You are on page 1of 8

AMEBIASIS HATI

Amebiasis hati merupakan komplikasi ekstra intesnital dari infeksi oleh


entameba histolitika. Penyakit ini masih sering dijumpai terutama di Negara tropis.
Dulu penyakit ini lebih dikenal sebagai abses tropic, karena disangka hanya
terdapat didaerah tropik atau subtropik saja. Ternyata sangkaan tersebut tidak
benar, karena kemudian ditemukan juga tersebar di seluruh dunia.
Insidensi
Terdapat terutama dinegara tropik dan subtropik dengan sanitasi yang masih
buruk seperti India, Pakistan, Indonesia, asia, Afrika, dan Mexsico. Tapi dapat juga di
negara lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada kaum pria jika dibandingkan
kaum wanita, dengan perbandingan 4:1. Lebih sering pada orang-orang dewasa.
Pada lebih kurang 5% penderita amebiasis timbul komplikasi pada hati. Menerut
penelitian ADAM dan HADI di bagian Penyakit Dalam R.S. Hasan Sadikin sejak
januari 1974 sampai dengan Oktober 1975, hanya dirawat 6 penderita amebiasis
hati. Tapi pada penelitian selanjutnya oleh ABDULRACHMAN dan HADI dari Januari
1978 s/d Juni 1979, ditemukan 32 penderita yang dirawat di Rumah Sakit Hasan
Sadikin, ini kemungkinan makin meningkatnya sarana diagnostic.
Etiologi
Entameba histolika mempunyai 3 bentuk yaitu: bentuk minuta, bentuk kista
dan bentuk aktif (vegetative). Bentuk aktif menembus dinding usus untuk
membentuk ulkus. Lokalisasi ulkus amebika biasanya disoekum. Parasit tersebut
merusak jaringan dengan cara sitolitik dan terdapat kemungkinan pembuluh darah
juga terkena, sehingga dapat menimbulkan pendarahan. Adanya erosi di Vena
dapat menyebabkan terjadinya penyebaran parasit melalui vena porta dan masuk
ke hati, terutama di lobus kanan dan terjadi hepatitis amebika.
Jarak waktu antara serangan di intestinal dengan timbulnya kelainan di hati
berbeda-beda. Bentuk yang akut dapat memakan waktu kurang dari 3 minggu.
Tetapi bentuk yang kronis lebih dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai dengan 57
Tahun. Oleh karena itu penderita intestinal amebiasis tidak luput dari kemungkinan
menderita abses hepatitis amebika.
Patologi
Hati biasanya membesar, tergantung pada besarnya abses. Lokalisasi yang
sering ialah dilobus kanan, abses lobus kiri jarang terdapat hanya 15%, lebih
kurang 70% bersifat soliter dan 30 % multiple. Cairan abses biasanya kental
bewarna coklat susu, yang terdiri dari jaringan rusak dan darah yang mengalami
homolise.dinding abses bervariasi tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit.
Abses yang lama dan besar berdinding tebal.
Gejala Klinik

