You are on page 1of 22

DIARE

Seorang anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan BAB cair 1
hari dengan frekuensi lebih dari 5x, disertai muntah dan sakit perut. Feses bercampur
lendir dan darah. Sebelumnya anak sudah mengalami demam dalam beberapa hari dan
nafsu makan turun. Pemeriksaan fisik menunjukkan turgor anak kurang dan mata
cekung. Dokter menyarankan ibu untuk periksa darah rutin dan feses.
Step 1 : Klasifikasi istilah
1.

Diare: buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
bulan dan anak, bila frekuensinyalebih dari 3 kali 1

2.

Feses: tinja, sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang
dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah normal produksi 100 200
gram/hari. Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah
maupun konsistensinya 2

3.

Turgor Kulit: kelenturan kulit, penilaian turgor bertujuan untuk menilai tingkat
kecukupan cairan dalam tubuh. Turgor kulit yang jelek merupakan salah satu tanda
bahwa seseorang mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang cukup berat 3

Step 2 : Rumusan Masalah


1.

Mengapa diare lebih dari 5x?

2.

Mengapa turgor kulit berkurang dan mata cekung?

3.

Apa hubungan demam dengan diare?

4.

Mengapa feses berdarah dan berlendir?

5.

Apa hubungan pemeriksaan darah rutin dan feses dengan gejala-gejala yang dialami
pasien?

6.

Apa hubungan diare dengan usia?

7.

Apa saja diagnosis banding dari gejala-gejala pada skenario?

Step 3 : Penjelasan Hipotesis


1.

BAB cair lebih dari 5x dalam sehari


1.1

Gangguan Osmotik 4
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekana osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi
pergeseran air & elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebih
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul BAB cair lebih
dari 3x (diare)

1.2

Gangguan Sekresi 4
Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus dan terjadi peningkatan sekresi air
& elektrolit ke dalam rongga usus terhadap peningkatan isi rongga

1.3

Gangguan Motilitas Usus 4


1.3.1 Hiperperistaltik akan menyebabkan kesempatan usus untuk menyerap
maskanan menurun.
1.3.2 Hipoperistaltik akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebih yang akan
menyebabkan diare.

2.

Turgor kulit berkurang atau melamban ini dikarenakan tubuh kekurangan cairan
atau dehidrasi. Dehidrasi ini disebabkan karena cairan dan elektrolit terlalu banyak
keluar ke ekstra sel sehingga kulit apabila kekurangan cairan dan elektrolit akan
berkurang kelenturannya dan akan lama kembali ke bentuk asalnya. Sedangkan
mata yang cekung juga dapat disebabkan karena dehidrasi karena cairan intrasel di
dalam mata akan berkurang dengan pindahnya cairan ke ekstrasel. Jadi turgor kulit
dan mata cekung adalah beberapa gejala dan tanda yang dapat dilihat karena
dehidrasi yang berlebihan. 5

3.

Adanya demam sebelum anak diare, dapat menandakan telah terjadinya proses
infeksi di dalam tubuh yang di akibatkan oleh agent penyakit bisa karena parasit,
bakteri, virus, dll. Sehingga diare bisa menjadi akibat dari infeksi yang disebabkan
oleh agent penyakit. Jika demam terjadi saat diare berlangsung dapat mengarah
pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan & elektrolit
sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam proses metabolisme diotak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipothalamus anterior. Apabila anak kehilangan

cairan & eletrolit, maka elektrolit yang ada dalam pembuluh darah berkurang yang
dapat menyebabkan berbagai keadaan yang dapat merugikan tubuh. 4
4.

Fisiologisnya normalnya feses tidak berlendir dan berdarah. Patologisnya darah dan
lendir ditemukan pada penderta disentri. Ameba yang ganas dapat memproduksi
enzin fosfoglukometase dan lisozim yang dapan mengakibatkan kerusakan dan
nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus ameba sangat khas yaitu dibagian
mukosa berbentuk kecil, tetapi dibagian submukosa dan muskolaris melebar.
akibatnya terjadi ulkus di permukaaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi
reaksi radang yang minimal. Ulkus yang terjadi akan mengalami pendarahan dan
apabila menembus lapisan muskular akan terjadi perforasi dari peritonitis. 4

5.

