You are on page 1of 2

PENETAPAN PRESIDEN NOMOR 1/PNPS/1965

Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau


Penodaan Agama

Saat Kerukunan intern dan antar ummat beragama


berjalan dengan mulus dan dari waktu ke waktu senatiasa
ditingkatkan kualitasnya, tiba-tiba kita dikagetkan dengan
munculnya upaya sejumlah LSM dan beberapa individu
tertentu yang mengajukan permohonan uji materi terhadap
Penetapan Presiden No.1/PNPS/1965 Tentang
Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama .
Mereka menghendaki agar Penpres tersebut dicabut
dengan alasan bertentangan dengan Hak Asasi Manusia
(HAM) dan bersifat diskiminatif.

Reaksi keras pun kemudian muncul dari berbagai


ormas Islam dan para ulama. Mereka sulit untuk bisa
menerima usulan pencabutan Penpres Nomor 1/PNPS/1965, apalagi alasan yang
dikemukakan terlalu naif dan dangkal.

Beberapa tokoh ulama dan cendikiawan Muslim mengingatkan bahwa jika Penetapan
Presiden No.1/PNPS/1965 yang sudah diundangkan melalui UU No 5/1969 itu jadi diubah,
maka akan sangat berpotensi memicu konflik yang lebih besar bagi kehidupan beragama di
Indonesia karena merasa kemurnian ajaran agamanya terganggu. Akibat selanjutnya adalah
bisa muncul tindakan anarkis sebagai reaksi dari umat beragama yang protes jika agamanya
diganggu.

Menteri Agama Suryadharma Ali pun menyatakan dengan tegas bahwa Penetapan
Presiden Nomor 1 PNPS 1965 harus dipertahankan karena selain sudah teruji dalam
mempertahankan kerukunan umat beragama juga mampu mengawal bangsa Indonesia
dalam kehidupan yang harmonis.
Apa yang disampaikan Menteri Agama sejalan dengan apa yang tersurat dalam
Penjelasan Umum Penpres No.1/PNPS/1965 pada butir 3 dan 4, bahwa salah satu tujuan
penerbitan Penpres itu adalah agar ketentraman beragama dapat dinikmati oleh segenap
rakyat di seluruh wilayah Indonesia, dan untuk melindungi ketentraman beragama tersebut
dari penodaan/ penghinaan. Dengan kata lain, Penpres ini diterbitkan dengan tujuan antara
lain untuk memelihara kerukunan umat beragama, baik kerukunan internal umat beragama
maupun antarumat beragama.

Kaitan dengan permasalahan diatas, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar juga
mengemukakan bahwa permintaan pihak LSM tersebut sama saja dengan menginginkan
kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa adanya pembatasan. Padahal sudah jelas tercantum
dalam konstitusi bahwa pemberlakuan HAM juga dibatasi oleh Undang-Undang,
sebagaimana tindakan penodaan agama juga dibatasi oleh Penpres Nomor 1/PNPS/1965.

Pro dan kontra dari tanggapan para ahli yang diundang dan dimintai pendapat oleh
Mahkamah Konstitusi tentang Penpres Nomor 1/PNPS/1965 adalah hal yang wajar dalam
dunia demokrasi. Namun tentunya kita pun harus mengingatkan kepada Mahkamah
Konstitusi bahwa sulit untuk bisa diterima akal kalau Penpres tersebut dicabut tanpa ada
pengganti yang lebih baik.

Kita berharap bahwa sejauh pemerintah belum membuat Undang-Undang atau


peraturan pengganti Penpres Nomor 1/PNPS/1965, maka demi terjaganya harmonisasi
kehidupan beragama Penpres tersebut harus tetap dipertahankan.

You might also like