Keluhan yang timbul dapat bermacam-macam. Gejala dapat timbul secara


mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan (bentuk kronik). Dapat timbul
bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal, atau berbula-bulan atau
bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh.
Pada bentuk akut gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa
kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri diperut kanan
atas. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai perut
dipegang, terutama kalau berjalan sampai membungkuk ke depan kanan. Dapat
juga timbul rasa nyeri didada kanan bawah, yang mungkin disebabkan karena iritasi
pada pleura diafragmatika. Pada akhirnya dapat timbul tanda-tanda pleuritis. Rasa
nyeri pleuropulmonal lebih sering timbul pada abses hepatis jika dibandingkan
dengan hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar ke punggung atau kespula
kanan. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk-batuk. Keadaan
serupa ini timbul pada waktu terjadinya perforasi abses hepatitis ke paru-paru.
Batuk disertai dengan spuntum bewarna coklat susu. Sebagian penderita mengeluh
diare. Hal ini memperkuat diagnose yang dibuat.
Pada pemeriksaan didapatkan penderita tampak kesakitan. Kalau jalan
membukuk ke depan kanan sambil memegang perut kanan atas yang sakit. Badan
teraba panas. Hati membesar dan bengkak. Pada tempat abses teraba lembek dan
nyeri tekan. Di bagian yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri, berarti tempat
tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari mudah diketahui
terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan tanda Ludwing
positif dan merupakan tanda khas abses hepatitis. Lokalisasi abses yang terbanyak
ialah di lobus kanan, jarang di lobus kiri. Batas paru-paru hati meninggi. Ikterus
jarang sekali ditemukan.
Komplikasi
Telah diketahui bahwa abses hati amubik merupakan komplikasi
ekstraintestinal dari infeksi entamuba histolitika. Namun demikian abses hati
amubik sendri dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Adapun komplikasi yang
sering ditemukan ialahtimbulnya preforasi dari abses. Perforasi dari abses tersebut
akan dapat kerongga dada (intratorakal), ke rongga paru(intraperitoneal) dan keluar
badan, tergantung dari letak abses. Perforasi intratorakal dapat kearah rongga
pleura yaitu berupa perforasi intrapleural dan perforasi kearah rongga jantung
(perforasi intrakardial).
Dari hasil penelitian Penulis (1986) menemukan 19 dan 59 penderita abses
hati amubik dengan komplikasi, terdiri atas 15 perforasi intrapleural, 2 perforasi
intrakardial, dan 2 perforasi intraperitoneal.
Perforasi intrapleural terjadi karena letak abses yang besar di lobus kanan
atas dekat diafragma. Biasanya perforasi dari abses ini terjadi melalui tendo sentral
dari diarfragma kanan yang menyebabkan timbulnya efusi pleura atau empiema.

Keluhan yang sering diajukan ialah timbulnya mendadak sesak nafas, batuk-batuk
dengan nyeri di dada kanan bawah disertai dengan panas badan. Untuk
mengurangi perasaan/keluhan tersebut di atas biasanya tampak penderita dyspnoe.
Dada kanan tampak lebih cembung dengan pergerakan pernafasan yang berkurang.
Pada perkusi terdengar pekak, dan pada auskultasi tidak terdengar suara
pernafasan. Disamping timbulnya efusi pleura dapat juga terjadi abses paru.
Komplikasi ini jarang ditemukan, dan pada penelitian Penulis tidak menemukan
gambaran tersebut.
Bila letak abses hati di lobus kiri dekat diafragma kiri, maka akan dapat
menyebabkan tibulnya perforasi intraperikardial, sehingga timbul efusi pericardial.
Keluhan yang diajukan, yaitu merasa mendadak sesak nafas, badan panas, nyeri di
dada kiri. Penderita lebih enak tidur dengan bantal tinggi, tanda-tanda tamponade
kardiak makin jelas. Sebagai akibat timbulnya kompresi miokardial. Umumnya
penderita menjadi gelisah, karena sesak nafas dan nyeri dada. Seseorang penderita
abses hati amubik dengan komplikasi efusi pericardial biasanya mempunyai
prognose yang jelek, karena sering dapat berakibat fatal. Oleh karena itu perlu
segera dilakukan aspirasi cairan efusi pericardial atau dilakukan tindakan
pembedahan. Dari hasil pengalaman Penulis salah seorang meninggal dunia dan
seorang lagi setelah dilakukan aspirasi cairan pericardial dan pengobatan
konservatif tetap hidup.
Pada abses di lobus kiri hati, gambaran seperti tersebut diatas tidak nyata.
Abses di lobus kiri hati, sering memberikan penekanan pada lambung, yang dapat
dilihat pada foto lambung denga kontras barium.
Sidik Hati
Sidik hati dengan bahan radioaktif. In 113 m atau Tc99 m banyak sekali
menolong penentuan diagnosa, dengan dapat dilihat adanya tempat pengosongan
di daerah abses hati. Daerah yang kosong tersebut masih perlu difikirkan
kemungkinannya dengan karsinoma hati. Bilamana dilakukan sidik hati ulangan
dengan Se75 Selenite teteap dijumpai dearah kosong (daerah dingin) maka
merupakan gambaran dari abses hati. Setelah penyakitnya sembuh, tempat
pengosongan akan terisi lagi.
Peforasi intraperitoneal timbul bila letak abses dekat dekat permukaan hati
sebelah distal baik di lobus kiri maupun lobus kanan. Penderita mengeluh
mendadak perut menjadi tegang dan nyeri berdenyut disertai panas badan
meninggi. Keluhan seperti ini memperlihatkan tanda-tanda abdomen akut.
Penderita umumnya menjadi gelisah, karena tegangnya perut disertai tanda-tanda
peritonitis akuta. Bila ditemukan tanda-tanda tersebut di atas, perlu dilakukan
segera tindakan pembedahan. Dua orang penderita dengan peroforasi
intraperitoneal yang ditemukan Penulis selama 4 tahun, setelah dilakukan
pembedahan sito dan pengobatan anti amuba menjadi baik kembali. Komplikasi

