You are on page 1of 29

Referat

OBAT ANTIDEPRESSAN

Oleh:

Oleh:
Fitri Maya A, S. Ked

04054821517036

Adiguna Darmanto, S. Ked

04054821517060

Liliana Surya F, S. Ked

04054821517076

Herdwin Limas, S. Ked

04054821517085

Merta Aulia, S.Ked

04054821618013

Pembimbing:
dr. H. M. Zainie Hassan AR, Sp.KJ (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA ERNALDI BAHAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tinjauan Pustaka


OBAT ANTIDEPRESSAN

Oleh:
Fitri Maya A, S. Ked

04054821517036

Adiguna Darmanto, S. Ked

04054821517060

Liliana Surya F, S. Ked

04054821517076

Herdwin Limas, S. Ked

04054821517085

Merta Aulia, S.Ked

04054821618013

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan
klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.

Palembang,

Juli 2016

dr. H. M. Zainie Hassan AR, Sp.KJ (K)

ii

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul Obat
Antidepressan. Laporan ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Bagian Psikiatri RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. M. Zainie Hassan AR, Sp.KJ (K)
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
tinjauan pustaka ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan kasus
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tinjauan pustaka ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga tinjauan pustaka ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.

Palembang,

Juli 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii


KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 5
1.1.
1.2.

Latar Belakang ........................................................................ 5


Tujuan Penulisan ..................................................................... 6

BAB II OBAT ANTIDEPRESSAN...................................................... 5


2.1
2.2

Definisi Antidepressan .............................................................


Klasifikasi Antidepresssan .......................................................
2.2.1 Obat Antidepressan Trisiklik............................................
2.2.2 Penghambat Monoamin Oxidase ....................................
2.2.3 SSRI..................................................................................
2.2.4 Obat Antidepressan Atipikal............................................
2.2.5 Obat Antidepressan Tetrasiklik........................................

5
8
10
12
16
21
26

BAB III KESIMPULAN ...................................................................... 28


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 29

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif, gangguan
distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta bipolar. The Oxford
Dictionary mendefinisikan depresi sebagai keadaan low spirits or vitality (lemah jiwa atau
semangat hidup). 1,2,3
Depresi ditemukan pada 14 juta orang dewasa di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Prevalensi depresi di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 16% pada orang dewasa (21% wanita,
13% pria), atau lebih dari 32 juta orang. Gejala utama depresi yaitu afek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas. Sedangkan gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, dan pandangan masa depan yang suram dan pesimmistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.1,4,5
Farmakoterapi atau terapi obat merupakan komponen penting dalam pengobatan
gangguan depresif. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya target simptom, kerja
obat, farmakokinetik, cara pemberian, efek samping, interaksi obat, sampai pada harga obat.
Transmitter utama yang terlibat dalam depresi adalah dopamin, norepinefrin, dan serotonin.
Penelitian telah menunjukkan bahwa proses transduksi sinyal neuronal yang melampaui tingkat
reseptor adalah target potensial untuk kerja antidepressan.. Pemikiran terakhir adalah beberapa
mekanisme reseptor yang berbeda memicu kaskade sinyal interseluler yang berbeda yang dapat
mengaktifkan faktor transkripsi, yang pada akhirnya, meningkatkan ekspresi gen yang mengkode
protein, yang berperan penting dalam pemulihan fungsi saraf yang terlibat dalam pengaturan
mood. 2
Meskipun obat antidepresan sudah cukup banyak tersedia saat ini, prevalensi depresi dan
angka bunuh diri akibat depresi tetap saja tinggi. Sekitar 15% penderita depresi mayor meninggal
karena bunuh diri, 20%-40% pernah melakukan percobaan bunuh diri. Angka bunuh diri lebih
tingggi pada orang tua dan anak muda. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, angka bunuh
diri lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita.6
Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu trisiklik antidepresan (TCA),
seletive serotinin reuptake inhibitors (SSRI), dan monoamine oksidase inhibitors (MAOI).
Perbedaan jenis antidepresan membedakan efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena
5

itu pemilihan antidepresan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat
sebelumnya, kondisi medis yang menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan
kemampuan pasien.1,7,8
1.2 Tujuan Umum
Tinjauan pustaka ini di harapkan bisa bermanfaat bagi semua pembacanya. Dengan
membaca makalah ini di harapkan bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang Obat
Antidepressan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Antidepressan
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesif-kompulsif,

gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik dan pada kasus tertentu, enuresis
nokturnal (antidepresan trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxatine).9
2.2

