You are on page 1of 5

Perkembangan prinsip dan pola pertempuran masa depan.

Perang masa depan, trend yang berkembang dipengarui oleh revolusi dominasi
militer atau lebih dikenal dengan istilah Revolution Military Affair (RMA), yang
sangat berbeda dengan pelaksanaan perang masa lalu. Sejarah perang
memperkenalkan perkembangan perang dari masa kemasa, dan sering disebut
sebagai generasi perang. Perang dunia II telah menunjukkan kepada dunia betapa
pesatnya teknologi perang dan jangkauan wilayah peperangan.

Perkembangan teknologi militer dalam persenjataan dan mobilitas serta


kebutuhan militer dalam melaksanakan peperangan, telah merubah doktrin
peperangan, yang sama sekali berbeda dengan peperangan pada generasi
sebelumnya. Pola peperangan telah terjadi perubahan yang sangat pesat, yang
dipicu oleh teknologi militer, dan menyebabkan militer harus menyesuaikan dengan
melakukan perubahan doktrin peperangan, untuk mewadahi perkembangan
teknologi. Andi Wijayanto ( 2010;212) mengatakan bahwa untuk mengukur
kapabilitas militer dapat ditinjau dari beberapa faktor utama yaitu : Kemampuan
untuk memperoleh informasi dan intelijen strategis untuk mendukung rencana
strategi; Kemampuan gelar pasukan yang terkoordinasi dan dilengkapi dengan
sarana prasarana mobilitas dan logistik; kapabilitas dukungan tempur yang
ditentukan oleh penggunaan teknologi digital untuk mempercepat dan
mengintegrasikan sistem logistik didaerah pertempuran; kapabilitas manuver,
sebagai kemampuan untuk meningkatkan kemampuan menyerang, penggelaran
pasukan dan penerobosan; kapabilitas mobilitas pasukan, yang didukung oleh
kesamaptaan prajurit dan dukungan alat angkut baik darat, air dan udara; dan
kapabilitas tempur pasukan.

Kemampuan bertempur militer, diukur dari kapasitas angkatan bersenjata


dalam melaksanakan gelar pasukan secara cepat diberbagai wilayah dan berbagai
situasi konflik; manuver pertempuran yang berkelanjutan dengan dukungan tempur
dan fasilitas yang setara; operasi militer yang efektif dan adaptasi medan
pertempuran secara kenyal.

Pengetahuan tentang perang berkembang dengan pesat dan diminati oleh


berbagai kalangan, yang memunculkan berbagai diskusi dan perdebatan yang
mengarah kepada kemajuan dalam penerapan prinsip-prinsip peperangan. Salah
satu pendapat yang relevan dengan trend peperangan masa depan, adalah tulisan
Davids Dickend. (2008) Dalam kajiannya menyampaikan ada 4 faktor utama
sebagai indikasi yang mendukung revolusi peperangan masa depan yaitu : K4ISR,
Kerjasama antar kesenjataan, Teknologi militer modern dan doktrin pertempuran
modern. Sinergi dari keempat faktor inilah yang menjadi motor revolusi
peperangan dan kemampuan organisasi dengan memenuhi empat faktor ini akan
menjadi militer yang disegani oleh kawan dan ditakuti lawan.

Menghadapi perkembangan perang, muncul pendapat bahwa trend


peperangan masa depan lebih banyak akan terjadi dalam perang kota dan perang
menghadapi ancaman non tradisional. Perang kota dan menghadapi ancaman non
tadisional, merupakan generasi baru peperangan masa depan, yang tidak dapat
dihadapi dengan menerapkan komponen dan prinsip peperangan generasi
sebelumnya. Akibat pengaruh perkembangan teknologi, menyebabkan perubahan
doktrin militer, yang berkembang mengikuti perubahan generasi peperangan dan
perkembangan teknologi persenjataan militer. Meskipun demikian, perkembangan
teknologi tidak secara serta merta berpengaruh kepada strategi nasional, srtategi
pertahanan dan strategi militer yang berada pada tataran yang relatif jauh diatas.

Kebutuhan Komando dan pengendalian. Dengan perkembangan teknologi


digital dan teknologi komunikasi yang sangat pesat, yang juga diterapkan dalam
dunia kemiliteran, telah mengubah kemampuan pada perangkat komunikasi sebagai
sarana komando dan pengendalian, sehingga pengendalian pasukan dapat dilakukan
secara langsung oleh pimpinan militer tertinggi. Bagi para perencana dan
pengendali operasi, perolehan informasi sedemikian cepat, tetapi tidak memberi
cukup waktu untuk memanfaatkan bagi kepentingan perencanaan, namun secara
umum penerapan teknologi ini sangat membantu pelaksanaan peperangan, dimana
pemanfaatan informasi dapat langsung digunakan oleh komandan pasukan yang
berada dilapangan .