Pemeriksaan feses untuk mengetahui penyebab dan untuk menegakkan diagnosa.


Feses dengan lender dan berdarah kemungkinan bisa didiagnosis disentri amoeba
atau disentri bacillus. Jika bau feses amis karena darah, hal tersebut disebabkan
oleh bakteri Entamoeba histolytica yang berarti didiagnosis disentri amoeba. Jika
feses bau bacin karena pembusukan protein, hal tersebut disebabkan oleh bakteri
Shigella sp. yang berarti didiagnosa disentri bacillus. Pada pemeriksaan darah jika
didapatkan leukositosis hal ini menandakan penyakit yang diserita pasien
disebabkan oleh karena infeksi bateri.6

6.

Pada kasus ini diketahui penderita berusia 2 tahun , penyakit diare hingga kini
masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak. Telah kita tahu
bahwa penyakit diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu
karena infeksi, dimana pada anak-anak sistem imun dan struktur anatomi yang
dimiliki tidak sama dengan orang dewasa sehingga mereka lebih rentan untuk
terkena penyakit , dan juga yang sering terjadi pada anak adalah diare yang
disebabkan oleh malabsorbsi laktosa, biasanya para ibu jika si anak sudah usia > 6
bulan makanan pendamping yang diberikan selain ASI adalah susu sapi, sedangkan
laktosa merupakan karbohidrat utama dari susu ( susu sapi mengandung 50 mg
laktosa perliter). 1

7.

Diare dengan dehidrasi sedang, Dysentri amoeba, Dysentri basiler

Step 4 : Skema

Step 5 : Sasaran Belajar


1. Diare
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Faktor resiko
1.4 Klasifikasi

1.5 Pemeriksaan penunjang


1.6 Penatalaksanaan
2. Gastroenteritis
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 faktor resiko
2.4 patofisiologi
2.5 tanda-gejala
2.6 pemeriksaan penunjang
2.7 komplikasi
3. Disentri basil
3.1 etiologi
3.2 faktor resiko
3.3 patofisiologi
3.4 tanda-gejala
3.5 pemeriksaan penunjang
3.6 komplikasi
4. disentri amoeba
4.1 etiologi
4.2 faktor resiko
4.3 Patofisiologi
4.4 tanda-gejala
4.5 Pemeriksaan penunjang
4.6 komplikasi
5. anamnesis dan pemeriksaan fisik
Step 6 : Belajar Mandiri
Step 7 : Hasil diskusi Sasaran Belajar
1.

Diare
1.1

Definisi 4

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan
diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali., sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 4
1.2

Etiologi 4
Dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1.2.1 Faktor Infeksi
1.2.1.1 Infeksi Enteral yaitu infeksi saluran pencernaan
1.2.1.1.1

Infeksi Bakteri

: Vibrio,

E.

coli,

Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan


sebagainya
1.2.1.1.2

Infeksi Virus

Enterovirus,

Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus, dll)


1.2.1.1.3

Infeksi Parasit
Oxyuris,

Cacing

Strongyloides),

(Ascaris,
Protozoa

Trichiuris,
(Entamoeba

histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),


Jamur (Candida albicans).
1.2.1.1.4

Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di


luar alat pencernaan, seperti Otitis Media akut
(OMA),

Tonsila

Faringitis,

Bronkopneumonia,

Ensefalitis, dan sebagainya.


1.2.2 Faktor Malabsorbsi
1.2.2.1

Malabsorbsi Karbohidrat

1.2.2.2

Malabsorbsi Lemak

1.2.2.3 Malabsorbsi Protein


1.2.3 Faktor Makanan: basi, beracun, alergi terhadap makanan
1.2.4 Faktor Psikologis: rasa takut dan cemas
1.3

Faktor Resiko 4
1.3.1 Faktor Perilaku, antara lain:
1.3.1.1

Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum


makan dan setelah buang air kecil maupun buang air besar

1.3.1.2

Penyimpanan makanan yang tidak higienis


6

1.3.2 Faktor Lingkungan, antara lain:


1.3.2.1

Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya


ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)

1.3.3 Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.


1.4

Klasifikasi
1.4.1 Berdasarkan Lamanya Diare 4
1.4.1.1
1.4.1.2

Akut, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari


Kronik, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan / berat badan tidak bertambah selama
masa diare tersebut.