Klasifikasi Antidepressan
Sistem klasifikasi berdasarkan mekanisme kerja dianggap lebih rensponsif untuk efek

antidepressan jika dibandingkan dengan pendasaran struktur. Klasifikasi berdasarkan sistem


farmakodinamik memiliki keuntungan heuristik, didalamnya terdapat teori dari patofisiologi
penyakit, dapat dengan mudah menyesuaikan agen baru saat tersedia, dan menyediakan dasar
yang rasional untuk pilihan pengobatan dalam praktek klinis. 10
2.2.1 Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik merupakan antidepresan generasi pertama untuk mengatasi pasien
depresi. Belakangan ini kedudukan antidepresan trisiklik telah digeser oleh antidepresan baru
6

karena lebih ditolerir dengan lebih baik dan level puncak dalam plasma dicapai setelah 2-6 jam,
namun reaksi klinik optimum setelah 2-4 minggu pemberian.1
Trisiklik

diketahui untuk memblok reuptake pump serotonin dan norepinefrin serta

dopamin pada tingkat yang lebih rendah. Beberapa trisiklik mempunyai potensi yang lebih untuk
menghambat pompa reuptake serotonin dan yang lainnya lebih selektif untuk norepinefrin
daripada serotonin.9
Pada dasarnya semua antidepresan trisiklik mempunyai sedikitnya 3 mekanisme kerja
yaitu blokade reseptor kolinergik muskarinik, blokade reseptor histamin H1, dan blokade reseptor
alpha 1 adrenergik.9
2.2.1.1 Farmakodinamik
TCA setidaknya memiliki lima atau lebih obat yang terkandung didalamnya; inhibitor
aktivitas pengambilan kembali serotonin, inhibitor aktivitas pengambilan kembali norepinefrin,
anti-muskarinik, antagonis alfa-1 adrenergik, serta anti histamin. TCA juga menghambat kanal
sodium pada tingkat overdosis yang dapat menyebabkan aritmia jantung dan kejang yang
berpotensi letal.11

TCA menghambat pengambilan kembali dari serotonin dan norepinefrin,

dua neurotransmitter yang penting pada sistem saraf pusat, yang akan kembali ke sel otak.
Neurotransmitter, seperti serotonin dan norepinefrin, adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh
sel otak yang disebut neuron yang memungkinkan terjadinya hubungan antara senyawa tersebut.
Neurotransmitter dilepaskan oleh satu neuron pada ruang antara neuron yang satu dengan neuron
berikutnya. Kemudian, neurotransmitter tersebut berhubungan dengan sisi spesifik pada
permukaan membran neuron yang disebut reseptor. 12

Gambar 1. Mekanisme kerja antidepressan trisiklik (Diambil dari Drugs used in


affective disorders. In: Pharmacology, 4th edition. Rang HP, Dale MM and Ritter JM. Edinburgh,
UK: Harcourt Publishers Ltd, 2001:550565.)
Dari sana, sinyal kimia di transformasikan kedalam impuls listrik yang berjalan kembali
ke neuron, yang menyebabkan pelepasan lanjutan dari neurotransmitter. Proses neurotransmitter
ini berlangsung sepanjang rantai neuron. Selama proses neurotransmisi, setelah neurotransmitter
dilepas dan sinyal kimia telah ditransfer ke neuron yang berdekatan, neurotransmitter akan
ditangkap kembali ke dalam sel otak yang disebut dengan reuptake (pengambilan kembali).
Dengan memblok pengambilan kembali neurotransmitter ke dalam sel otak dari tempat mereka
berasal, antidepressan dapat memperkuat efek neurotransmitter. Kemampuan pengambilan
kembali TCA bergantung dari struktur kimianya. Satu jenis obat mungkin sangat baik dalam
memblock norepinefrin misalnya clomipramin, sebaliknya jenis lain lebih menonjol pada
penghambatan pengambilan kembali serotonin misalnya desipramine dan maprotiline. 11, 12,13
2.2.1.2 Farmakokinetik
Kebanyakan antidepressan diabsorbsi cukup baik setelah pemberian oral.
Pemberian obat trisiklik paling aman diberikan dosis tunggal. Senyawa trisiklik antikolinergik
kuat dosis tinggi dapat menghambat aktivitas gastrointestinal dan waktu pengosongan lambung,
sehingga menyebabkan absorbsi lebih lambat atau tidak teratur. Konsentrasi trisiklik dalam serum
mencapai puncaknya dalam beberapa jam.11
Antidepresan trisiklik merupakan obat yang relatif lipofil, begitu diabsorbsi akan tersebar
luas. Obat ini terikat kuat pada protein plasma dan pada konstituen jaringan, menghasilkan
volume distribusi nyata yang besar. Antidepressan trisiklik dioksidasi oleh enzim mikrosomal hati,
diikuti konjugasi oleh asam glukuronat. 11
2.2.1.3 Efek Samping
Sebagian besar efek samping dari penggunaan antidepressan biasanya menghilang
setelah 3-4 minggu, walaupun ini tidak selamanya terjadi. 12
-