Dengan memanfaatkan system komunikasi digital, terutama bagi angkatan


darat, teknologi dapat ditanam pada peralatan militer, perlengkapan perorangan
prajurit, sehingga memungkinkan para jenderal dan pimpinan politik dapat
langsung melihat gerakan pasukan dilapangan. Para pejabat politik dapat
melakukan intervensi langsung terhadap pelaksanaan peperangan, melalui methode
tele conference dan dapat memutuskan apa yang harus dilakukan oleh sebuah unit
tempur, bahkan memutuskan apa yang harus dilakukan oleh perorangan prajurit.

Pimpinan militer dapat mengendalikan unsur – unsur tempurnya mulai tingkat


penerapan strategi, operasi bahkan sampai pada tingkat taktis. Seperti yang
disampaikan sebelumnya pimpinan militer dapat menggunakan perangkat
komunikasi digital yang memungkinkan untuk dapat mengikuti setiap gerak
pasukannya, bahkan juga mengamati gerakan pasukan musuh, sehingga dari jarak
jauh dapat mengarahkan pasukannya harus melakukan apa, bergerak kearah mana,
menunjukkan tempat-tempat rawan dan perlindungan yang dapat dimanfaatkan oleh
unit dan perorangan.

Dengan menerapkan teknologi satelit dan sensor radar yang dapat


menayangkan pencitraan secara detail setiap sasaran musuh, sehingga jauh sebelum
peperangan dilakukan, unit-unit tempur sudah dapat mempelajari situasi dan kondisi
dimana mereka nantinya akan diterjunkan. Perkembangan dilapangan sebagai
dinamika peperangan dapat dipantau dari jarak jauh dan setiap unit tempur dapat
dikendalikan secara langsung. Bagi negara-negara maju yang telah menerapkan
teknologi ini dan menjadi dua fihak yang berhadapan, menyebabkan peperangan
akan menjadi lebih transparan dan tentu saja menyulitkan bagi kedua fihak.

Prinsip kerjasama antar kesenjataan. Peperangan darat, meskipun tetap akan


mengerahkan sumberdaya yang relatif sama dengan generasi peperangan terdahulu,
namun teknologi persenjataan yang digunakan sangat jauh berbeda. Altileri,
menerapkan teknologi peluru kendali (Precision Guided Munition) yang dapat
menyerang sasaran secara tepat pada fasilitas komando dan fasilitas pendukung
operasi musuh lainnya dengan tepat dan cepat. Pasukan digerakkan dalam unit-
unit kecil yang dilengkapi dengan sarana angkut yang dapat bergerak cepat, untuk
menghindar terhadap bidikan dari kekuatan musuh yang mematikan. Selain
gerakan cepat, pasukan juga dilengkapi dengan peralatan anti deteksi radar sebagai
perlindungan pasif, untuk mencegah terjadinya korban karena menjadi sasaran
tembak musuh.

Pasukan Infantri, tidak dibiarkan hanya dengan mengandalkan kemampuan


jalan kaki, namun didukung dengan kendaraan mekanis, berupa kendaraan angkut
lapis baja, yang berfungsi melindungi prajurit, mempercepat manuver pasukan dan
sekaligus membawa dukungan perlengkapan, persenjataan dan logistik.
Pertimbangan ini dilakukan karena Infantri akan melakukan tugas jauh kedepan
merebut posisi-posisi yang menguntungkan. Dengan penguasaan daerah oleh
Infantri, akan memberi peluang kepada Kavaleri dan Artileri, untuk memindahkan
kedudukan agar jarak tembak dua jenis kesenjataan ini lebih jauh kedepan; memberi
keluasaan bagi unsur lain untuk konsolidasi dan menyusun rencana lebih lanjut.

Untuk menjamin keamanan gerakan Infantri dan pasukan darat dari serangan
udara, penguasaan udara oleh angkatan udara harus dapat diwujudkan, sehingga
gerakan pasukan dapat dilindungi oleh kehadiran Angkatan udara atau kekuatan
udara, karena pasukan darat memiliki kerawanan terhadap serangan udara musuh.
Tanpa dukungan penguasaan udara, Infantri hanya akan menjadi korban serangan
udara musuh. Pasukan darat sebagai penentu untuk memastikan bahwa wilayah
diduduki dan dikuasai, tetapi sebelum pasukan darat bergerak diwilayah musuh,
maka tugas penghancuran sasaran harus dilakukan oleh kekuatan udara taktis, dan
bila mungkin juga dibantu oleh tembakan roket kapal laut, sebagai tugas tambahan
bagi Angkatan laut. Disamping melakukan blokade laut, Angkatan laut juga
berkewajiban untuk melaksanakan penghancuran sasaran didarat, yang dilakukan
secara simultan dengan kekuatan udara.

