Professional Documents
Culture Documents
Seorang anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan BAB cair 1
hari dengan frekuensi lebih dari 5x, disertai muntah dan sakit perut. Feses bercampur
lendir dan darah. Sebelumnya anak sudah mengalami demam dalam beberapa hari dan
nafsu makan turun. Pemeriksaan fisik menunjukkan turgor anak kurang dan mata
cekung. Dokter menyarankan ibu untuk periksa darah rutin dan feses.
Step 1 : Klasifikasi istilah
1.
Diare: buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
bulan dan anak, bila frekuensinyalebih dari 3 kali 1
2.
Feses: tinja, sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang
dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah normal produksi 100 200
gram/hari. Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah
maupun konsistensinya 2
3.
Turgor Kulit: kelenturan kulit, penilaian turgor bertujuan untuk menilai tingkat
kecukupan cairan dalam tubuh. Turgor kulit yang jelek merupakan salah satu tanda
bahwa seseorang mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang cukup berat 3
2.
3.
4.
5.
Apa hubungan pemeriksaan darah rutin dan feses dengan gejala-gejala yang dialami
pasien?
6.
7.
Gangguan Osmotik 4
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekana osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi
pergeseran air & elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebih
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul BAB cair lebih
dari 3x (diare)
1.2
Gangguan Sekresi 4
Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus dan terjadi peningkatan sekresi air
& elektrolit ke dalam rongga usus terhadap peningkatan isi rongga
1.3
2.
Turgor kulit berkurang atau melamban ini dikarenakan tubuh kekurangan cairan
atau dehidrasi. Dehidrasi ini disebabkan karena cairan dan elektrolit terlalu banyak
keluar ke ekstra sel sehingga kulit apabila kekurangan cairan dan elektrolit akan
berkurang kelenturannya dan akan lama kembali ke bentuk asalnya. Sedangkan
mata yang cekung juga dapat disebabkan karena dehidrasi karena cairan intrasel di
dalam mata akan berkurang dengan pindahnya cairan ke ekstrasel. Jadi turgor kulit
dan mata cekung adalah beberapa gejala dan tanda yang dapat dilihat karena
dehidrasi yang berlebihan. 5
3.
Adanya demam sebelum anak diare, dapat menandakan telah terjadinya proses
infeksi di dalam tubuh yang di akibatkan oleh agent penyakit bisa karena parasit,
bakteri, virus, dll. Sehingga diare bisa menjadi akibat dari infeksi yang disebabkan
oleh agent penyakit. Jika demam terjadi saat diare berlangsung dapat mengarah
pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan & elektrolit
sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam proses metabolisme diotak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipothalamus anterior. Apabila anak kehilangan
cairan & eletrolit, maka elektrolit yang ada dalam pembuluh darah berkurang yang
dapat menyebabkan berbagai keadaan yang dapat merugikan tubuh. 4
4.
Fisiologisnya normalnya feses tidak berlendir dan berdarah. Patologisnya darah dan
lendir ditemukan pada penderta disentri. Ameba yang ganas dapat memproduksi
enzin fosfoglukometase dan lisozim yang dapan mengakibatkan kerusakan dan
nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus ameba sangat khas yaitu dibagian
mukosa berbentuk kecil, tetapi dibagian submukosa dan muskolaris melebar.
akibatnya terjadi ulkus di permukaaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi
reaksi radang yang minimal. Ulkus yang terjadi akan mengalami pendarahan dan
apabila menembus lapisan muskular akan terjadi perforasi dari peritonitis. 4
5.
6.
Pada kasus ini diketahui penderita berusia 2 tahun , penyakit diare hingga kini
masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak. Telah kita tahu
bahwa penyakit diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu
karena infeksi, dimana pada anak-anak sistem imun dan struktur anatomi yang
dimiliki tidak sama dengan orang dewasa sehingga mereka lebih rentan untuk
terkena penyakit , dan juga yang sering terjadi pada anak adalah diare yang
disebabkan oleh malabsorbsi laktosa, biasanya para ibu jika si anak sudah usia > 6
bulan makanan pendamping yang diberikan selain ASI adalah susu sapi, sedangkan
laktosa merupakan karbohidrat utama dari susu ( susu sapi mengandung 50 mg
laktosa perliter). 1
7.
Step 4 : Skema
Diare
1.1
Definisi 4
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan
diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali., sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 4
1.2
Etiologi 4
Dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1.2.1 Faktor Infeksi
1.2.1.1 Infeksi Enteral yaitu infeksi saluran pencernaan
1.2.1.1.1
Infeksi Bakteri
: Vibrio,
E.
coli,
Salmonella,
Infeksi Virus
Enterovirus,
Adenovirus,
Infeksi Parasit
Oxyuris,
Cacing
Strongyloides),
(Ascaris,
Protozoa
Trichiuris,
(Entamoeba
Tonsila
Faringitis,
Bronkopneumonia,
Malabsorbsi Karbohidrat
1.2.2.2
Malabsorbsi Lemak
Faktor Resiko 4
1.3.1 Faktor Perilaku, antara lain:
1.3.1.1
1.3.1.2
Klasifikasi
1.4.1 Berdasarkan Lamanya Diare 4
1.4.1.1
1.4.1.2
10
11
1.5.2.2
1.5.2.2.4
2.