1.4.2 Berdasarkan Mekanisme Patofisiologi


1.4.2.1 Diare Sekretori
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare
ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan / minum. 4
1.4.2.2 Diare Osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat / zat
kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)4,
malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal
pada defisiensi disakarida, malabsorbsi glukosa / galaktosa. 4
1.4.3 Berdasarkan Penyebab 4
1.4.3.1 Primer, disebabkan oleh:
1.4.3.1.1 Makanan dan minuman yang merangsang lambung dan
usus seperti makanan yang pedas, kecut, dll.
1.4.3.1.2 Racun
1.4.3.1.3 Iklim: hawa dingin, panas tiba-tiba
1.4.3.1.4 Gangguan saraf: histeris, ketakutan, dan cemas
1.4.3.2 Sekunder, disebabkan oleh:
1.4.3.2.1 Penyakit Infeksi
7

1.4.3.2.2 Penyakit menahun dari jantung, paru-paru, hati


1.4.3.2.3 Penyakit radang ginjal, anemia, dll.
1.5

Pemeriksaan Penunjang & Penatalaksanaan


1.5.1 Pemeriksaan Penunjang 1
Untuk diare akut biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang ,
tetapi untuk diare kronik kadang diperlukan pemeriksaan penunjang
anatara lain yaitu :
1.5.1.1 Darah rutin ( leukosit ) untuk memastikan adanya infeksi
1.5.1.2 Pemeriksaan feses lengkap (termasuk analisa mikrobiologi )
untuk menentukan penyebab
1.5.2 Penatalaksanaan
1.5.2.1 Berikut penatalaksanan diare sesuai Depkes RI 7

10

11

1.5.2.2

Terapi sesuai penyebab 8


1.5.2.2.1 Disebab kan bakteri shigella
Ciprofloxacin
Dosis : 15mg/kgBB 2x1 / hari selama 3 hari
KI : hipersesitif ciprofloxasin atau derivat kuinolon
lainnya, ibu hamil
Es : gangguan GI, anoreksia, disfagia,pusing ,
insomnia, poliuria
1.5.2.2.2 Disebabkan vibrio kolera
1.5.2.2.2.1 Tetrasiklin 12,5 mg kg/bb, 4x sehari
selama 3 hr. KI : alergi terhadap tetrasiklin, ggn ginjal
berat. ES : mual, muntah, kulit memerah, anoreksia
1.5.2.2.2.2 Erytromisin 12,5 kg/bb, 4x sehari slm 3
1.5.2.2.3

1.5.2.2.4

hari. KI : hipersetif. ES : gangguan GIT


Disebabkan amoebiasis
Metronidazol, Dosis : 10mg / kg bb selama 5-10 hr
KI : hamil, gangguan fungsi hati. ES : mual muntah,
gangguan pengecapan, gangguan saluran cerna
Disebabkan giardiasis
Metronidazol, Dosis : 20mg / kg bb selama 5 hr
KI : hamil. Ganggua fungsi hati, ES : mual muntah,
gangguan pengecapan, gangguan saluran cerna

2.

Gastroenteritis
2.1 Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam) yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit
yang pathogen. 9
2.2

Etiologi
Virus (terutama rotavirus) dan spesies bakteri Escherichia coli dan
Campylobacter adalah penyebab utama gastroenteritis. Akan tetapi, banyak
agen infeksi lain yang dapat menyebabkan sindrom ini. Penyebab non-infeksi
kadangkala terlihat, tetapi lebih jarang daripada etiologi virus atau bakteri.
Risiko infeksi lebih tinggi pada anak-anak karena kurangnya kekebalan
mereka dan kebersihan yang relatif buruk. 9

2.3

Faktor resiko 9
12

2.3.1 Jumlah penduduk yang padat atau ramai


2.3.2 Makanan yang terkontaminasi atau makanan dengan temperatur yang
tidak cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme
2.3.3

penyebab Gastroenteritis.
Sanitasi lingkungan yang jelek

2.4 Patofisiologi
Umumnya gastroenteritis terjadi karena adanya infeksi bakteri patogen dalam
tubuh yang kemudian menetap didalam usus maupun lambung manusia.
keberadaan bakteri ini merangsang terbentuknya toksin yang dapat membuat
usus ataupun lambung mengalami peradangan. Peradangan yang terjadi pada
usus atau lambung dapat menurunkan absorpsi karbohidrat sehingga dapat
terjadi hipoglikemik. Akibat peradangan lambung juga dapat meningkatkan
produksi asam lambung, sehingga terjadi reaksi mual & muntah yang
menyebabkan dehidrasi terjadi. Pada peradangan usus, akan meningkatkan
motilitas usus yang mengakibatkan sekresi cairan dan elektrolit meningkat
sehingga terjadi kekurangan kalium (hipokalemia). Hipokalemia dapat
menginduksi terjadinya kram perut sehingga menimbulkan rasa nyeri.10
2.5