Selain kerawanan terhadap serangan udara musuh, pasukan darat juga rawan
terhadap kavaleri musuh, oleh sebab itu, pasukan Infanteri dibekali juga dengan
roket louncer anti tank dan anti perkubuan serta anti personel. Termasuk senjata
lawan tank lapis baja, agar bila terpaksa berhadapan dengan Kavaleri musuh, masih
dapat melakukan perlawanan, bahkan dapat melumpuhkan Kavaleri berlapis baja.
Namun demikian penghancuran tank musuh menjadi bagian tugas para penerbang
helicopter serbu yang ditugasi untuk melindungi pasukan yang bergerak didarat
dengan menghancurkan kendaran lapis baja musuh. Helicopter yang bertugas dan
merupakan modifikasi artileri terbang, sehingga jangkauan tembakan dan
pengendalian rudal menjadi lebih efektif meskipun dalam operasionalnya menjadi
jauh lebih mahal.

Kerjasama antar kekuatan laut dan udara, secara khusus belum banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan revolusi peperangan militer, sehingga
operasi laut dilakukan seperti yang sudah berlaku, harus sinergi dan mendapat
mengawalan dan perlindungan dari kekuatan udara. Tugas tambahan bagi kekuatan
udara dan kekuatan laut adalah menyediakan informasi dari hasil pengintaian
dimasing-masing wilayahnya untuk mendukung penerapan strategi, sehingga tidak
terjadi kesalahan / kekurangan informasi disegala lini.

Untuk mempersiapkan kekuatan militer dalam era kecanggihan teknologi


seperti saat ini, konsep pertahanan yang relatif menguntungkan adalah dengan
pengaturan dislokasi pasukan yang bersinergi. Dalam satu pangkalan, disamping
kekuatan pasukan, juga didukung dengan kekuatan udara dan angkutan laut (bila
memungkinkan) serta kesiapan logistik dan dalam satu Komando. Pertimbangan
seperti ini diarahkan pada pola pengawasan wilayah lebih luas, dengan pengertian
medan kritik tetap diduduki dan dikuasai, namun bila perkembangan ancaman
terjadi ditempat lain, pengerahan pasukan kedaerah lain dapat dilakukan lebih cepat,
dengan mengandalkan angkutan udara. Sehingga proyeksi pasukan dapat lebih
cepat mencapai sasaran. Dengan dukungan teknologi penginderaan , teknologi
komunikasi dan intelijen yang akurat, perkembangan situasi disetiap daerah dapat
dimonitor, dan bila ancaman muncul , pasukan dapat segera dikerahkan untuk
menghadapinya.
Perkembangan persenjataan pada era digital seperti yang berkembang saat ini,
tingkat akurasi menjadi lebih optimal, sehingga dapat menghindari kemungkinan
korban sipil. Karena sasaran dapat dipastikan, untuk sasaran strategis, berupa pusat
komando dan pengendali, pusat komunikasi, konsentrasi pasukan dan tempat-
tempat penyimpanan logistik. Untuk kepentingan menghindari pemantauan dan
pelacakan oleh musuh dengan teknologi canggih, maka teknologi penyamaran juga
harus ditingkatkan, radar dapat mengenali bentuk-bentuk tertentu, sehingga
memanipulasi bentuk ini dapat mengurangi pengenalan radar terhadap kedudukan
pasukan dan daerah strategis lainnya. Selain penyamaran bentuk tampilan,
kemampuan sensor sonar hanya berlaku bagi peralatan digital yang aktif, sehingga
bagi pasukan yang sedang bergerak atau pada posisi statis, untuk menghindari
pendeteksian musuh, dengan melakukan pemadaman peralatan elektronik, untuk
sementara waktu, sampai waktu yang telah disepakati dalam perencanaan.

Dengan mempelajari perkembangan prinsip pertempuran masa depan, para


perencana penataan ruang wilayah harus berfikir dan menyesuaikan, sepert apa
sebenarnya kebutuhan ruang yang paling cocok dengan bentuk peperangan di masa
depan. Penguasaan mean dan adaptasi terhadap medan merupakan faktor mutlak
bagi pasukan yang bertahan dan dengan pengenalan serta penguasaan medan secara
detail, perencanaan pemanfaatan ruang menjadi lebih efektif untuk memenangkan
pertempuran

You might also like