You are on page 1of 6

Pengaruh Shot Peening Ulang Terhadap

Kelelahan (Fatique) Sambungan Las


Muchtar Karo Karo
Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri ITS

Abstrak
Patah lelah (fatique) merupakan salah satu penyebab utama kegagalan material/konstruksi.
Kelelahan material adalah proses perubahan struktur material yang diakibatkan beban dinamis
(tegangan atau regangan) sehingga terjadi retak (crack) ataupun patah. Mekanisme patah lelah
diawali dengan tumbuhnya inti retak akibat pergerakan dislokasi siklik, dilanjutkan dengan
pertumbuhan menjadi microcrack yang kemudian tumbuh menjadi macrocrack dan selanjuinya
berkembang (propagasi) hingga terjadi patah lelah. Shot peening adalah proses penembakan
permukaan material dengan partikel baja (shot) sehingga terjadi tegangan sisa tekan pada lapisan
permukaan.
Percobaan untuk mengetahui pengaruh shot peening terhadap umur lelah digunakan
sambungan las (butt joint) plat baja AISI 1020 tebal 3 mm. Setelah dilakukan pengelasan, plat baja
selanjutnya dipotong dan dibentuk sesuai ukuran standar spesimen fatique yang digunakan.
Selanjutnya dilakukan uji fatique untuk memperoleh umur lelah (kurva S-N) sambungan awal.
Kemudian terhadap sejumlah spesimen dilakukan shot peening pada tekanan udara kompresi 7 bar,
jarak tembak 0,75 m selama 10 detik dan selanjutnya dilakukan uji fatique. Terhadap sejumlah
spesimen yang telah di shot peening dilakukan pembebanan siklik dan dihentikan masing-masing
setelah sikius 0,3; 0,5 dan 0,7 dari umur lelahnya (Nf). Kemudian terhadap spesimen tersebut
dilakukan shot peening ulang dilanjutkan dengan uji fatique hingga patah.
Dengan membandingkan umur lelah (kurva S-N) ketiga macam kondisi perlakuan sambungan
ini diperoleh: Umur lelah sambungan las yang telah mengalami shot peening meningkat 20,5-22 %
dibandingkan terhadap umur lelah sebelum shot peening. Umur lelah sambungan las yang telah
mengalami shot peening - pembebanan siklik - shot peening ulang meningkat 2,19-14,50 %
dibandingkan umur lelah sambungan las yang telah mengalami shot peening. Peningkatan umur
lelah ini diduga karena penguatan kembali tegangan sisa tekan pada lapisan permukaan yang telah
melemah (turun) akibat beban siklik. Shot peening menyebabkan permukaan sambungan las
menjadi kasar.

Kata kunci: fatique, mikrocrack, propagasi, umur lelah, shot peening

Sambungan las merupakan bagian yang Qualification), inspeksi sambungan las secara
paling rawan terjadi kegagalan pada. NDT (Non Destructive Test), perlakuan shot
komponen mesin/konstruksi karena terjadi peening dan lain sebagainya.
perubahan sifat material akibat pengaruh panas Kelelahan material adalah proses
dan kecenderungan terdapat cacat pengelasan perubahan struktur dalam material secara terus
pada sambungan. Pada komponen/konstruksi menerus akibat adanya beban (tegangan atau
yang mengalami beban dinamis berulang-ulang regangan) yang berulang-ulang sehingga
(fatique), hal tersebut dapat merupakan sumber terjadi retak ataupun patah. Sedang shot
dan faktor pemacu penjalaran retak hingga peening adalah proses perlakuan mekanis yaitu
umur lelah sambungan turun drastis. Berbagai partikel besi ditembakkan dengan kecepatan
upaya dilakukan untuk mengantisipasi tinggi ke permukaan material, sehingga terjadi
kerawanan tersebut seperti pengelasan yang deformasi plastis pada lapisan permukaan.
benar sesuai WPS (Welding Procedure Akibat deformasi plastis ini akan timbul
Specification), kualifikasi juru las (Welder tegangan sisa tekan pada. lapisan tersebut.

1
2 Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2002

Permasalahan yang diketengahkan pada


penelitian ini seberapa besar peningkatan umur
lelah sambungan las setelah mengalami shot
peening dan apakah shot peening ulang
terhadap sambungan las yang telah mengalami
beban dinamis berulang (cyclic) dapat
meningkatkan umur lelah.