intraperitoneal umumnya mempunyai prognosis yang jelek, apalagi bila segera


tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan tinja jarang sekali ditemukan ameba. Menurut beberapa
kepustakaan ditemukan sekitar 4-40%. Ditemukan ameba dalam tinja, akan banyak
membantu diagnosis. Walaupun demikian pemeriksaan tinja harus dilakukan
berulang kali.
Jumlah lekosit meninggi sekitar 10-20 ribu/mm 3. Pada bentuk akut sering
jumlah lekosit melebihi 16.000/ mm3, sedang pada bentuk kronikterdapat sekitar
13.000/mm3.
Tes seroameba positif, tes faal hati menunjukkan batas-batas normal. Pada
kadar yang berat dapat ditemukan penurunan kadar albumin dan sedikit peninggian
kadar globulin, dengan protein total dalam batas-batas normal. Pada keadaan berat
dapat ditemukan penurunan kadar albumin dan sedikit peninggian kadar globulin,
dengan protein total dalam batas-batas normal. Setelah penyakitnya sembuh,
segera fungsi hati kembali normal.
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan radiologi banyak membantu menegakkan diagnosa. Pada foto
toraks terlihat diafragma kanan meninggi. Apabila dengan pemeriksaan sinar
tembus jelas Nampak bahwa diafragma kanan selain meninggi juga tak bergerak,
bentuk diafragma melengkung ke atas atau bagian tengah difragma kanan
meninggi, berarti adanya abses hati.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) termasuk salah satu sarana diagnostik tidak invasive,
mudah dan aman penggunaannya, dapat dilakukan setiap saat adalah biasa
digunakan untuk mendeteksi abses hati. Wang dan kawan-kawan (1964) meneliti
218 penderita abses hati secara USG, dan dibuktikan dengan pungsi pada 154
penderita, laparotomi 50 penderita, seorang pada otopsi, dari 13 penderita lainnya
berhasil baik dengan pengobatan saja. Vicary dan kawan-kawan (1977) telah
melakukan USG pada 8 penderita dengan abses hati. Penulis sendiri (1986) meneliti
59 penderita abses hati amubik selama 4 tahun (Januari 1982 sampai Desember
1985). Letak abses tersebut 45 di lobus sebelah kanan, 8 di lobus kiri dan 6
letaknya di kedua lobi. Disamping itu ditemukan abses tunggal pada 55 penderita,
dan abses ganda pada 4 penderita (2 terletak di lobus kanan saja, dan 2 terletak
pada kedua lobi). USG selain dapat menentukan letak abses, juga dapat
menentukan diameternya. Pada penelititan ini ditemukan diameter terkecil yaitu
kurang dari 3 cm pada 10 penderita, 15 penderita dengan diameter antara 3-5 cm,

