline.
Adrenalin berlebih akan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
dan mengarah ke tingginya gula darah.
Alkohol, contohnya : Wine ( anggur), bir, ( beer), Liquor) alcohol adalah
jenis yang termasuk Depressant yang mempengaruhi sistem saraf yang
mengarah pada relaksasi, kantuk, koma, dan kematian.
Inhalants, contohnya : erosol, solvents ( bahan untuk pembersih), gas
nitrat, produk ini mulai dari cat thinner, hair spray ke tangki propane,
inhalasi yang tinggi sama dengan alcohol, bahkan 1 kali penggunaan
inhalasi dapat membunuh atau menyebabkan gagal jantung.
Beberapa Zat Adiktif yang khusus tersedia atau digabung dengan
resep obat :
Amphetamine, contohnya speed, crystal meth, merupakan tergolong
stimulant yang meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi, tujuannya
untuk pengobatan, namun banyak oknum yang mensalahgunakan dalam
dosis berlebih untuk pecandu.
Sedative-hypnotic, atau obat-obat hipotik, contohnya Benzodiazepines
Xanax, Valium, barbiturates, Seconol, phenobarbital. Benzodiazepines
juga tergolong Depressants karena dapat menurunkan aktivitas otak. Ini
merupakan resep obat untuk insomnia, gelisah, dan serangan gejala
bipolar dan depresi. Bahkan sebagian keci dari obat tidur, digunakan
untuk obat mati rasa, bisa menyebabkan koma, gejala pernapasan atau
kematian.
Opioids, contohnya: Heroin, morfin, oxycodone, kodein dan obat bius
lainnya, nah bahan campuran obat ini untuk penghilang rasa sakit, dan
berbahaya bila disalahgunakan, karena akan menyebabkan kecanduan
dan rusaknya otak dan tubuh kita.
Berikut yang tergolong Zat Adiktif yang Ilegal :
Cannabis, contohnya : Mariyuana, ganja. Pengaruhnya dapat membuat
si pemakai relaks dan jika penggunaan lebih maka akan menimbulan
perasaan bahagia rohani dan jasmani, dan halusinasi, pengunaan jangka
panjang dapat membuat kecanduan dan merusak saraf.
Cocain, contohnya : kokain, crack-cocain, membuat si pemakai merasa
bahagia jasmani, rohani, meningkatkan kinerja tubuh, sebelum menuju
gejolak depresi dan paranoia, penggunaan bisa dengan dihisap, dihirup,
dibakar dan disuntik. Zat ini bisa menyebabkan kerusakan otak, tubuh dan
kecanduan.
Hallucinogens, contohnya, LSD, Ecstasy, zat ini bisa mengubah
perasaan, perubahaan waktu, warna, suara dan pikiran mereka sendiri,

dan pemakai tetap akan menyebabkan kerusakan pada otak, sistem saraf,
dan prilaku emosi yang tidak terkontrol.
Phencyclidine ( PCP), contohnya : Angel dust, ketamin , zat ini
menyebabkan mati rasa, dan penggunaan hanya untuk hewan, pemakai
zat ini bisa mengubah sifat seseorang menjadi keras, pemarah, bunuh diri
dan kontraksi otot dan retak tulang.
http://chemistry35..com/2012/07/zat-psikoaktif-zat-adiktif.html Susilo Tri
Atmojo,S.Si

9. Pemeriksaan status mental

Global Assessment of Functioning (GAF) adalah skala numerik (0 sampai


100) digunakan oleh dokter kesehatan mental dan dokter untuk menilai
subyektif fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis orang dewasa, misalnya,
seberapa baik atau adaptif satu adalah pertemuan berbagai masalah
hidup (DSM-IV-TR ).
- Aksis I
Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68,
F80-89, F90-98, F99)
Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
(tidak ada diagnosis Z03.2, diagnosis tertunda R69)
Aksis II
Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive,
mekanisme defensi maladaptif)
Retardasi Mental (F70-79)
(tidak ada diagnosis Z03.2, diagnosis tertunda R46.8)
Aksis III
Kondisi Medik Umum
Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan,
hukum, psikososial)
Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF
Scale)
100-91: gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
90-81: gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian biasa
80-71: gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
social
70-61: beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum baik
60-51: gejala dan disabilitas sedang
50-41: gejala dan disabilitas berat
40-31: beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21: disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak
mampu berfungsi dalam hampir semua bidang
20-11: bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat
dalam komunikasi dan mengurus diri

10-01: persisten dan lebih serius


0: informasi tidak adekuat
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III

10. Gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi
penderita (dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 1998).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32281/3/Chapter%20II.pdf

1. Apa saja klasifikasi dari gangguan jiwa dan bagaimana manifestasinya?


2. Apa saja macam-macam stressor yang bisa mengakibatkan gangguan jiwa?
Adaptasi tubuh terhadap stressor

STRESSOR (MACAM DAN DERAJAT)


Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu :
(1) Faktor Lingkungan
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan
stress yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang baru
terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan
adanya teknologi yang digunakannya.

(2) Faktor Organisasi


Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational
structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seseorang untuk
memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu
organisasi tersebut.
b.Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh orang lain dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas akan dapat
menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan
kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan
kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara individu
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana
keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam
struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seseorang dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins,
2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara
langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik
pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal
pekerjaan saja.
(3) Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari
keturunan.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki
oleh seseorang tersebut.
Macam-macam stressor:

Stress perasaan
: cemas,
mudah marah, rasa sedih, menangis, rasa
tidak diperlukan.

Stress fisik : sakit kepala,


kelelahan, nyari diperut, mua-mual, nyeri tidak
jelas pada tungkai, lengan, dada.

Sress mental: kesulitan konsentrasi, gangguan


tidur

Perubahan prilaku: terlalu


tergantung orang lain, suka berdebat dan
melakukan penolakan
Respeo stressor digambarkan pada 3 tanggapan:
Tanggapan Bahaya (alarm reaction)
Tanggapan Fisik/perlawanan (stage of
resistance)
Tahap kelelahan (Stage of exhaustion)

MPJ, dan macam2 stressor


Macam-Macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh
macam, di antaranya :
a. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena
temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara
yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus
listrik.
b. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obatobatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas
dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
c. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus,
bakteri atau parasit.

d. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ
tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi
jaringan, organ dan lain-lain.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan
proses lanjut usia.
f. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan kkarena gangguan stimulus
psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk
menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial
budaya atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31775/4/C
hapter%20II.pdf
Sumber Stresor
Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu
stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti
lingkungan, baik secara fisik, psikologis maupun spiritual.
Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitasfasilitas seperti air minum. Makanan, atau tempat-tempat
umum sedangkan lingkungan psikologis dapat berupa
suara atau sikap kesehatan atau orang yang ada
disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa
tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau
lainnya.
Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat
berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya
operasi, obat-obatan atau lainnya. Sedangkan sumber
stresor dari pikiran adalah berhubungan dengan penilaian
seseorang terhadap status kesehatan yang dialami serta
pengaruh terhadap dirinya.
Selain sumber stresor di atas, menurut Alimul (2008),
stres yang dialami manusia dapat berasal dari berbagai
sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkungan
a. Sumber Stres di Dalam Diri
Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya
dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan
kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai
permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan
dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan
suatu stres.
b. Sumber Stres di Dalam Keluarga