Karena TCA menghambat neuron kolinergik pada sistem saraf, sehingga menimbulkan efek
samping antikolinergik, yaitu mulut dan kulit kering, penglihatan kabur, konstipasi, dan susah
buang air kecil.12

Pasien juga dapat merasakan pusing. Pusing disebabkan oleh efek obat yang dapat menurunkan
8

tekanan darah sehingga menyebabkan hipotensi ortostatik.12


-

Kenaikan berat badan juga merupakan masalah yang lain, terutama pada penggunaan Elavil
(amitriptylin), Pamelor (nortriptilin), dan sinequan (doxepin).12

Efek samping lainnya adalah narrow-angle glaucoma, aritmia jantung (paling sering
ditemukan). Pada pasien dengan riwayat kejang maka TCA harus dimonitor karena
antidepressan TCA dapat menjadi pemicu terjadinya kejang.12

Gambar 2. Efek samping antidepresan trisiklik (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).

Gambar 3. Efek samping antidepresan trisiklik (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).
2.2.1.4 Cara Pemberian dan Dosis Obat
Nama Obat

Dosis

Dosis

Awal

Pengobatan

Efek Samping
9

(mg/hari)

(mg/hari)

Antidepressan
Trisiklik
- Ampitriptilin

- 50-75

- 100-300

- Mengantuk, peningkatan berat badan,


hipotensi ortostatik, efek antikolinergik.

- Klomipramin

- 25

- 100-250

- Mengantuk, peningkatan berat badan

- Doksepin

- 50-75

- 100-300

- Mengantuk, aritmia jantung, hipotensi


ortostatik, penambahan berat badan, efek
Antikolinergik

- Imipramin

- 25-75

- 100-300

- Mengantuk, insomnia, agitasi, aritmia


jantung, hipotensi ortostatik, penambahan
berat badan, efek antikolinergik, distress
GI

- Trimipramin

- 50-75

- 100-300

- Mengantuk, hipotensi ortostatik,


penambahan berat badan, efek
Antikolinergik

- Amoxapin

- 50-100

- 200-500

- Mengantuk, insomnia, aritmia jantung,


hipotensi ortostatik, penambahan berat
badan, efek antikolinergik

- Desipramin

- 50-75

- 100-300

- Mengantuk, insomnia, agitasi, aritmia


jantung, hipotensi ortostatik, penambahan
berat badan, efek antikolinergik

Tabel 1. Ringkasan obat antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. Lpez-Ibor Jr, Nancy C.
Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000, Sadock,Benjamin James;Sadock, Virginia Alcott. Kaplan

& Sadocks Synopsis of Psychiatry;

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott

Williams &Wilkins. 2007, Hardman, Joel.G; Limbird, Lee. E. Gilman, Alfred Goodman. Goodman & Gilman
Dasar Farmakologi Terapi, Ed.10, Vol.1Jakarta. EGC. 2007. )

Dosis berlebih.
Antidepresan trisiklik sebaiknya diresepkan dalam jumlah yang terbatas untuk satu waktu
tertentu karena efek obat-terhadap kardiovaskular berbahaya pada dosis berlebih.
Khususnya dosis berlebih karena dosulepin (dotiepin) dan amitriptilin dapat berakibat
fatal.17

Penghentian obat

10

Jika memungkinkan penghentian antidepresan trisiklik dan sejenisnya sebaiknya dilakukan


secara perlahan.17

Interaksi
Antidepresan trisiklik dan sejenisnya (atau SSRI atau antidepresan sejenis) baru boleh
mulai diberikan 2 minggu setelah pemberian penghambat MAO dihentikan (3 minggu
apabila yang akan diberikan adalah klomipramin atau imipramin). Sebaliknya,
penghambat MAO baru boleh diberikan setelah antidepresan trisiklik dan sejenisnya
dihentikan (kurang lebih 7-14 hari, atau 3 minggu pada kasus dengan klomipramin atau
imipramin). 17