28 penderita dengan diameter 5-15 cm, dan dengan diameter lebih dari 15 cm
ditemukan pada 6 penderita.
Gamabran USG dari abses hati umumnya memperlihatkan suatu lesi bebas
gema yang bulat atau oval berdinding ireguler. Jadi lesi ini termasuk suatu bentuk
masa kistik. Bedanya hanya di dalam daerah lesi ditemukan butir-butir gema
internal yang kasar tersebar terutama didasar. Pada peninggian intesitas
gelombang suara atau gain, batas lesi makin tegas, dan gema internal makin jelas
di dalam daerah bebas gema. Pada dinding distal tampak peninggian densitas gema
yang disebut distal enhancement.
Diagnosis
Gambaran seseorang dengan amebic abses hati, ialah adanya rasa nyeri di
perut terutama hipokondrium kanan, disertai dengan kenaikan suhu badan. Kalau
jalan membungkuk ke dapan kanan sambil memegang bagian yang sakit, ada tanda
hepatomegali dan tanda Ludwing positif. Sebelum keluhan tersebut di atas timbul,
didahului dengan diare berdarah dan berlendir. Pada pemeriksaan sinar tembus
terlihat diafragma kanan meninggi dan tidak bergerak. Gambaran daerah
menunjukkan lekositosis. Tes seroameba positif. Bila pada pemeriksaan tinja
ditemukanameba histolitika, maka akan memperkuat penentuan diagnosa. Pada
sidik hati akan tampak suatu daerah pengosongan.
Hasil pemeriksaan USG tampak jelas suatu massa kistik bentuk oval atau
bulat yang ireguler, terisi gema internal. Bila dilakukan pungsi, keluar cairan coklat
susu.
Diagnosis Diferensial
Penyakit amebiasis hati perlu dibedakan dengan penyakit hati lainnya,
penyakit paru-paru dan penyakit infeksi sistemik.
a. Pada hepatitis infeksiosa dapat timbul kenaikan suhu badan, tetapi bisanya
rendah dan tidak ada lekositosis. Tidak dijumpai hepatomegali dan tanda
Luwding negative. Diafragma kanan tidak meninggi. Tes faal hati
menunjukkan hati terganggu.
b. Penyakit paru-paru misalnya pneumonia dan empyema kanan perlu
dibedakan dengan amebic abses hati, karena keluhan yang timbul dapat
serupa. Pada penyakit paru-paru tersebut di atas tidak dijumpai
hepatomegali, dan tidak ada peninggian diafragma kanan.
c. Abses hatu piogenik perlu dibedakan dengan amebik abses hati. Pada abses
piogenik biasanya ditemukan lekositosis yang hebat, dan tidak ditemukan
kumam ameba histolitika. Pengobatan dengan anti amebika tidak
menunjukkan perbaikan.
Perawatan dan Pengobatan

Setiap penderita yang diduga menderiat amebiasis hati, sebainya dirawat di


rumah sakit dan dianjurkan untuk istrahat. Pengobatan yang di anjurkan ialah :
1. Dehidrometin (D.H.E), suatu derivate sintetik dari emetin, yang dianggap
kurang tosik dan mempunyai aktivitas yang hampir sama dengan emetin.
D.H.E. dapat diberikan per oral ataupun parenteral dengan dosis 1 1 1/2
mg/kg BB/hari (maksimum 60 80 mg/hari) selama paling lama 10 hari.
Walaupun pengaruh toksinnya kurang dibandingkan dengan emetin, tetap
dianjurkan agar pemberiannya tetap diawasi dengan pemeriksaan ECG. Bila
D.H.E. tidak ada dapat dipakai emitin hidrokholoride, yang sangat efektif
terhadap bentuk-bentuk vegetative dari ameba, baik intra intestinal maupun
ekstra intestinal. Dosis yang dianjurkan ialah 1 mg/kg BB/hari dengan dosis
maximal 60 mg seharidan hanya diberikan parenteral selama 3-5 hari.
Pemakaian obat ini betul-betul harus diawasi karena sifatnya yang sangat
toksik terhadap sel protoplasma, terutama pada sel otot. Oleh karena itu
pemberian dalam jangka lama, dikhawatirkan akan berpengaruh buruk
terhadap otot jantung. Setiap penderita yang diberi pengobatan dengan
emetin sebaiknya dianjurkan beristrahat ditempat tidur dan harus diwasi
dengan pemeriksaan EKG. Dan terhadap penderita penyakit jantung,
penderita yang berusia lanjut, wanita hamil, keadaan umum jelek, polineritis,
sebaiknya tidak diberikan obat ini.
2. Chloroquin, ialah suatu senyawa aktif dari 4 quinolin, obat ini menurut
COMAN (1948) sangat efektif untuk mengobati amebiasis hati, walupun
efeknya agak kurang bila dibandingkan dengan emetin. Dosisi yang
dianjurkan ialah 2 x 500 mg/hari selama 2 hari pertama, kemudian
dilanjutkan 1 x 500 mg atau 2 x 250 mg/hari selama 3 minggu. Walaupun
obat ini diberikan dalam jangka waktu lama, tidak menunjukkan tanda-tanda
toksis. Sebaiknya pemberian sebaiknya pemberian chloroquin diberikan
bersama-sama dengan D.H.E. atau emetin, yang berdasarkan pengalaman
yang ternyata memberikan hasil yang sangat baik.
3. Metronidazole merupakan suatu derivate dari nitromidazole, telah dicoba
untuk mengobati amebiasis hati dengan hasil yang memuaskan. Bila ada
kontra indikasi terhadap pemberian emetin, maka dianjurkan untuk
memberikan metronidazole dengan dosis 3 x 500 mg selama 10 hari.
4. Setelah selesai pengobatan abses hati, dianjurkan untuk memberikan juga
obat-obat amebicidal intestinal untuk mengobati intestinal amebiasis yang
mungkin menyertainya. Menerut SPELLBERG, kolon harus betul-betul bebas
dari ameba histolitika untuk menghindari keambuhnya kembali amebiasis
hati.
Obat-obatan yang dianjurkan di antaranya ialah:
a. Lodo-oxioquinolin misalnya:
- Diodoquin (diiodo-hydroxyquinoline dengan dosis 3 4 x 0,20 gr/8 jam
selama 20 hari, atau

