Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
10
EPC
tersebut.
Komplikasi
yang
terjadi
dapat
bersifat
11
Pada diabetes yang berlangsung lama, EPC menjadi imobil, dan hal ini
diperburuk dengan kondisi mikroangiopati dan perubahan gradien oksigen.
Diketahui bahwa imobilitas EPC tersebut berkaitan erat dengan patofisiologi
diabetes, namun tidak terikat dengan etiologi diabetes, apakah itu diabetes tipe I
atau diabetes melitus tipe II. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa gangguan
EPC pada sumsum tulang memiliki karakteristik histopatologis mirip dengan
kondisi mikroangiopati pada ginjal dan retina (Fadini et al, 2013).
12
sementara sel M2 adalah tipe yang berperan dalam perbaikan jaringan (Italiani &
Boraschi, 2012).
Polarisasi M1/M2 tidak langsung membagi populasi makrofag menjadi dua
subpopulasi yang berbeda. Fenotip M1/M2 bersifat fungsional, sehingga dalam
satu subset dapat ditemukan fenotip M1 dan M2 yang bercampur. Persinyalan
intra dan ekstrasel meregulasi keseimbangan antara fungsi M1 dan M2 tersebut,
di mana pada akhirnya makrofag dapat menjadi berbahaya apabila salah satu
fenotip saja menjadi dominan (Italiani & Boraschi, 2012).
2.3.4. Makrofag M1
Makrofag M1 diketahui merupakan fenotipe respon monosit terhadap
kondisi inflamasi. Bentuk ini merupakan classically activated macrophage yang
bersifat proinflamasi. Makrofag M1 terbentuk sebagai respon akibat penurunan
aktivitas jalur persinyalan Akt-1 pada EPC. Penurunan aktivitas jalur persinyalan
Akt-1 terjadi akibat turunnya aktivitas Flk-1, peningkatan AGEs, stres oksidatif,
dan menurunnya NO. Hasil akhir dari penurunan aktivitas Akt-1 mengakibatkan
peningkatan diferensiasi sel T ke arah fenotipe Th-1. Sel Th-1 yang aktif akan
mensekresi IFN, yang secara parakrin akan menstimulasi monosit ke arah M1
(Italiani & Boraschi, 2012).
Aktivasi makrofag M1 aktivasi dipicu oleh Interferon- (IFN-), bakteri
lipopolisakarida bakteri (LPS), atau tumor necrosis factor (TNF), dan dimediasi
oleh beberapa jalur sinyal transduksi yang melibatkan Signal Transducer and
Activator of Transcription (STAT), Nuclear Factor-kappa B (NF-B), dan
Mitogen-Activated Protein Kinases (MAPK). Peristiwa ini meningkatkan
produksi agen microbisidal seperti Reactive Oxygen Species (ROS) dan Nitrit
13
2.3.5. Makrofag M2
Makrofag M2 adalah fenotip sebagai respon terhadap sitokin-sitokin Th2,
semisal IL-4 atau IL13, pemicu Toll-like receptor (TLR), pemicu reseptor Fc,
dan kompleks imun. Sitokin antiinflamatoris (semisal IL-10) TGF-, dan
glukokortikoid juga diketahui memiliki peran dalam aktivasi monosit ke arah
M2. Setiap jenis stimulus diketahui mampu membentuk subset M2 tertentu. M2a
terbentuk akibat adanya stimulus IL-4 dan IL3. M2b terbentuk akibat adanya
stimulus kompleks imun dan pemicu Fc/TLR. Subset terakhir, M2c, terbentuk
akibat adanya stimulus IL-10, TGF-, dan glukokortikoid (Italiani & Boraschi,
2012).
Sebaliknya, Aktivasi makrofag M2 digunakan untuk menggambarkan
aktivasi makrofag dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan aktivasi M1,
termasuk makrofag yang distimulasi oleh IL-4/IL-13 dan makrofag yang
distimulasi oleh IL-1. Di antara banyak perbedaan molekuler antara aktivasi M1
dibandingkan M2, rasio IL-12 dan produksi IL-10 dapat digunakan untuk
membedakan makrofag M1 dan M2 (Johnson et al, 2005 2009 dan Parathath et
al, 2011). Diketahui juga bahwa fenotip makrofag M2 secara in vivo dapat
diketahui dari rasio IL-12lo IL-13lo IL-10hi TGF-hi dan adanya reseptor berjenis
manosa (CD206), galaktosa, dan scavenger dalam jumlah besar (Italiani &
Boraschi, 2012).