Stres ini bersunber dari masalah keluarga ditandai


dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah
keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara
keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu
keadaan yang dinamakan stres.
c. Sumber Stres di Dalam Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau
masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan,
secara umum disebut sebagai stres pekerja karena
lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan
interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di
masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31775/4/C
hapter%20II.pdf
Apabila seseorang tidak mampu mengatasi stresor yang datang, yang
bersangkutan akan mengalami penurunan kekebalan atau imunitas sehingga
taraf kesehatan fisik maupun mental terganggu dan yang bersangkutan
dapat jatuh sakit.
Hawari Dadang. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit.
FKUI: Jakarta
Stresor adalah setiap peristiwa atau keadaan yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan
adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
Tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan tidak semua orang
mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga
timbullah keluhan-keluhan.
Respon tubuh terhadap perubahan tersebut yang disebut GAS terdiri dari 3 fase
yaitu:
a. Waspada, (alarm reaction/reaksi peringatan)
Respons Fight or flight (respons tahap awal) Tubuh kita bila bereaksi terhadap
stress, stress akan mengaktifkan sistem syaraf simpatis dan sistem hormon
tubuh kita seperti kotekolamin, epinefrin, norepinefrine, glukokortikoid, kortisol
dan kortison.
Sistem hipotalamus-pituitary-adrenal (HPA) merupakan bagian penting dalam
sistem neuroendokrin yang berhubungan dengan terjadinya stress, hormon
adrenal berasal dari medula adrenal sedangkan kortikostreroid dihasilkan oleh
korteks adrenal. Hipotalamusmerangsang hipofisis, kemudian hipofisis akan
merangsang saraf simpatis yang empersarafi:
1. Medula adrenal yang akan melepaskan norepinefrin dan epinefrin;

2. Mata menyebabkan dilatasi pupil;


3. Kelenjar air mata dengan peningkatan sekresi;
4. Sistem pernafasan dengan dilatasi bronkiolus, dan peningkatan pernafasan;
5. Sistem Kardiovaskular (jantung) dengan peningkatan kekuatan kontraksi
jantung,
peningkatan frekwensi denyut jantung, tekanan darah yang meningkat;
6. Sistem Gastrointestinal (lambung dan usus), motilitas lambung dan usus yang
berkurang, kotraksi sfingter yang menurun;
7. Hati, peningkatan pemecahan cadangan karbohidrat dalam bentuk glikogen
(glikogenolisis) dan peningkatan kerja glukoneogenesis, penurunan sintesa
glikogen. Sehingga gula darah akan meningkat di dalam darah;
8. Sistem Kemih terjadi peningkatan motilitas ureter, kontraksi otot kandung
kemih,
relaksasi sfingter;
9. Kelenjar keringat, peningkatan sekresi;
10. Sel lemak, terjadi pemecahan cadangan lemak (lipolisis); Adapun lebih
jelasnya fungsi dari syaraf simpatis yang terangsang saat terjadinya stress
Reaksi terhadap stressor sudah melampaui batas kemampuan tubuh, timbul
gejala psikis dan somatik.
Individu berusaha mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan
psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatur
stresor, tubuh akan berusaha mengimbangi proses fisiologi yang terjadi pada
fase waspada, sedapat
mungkin bisa kembali normal, bila proses fisiologis ini telah teratasi maka gejala
stress akan turun, bila stresor tidak terkendali karena proses adaptasi tubuh
akan melemah dan individu akan tidak akan sembuh.
c. Tahap kelelahan
Pada fase ini gejala akan terlihat jelas. Karena terjadi perpanjangan tahap awal
stress yang telah terbiasa, energi penyesuaian sudah terkuras, individu tidak
dapat lagimengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian, timbullah gejala
penyesuaian seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner,
hipertensi, dispepsia (keluhan pada gastrointestinal), depresi, ansietas, frigiditas,
impotensia.

Bila terjadi stress, kecemasan, kegelisahan, maka tubuh akan bereaksi secara
otomatis berupa perangsangan hormon dan neurotransmiter, untuk menahan
stresor, sehingga penting untuk mempertahankan kondisi mental dan fisik
mahluk hidup. Dalam hal ini stress akan merangsang pusat hormonal di otak
yang bernama hipotalamus (raja endokrin).
Fungsi Hipotalamus disini adalah: mengatur keseimbangan air, suhu tubuh,
pertumbuhan tubuh, rasa lapar, mengontrol marah, nafsu, rasa takut, integrasi
respons syaraf simpatis, mempertahankan homeostasis.
Bila syaraf simpatis terangsang maka, denyut nadi dan jantung akan meningkat,
aliran darah ke jantung, otak, dan ototpun
meningkat, sehingga tekanan darah pun akan ikut terpengaruhi, pemecahan
gula di hati meningkat sehingga gula darah ikut meningkat di darah. Kortisol
yang dikeluarkan oleh korteks adrenal karena perangsangan hipotalamus,
menyebabkan rangsangan susunan
syaraf pusat otak. Tubuh waspada dan menjadi sulit tidur (insomnia). Kortisol
merangsang sekresi asam lambung yang dapat merusak mukosa lambung.
Menurunkan daya tahan tubuh.
Menurut Maramis bila kita tidak dapat mengatasinya stress dengan baik, maka
akan muncul gangguan badan atau gangguan jiwa. Sumber stress psikologik
adalah masalah penyesuaian atau keadaan stress yang dapat bersumber pada
frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Dalam stress ada yang disebut daya tahan
stress atau disebut juganilai ambang frustasi (stress/frustation tolerance,
frustratic drempel), yang pada setiap orang berbeda-beda tergantung somatopsiko-sosial orang tersebut. (Maramis, 1980:65)
Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan) kita.
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara atau dua lebih macam
kebutuhan atau
tujuan. Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian, biarpun kecil,
bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress yang hebat, tekanan seperti juga
frustasi boleh berasal dari dalam maupun dari luar (Maramis, 1980:67-68).
Frustasi digunakan psikolog untuk mengetahui keadaan yang timbul apabila ada
halangan dalam usaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan
atau tindakan tertentu.
Frustasi sendiri adalah keadaan dimana satu kebutuhan tidak bisa dipenuhi,
tujuan tidak bisa tercapai. Frustasi ini juga bisa menimbulkan situasi positif atau
yang destruktif (negatif). Reaksi frustasi dengan demikian sifatnya bisa negatif
bisa positif.
(Ardani,Rahayu, Solichatun 2006:39)
Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stresor

Menurut Alimul (2008), respon terhadap stresor yang


diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang
akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping yang
dimiliki individu , di antara stresor yang dapat mempengaruhi
respon tubuh antara lain :
a. Sifat stresor Sifat stresor merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap stresor. Sifat stresor ini
dapat berupa tiba-tiba atau berangsurangsur, sifat ini pada
setiap individu dapat berbeda tergantung dari pemahaman
tentang arti stresor.
b. Durasi stresor Lamanya stresor yang dialami klien akan
mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih
lama, maka respon yang dialaminya juga akan lebih lama dan
dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
c. Jumlah stresor Jumlah stresor yang dialami seseorang
dapat menentukan respon tubuh. Semakin banyak stresor yang
dialami pada seseorang, dapat menimbulkan dampak yang
besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stresor
yang dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka
seseorang akan memiliki kemampuan dalam mengatasinya.
d. Pengalaman masa lalu Pengalaman ini juga dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap stresor yang dimiliki.
Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan
mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasi
sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pula.
e. Tipe kepribadian Tipe kepribadian seseorang juga dapat
mempengaruhi respon terhadap stresor. Apabila seseorang yang
memiliki tipe kepribadian A, maka akan lebih rentan terkena
stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B. tipe kepribadian A
memiliki ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah
tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki
kewaspadaan yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal
waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau memerintah,
lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap
waktu, ramah, tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur pikirannya
ke pekerjaan dan lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B
memiliki ciri tidak agresif, ambisinya wajarwajar, penyabar,
senang, tidak mudah tersinggung, tidak mudah marah, cara
bicara tidak tergesa-gesa, perilaku tidak interaktif, lebih suka
kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan
kebalikan dari tipe kepribadian B.
f. Tingkat perkembangan Tingkat perkembangan pada
individu ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh dimana
semakin matang dalam perkembangannya, maka semakin baik
pula kemampuan untuk mengatasinya.
a. Respons Fisiologis terhadap Stres

Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi


dua yaitu local adaptation syndrome (LAS) yaitu respons lokal
tubuh terhadap stresor (misalnya kalau kita menginjak paku
maka secara reflex kaki akan diangkat atau misalnya ada proses
peradangan maka reaksi lokalnya dengan menambahkan sel
darah putih pada lokasi peradangan) dan genital adaptation
symdrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang
ada. Dalam proses GAS terdapat tiga fase : pertama, reaksi
peringatan ditandai oleh peningkatan aktivitas neuroendokrin
yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan,
metabolism, glukosa dan dilatasi pupil; kedua, fase resisten di
mana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan
mekanisme pertahanan; ketiga, fase kelelahan ditandai dengan
adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik dan krisis
(Wartonah, 2006).
b. Respons psikologis terhadap Stres
Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi,
marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional
terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena
khawatir nilainya buruk (Wartonah, 2006).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31775
/4/Chapter%20II.pdf

Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general
adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a. Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan)
dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan
adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk
persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan
otot berkontraksi.
b. The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau
melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis
dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi
masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah
dan sebagainya
c.

a.

Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak
dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal,
impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau
makan atau terlalu banyak makan.
Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang,
dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari
ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.

b. Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi
diatasi

c.

Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan
distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi
masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja
dan berani bersaing.

Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab
dari kondisi stres disebut dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh
selye. Jenis jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah
keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup, masalah
hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain
Macam-macam Stressor
Adapula yang membagi stressor menjadi:
a. Stressor fisis : seperti panas, dingin, suara bising dan sebagainya
b. Stressor
masalah
c.

sosial : seperti keadaan sosial, ekonomi,


keluarga, hubungan intepersonal, dan lain-lain.

politik,

pekerjaan,

karir,

Stessor psikis misalnya frustasi, rendah diri,perasaan berdosa, masa depan yang tidak jelas
dan sebagainya.

Lazarus dan Cohen mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu :


1.Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak
orang, seperti bencana alam.
2. Personal stressor
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orangtertentu,
seperti krisis keluarga.
3. Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan
dan rutinitas pekerjaan.
Ada beberapa jenis-jenis stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984;
Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1. Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu
maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk
meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku.
Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbedabeda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan
sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila
berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber
internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem
nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa
tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan
mendapatkan pasangan hidup.
2. Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat
hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi

juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti
misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam
waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a. Approach approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif yang
sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan
karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk
menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat
diselesaikan.
b. Avoidence avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang samasama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar nikah, di
satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial
untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan
lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memilki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus
tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya
seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia
tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari
kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. 7 Ini merupakan sarana
pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari
kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu,
memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian
meninggal maka oia merasa lupa terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan
Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (direcall) dari alam tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam
impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan
yang penting dalam terjadinya neurosis.
2. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi
yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang
dapat mengarah pada represi yang berikutnya.6 Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan.4Perlu dibedakan
dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan
memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena
terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.
3. Penyangkalan (denial)

Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri
terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau
kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan
menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.4
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena
tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya
yang terbelakang dan sebagainya.1,2
4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan
berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan
eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan
selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego
(tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang
proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada
sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.4 Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang
lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang
kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi
ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.
5. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di
masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. 2 Orang
yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang
agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu
jari.5
6. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan
cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk
dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya,
yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan
kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek
keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi
dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat
mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam
pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru
sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau dielakkan kepada orang atau obyek lain yang
kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri,

anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam
merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.
9. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat
disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan
sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
10. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek
lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan
tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan
dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
11. Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan,
pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi
terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan
paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan
symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
12. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain
atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau
mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
13. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang
kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol
atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
14. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau
pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing.
Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang
mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.7
15. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan
yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam
berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.
16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)

Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam
keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri
terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif
apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka
kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan sudah nasibnya atau sekarang sudah tidak menderita lagi
dan sambil tersenyum.
18. Pemeranan (Acting out)
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang
terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan.
Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut,
maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.7

Sumber : The Mechanisms of Defense (Mekanisme Pertahanan), dr andre


yuindartanto.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-84

2.

Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUD FREUD DAN APLIKASINYA DALAM

PROSES BIMBINGAN diunduh darihttp://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.html tanggal 9 Juli 2009


3.

Mekanisme pertahanan ego diunduh darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego tanggal 9 Juli 2009

4.

Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A : Synopsis of Psychiatry, Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry, seventh edition.

Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378.


5.

Mekanisme pertahanan diri diunduh darihttp://rizkyp13.multiply.com/journal/item/71/Mekanisme_pertahanan_Diri_tanggal

9 Juli 2009
6.

Sistem pertahanan ego http://psikologiupi.blogspot.com /2008/09/system-pertahanan-ego-yang-wajib-di.html tanggal 9

juli 2009
7.

Pertahanan ego diunduh dari http://trescent.wordpress.com/2007/08/15/pertahanan-ego/ tanggal 9 Juli 2009

3. Perbedaan waham, ilusi dan halusinasi?

Waham
Tidak ada objek yg dilihat
Tidak Terkait dgn panca
indera
Keyakinan tidak dapat
diubah
Tidak terjadi pada orang
normal

Ilusi
Ada objek yg dilihat
Terkait dgn panca indera

halusinasi
Tidak ada objek yg dilihat
Terkait dgn panca indera

Bisa dirubah keyakinannya

Bisa dirubah keyakinannya

Bisa terjadi pada orang


normal
Contoh : sesorang yg merasa
bersalah shg merasa seperti
dikejar.

Bisa terjadi pada orang


normal

4. Apa saja macam-macam waham? Sebut dan jelaskan!


Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, saya ini pejabat departemen kesehatan lho!
atau, saya punya tambang emas.
b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, saya tahu seluruh saudara
saya ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya.
c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Contoh, kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setip hari.
d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, saya sakit kanker.
(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda kanker, tetapi pasien terus mengataka bahwa ia sakit kanker.)
e. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
dengan kadaan nyata. Misalnya, Ini kana lam kubur ya, semua yang
ada disini adalah roh-roh.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31777/4/Chapter%20II.pdf

a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara


berlebihan diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.

c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya


teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana
klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha
merugikan atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia
atau sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.
Sumber: Psikiatri II Simtomatologi, UNDIP
a. Delucion of control waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
b. Delucion of influence waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
c. Delucion of passivity waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
d. Delucion perception pengalaman inderawi yg tak wajar, yg
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat
( Buku Saku PPDGJ III, dr. Rusdi Maslim)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/1/10E00570.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-aidatuzzuy-6728-2babii.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=174385&val=970&title=GANGGUAN%20WAHAM%20MENETAP
%20PADA%20PASIEN%20DENGAN%20RIWAYAT
%20PENYALAHGUNAAN%20GANJA:%20SEBUAH%20LAPORAN
%20KASUS
5. Apa saja macam-macam dari halusinasi? Sebut dan jelaskan!
1. Klasifikasi
b. Halusinasi Pendengaran (akustik)
Halusinasi ini sering kali berbentuk :
-

Akoasma Suara-suara yang kacau balau yang tak


dibedakan secara tegas

dapat

Phonema suara suara yang berbentuk suara jelas seperti yg


berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata
atau kalimat-kalimat tertentu
Kadang2 halusinasi berupa bermacam2 suara, tapi kebanyakan
berupa kata2 yang sedikit banyak membentuk kalimat .
Biasanya kalimat2 itu berisi kata2 yang saling berhubungan atau
yang dialamatkan (ditujukan) kepada penderita.
Penderita dapat berbicara atau bertengkar dengan suara-suara itu.
Oleh penderita dikatakan bahwa suara-suara itu bersumber/berasal
dari salah satu bagian tubuhnya atau datang dari jauh.
Kadang2 isi pernyataan menyenangkan, tetapi biasanya tidk
menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat menuduh.
Halusinasi yang menyangkut perintah, biasanya meyakinkan dan
memaksa. Karenanya dapat mengakibatkan perbuatan langsung
dan berbahaya. Pengaruhnya dmikian besar, sehingga penderita tdk
banyak memperhatikan kenyataan di sekelilingnya.