Gastroenteritis
2.1 Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam) yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit
yang pathogen. 9
2.2
Etiologi
Virus (terutama rotavirus) dan spesies bakteri Escherichia coli dan
Campylobacter adalah penyebab utama gastroenteritis. Akan tetapi, banyak
agen infeksi lain yang dapat menyebabkan sindrom ini. Penyebab non-infeksi
kadangkala terlihat, tetapi lebih jarang daripada etiologi virus atau bakteri.
Risiko infeksi lebih tinggi pada anak-anak karena kurangnya kekebalan
mereka dan kebersihan yang relatif buruk. 9
2.3
Faktor resiko 9
12
penyebab Gastroenteritis.
Sanitasi lingkungan yang jelek
2.4 Patofisiologi
Umumnya gastroenteritis terjadi karena adanya infeksi bakteri patogen dalam
tubuh yang kemudian menetap didalam usus maupun lambung manusia.
keberadaan bakteri ini merangsang terbentuknya toksin yang dapat membuat
usus ataupun lambung mengalami peradangan. Peradangan yang terjadi pada
usus atau lambung dapat menurunkan absorpsi karbohidrat sehingga dapat
terjadi hipoglikemik. Akibat peradangan lambung juga dapat meningkatkan
produksi asam lambung, sehingga terjadi reaksi mual & muntah yang
menyebabkan dehidrasi terjadi. Pada peradangan usus, akan meningkatkan
motilitas usus yang mengakibatkan sekresi cairan dan elektrolit meningkat
sehingga terjadi kekurangan kalium (hipokalemia). Hipokalemia dapat
menginduksi terjadinya kram perut sehingga menimbulkan rasa nyeri.10
2.5
2.6
Pemeriksaan penunjang 1
2.6.1 Pemeriksaan feses makroskopis dan mikroskopis
2.6.2 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
klinitest, bila diduga ada intoleransi gula pemeriksaan darah
13
Komplikasi
2.7.1
2.7.2
2.7.3
2.7.4
2.7.5
2.7.6
2.7.7
3. Disentri Basiler
3.1 Etiologi 10
3.1.1 Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering ( 60% kasus
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
3.1.2 Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
3.2.3 Salmonella
3.2.4 Campylobacter jejuni
3.2 Faktor resiko 10
3.2.1 Sanitasi dan kebersihan air yang kurang
3.2.2 Makanan yang sembarangan
3.2.3 Kepadatan penduduk yang tinggi
3.2.4 Rendahnya Kesadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3.3 Patofisiologi
14
Bakteri yang masuk tubuh lewat makanan atau minuman yang tidak bersih
akan berkolonisasi di dalam usus (jejenum, ileum maupun kolon), kemudian
mereka menginvasi epitel mukosa usus penderita. Mereka memperbanyak diri
dan melakukan penyebaran baik intrasel maupun intersel, dan mengeluarkan
eksotoksin yang menyebablkan munculnya sel-sel radang. Lama kelamaan sel
epitel mukosa nekrosis, kemudian terbentuklah ulkus-ulkus kecil, dan
keluarlah eritrosit dan plasma ke lumen usus, sehingga tinja bercampur darah
dan lendir. 10
3.4
Tanda-gejala 10
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.4.5
3.5
Pemeriksaan Penunjang
3.5.1 Pemeriksaan tinja/feses
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta
biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan
pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil shigella
mudah mati. Untuk itu diperlukan tinja yang baru. 10
3.5.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas.
3.5.3 Enzim immunoassay
Hal ini dapat mendeteksi toksin tinja pada sebagian besar penderita
yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli 10
3.5.4 Sigmoidostomi
Sebelum pemeriksaan sitologi dilakukan pengerokan daerah sigmoid.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut. 10
3.5.5 Aglutinasi
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua dan
maksimum pada hari ke enam. Pada S dysentriae aglutinasi dinyatakan
positif dan pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang
dipakai. 10
3.5.6 Gambaran endoskopi
15
Komplikasi 1
3.6.1
Dehidrasi
3.6.2
Hiponatremia
3.6.3
Kejang
3.6.4
3.6.5
3.6.6
Hipoglikemia
3.6.7
Malabsorbsi
3.6.8
Ameboma
3.6.9
Peritonitis
Disentri Amoeba
4.1 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Entamoeba histolytica, yaitu protozoa usus,
sering hidup sebagai komensal (apatogen)di usus besar manusia. Apabila
kondisi tubuh mengizinkan dapat berubah menjadi patogen (membentuk
koloni di dinding usus, menembus dinding usus dan menimbulkan peradangan).