Gejala dan tanda 1

2.6

Pemeriksaan penunjang 1
2.6.1 Pemeriksaan feses makroskopis dan mikroskopis
2.6.2 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
klinitest, bila diduga ada intoleransi gula pemeriksaan darah

13

2.6.3 pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui apakah adanya kenaikan


leukosit
2.6.4 pH darah dan elektrolit untuk mengetahui keseimbangan asam basa
2.6.5 Duodenal intubation
untuk mengetahui jasad renik dan parasit kuantitatif dan kualitatif,
terutama pada penderita diare kronik
2.7

Komplikasi
2.7.1
2.7.2
2.7.3

2.7.4

2.7.5
2.7.6
2.7.7

Dehidrasi ( ringan, sedang dan berat )


Renjatan hipovolemik
Hipokalemia ( keadaan kadar kalium darah yang rendah dengan gejala
meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektrokardiogram )
Hypoglikemia ( keadaan kadar glukosa darah yang rendah ). Gejala ini
akan muncul jika kadar glukosa darah osampai 40 mg % pada bayi
disertai lemas, peka rangsang, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai
koma.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
sebagai akibat kerusakan vili mukosa usus halus.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan ( masukkan makanan sedikit, pengeluaran
bertambah )

3. Disentri Basiler
3.1 Etiologi 10
3.1.1 Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering ( 60% kasus
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
3.1.2 Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
3.2.3 Salmonella
3.2.4 Campylobacter jejuni
3.2 Faktor resiko 10
3.2.1 Sanitasi dan kebersihan air yang kurang
3.2.2 Makanan yang sembarangan
3.2.3 Kepadatan penduduk yang tinggi
3.2.4 Rendahnya Kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3.3 Patofisiologi

14

Bakteri yang masuk tubuh lewat makanan atau minuman yang tidak bersih
akan berkolonisasi di dalam usus (jejenum, ileum maupun kolon), kemudian
mereka menginvasi epitel mukosa usus penderita. Mereka memperbanyak diri
dan melakukan penyebaran baik intrasel maupun intersel, dan mengeluarkan
eksotoksin yang menyebablkan munculnya sel-sel radang. Lama kelamaan sel
epitel mukosa nekrosis, kemudian terbentuklah ulkus-ulkus kecil, dan
keluarlah eritrosit dan plasma ke lumen usus, sehingga tinja bercampur darah
dan lendir. 10
3.4

Tanda-gejala 10
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.4.5

3.5

Diare mendadak disertai darah dan lendir dalam tinja


Panas tinggi
Muntah-muntah
Anoreksia
Sakit keram di perut dan sakit di anus saat BAB

Pemeriksaan Penunjang
3.5.1 Pemeriksaan tinja/feses
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta
biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan
pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil shigella
mudah mati. Untuk itu diperlukan tinja yang baru. 10
3.5.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas.
3.5.3 Enzim immunoassay
Hal ini dapat mendeteksi toksin tinja pada sebagian besar penderita
yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli 10
3.5.4 Sigmoidostomi
Sebelum pemeriksaan sitologi dilakukan pengerokan daerah sigmoid.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut. 10
3.5.5 Aglutinasi
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua dan
maksimum pada hari ke enam. Pada S dysentriae aglutinasi dinyatakan
positif dan pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang
dipakai. 10
3.5.6 Gambaran endoskopi

15

Memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas dan ulserasi.


Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di
bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal
usus besar. 10
3.6

Komplikasi 1
3.6.1

Dehidrasi

3.6.2

Hiponatremia

3.6.3

Kejang

3.6.4

Protein loosing enteropathy

3.6.5

Sepsis dan DIC

3.6.6

Hipoglikemia

3.6.7

Malabsorbsi

3.6.8

Ameboma

3.6.9

Peritonitis

3.6.10 Megakolon toksik


4.