c. Halusinasi Penglihatan (Visual)


Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut.
Secara khas banyak dijumpai pada keadaan delirium o.k. peny. Infx
Akut atau psikosa organic
Pada keadaan delirium tremens, terjadi halusinasi visual dengan kesan
yg sangat menakutkan dan sangat menggelisahkan
Halusinasi visual yang tak jelas bentuknya dijumpai pada kelainan
korteks serebri
Halusinasi Visual dengan bentk yang jelas dan kejadian yang kompleks
didapatkan pada kelaianan cortex temporoparietal, diperkirakan pada
bagian yg dominan.
d. Halusinasi Olfaktorik (pembauan)
Sering didapatkan pada keadaan skizofrenia dan keadaan lesi dari
lobus temporalis. Halusinasi olfaktorik sering tdk menyenangkan dan
tdk disukai.
e. Halusinasi Gustatorik (rasa lidah/pengecap)
Murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama2 dgn halusinasi
olfaktorik
f.

Halusinasi Taktil (perabaan)

Sering dijumpai pd keadaan toksik, misalnya delirium tremens dan juga


pd adiksi kokain
g. Halusinasi Haptik
Ini merupakan suatu persepsi, dimana seolah2 tubuh sendiri
bersentuhan/bersinggungan secara fisik degn manusia lain atau benda
lain, seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual.
h. Halusinasi Kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya,
mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Sering dijumpai
pada skizofrenia dan keadaan2 toksik. Juga pada keracunan mescalin,
psilocybin dan d-LSD-25.
i.

Halusinasi Autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya dihadapannya (Bercermin)
(Psikiatri II SIMTOMATOLOGI, FK UNDIP SEMARANG)

2. Kriteria
Halusinasi Harus :
- ditangkap oleh panca indera
- Terjadi berkali-kali
- Diterima dalam keadaan sadar
Pada orang Normal dapat terjadi :
-

Halusinasi Hipnagogik yang terjadi antara bangun dan tidur


Halusinasi Hipnapobik
Halusinasi Karena obat-obatan missal : mescaline
( Ilmu Kejiwaan / Psikiatri , FK UNDIP )

Halusinasi akustik (pendengaran)


Halusinasi ini sering berbentuk :
Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas
Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari
manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu
Halusinasi visual (penglihatan)
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering
menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari
perasaan bersalah penderita.

Halusinasi taktil (perabaan)


Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
Halusinasi haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita
bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi
haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami
perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita
Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Halusinasi autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
Penderita Schizophrenia sangat perlu dikasihani karena penderitaan yang dialaminya.
Tetapi mengapa banyak orang memilih untuk mengubah hidupnya yang indah dan
berharga dengan memakai narkoba dan mengalami berbagai macam gangguan kejiwaan
yang serius.

6. Apa saja fase-fase halusinasi dan waham?

Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-attinining-5120-2bab2.pdf

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :


1.

Fase Lack of Human need


Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antaraReality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana
tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh
rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).

2.

Fase lack of self esteem


Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
idealdengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang

tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.


Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas,
seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self
reality-nya

sangat

jauh.

Dari

aspek

pendidikan

klien,

materi,

pengalaman,

pengaruh, support system semuanya sangat rendah.


3.

Fase control internal external


Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak
kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi

tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan

pengakuan klien tidak merugikan orang lain.


4.

Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5.

Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien
lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).

6.

Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang
hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
Daftar pustaka :
Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St. Louis Mosby Year Book.

Stuart dan Laraia (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis Mosby Year Book.
Townsend. (1998). Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : pedomanan Untuk Pembuatan Rencana
Keperawatan EGC, Jakarta (terjemahan).
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta.

7. Mengapa wanita sering marah-marah tanpa sebab dan berbicara kacau kurang lebih
10 hari?
Neuropsikiatrik, hormonal

Setiap orang memiliki respons terhadap amarah yang berbedabeda, ada yang meluap-luap tapi ada pula yang biasa saja.
Penyebab orang mudah marah ini ternyata dipengaruhi
oleh kadar serotonin di dalam otak.
Studi ini memerupakan yang pertama dalam menunjukkan
bagaimana bahan kimia ini membantu mengatur perilaku
dalam otak. Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Biological
Psychiatry.
Didapatkan kadar serotonin yang rendah dalam otak membuat
komunikasi antara daerah otak dari sistem limbik yang
mengatur emosional (amigdala) dan lobus frontal menjadi lebih
lemah dibanding dengan orang yang kadar serotoninnya
normal.
Kondisi ini menunjukkan ketika kadar serotonin di otak rendah
maka akan sulit bagi daerah otak korteks prefrontal untuk
mengontrol respons emosional terhadap kemarahan yang
dihasilkan dalam amigdala.
Jika komunikasi lemah maka lebih sulit bagi korteks prefrontal
untuk mengontrol perasaan marah yang dihasilkan dalam
amigdala. Akibatnya orang-orang ini akan cenderung lebih
agresif dan paling sensitif.
http://www.solopos.com/2011/09/16/penyebab-orang-mudah-marah-115756

NEUROTRANSMIT
ER

LOKASI DAN
FUNGSI

IMPLIKASI PADA
PENY.JIWA

Kolinergik:
Asetil kolin

Sistem saraf otonom


simpatis dan
parasimpatis,
terminal saraf
presinapsis
parasimpatik, terminal
postsinapsis
Sistem saraf pusat :
korteks serebral
hipokampus, struktur
limbik, basal ganglia
Fungsi : tidur, bangun
persepsi nyeri ,
pergerakan memori

Monoamin
Norepinefrin

Dopamin

Serotonin

Sistem syaraf otonom


terminal saraf post
sinapsis simpatis
Sistem saraf pusat:
talamus, sistem limbik,
hipokampus,
serebelum, korteks
serebri
Fungsi pernafasan,
pikiran, persepsi, daya
penggerak, fungsi
kardiovaskuler, tidur
dan
bangun
Frontal korteks, sistem
limbik, basal ganglia,
talamus, hipofisis
posterior, medula
spinalis
Fungsi: pergerakan
dan koordinasi,
emosional,
penilaian, pelepasan
prolaktin
Hipotalamus, talamus,

Meningkatkan
derajat depresi

Menurunkan
derajat penyakit
alzeimer, korea
hutington, penyakit
parkinson.

Menurunkan
derajat depresi
Meningkatkan
derajat mania,
keadaan
kecemasan,
skizofrenia.