Percobaan dan Hasil


Tulisan ini disusun berdasarkan hasil (a)
percobaan shot peening dan shot peening ulang
serta pengujian terkait yang dilakukan sesuai
urutan/prosedur berikut ini.
Persiapan material yaitu plat baja AISI 1020
tebal 3 mm dengan analisa komposisi Karbon
(C) = 0,15%, Mangan (Mn) = 0,49%, Silikon
(Si) = 0,30%.
1. Pengelasan dengan metode TIG elektrode
Tungsten 2% Thorium diameter 2,4 mm.
Proses pengelasan menggunakan arus 50 (b)
A polaritas DCSP, gas pelindung Argon,
Filler metal A5.18 (TGS-50) diameter 2,4
mm dengan tipe sambungan las Butt Joint
V-Groove 600.
2. Pemotongan spesimen untuk uji tarik dan
uji fatique sesuai spesifikasi standar
masing-masing.
3. Uji tarik, kekerasan dan pengamatan
struktur mikro sambungan las. Hasil uji
tarik dan kekerasan disajikan pada Tabel 1
(c)
dan Tabel 3. Pengamatan metalografi
Gambar 1. Struktur mikro sambungan las:
ditunjukkan pada Gambar 1.
(a). Logam induk, (b). HAZ dan (c). Logam las
4. Uji fatique untuk menentukan umur lelah
(Etsa Nital 2%, Pembesaran 100 x)
(kurva S-N) awal sambungan las.
Pengujian dilakukan pada mesin reversed
5. Shot peening terhadap sambungan las.
bending type LFE-150 dan hasil pengujian
Shot dilakukan pada tekanan udara tiup 7
disajikan pada Tabel 2.
bar dan jarak tembak antara nozel dengan
permukaan spesimen 0,75 meter. Partikel
shot peening yang digunakan adalah baja,
Spesime Yield Strength Tensile Strength
n σy σy ukuran S230 (φ ≤ 0,913 mm), kekerasan
(Kg/mm2) (Kg/mm2) 40 - 50 Rc dengan waktu peening 10 detik
1 31,4 36,96 dan bukaan nozel φ 10 mm.
2 27,98 34,80 6. Uji kelelahan (fatique) terhadap
3 29,58 35,02 sambungan las yang telah mengalami shot
Rata-rata 29,65 39,26 peening. Hasil uji fatique dicantumkan
Tabel 1. Data hasil uji tarik sambungan las pada Tabel 2.
7. Pembebanan kelelahan hingga siklus
masing-masing 0,3; 0,5 dan 0,7 Nf (Nf
adalah umur lelah masing-masing yang
diperoleh dari percobaan langkah 7/Tabel
2.
Karo Karo, Pengaruh Shot Peening 3

8. Shot peening ulang, pada tekanan udara 7


bar, jarak tembak 0,75 meter dan waktu
peening 10 detik seperti yang dilakukan
pada shot peening pertama.
9. Uji fatique terhadap spesimen yang telah
mengalami pembebanan kelelahan dan
shot peening ulang (langkah 8 dan 9). Data
hasil pengujian disajikan pada Tabel 2.
10. Selanjutnya dilakukan uji kekerasan pada
spesimen yang telah mengalami shot
peening dan shot peening ulang, dengan
hasil pada Tabel 3.
11. Pengambilan foto kekasaran permukaan
terhadap sambungan las yang telah
mengalami shot peening dan shot peening
ulang, dengan hasil seperti yang
diilustrasikan seperti terlihat pada Gambar
2 dan Gambar 3.
(a)
Kekerasan
Spesimen Daerah
(HV)
145,43
Logam induk 142,59
145,43
NP
179,15
(Tidak
HAZ 179,15
mengalami
proses peening) 183,15
175,27 (b)
Logam Las 171,53
175,27
160,97
Logam induk 148,35
157,67
P 187,29
(mengalami HAZ 179,15
proses peening) 191,57
187,29
Logam Las 171,53 (c)
187,29
171,53
RP Gambar 2. Foto kekasaran
Logam induk 145,43
(Proses peening 167,89
permukaan sambungan las yang
ulang setelah telah mengalami shot peening ulang:
200,58
pembebanan (a) logam induk, (b) HAZ dan (c) logam las
HAZ 183,15
pada tingkat (Pembesaran 100x)
tegangan 0,9 σy 200,58
dan penghentian 196,00
Nf) Logam Las 175,27
191,57
Tabel 3. Data hasil Uji Kekerasan
sambungan las
4 Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2002