2.2.2 Penghambat Monoamin Oxidase (Monoamin Oxidase Inhibitor (MAOI)


MAO merupakan suatu enzim yang mengandung flavin yang berada dalam membranmembran mitokondria yang ada di ujung saraf, hati, mukosa usus, serta organ-organ lain. (Cesura
and Pletcher,1992). 11
Selama bertahun-tahun, MAOI dihindari oleh beberapa psikiater karena berbahaya atau
tidak efektif. Pada kenyataannya, MAOIs dapat menjadi obat yang aman dan efektif jika
digunakan dengan cara dan pasien yang tepat. Pada dasarnya, MAOIs yang tersedia sangat tepat
untuk pasien dengan gambaran atypical dan untuk mereka yang tidak berespon dengan
antidepressan klasik.14
2.2.2.1 Farmakodinamik
MAO terdiri dari dua subtipe, A dan B. Bentuk A dari MAO istimewa untuk metabolisme
serotonin (5-HT) dan Norepinefrin (NE), monoamin yang paling berhubungan dengan depresi.
Bentuk B istimewa untuk metabolisme amine, termasuk fenetilamin. MAO-A dan MAO-B
memetabolisme dopamin (DA) dan tyramin. Kedua bentuk MAO ini ditemukan di otak. Ujung
saraf serotonin dan norepinefrin mengandung terutama MAO-A, usus manusia; MAO-A, dan
platelet MAO-B. 9,11
MAO-A dalam otak harus dihambat agar kinerja maksimal antidepressan dapat
berlangsung. Hal ini tidak mengherankan, karena ini adalah bentuk MAO yang memetabolisme 5HT dan NE, dua dari tiga komponen dari neurotransmitter trimonoaminergik yang berhubungan
dengan depresi dan kerja antidepressan; baik 5-HT dan NE menunjukkan peningkatan tingkatan
otak setelah penghambatan MAO-A, bersama dengan MAO-B, juga memetabolisme DA, tetapi
inhibisi MAO-A saja tidak menunjukkan kenaikan bermakna pada tingkat otak sejak MAO-B
masih bisa memetabolisme DA. 9
11

Gambar 4. Mekanisme Kerja MAO Inhibitor (Diambil dari Mycek,Mary J. Harvey,Richard A.


Champe,Pamela C.Lippincotts Illustrated Reviews: Pharmacology, 2nd edition.America;
Lippincott Williams & Wilkins. 2000)
Inhibisi MAO-B tidak efektif sebagai antidepressan, karena tidak terdapat efek langsung
pada metabolisme baik 5-HT maupun NE, dan sedikit atau tidak adanya akumulasi DA
disebabkan karena aksi lanjutan dari MAO-A. 9
2.2.2.2 Farmakokinetik
Penghambat MAO mudah diabsorpsi dari saluran cerna. Phenelzine, suatu penghambat
hidrazid, mengalami asetilasi di hati dan menunjukkan tingkat eliminasi berbeda-beda. Namun,
pengaruh inhibisi MAO masih tetap ada walaupun obat ini tidak lagi terdeteksi di plasma, Oleh
karena itu, parameter farmakokinetik konvensional (waktu-paruh dll) tidak begity membantu
menetapkan dosis. Ada baiknya kita memperkirakan bahwa pengaruh obat akan bertahan selama 7
hari (tranylcyromine) sampai 2 atau 3 minggu (phenelzine, selegiline) setelah obat dihentikan. 9

12

Tabel 2. Farmakokinetik antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. LpezIbor Jr, Nancy C. Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000)

2.2.2.3 Efek Samping


Inhibitor MAO dapat menginduksi sedasi atau perangsangan perilaku dan beresiko tinggi
menginduksi hipotensi postural, kadang-kadang disertai sedikit peningkatan tekanan darah
diastolik berkelanjutan, nyeri kepala, mengantuk, mulut kering, penambahan berat badan,
gangguan seksual.11
2.2.2.4 Cara Pemberian dan Dosis Obat
Nama Obat

Dosis Awal

Dosis

Efek Samping

(mg/hari)