Menurunkan
derajat penyakit
parkinson dan
depresi Meningkatkan
derajat mania dan
skizofrenia

Menurunkan
derajat depresi
Meningkatkan
derajat kecemasan

Histamin
Asam amino
GABA (gamma
Amino butyric
Acid

sistem limbik, korteks


serebral, serebelum,
medula spinalis
Fungsi : tidur, bangun,
libido, nafsu makan,
perasaan, agresi
persepsi nyeri,
koordinasi dan
penilaian
Hipotalamus

Glisin

Glutamat dan
Aspartat

Hipotalamus,
hipocampus, korteks,
serebelum,
basal ganglia, medula
spinalis, retina
Fungsi kemunduran
aktivitas tubuh

Medula spinalis,
batang otak
Fungsi: menghambat
motor neuron berulang

Neuropeptida
Endorfin dan
Enkefalin

Sel-sel piramid/kerucut
dari korteks,
serebelum
dan sistem sensori
aferen primer,
hipocampus,
talamus, hipotalamus,
medula spinalis
Fungsi: menilai
informasi sensori,
mengatur
berbagai motor dan
reflek spinal

Substansi P
Hipotalamus , talamus,

Menurunkan
derajat depresi

Menurunkan
derajat korea
huntington, gangguan
ansietas,
skizofrenia, dan
berbagai jenis
epilepsy
Derajat
toksik/keracunan
glycine
encephalopaty

Menurunkan
tingkat derajat yang
berhubungan
dengan gerakan
motor spastic

Modulasi aktivitas
dopamin oleh opiod
peptida dapat
menumpukkan
berbagai ikatan
terhadap gejala
skizofrenia

struktur limbik dan


batang otak, enkedalin
juga ditemukan pada
traktus gastrointestinal
Fungsi modulasi
(mengatur) nyeri dan
mengurangi peristaltik
(enkefalin

Somatostatin

Hipotalamus struktur
limbik otak tengah,
batang
otak, talamus, basal
ganglia, dan medula
spinalis, juga
ditemukan pada
traktus
gastrointestinal dan
kelenjar saliva
Fungsi: pengaturan
nyeri
Korteks serebral,
hipokampus, talamus,
basal
ganglia, batang otak,
medula spinalis
Fungsi: menghambat
pelepasan
norepinefrin,
merangsang pelepasan
serotonin, dopamin
dan
asetil kolin

Menurunkan
derajat korea
hutington

Menurunkan
derajat penyakit
alzeimer
Meningkatkan
derajat korea
Hutington

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat


disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari
substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir
pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin
biasanya sebagai inhibisi.(Guyton,1997: 714).
Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga
eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang
bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara
serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis
dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).
(Guyton,1997: 932)
Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi
kuat dan
perangsang kontraksi otak polos. Produksi serotonin sangat meningkat
pada karsinoid ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil
serotonin yang tersebar luas didalam jaringan argentafin rongga abdomen
(Martin,David .1987:364)
Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang
otak dan
berproyeksi disebahagian besar daerah otak, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin
bekerja sebagai bahan penghambat jaras rasa sakit dalam medula
spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang lebih tinggi
diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang,
bahkan mungkin juga menyebabkan tidur (Guyton 1997: 714).

http://adiwarsito.files.com/2010/03/6224830-otak-manusia-neurotransmiter-danstress-by-dr-liza-pasca-sarjana-stain-cirebon.pdf

Dopamin
Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin
mendekatkan pada kesimpulan bahwa neurotransmiter jenis ini
mempengaruhi proses pengingatan. Melalui mekanisme kompensasi
yang di munculkan oleh dopamin, maka hubungan zat kimia ini
dalam proses belajar dan ingatan dapat terlihat jelas.
Dopamin di produksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan
sistem aktivasi retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin,
yang berfungsi membantu otak mengatasi depresi,

meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan


mental.
Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap
membutuhkan asupan tirosin yang cukup guna memproduksi
dopamin. Tirosin di temukan pada makanan berprotein seperti :
daging, produk-produk susu (sperti keju), ikan , kacang panjang,
kacang-kacangan dan produk kedelai. Dengan 3-4 ons protein
sehari, energi kita akan lebih terjaga.
Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair,
nigrostriatal, mesolimbik, mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini
berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas
yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi
eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan
dengan gangguan kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan
manifestasi simptom depresi.

Serotonin
Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang
otak ke korteks serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis,
septum, dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari
keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar
14 reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang
berbeda di susunan syaraf pusat.
Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan
libido. Sistem serotonin yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma
hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian (siklus tidurbangun, temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin
bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi
gerak motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat
perilaku agresif pada mamalia dan reptilia.
Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa
jenis gangguan jiwa yang mencakup ansietas, depresi,
psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif,
dan gangguan makan.
Banyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan
jalan mempengaruhi sistem serotonin tersebut.
Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan
tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood dan temperatur
tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi atau marah
dan libido.

Gejala Defisit : Irritabilitas & Agresif, Depresi & Ansietas,


Psikosis, Migren, Gangguan fungsi seksual, Gangguan tidur
& Gangguan kognitif, Gangguan makan.
Gejala Berlebihan : Sedasi, Penurunan sifat dan fungsi aggresi Pada
kasus yang jarang: halusinasi
Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian
dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor
pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi berat.
Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan
terhadap kekambuhan depresi.
Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun di
daerah prefrontal dan temporoparietal pada penderita depresi yang
tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita
depresi yang agresif dan bunuh diri.
Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga menurun
pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat
menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi dan individu
yang mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori,
atensi, dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan
triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tapi tidak
melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi
sekunder akibat berkurangnya triptofan.
Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (hidroxyindolaceticacid).
Terdapat penurunan 5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita
depresi. Penurunan ini sering terjadi pada penderita depresi dengan
usaha-usaha bunuh diri.
Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG
tidur dan HPA aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan penurunan
metabolisme glukosa otak sesuai dengan penurunan serotonin. Pada
penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin
prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya
gangguan serotonin pada depresi.
Pada penderita bulimia nervosa (BN), dan terkait pesta-purge
sindrom, faktor serotonin pusat (5-hydroxytryptamine, 5-HT)
berkontribusi tidak hanya untuk disregulasi appetitive tetapi juga
untuk manifestasi temperamental dan kepribadian. Pada temuan
dari studi neurobiologis, molekul-genetik, dan otak-pencitraan, telah
diungkapkan model integratif peran 5-HT fungsi dalam sindrom
bulimia

http://tumbuhkembanganakku.com/2012/11/04/neurotransmiterotak-gangguan-perilaku-dan-gangguan-psikiatrik/
8. Apa hubungan pasien ditinggal menikah dengan calon suami dengan gejala di
skenario?
9. Mengapa pasien mengalami waham dan halusinasi akustik?
10. Apa saja jenis obat psikotik dan psikososial yang diberikan dokter e pasien?
11. DD?

Ggn. Mental Organik

Delerium
Dementia
Sindroma Amnestik dan halusinosis organic
Sindroma waham organic
Sindroma afektif organic
Sindroma Kepribadian
organik Intoksikasi dan Sindroma Putus Zat

Gangguan Psikotik

Ggn. Psikotik Fungsional

Skizofrenia
Gangguan afektif berat
Gangguan Paranoid
Psikosis Non Organik lainnya

Ilmu Kedokteran Jiwa W.M. Roan


PSIKOSIS (PSIKOTIK) adalah suatu kondisi ggn jiwa/mental
berat ditandai dg hilangnya daya nilai realita dan ggn

fungsi mental lain (halusinasi,waham inkoherensi, konfusi,


disorientasi, ggn ingatan, peri - laku teragitasi dll) serta
tdpt hendaya berat dlm fung- si global penderita, spt fgs:
peran, sosial dan pribadi.
DSM-IV termasuk ggn jiwa psikotik:
ggn perkembangan pervasif, ggn skizofrenia, ggn
skizofreniform, ggn skizoafektif, ggn delusianal
( waham), ggn psikotik akut, ggn psikotik krn kondisi
medis umum, ggn psikotik akibat zat, ggn psikotik ytt
dan ganguan mood berat dg ciri psikotik
NEUROSIS (NEUROTIK) adalah ggn jiwa non psikotik
cenderung kronis atau rekuren yg ditandai terutama oleh
kecemasan yg dialami atau diekspresikan scr langsung
atau diubah melalui mekanisme pertahanan, kecemasan
dpt tampak sbg gejala (obsesi, kompulsi, fobia) atau
disfungsi (astenia, impotensi) dll.
Skizofrenia
PPDGJ III skizofrenia adalah:
suatu deskripsi sindrom dg variasi penyebab dan per
jalanan penyakit yg luas serta sejumlah akibat yang
tergantung pd perimbangan pengaruh genetik, fisik
dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yg fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi serta oleh afek yg tidak wajar
atau tumpul, kesadaran yg jernih dan kemampuan
intelektual biasanya terpelihara, kemunduran kognitif
tertentu dpt berkembang kemudian.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat
yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup

penderita,

dikarakteristikan

dengan

disorganisasi

pikiran, perasaan, dan perilaku (Lenzenweger &


Gottesman, 1994)
System limbic (amigdala,

hipokampus,

gyrus

parahipokampus)pusat patofisiologi skozofrenia


Sejarah :
o Emil Kraepelin
Demensia
prekokssuatu
gangguan
proses kognitif yang jelas (demensia) dan
onset

yang

awal

(prekoks)mengalami

perjalanan jangka panjang yang memburuk


dan gejala klinis umum berupa halusinasi
dan waham.
o Eugen Bleuler
Skizofrenia

menggantikan

prekoksperpecahan

(schism)

demensia
antara

pikiran, emosi, dan perilaku


Bedanya : perjalanan yang memburuk
tidak diperlukan dalam konsep skizofrenia,
seperti pada demensia prekoks.
Gejala fundamental (primer)4 Aasosiasi
(asosiasi

longgar),

afektif,

autism,

ambivalensi
Gejala pelengkap (sekunder)halusinasi,
dan waham
o Gabriel Langfeldt
Pasien dengan gejala psikotik berat dibagi
menjadi

dua

kelompokskizofrenia

sesungguhnya dan psikosis skizofreniform


Skizofrenia
sesungguhnya
(nuclear
skizofrenia)depersonalisasi,

autism,

penumpulan emosi, onset yang perlahanlahan, derealisasi


Etiologi
o Model diastesis-stres
Integrasi antara factor biologis, psikososial,
dan lingkungan
Seseorang
mungkin

memiliki

suatu

kerentanan spesifik (diastesis) yang jika


dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan
yang menimbulkan stress, memungkinkan
perkembangan gejala skizofrenia
o Factor biologis
Daerah otak utama yang terlibat dalam
skizofrenia adalah struktur limbic, lobus
frontalis, dan ganglia basalis
Hipotesis
dopamineskizofrenia
disebabkan

terlalu

banyaknya

dopaminergikterlalu

aktivitas

banyaknya

pelepasan dopamine, terlalu banyaknya


reseptor

dopamine,

atau

kombinasi

mekanisme tsb
Traktus dopaminergik dalam system saraf
pusat :
Traktus nigrostriatalgejala motorik,
mood
Traktus

mesolimbik-

mesokortikalemosi
Traktus
tuberoinfundibularinhibisi
prolaktin hipofifi anterior
Peningkatan
aktivitas
norepinefrin, hilangnya GABA

serotonin,

Penurunan

ukuran

daerah

amigdala,

hipokampus, gyrus parahipokampus


Gangguan pada ganglia basalistimbulnya
gerakan-gerakan aneh
o Genetika
o Factor psikososial
Diagnosis
Simptom skizofernia dibagi dalam 5 dimensi :
1. Simptom positif
Menggambarkan fungsi normal yg berlebihan dan
khas,

meliputi

waham,

halusinasi,

disorganisasi

pembicaraan dan perilaku katatonia atau agitasi.


2. Simptom negatif
Ada 5 tipe gejala
Affective Flattening : ekspresi emosi yg terbatas,
dalam rentang dan intensitas.
Alogia : keterbatasan pembicaraan dan pikiran,
dalam kelancaran dan produktivitas.
Avolition : keterbatasan perilaku dalam menentukan
tujuan.
Anhedonia : berkurangnya minat dan menariki diri
dari seluruh aktivitas yg menyenangkan dan biasa
dilakukan oleh penderita.
Gangguan atensi : penurunan fungsi normal pada
penderita skizofernia seperti afek tumpul, penarikan
emosi (emosional withdrawal).
3. Simptom kognitif
Yg paling berat dan paling sering
Ganngguan verbal fluency
Ganngguan serial learning
Ganngguan dalam vigilance
Ganngguan eksekutif
4. Simptom agresif dan hostile
Tumpang tindih dgn simptom positif. Menekankan pd
masalah pengendalian impuls. Hostilitas pd SKZ

berupa

penyerangan

secara

fisik

atau

verbal

terhadap org lain.


5. Simptom depresi dan anxious
Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut DSM IV-TR
A. Terdapat 2 atau lebih gejala di bawah ini selama satu
bulan

atau

kurang

dari

sebulan

jika

pengobatan

berhasil.
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Simptom negatif contohnya afek datar, alogia atau
avolition
Dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre atau
halusinasi

dengar

berupa

mengkomentari

perilaku

pasien (commentary) atau dua atau lebih suara yang


berbicara (voices conversing).
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan
C. Durasi: gangguan terus menerus selama 6 bulan
D. Disingkirkan gangguan skizoafektif dan gangguan mood
E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi
medis umum
F. Jika terdapat

gangguan

perkembangan

pervasif,

diagnosis tambahan skizofrenia dibuat bila waham dan


halusinasi menonjol.
SUBTIPE SKIZOFRENIA MANURUT DSM-IV TR
1. Tipe Katatonik
Terdapat 2 atau lebih gejala berikut ini:
a. Immobilitas
motorik
(berupa
katalepsi,
fleksibilitas, atau stupor)
b. Aktivitas motorik yang

berlebihan,

tetapi

waxy
tidak

memiliki tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli


eksternal.

c. Negativisme yang ekstrim, mutisme.


d. Gerakan
volunter yang aneh,
ditunjukkan

oleh

posturing,

seperti

gerakan

yang

stereotipik,

manerisme atau grimacing (seringai) yang menonjol.


e. Ekolalia atau ekopraksia.
2. Tipe Disorganisasi (Hebrefenik)
Semua criteria di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Menonjolnya disorganisasi bicara dan perilaku, afek
datar atau afek tidak sesuai.
b. Criteria skizofrenia tipe katatonik tidak terpenuhi.
3. Tipe Paranoid
Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Preokupais dengan waham atau halusinasi dengar
yang menonjol.
b. Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi.
4. Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated Typed)
Tidak memenuhi criteria untuk tipe paranoid,
disorganisasi, ataupun tipe katatonik.
5. Tipe Residual
a. Tidak terdapat

waham,

halusinasi,

disorganisasi

bicara, perilaku katatonik atau disorganisasi yang


menonjol.
b. Terdapat terus-menerus

gangguan

seperti

yang

ditunjukkan oleh adanya gejala negative atau dua


atau lebih gejala dari criteria a menuruit DSM IV-TR
dari skizofrenia dalam bentuk yang lebih ringan
(misalnya

keyakinan

yang

aneh,

pengalaman

persepsi yang tidak lazim).


6. Skizofrenia Simpleks (Gangguan Deterioratif Sederhana)
Criteria diagnostic menurut DSM-IV TR:

a. Perkembangan yang bersifat progresif dan sudah


beerlangsung minimal 1 tahun, dapat berupa:
1. Penurunan yang nyata dalam fungsi pekerjaan
atau akademik
2. Penampakan dan pendalaman secara bertahap
dari simpton negative
3. Rapport interpersonal yang buruk, isolasi social
atau penarikan social
b. Criteria a untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III
(F20)
1. Apabila terdapat 1 atau lebih gejala yang amat jelas
(biasanya 2 atau lebih gejala kurang jelas atau kurang
tajam), dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Though echo, though insertion atau withdrawal, atau
though broadcasting
b. Delusion of control, delusion of influence

atau

delusionof passivity
c. Halusinasi suara (berupa komentar terus-menerus
atau mendiskusikan tentang pasien).
d. Waham menetap jenis lain yang tidak sesuai dengan
budaya.
2. Minimal terdapat ua gejala dari gejala-gejala di bawah
ini, apabila semua gejala di atas tidak ditemukan yaitu:
e. Halusinasi yang menetap
f. Arus pikir terputus atau mengalami sisipan sehingga
inkoheren atau pembicaraan yang tidak relevan
g. Perilaku katatonik
h. Gejala negative
3. Gejala-gejala tersebut di atas (gejala a,b,c,d,e,f,g,h)
khas dan berlangsung 1 bulan atau lebih. Kriteria ini
tidak dapat digunakan apabila penderita masih fase
prodromal dari skizofrenia.