Disentri Amoeba
4.1 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Entamoeba histolytica, yaitu protozoa usus,
sering hidup sebagai komensal (apatogen)di usus besar manusia. Apabila
kondisi tubuh mengizinkan dapat berubah menjadi patogen (membentuk
koloni di dinding usus, menembus dinding usus dan menimbulkan peradangan).
Siklus hidupnya ada dua macam yaitu tropozoit yang dapat bergerak dan
bentuk kista yang dapat bertahan dan bertanggung jawab dalam penularan
tinja. 11
4.2

4.3

Faktor resiko 11
4.2.1 Kepadatan penduduk yang sangat tinggi
4.2.2 Higiene individu yang jelek
4.2.3 Sanitasi lingkungan buruk
4.2.4 Sosial ekonomi rendah
4.2.5 Kultural
Patofisiologi
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal didalam lumen usus besar,
dapat berubah menjadi patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan
ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit tersebut sampai
16

saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Diduga baik faktor kerentanan
tubuh pasien, sifat kegansan (virulensi) ameba, maupun lingkungannya
mempunyai peran. Faktor-faktor yang dapat menurunkan kerentanan tubuh
misalnya

kehamilan,

kurang

gizi,

penyakit

kehanasan,

obat-obat

immunosupresif, dan kortikosteroid. Ameba yang ganas dapat memproduksi


enzim fosfoglukomutase dan lisozimn yang dapat mengakibatkan kerusakan
dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkusameba sangat khas yaitu
dilapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan
muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan
mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang minimal. Mukosa usus
antara ulkus-ulkus tampak normal. Gambaran ini sangat berbeda dengan
disentri basiler, dimana mukosa usus antara ulkus meradang. Ulkus yang
terjadi dapat menimbulkan perdarahan dan apabila menembus lapisan
muskular akan terjadi perforasi dan peritonitis. Dari ulkus di dalam dinding
usus besar, ameba dapat metastasis ke hati lewat cabang vena porta dan
menimbulkan abses hati. 11
4.4

Tinja berbau busuk, kadang juga tinja bercampur darah dan


lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid. Pada
disentri amoeba yang berat, penderita mengalami diare
disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam
tinggi (40C-40,5C) disertai mual dan anemia, perut kram,
demam dan lemah badan. 11

4.5

Pemeriksaan Penunjang 12
4.5.1 Pemeriksaan tinja
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu
dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat
ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat
dan berkilau seperti mutiara.
4.5.2 Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi. Pada pemeriksaan ini
akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup
eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.
4.5.3

Foto rontgen kolon


17

4.5.4

Pemeriksaan uji serologi


Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Hasil
uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila
negatif pasti bukan amebiasis.

4.6

Komplikasi 12
4.6.1 Perdarahan usus.
4.6.2 Perforasi usus.
4.6.3 Ameboma
4.6.4 Amebiasis hati
4.6.5 Abses hati
4.6.6 Abses pleuropulmonal

5.

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Tabel 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

ANAMNESIS

PERTANYAAN

JAWABAN DI
KASUS

Keluhan utama

Datang dengan keluhan apa?

lokasi

Apakah merasa nyeri? dimana?

onset

Sejak kapan diare? Sudah berapa lama?

kronologis

Bisa diceritakan bagaimana bisa terjadi diare?

kualitas

Feses keras/normal/lembek/setengah cair/air?

Feses bercampur

Warna feses?Adakah darah? Dimana?adakah

lendir dan

nanah /lendir? Bau amis/bacin? Bentuk feses?

darah

kuantitas

Feses yang dikeluarkan seberapa banyak? Sehari

Diare

1 hari 5 kali

berapa kali?
Faktor yang

Faktor membaik? Faktor memburuk?

mempengaruhi

Mengganggu aktivitas?

Gejala lain

Apakah ada gejala lain? Frekuensi BAK?

Muntah ,sakit perut,


demam, anoreksia

18

RPD

Dulu pernah mengalamai keluhan sama?riwayat


alergi? Alergi obat? Sudah diobati?

RPK

Gejala sama dengan keluarga? Riwayat DM?


hipertensi? Asma?

RPESP

Keadaan/kebersihan sekitar tempat tinggaL?