Pengobatan
(mg/hari)
Mengantuk,

Fenelzin
Tranilsipromin
Selegilin
Moclobemid
Isocarboxazid

15
20
5
100
10

15-90
20-60
5-20
300-600
20-60

hipotensi,

penambahan berat badan


Mengantuk, Hipotensi
Hipotensi
Tidak ada
Mengantuk,
Efek
antikolinergik, hipotensi,
penambahan BB

Tabel 3. Ringkasan obat antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. Lpez-Ibor Jr, Nancy C.
Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000, Sadock,Benjamin James;Sadock, Virginia Alcott. Kaplan

& Sadocks Synopsis of Psychiatry;

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott

Williams &Wilkins. 2007, Hardman, Joel.G; Limbird, Lee. E. Gilman, Alfred Goodman. Goodman & Gilman
Dasar Farmakologi Terapi, Ed.10, Vol.1Jakarta. EGC. 2007. )

Penghentian obat
Jika memungkinkan, penghambat MAO sebaiknya dihentikan secara bertahap.17

Interaksi
Penghambat MAO menghambat monoamin-oksidase yang akan menyebabkan akumulasi
dari

neurotransmiter

amin.

Metabolisme

beberapa

obat

golongan amin

seperti

simpatomimetik kerja tidak langsung (terkandung di dalam obat batuk dan dekongestan)
13

juga

akan

dihambat

dan

aksi

penekannya

dapat

dipotensiasi.

Efek penekanan dari tiramin (terdapat dalam beberapa makanan seperti keju matang, ikan
baring yang diawetkan, kacang polong, daging-dagingan, ekstrak ragi atau ekstrak kedelai
yang difermentasi) dapat juga dipotensiasi sehingga menjadi berbahaya. Interaksi ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berbahaya. Peringatan awal dari gejala
dapat berupa sakit kepala yang berdenyut. Pasien sebaiknya dianjurkan untuk hanya
menkonsumsi makanan yang segar dan hindari makanan yang dicurigai sudah basi.
Terutama daging-dagingan, ikan, dan ayam, sebaiknya dihindari. Bahaya dari interaksi ini
dapat bertahan selama 2 minggu setelah pengobatan dengan penghambat MAO dihentikan.
Pasien juga sebaiknya menghindari minuman beralkohol ataupun minuman beralkohol
rendah. Antidepresan lain baru boleh digunakan setelah pengobatan dengan penghambat
MAO dihentikan selama 2 minggu (3 Minggu jika yang akan diberikan adalah
klomipramin atau imipramin). Beberapa dokter menggunakan golongan trisiklik bersama
dengan penghambat MAO, tetapi hal ini berbahaya bahkan berpotensi dapat menyebabkan
kematian kecuali dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Namun belum ada bukti
nyata bahwa penggunaan kombinasi lebih efektif dibanding sediaan tunggal. Kombinasi
tranilsypromin dengan klomipramin khususnya berbahaya. Penghambat MAO baru boleh
digunakan setelah penggunaan trisiklik atau antidepresan terkait dihentikan sedikitnya 7
14 hari (3 minggu jika menggunakan klomipramin atau imipramin). Sebagai tambahan,
suatu penghambat MAO baru boleh digunakan setelah penggunaan penghambat MAO
sebelumnya dihentikan paling tidak 2 minggu (kemudian dimulai dengan dosis yang
diturunkan lebih dahulu). 17

Penghambat MAO reversibel


Moklobemid diindikasikan untuk depresi major dan fobia sosial; dilaporkan memiliki aksi
penghambatan reversibel dari monoamin oksidase tipe A. Obat Ini sebaiknya digunakan
sebagai terapi lini ke dua.17

Interaksi
Potensiasi terhadap efek penekanan tiramin juga lebih kecil dibanding penghambat MAO
(penghambat MAO ireversibel), tetapi pasien tetap sebaiknya menghindari mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung tiramin (seperti keju matang, ekstrak ragi, dan produk
kedelai fermentasi) dalam jumlah banyak. Risiko interaksi obat memang dinyatakan lebih
kecil, tetapi pasien tetap harus menghindari obatobat simpatomimetik seperti efedrin dan
pseudoefedrin. Sebagai tambahan, moklobemid tidak boleh diberikan dengan antidepresan
14