las yang signifikan. Analisa statistik juga


memperkuat pernyataan tersebut. Shot peening
ulang juga memberikan kenaikan umur lelah
meskipun tidak sebesar kenaikan antara tanpa
shot peening dengan shot peening.
Kenaikan umur lelah ini diduga akibat
penguatan kembali tegangan sisa yang sudah
(a) mulai melemah ketika dilakukan pembebanan
fatique. Analisa statistik menunjukkan bahwa
kenaikan umur lelah setelah dilakukan shot
peening ulang cukup signifikan.
Kekerasan sambungan las bervariasi
antara logam induk, HAZ dan logam las.
Setelah dilakukan shot peening dan shot
peening ulang terjadi kenaikan kekerasan pada
kedua permukaan sambungan (posisi 1 dan 3),
(b) sedangkan pada bagian tengah (posisi 2) tidak
terjadi perubahan. Namun demikian analisa
statistik menunjukkan bahwa kenaikan
kekerasan ini tidak signifikan untuk level
signifikan (α) 5 %. Hal ini diduga karena
material tidak homogen sehingga perubahan
kekerasan ini secara statistik menjadi tidak
signifikan.
(c) Permukaan lasan menjadi kasar akibat
shot peening (Gambar 2 dan Gambar 3) baik
Gambar 3. Foto kekasaran permukaan pada dasar logam induk, HAZ maupun daerah
terhadap sambungan las yang logam las. Kekasaran permukaan sambungan
telah mengalami shot peening ulang: las berkisar antara Ra (µm) 2,93 - 3,25 dan Rt
(a) logam induk, (b) HAZ dan (c) logam las (µm) 12,02 - 14,86. Shot peening ulang tidak
(Pembesaran 100x) menunjukkan perubahan kekasaran yang
signifikan.
Analisa Hasil Percobaan
Pengaruh shot peening dan shot peening Diskusi
ulang terhadap umur lelah sambungan las yang Shot peening pada permukaan material
telah mengalami pembebanan fatique dapat menyebabkan timbulnya tegangan sisa tekan
dilihat pada Gambar 4. yang semakin menurun kedalaman dari
permukaan.
Pada pembebanan fatique reversed
bending, distribusi tegangan berubah semakin
kecil ke arah sumbu netral dan berganti tanda
dari tekan menjadi tarik atau sebaliknya hingga
permukaan sebelah bawah. Distribusi tegangan
pada sambungan las yang telah mengalami
shot peening digambarkan secara skematis
pada Gambar 5.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa
tegangan tarik yang bekerja pada permukaan
Gambar 4. Kurva S-N sambungan las akan berkurang akibat adanya tegangan sisa
tekan. Semakin besar tegangan sisa tekan yang
Dari gambar tersebut terlihat bahwa shot terjadi maka semakin kecil pula tingkat
peening meningkatkan umur lelah sambungan
Karo Karo, Pengaruh Shot Peening 5

tegangan tarik yang bekerja pada permukaan Kesimpulan


sambungan las. Berdasarkan hasil penilitian ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
Umur lelah sambungan las dapat ditingkatkan
diatas 20% dengan cara shot peening.
1. Shot peening ulang dapat meningkatan
umur lelah sebesar 2-14 %.
2. Kekasaran permukaan akibat shot peening
meningkat hingga Ra (µm) maksimum
3,25 dan Rt (µm) 14,68, dan kekasaran ini
tidak banyak berubah dengan adanya shot
peening ulang.