Nafsu makan turun

Suka kuliner?travelling? Olahraga? Pola tidur?


Pola makan? Alkohol?merokok? Suka
makanan pedas? Sedang mengkonsumsi obatobatan?cuci tangan sebelum makan?stress?
nafsu makan?
Pemeriksaan
Fisik
Kesadaran
umum

Compos mentis? Aptis? delirium? somnolen?


sopor? koma?

Postur tubuh

Gemuk?sedang?kurus

Keadaan kulit

Sawo matang? Kuning?

Keadaan wajah

Pucat?lemah?sedih?cemas?

Mata cekung

Mata : cekung, kering, sangat cekung?


Apakah mulut/lidah kering?
Mengukur BB,

Apakah BB turun?

*berat badan

tinggi badan,

menurun, lingkar

lingkar lengan,

lengan mengecil

lingkar perut
Vital sign

Respiratoty rate?
Frekuensi suhu tubuh? Frekuensi nadi?
Tekanan darah?

*dispnea,
pernafasan cepat >
40 x/mnt karena
asidosis metabolic
(kontraksi otot
19

pernafasan)
suhu meningkat >
375 derajat celsius
nadi cepat > 120
x/mnt dan lemah
Abdomen
inspeksi

Permukaan dinding perut? Bentuk perut?

auskultasi

Peristaltik?

meningkat > 35
x/mnt

palpasi

Turgor?

Turgor berkurang

KESIMPULAN
Pada kasus, anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan BAB
cair 1 hari dengan frekuensi lebih dari 5x, disertai muntah dan sakit perut. Feses
bercampur lendir dan darah. Sebelumnya anak sudah mengalami demam dalam
beberapa hari dan nafsu makan turun. Pasien mengalami diare ditandai dengan BAB
cair yang lebih dari 5x dalam sehari. Adanya feses bercampur lendir dan darah, demam
menunjukkan adanya infeksi pada pasien. Bisa disimpulkan bahwa pasien mengalami
disentri, bisa disentri amoeba ataupun disentri basiler. Karena keduanya bisa
menimbulkan gejala baik berupa pengeluaran tinja yang disertai lendir dan darah,
demam, serta rasa kurang nyaman pada perut. Namun, kebanyakan diare yang disertai
dengan pengeluaran darah paling banyak disebabkan oleh bakteri, terutama bakteri
Shigella penyebab disentri basiler. Pasien juga mengalami dehidrasi ringan / sedang,
karena pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter ditemukan adanya mata
cekung dan turgor kulit yang kurang. Untuk memastikan disentri basiler yang dialami
oleh pasien, dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin dan feses.
Pemeriksaan feses (makroskopis maupun mikroskopis ) bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan pada hasil pemeriksaan yang dapat menunjukkan adanya infeksi
20

pada saluran cerna pasien dan untuk mengetahui penyebabnya. Sedangkan pemeriksaan
darah rutin, dapat kita lihat apakah terdapat peningkatan leukosit (yang menunjukkan
adanya infeksi), hematokrit (untuk mengetahui tingkat dehidrasi, ambang bahaya adalah
Ht>60%), eritrosit (yang dapat meningkat saat mengalami diare ataupun dehidrasi
berat), penurunan Hb (yang dapat terjadi pada kasus diare & dehidrasi).

Daftar Pustaka
1.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: FK UI.
1985

2.

Adam, Syamsunir. Mikrobiologi dan Parasitilogi. Jakarta: EGC. 1995.

3.

Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. 2008.

4.

Hasan, Rusepno dan Husein alatas. Ilmu Kesehatan Anak Edisi Keempat. Jakarta:
FK UI. 1985.

5.

M.C.Widjaya. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan


Pustaka. 2002

6.

Gandasoebrata,R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: PT Dian Rakyat. 1999.

7.

Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Depkes RI. 2013.

8.

Sulistya, gunawan dkk. Farmakologi FK UI. Jakarta : FK UI. 2007.

9.

Pitono Soeparto, dkk. Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK fk Universitas


Airlangga. 1997

10.

Price, Andrean Sylvia. Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC. 1997

11.

Sudoyo, Ary W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
2009.
21

12.

Masjoer,A. Kapita serekta kedokteran edisi 3 jilid 2. Jakarta : aesculapcus. 2000

22

You might also like