4. Skizofrenia tidak dapat ditegakkan jika terdapat: gejalagejala depresif atau manic secara luas, penyakit otak
yang nyata atau epilepsi (penyakit otak lain), intoksikasi
atau withdrawal zat.
5. Apabila gejala skizofrenia dan gejala afektif bekembang
bersama-sama secara seimbang dan sama banyak
maka gangguan tersebut dikenal dengan Gangguan
skizoafektif.
Tipe Skizofrenia menurut PPDGJ III
1. Tipe Paranoid (F20.0)
a. Merupakan tipe skizofrenia yang

paling

sering

ditemukan.
b. Gambaran klinisnya didominasi oleh waham stabil
disertai halusinasi dan gangguan persepsi.
c. Kriteria diagnosis:
halusinasi atau waham harus menonjol
gangguan afektif, dorongan kehendak

dan

pembicaraan serta gejala katatonik yang tidak


nyata
halusinasi pendengaran (berupa ancaman atau
perintah terhadap pasien), atau halusinasi tanpa
bentuk verbal seperti bunyi peluit, mendenggung
atau

bunyi

tawa.

Halusinasi

penciuman

atau

pengecapan rasa atau bersifat seksual.


Waham yang berupa dikendalikan, dipengaruhi,
passivity atau kejar.
2. Tipe Hebefrenik (F20.1)
Perlu observasi selama 2 sampai 3 bulan untuk
melihat apakah gejala-gejala tersebut tetap bertahan
atau tidak.
Terdapat gangguan afektif, dorongan kehaendak, dan
gangguan proses piker yang menonjol.

Cirri khas adanya perilaku tanpa tujuan dan tanpa


maksud (empty of purpose).
3. Tipe Katatonik (F20.2)
a. Jarang ditemukan
b. Criteria diagnosis:
Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia
Terdapat 1 atau lebih gejala berikut: stupor atau
mutisme,

kegelisahan,

rigiditas,

waxy

outomatisme.
c. Apabila
pasien

posturing,

fleksibilitas,
tidak

negativism,

atau

komunikatif

command
sementara

diagnosis ditunda dulu.


4. Tipe Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3)
Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia, tetapi tidak
memenuhi criteria tipe paranoid, hebefrenik, katatonik,
residual, atau paska skizofrenia.
5. Tipe Residual (F20.5)
a. Tipe ini merupakan stadium kronis dari skizofrenia.
b. Kriteri diagnosis:
Gejala negative skizofrenia yang menonjol
Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas
dimasa lalu yang memenuhi criteria skizofrenia
Paling sedikit melampaui kurun waktu satu tahun,
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata sangat
berkurang

dan

telah

menimbulkan

sindrom

negative.
Tidak terdapat dimensia, penyakit otak organic
atau depresi kronis.
6. Tipe Simpleks (F20.6)
a. Simpton negative bersifat

berlahan-lahan

progresif.
b. Tidak terdapat waham atau halusinasi
c. Kurang nyata gejala psikotik jika
dengan skizofrenia tipe lain

tetapi

dibandingkan

d. Simpton negative timbul tanpa didahului oleh gejalagejala psikotik yang nyata.
7. Tipe Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4)
a. Skizofrenia sudah berlangsung selama 12 bulan (I
tahun)
b. Gejala skizofrenia masih tetap ada
c. Terdapat gejala-gejala depresif yang menonjol dan
mengganggu,

memenuhi

episode

depresif

dan

berlangsung minimal 2 minggu.


Pola perjalanan skizofrenia menurut PPDGJ III dengan
kode lima karakter:
F20.X.0 : berkelanjutan
F20.X.1 : episodic dengan kemunduran progresif
F20.X.2 : episodic dengan kemunduran stabil
F20.X.3 : episodic berulang
F20.X.4 : remisi tidak sempurna
F20.X.5 : remisi sempurna
F20.X.8 : lainnya
F20.X.9 : periode pengamatan kurang 1 tahun
Kriteria diagnostik lain :
i. HARUS ADA SEDIKITNYA 1 GEJALA:
a. - THOUGHT ECHO isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau

bergema

dlm

kepalanya

dan isi pikiran ulangan, walopun isinya


sama tapi kualitasnya berbeda.
- THOUGHT INSERTION OR WITHDRAWAL isi pikiran
yang asing

dari

luar

masuk

pikirannya atau isi pikiran diambil keluar

ke

dalam
oleh

sesuatu dari luar dirinya.


- THOUGHT BROADCASTING isi pikirannya tersiar
keluar shg orang
lain / umum mengetahuinya.
b. - DELUSION OF CONTROL waham tentang dirinya
dikendalikan oleh

suatu kekuatan ttt dari luar.

- DELUSION OF INFLUENCE waham tentang dirinya


dipengaruhi
oleh suatu kekuatan ttt dari luar.
- DELUSION OF PASSIVITY waham tentang dirinya
tidak berdaya

dan pasrah terhadap suatu

kekuatan dari luar.


- DELUSION PERCEPTION pengalaman inderawi
yang tak wajar, yg

bermakna

khas

bagi

dirinya, biasanya bersifat mistik / mukjizat.


c. HALUSINASI AUDITORIK:
- suara halusinasi yg berkomentar terus menerus
trhdp perilaku pasien.
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka
sendiri
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
d. waham menetap jenis lain , yg menurut budaya
setempat tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
ii. PALING SEDIKIT 2 GEJALA:
a. halusinasi yg menetap dari panca indera apa saja,
apabila

disertai

baik

oleh

waham

yang

mengambang maupun yang setengah berbentuk


tanpa

kandungan

afektif

yang

jelas,

ataupun

disertai oleh ide2 berlebihan yang menetap atua


apabila

terjadi

setiap

hari

selama

berminggu2/berbulan2 terus menerus


b. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami
sisipan yang berakibat inkoheren atau pembicaraan
yang relevan, atau neologisme
c. perilaku katatonik seperti keadaan gaduh-gelisah,
posisi

tubuh

ttt

atau

fleksibilitas

negativisme, mutisme atau stupor

cerea,

d. gejala2 negatif seperti sikap sangat apatis, bicara


yang

jarang

menumpul

dan

atau

respons

tidak

emosional

yang

biasanya

yang

wajar,

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan soaial


dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
iii. adanya

gejala2 khas tersebut diatas telah

berlangsung selama kurun waktu 1 bulan/>


Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku
pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan , tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri dan penarikan diri secara sosial.
WAHAM
Adl suatu keyakinan atau pikiran yg salah karena
bertentangan dg kenyataan
Sifat atau ciri2 waham :
1.Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri atau
egosentris
2.Selalu bertentangan dengan realitas
3.Selalu bertentangan dg logika
4.Penderita percaya 100%
terhadap

kebenaran

pikiran
5.Tidak dpt dirubah oleh orang lain, sekalipun dg jalan
yg logis dan rasional
Psikiatri : Simtomatologi II, FK UNDIP
Psikiatri : Simtomatologi II, FK UNDIP

12. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada pasien gangguan jiwa?