Siklus hidupnya ada dua macam yaitu tropozoit yang dapat bergerak dan
bentuk kista yang dapat bertahan dan bertanggung jawab dalam penularan
tinja. 11
4.2
4.3
Faktor resiko 11
4.2.1 Kepadatan penduduk yang sangat tinggi
4.2.2 Higiene individu yang jelek
4.2.3 Sanitasi lingkungan buruk
4.2.4 Sosial ekonomi rendah
4.2.5 Kultural
Patofisiologi
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal didalam lumen usus besar,
dapat berubah menjadi patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan
ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit tersebut sampai
16
saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Diduga baik faktor kerentanan
tubuh pasien, sifat kegansan (virulensi) ameba, maupun lingkungannya
mempunyai peran. Faktor-faktor yang dapat menurunkan kerentanan tubuh
misalnya
kehamilan,
kurang
gizi,
penyakit
kehanasan,
obat-obat
4.5
Pemeriksaan Penunjang 12
4.5.1 Pemeriksaan tinja
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu
dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat
ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat
dan berkilau seperti mutiara.
4.5.2 Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi. Pada pemeriksaan ini
akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup
eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.
4.5.3
4.5.4
4.6
Komplikasi 12
4.6.1 Perdarahan usus.
4.6.2 Perforasi usus.
4.6.3 Ameboma
4.6.4 Amebiasis hati
4.6.5 Abses hati
4.6.6 Abses pleuropulmonal
5.
ANAMNESIS
PERTANYAAN
JAWABAN DI
KASUS
Keluhan utama
lokasi
onset
kronologis
kualitas
Feses bercampur
lendir dan
darah
kuantitas
Diare
1 hari 5 kali
berapa kali?
Faktor yang
mempengaruhi
Mengganggu aktivitas?
Gejala lain
18
RPD
RPK
RPESP
Postur tubuh
Gemuk?sedang?kurus
Keadaan kulit
Keadaan wajah
Pucat?lemah?sedih?cemas?
Mata cekung
Apakah BB turun?
*berat badan
tinggi badan,
menurun, lingkar
lingkar lengan,
lengan mengecil
lingkar perut
Vital sign
Respiratoty rate?
Frekuensi suhu tubuh? Frekuensi nadi?
Tekanan darah?
*dispnea,
pernafasan cepat >
40 x/mnt karena
asidosis metabolic
(kontraksi otot
19
pernafasan)
suhu meningkat >
375 derajat celsius
nadi cepat > 120
x/mnt dan lemah
Abdomen
inspeksi
auskultasi
Peristaltik?
meningkat > 35
x/mnt
palpasi
Turgor?
Turgor berkurang
KESIMPULAN
Pada kasus, anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan BAB
cair 1 hari dengan frekuensi lebih dari 5x, disertai muntah dan sakit perut. Feses
bercampur lendir dan darah. Sebelumnya anak sudah mengalami demam dalam
beberapa hari dan nafsu makan turun. Pasien mengalami diare ditandai dengan BAB
cair yang lebih dari 5x dalam sehari. Adanya feses bercampur lendir dan darah, demam
menunjukkan adanya infeksi pada pasien. Bisa disimpulkan bahwa pasien mengalami
disentri, bisa disentri amoeba ataupun disentri basiler. Karena keduanya bisa
menimbulkan gejala baik berupa pengeluaran tinja yang disertai lendir dan darah,
demam, serta rasa kurang nyaman pada perut. Namun, kebanyakan diare yang disertai
dengan pengeluaran darah paling banyak disebabkan oleh bakteri, terutama bakteri
Shigella penyebab disentri basiler. Pasien juga mengalami dehidrasi ringan / sedang,
karena pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter ditemukan adanya mata
cekung dan turgor kulit yang kurang. Untuk memastikan disentri basiler yang dialami
oleh pasien, dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin dan feses.
Pemeriksaan feses (makroskopis maupun mikroskopis ) bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan pada hasil pemeriksaan yang dapat menunjukkan adanya infeksi
20
pada saluran cerna pasien dan untuk mengetahui penyebabnya. Sedangkan pemeriksaan
darah rutin, dapat kita lihat apakah terdapat peningkatan leukosit (yang menunjukkan
adanya infeksi), hematokrit (untuk mengetahui tingkat dehidrasi, ambang bahaya adalah
Ht>60%), eritrosit (yang dapat meningkat saat mengalami diare ataupun dehidrasi
berat), penurunan Hb (yang dapat terjadi pada kasus diare & dehidrasi).
Daftar Pustaka
1.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: FK UI.
1985
2.
3.
Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. 2008.
4.
Hasan, Rusepno dan Husein alatas. Ilmu Kesehatan Anak Edisi Keempat. Jakarta:
FK UI. 1985.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Sudoyo, Ary W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
2009.
21
12.
22