Iodo-chlorhydroxyquinoline (enterovioform) dengan dosis 3 x 250 500


mg/hari.
b. Carbarsone (Carbaminophenyl arsenic acid) dengan dosis 2 x 250 mg/hari
selama 10 hari.
c. Tetracycline dapat diberikan dengan dosis 500 mg tiap 6 jam selama 10 hari.
Obat ini dapat membunuh Entameba histolitika di intestinal.
Ada 2 macam skema kombinasi pengobatan yang dianjurkan oleh ZUIDEMA,
ialah:
1.

Emetine
60 mg / hari

Flagyl
3 x 750 mg/hari

7 hari
2.

Clioquinal
3x1 tablet

5 hari

Flagyl
3 x 750 mg/hari

10 hari

Resochin
4 X 250

2 X 250

2 hari
5 hari

19 hari
21 hari

10 hari

Aspirasi
Ada beberapa
diantaranya ialah:

ketentuan

untuk

melakukan

aspirasi

dari

abses

hati,

1. Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara tersebut diatas


tidak berhasil, dalam arti kata masih membesar, semua keluhan masih ada
yaitu; masih terdapat peninggian suhu badan, nyeri perut kanan atas, tanda
Ludwing positif, dan lain-lain gejala.
2. Pada pemeriksaan USG ditemukan abses hati dengan diameter lebih dari 5
cm.
3. Bila ditemukan abses ganda, dengan diameter lebih dari 3 cm.
Aspirasi sebaiknya dilakuakan di ruangan khusus, dalam keadaan aseptic,
untuk mencegah kontaminasi. Pada abses ganda, dilakuakn ditempat abses yang
paling besar. Bila tersedia alat USG, lebih baik dilakukan biopsy secara terpimpin,
agar dapat lebih terarah dan dapat dikeluarkan semua cairan abses. Bila tidak
tersedia alat USG dapat dilakukan aspirasi secara membuta. Lokalisasi aspirasi
membuta ialah ditempat yang paling lembek dan paling nyeri.. jarum yang dipakai
ialah jarum panjang dengan diameter kira-kira 1-2 cm, dan didahului dengan
anestesi local di tempat insersi jarum. Cairan abses bewarna coklat susu (anchovy
sauce pus) harus dikeluarkan sampai habis, dan dihentikan apabila penderita
merasa kesakitan karena tertusuknya jaringan parenkim hati. Setelah aspirasi harus
diberikan pengobatan medikamentosa seperti tersebut di atas.

Aspirasi sirurgis dianjurkan terhadap abses ganda yang sulit dilakukan


sapirasi biasa, atau bila secara USG ditemukan diameter abses lebih dari 15 cm,
atau bila letak abses dikhawatirkan akan terjadinya proforasi.

You might also like