Anamnesis
I. Data identifikasi
II. Keluhan utama
III. Riwayat penyakit sekarang
Onset
Faktor pencetus
IV. Penyakit sebelumnya
Psikiatrik
Medis
Riwayat alkohol dan zat lain
V. Riwayat pribadi
Prenatal dan perinatal
Masa anak-anak awal (sampai 3 tahun)
Masa anak-anak pertengahan (3-11 tahun)
Masa anak-anak akhir (puberitas sampai masa
remaja)
Masa dewasa
1. Riwayat pekerjaan
2. Riwayat perkawinan dan hubungan
3. Riwayat militer
4. Riwayat pendidikan
5. Keagamaan
6. Aktivitas Sosial
7. Situasi hidup sekarang
8. Riwayat hukum
Riwayat psikososial
Riwayat keluarga
Mimpi, khayalan, nilai hidup
Teknik wawancara yang umum
1. Dapatkan rapport seawal mungkin pada
wawancara
2. Tentukan keluhan utama pasien
3. Gunakan
keluhan
utama
untuk
mengembangkan diagnosis banding sementara
4. Singkirkan dan masukan berbagai kemungkinan
diagnostik dengan menggunakan pertanyaan
yang terpusat dan terperinci

5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas


dengan
cukup
gigih
untuk
menentukan
akuratnya jawaban
6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas
untuk mengamati bagaimana kuatnya oikiran
berkaitan
7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan
tertutup
8. Jangan takut menanyakan tentang topik anda
atau pasien rasakan sulit atau memalukan
9. Tanyakan tentang pikiran bunuh diri
10.
Berikan
pasien
kesempatan
untuk
menanyakan pertanyaan pada akhir wawancara
11.
Simpulkan
wawancara
awal
dengan
mendapatkan rasa kepercayaan dan jika
mungkin harapan
(Sinopsis psikiatri, Kaplan dan Sadock)
Proses diagnosis gangguan jiwa
1. Anamnesis
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan,
pekerjaan, dll.
2. Pemeriksaan
Fisik diagnostik
Status mentalis
Laboratorium
Radiologik
Evaluasi Psikologik
Lain-lain
3. Diagnosis
a) Aksis I:
- Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48,
F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99).
- Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
b) Aksis II:

- Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian


maladaptif, mekanisme defensi maladaptif)
- Retardasi Mental (F70-79)
c) Aksis III
- Kondisi Medik Umum
d) Aksis IV
- Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan
sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses
pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
e) Aksis V
- Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of
Functioning = GAF Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah
yang tidak tertanggulangi.
90-81
gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalh harian biasa.
80-71
gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam social.
70-61
beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum baik.
60-51
gejala dan disabilitas sedang.
50-41
gejala dan disabilitas berat.
40-31
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
fungsi.
30-21

disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,

tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang.


20-11
bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
10-01
persisten dan lebih serius.
0
informasi tidak adekuat
Tujuan diagnosis multiaksial
Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan
terapi dan meramalkan outcome.

Format
menata

mudah
dan

menangkap

dan

sistematik

sehingga

mengkomunikasikan
kompleksitas

situasi

membantu

informasi

klinis,

klinis,

dan

menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis


yang sama.
Penggunaan model bio-psiko-sosial.
(Buku saku
PPDGJ-III)

diagnosis

gangguan

jiwa,

Tergantung dari gambaran klinis, ada tidaknya


tanda dan gejala, dan intensitasnya. Menurut DSMIV (Diagnostic and Statistical of Mental Disorder)
I. Ringan
Terdapat beberapa gejala, jika ada yang melebihi dari
yang diperlukan untuk membuat diagnosis, dan
gejala yang menyebabkan tidak lebih dari gangguan
ringan dalam fungsi sosial dan pekerjaan
II. Sedang
Terdapat gejala atau gangguan fungsional yang
berada diantara ringan dan berat
III. Berat
Terdapat banyak gejala yang melebihi yang
diperlukan untuk membuat diagnosis, atau beberapa
gejala yang khususnya berat atau gejala yang
menyebabkan gangguan jelas dalam funsi sosial atau
pekerjaan
IV. Dalam remisi parsial
Kriteria sepenuhnya untuk gangguan sebelumnya
pernah dipenuhi, tetapi sekarang hanya beberapa
gejala dan tanda dari gangguan yang tertinggal
V. Dalam remisi penuh
Tidak ada lagi tanda dan gejala dari gangguan tetapi
secara klinis masih relevan dengan gangguan yang
dimaksud
(Sinopsis Psikiatri)

4. Terapi
Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi sosial
Terapi okupasi
Lain-lain
5. Tindak-lanjut
Evaluasi terapi
Evaluasi diagnosis
Lain-lain
(Buku saku
PPDGJ-III)

diagnosis

gangguan

jiwa,

13. Bagaimana memeriksa fungsi global( gejala dan scoring GAF)?

100-91

90-81

80-71

70-61

Fungsi superior dalam berbagai aktivitas,


masalah kehidupan tidak pernah keluar kendali,
dicari oleh orang lain karena kualitas positifnya
banyak. Tidak ada gejala.
Tidak ada gejala atau gejala minimal (misalnya,
kecemasan ringan sebelum ujian), fungsi baik
dalam semua bidang, tertarik dan terlibat dalam
berbagai aktivitas, efektif secara social, biasanya
puas dengan kehidupan, tidak lebih dari masalah
atau kekhawatiran setiap hari (missal, kadang
berdebat dengan keluarganya)
Jika
ditemukan
gejala,
gejalanya
adalah
sementara dan merupakan reaksi yang dapat
diperkirakan
terhadap
stressor
psikososial
(missal, sulit berkonsenrasi setelah berdebat
dengan keluarga), tidak lebih dari gangguan
ringan pada fungsi social, pekerjaan, atau sekolah

60-51

50-41

40-31

(missal,
kadang-kadang
pelajaran sekolah)

tertinggal

dalam

Beberapa gejala ringan (missal, mood terdepresi


dan insomnia ringan) atau beberapa kesulitan
dalam fungsi social, pekerjaan, atau sekolah
(missal, kadang-kadang membolos, atau mencuri
di dalam rumah) tetapi biasanya berfungsi cukup
baik, memiliki hubungan interpersonal yang
penuh arti

30-21

Gejala sedang (misalnya, afek datar dan bicara


sirkumstansialitas,
kadang-kadang
serangan
panic) atau kesulitan sedang dalam fungsi social,
pekerjaan, atau sekolah(missal, sedikit teman,
konflik dengan teman)

20-11

Gejala serius (missal, ide bunuh diri, sering


mencuri) atau tiap gangguan yang serius pada
fngsi social, pekerjaan, atau sekolah (missal, tidak
memiliki teman, tidak mampu bertahan kerja)

10-1

Beberapa gangguan dalam tes realitas atau


komunikasi (missal, bicara kadang-kadang tidak
logis, tidak jelas, atau tidak relevan) atau
gangguan berat pada beberapa bidang seperti
pekerjaan atau sekolah, hubungan dengan
keluarga, berpikir, mood (missal, orang terdepresi
menghindari teman, menelantarkan keluarga)
Perilaku dipengaruhi oelh waham dan halusinasi
atau gangguan serius pada komunikasi atau
pertimbangan (missal, kadang-kadang inkoheren,
tindakan jelas tidak sesuai, preokupasi bunuh diri)
atau ketidakmampuan untuk berfungsi pada
hamper semua bidang (missal, tinggal di tempat
tidur sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan,
rumah, atau teman)

Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang


lain (missal, usaha bunuh diri tanpa harapan yang
jelas
akan
kematian,
sering
melakukan
kekerasan, kegembiraan manic) atau kadangkadang gagal untuk mempertahankan hygiene
pribadi yang minimal (missal, mengusap feses)
atau gangguan yang jelas dalam komunikasi
(missal, sebagian besar inkoheren atau membisu)
Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain
persisten dan parah (missal, kekerasan rekuren)
atau
ketidakmampuan
persisten
untuk
mempertahankan hygiene pribadi yang minimal,
atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa
harapan akan kematian yang jelas
Informasi tidak adekuat
ppdgj

You might also like