Penutup
Penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada saudara Nurmawan dan
saudara Adianto Dwi Rahatmono yang telah
Gambar 5. Distribusi tegangan saat uji fatique melakukan percobaan shot peening ini. Terima
sambungan las yang telah mengalami shot kasih berikutnya penulis sampaikan kepada
peening Proyek QUE-Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS
yang telah membantu dalam evaluasi dan dana
Terjadinya kegagalan fatique mengacu penelitian. Juga kepada semua pihak yang
pada model Wood [15]. Patah fatique terjadi telah ikut membantu dalam penelitian ini dan
pada dua tahapan yaitu tahap pengintian retak khususnya saudari Amida yang telah berlelah
yang terdiri dari periode ‘cyclic slip’, mengedit tulisan ini, penulis haturkan terima
pengintian retak dan perambatan retak mikro. kasih.
Tahapan kedua yaitu perambatan retak makro
dan patah statis yang terjadi karena penampang Referensi
permukaan yang tersisa tidak lagi sanggup [1] Ach. Agus Sueidi, 1998, "Pengaruh Full
menahan beban yang diberikan. Annealing Terhadap Sifat Mekanis Baja
Shot peening terhadap permukaan AISI 1045 Yang Telah Mengalami
sambungan menyebabkan perubahan distribusi Pembebanan Tarik", Jurusan Teknik
tegangan pada saat pembebanan (turunnya Mesin FTI – ITS.
tingkat tegangan tarik). Hal ini diduga [2] Adimin, 1994,"Pengaruh Proses Laku
menyebabkan tahapan pengintian retak Panas Terhadap Kelelahan Pada Baja SS
menjadi terhambat. Penghambatan ini karena 41", Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS,
tingkat tegangan tarik yang lebih rendah Surabaya.
sehingga terjadinya titik slip lebih sedikit dan [3] Alexander Ludi E, 1997, "Efek Perlakuan
juga karena slip tarik dan slip tekan mungkin Low Termomechanical Terhadap Sifat
terjadi pada satu bidang (proses reversible) Kekerasan Baja Karbon Medium EMS",
karena tegangan tekan yang lebih besar dapat Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS,
mengatasi pengaruh penguatan regang (strain Surabaya.
hardening) pada saat terjadi slip tarik. [4] Broek, D., 1982, Elementary Enginering
Perambatan retak makro diduga tidak Fracture Mechanic, Martinus Nijhoff
terpengaruh oleh adanya shot peening. Perlu Publishers, London.
diingat bahwa adanya shot peening [5] Cahyo Murdianto, 1998, "Pengaruh Stress
menyebabkan permukaan menjadi kasar. Relief Annealing Terhadap Umur Baja
Kekasaran ini diduga setara dengan ukuran EMS 1045 Akibat Pembebanan Siklik",
retak makro dan merupakan sumber terjadinya Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS,
konsentrasi tegangan dapat memacu terjadinya Surabaya.
patah lelah. [6] Cottrell, A.H. da Hull , 1957, D., ”Proc.
R Soe”, London, Vol 242 A, PP 211-217
6 Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2002

[7] Dickson, J. I. 1992, “Failure Analysis [12] Schijivc, J., 1983, “Lecture Notes on
Techniques and Application”, ASM Fatique Tensile Strength and Stress
International, Material Park, Ohio. Corrosion of Aircraft Structure”, Faculty
[8] Fuch, H.O. dan Stephen R.I., 1980, Metal of Aerospace Engineering, Delf University
Fatique in Engineering, John Willey & of Technology, Delf..
Sons, Stanford. [13] Wood, W.A., 1959, Some Basic Studies of
[9] Marjono Siswosuwarno, 1987, "Aspek Fatique in Metal, in fracture, John Willey
Metalurgi Pada Kelelahan Logam", Lab. & Sons, New York.
Aerodinamika PAU, Ilmu Rekayasa, ITB, [14] Wood, W.A., 1955, “Bull. Inst. Met”, Vol
Bandung, 3, PP 5-6, September,
[10] Seto Wira Adi W., 1999, "Pengaruh Stress [15] Zainal Abidin, 1998, "Pengaruh Full
Relief Terhadap Umur Lelah Baja AISI Annealing Terhadap Umur Lelah Baja
4340 yang Telah Mengalami Beban AISI 1045 yang Telah Dianneal", Jurusan
Siklik", Jurusan Teknik Mesin FTl - ITS, teknik Mesin FTI - ITS, Surabaya, April.
Surabaya, Maret, [16] .................. , AWS Handbook Vol. 1:
[11] Semuilotari P. Mambo, 1995, "Pengaruh Fundamental of Welding, Miami, Florida,
Perlakuan Thermomekanik Terhadap Sifat 1976.
Mekanik pada Baja EMS 45", Jurusan
Teknik Mesin FTI - ITS, Surabaya, April

You might also like