lainnya. Karena durasi kerja obat ini pendek, tidak diperlukan waktu jeda setelah
penggunaan obat ini dihentikan. Tetapi obat ini baru boleh mulai diberikan setelah
antidepresan trisiklik dan sejenisnya serta SSRI dan sejenisnya lainnya dihentikan paling
tidak 1 minggu (2 minggu jika menggunakan sentralin, dan paling tidak 5 minggu pada
fluoksetin) atau paling tidak 1 minggu setelah penghambat MAO lain dihentikan. 17
2.2.3 Penghambat Pengambilan Kembali Serotonin Selektif (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs)
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) telah mengganti antidepressan trisiklik
sebagai obat pilihan dalam pengobatan kelainan depresi, hal ini disebabkan karena SSRI dapat
dilorensi lebih baik dan dapat digunakan dalam dosis tinggi. SSRIs memblok pengambilan
kembali serotonin (5-HTIA, 5-HT2C, dan 5-HT3C) ke dalam presinaps nervus terminal, dengan
demikian neurotransmisi serotonin meningkat, yang menghasilkan efek dari antidepressan.15
2.2.3.1 Farmakodinamik
SSRI terdiri dari 5 anggota utama, yaitu flouxetin, sertralin, paroxetin, fluvoxamin, dan
citalopram. Walaupun masing-masing dari kelima jenis SSRi ini memiliki struktur kimia yang
berbeda, namun semuanya mempunyai gambaran farmakologi yang sama yaitu merupakan
inhibisi selektif dan poten pada reuptake serotonin yang lebih kuat daripada kerjanya pada
reuptake norepinefrin atau pada alpha 1, histamin 1 atau reseptor kolinergik muskarinik dan
hampir tidak ada kemampuan untuk memblok sodium chanel walaupun pada dosis berlebih. Kerja
SSRI pada presinaptik axon terminal, mekanisme kerja tersebut terjadi pada somatodendritik
ujung saraf serotonin (dekat cell body).9

Gambar

6.

Mekanisme

Kerja

SSRI

(Diambil

dari:

Stahl

SM.

Essential

Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).


15

Gambar

7.

Mekanisme

Kerja

SSRI

(Diambil

dari:

Stahl

SM.

Essential

Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).


Hipotesis monoamin pada keadaan depresi menyatakan bahwa pada keadaan depresi
serotonin berkurang, pada area presinaptik somatodendritik dekat cell body dan pada sinaps itu
sendiri di dekat axon terminal. Dan juga, hipotesis reseptor neurotransmiter menyatakan bahwa
reseptor pre dan postsinaptik mungkin diregulasi.9
Ketika SSRI diberikan, serotonin meningkat untuk manghambat pompa transpornya. Pada
kenyataannya, ketika pengobatan SSRI diberikan, 5HT meningkat pada level yang sangat tinggi
pada area cell body pada midbrain dari pada di area otak dimana akson berakhir. Area
somatodendritik dari saraf serotonin adalah dimana serotonin (5 HT) pertama kali meningkat.
Kerja cepat dapat menjelaskan efek samping yang disebabkan oleh pemberian SSRI.9
Pada waktu bersamaan, peningkatan 5HT pada autoreseptor somatodendritik 5HT 1A
menyebabkan mereka mengalami down regulation dan menjadi lebih peka. Ketika peningkatan
pada serotonin dikenal oleh reseptor presinaptik 5HT1A, informasi ini akan dikirim ke nukleus sel
neuron serotonin. Reaksi genom untuk informasi ini adalah untuk memberikan instruksi yang
menyebabkan reseptor yang sama menjadi terdesensitisasi. Waktu desennsitisasi ini bberhubungan
dengan kerja terapeutik SSRI. 9
Pada waktu autoreseptor presinaptik somatodendritik 5HT1A terdesensitisasi, maka
serotonin dibentuk di sinaps, menyebabkan reseptor postsinaptik serotonin juga terdesensitisasi,
hal ini terjadi karena peningkatan pada sinaptik serotonin yang dikenal oleh serotonin postsinaptik
2A, 2C, 3 dan reseptor lainnya. Reseptor-reseptor tersebut mengirim informasi ini ke nukleus sell
16

saraf postsinaptik dimana targetnya adalah serotonin. Reaksi genom pada saraf posstsinaptik juga
memerintahkan untuk downregulasi atau merangsang reseptor-reseptor tersebut. Waktu
perangsangan ini berhubungan dengan onsset toleransi dengan efek samping dari SSRI. 9

Gambar

8.

Mekanisme

Kerja

SSRI

(Diambil

dari:

Stahl

SM.

Essential

Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).

Gambar

9.

Mekanisme

Kerja

SSRI

(Diambil

dari:

Stahl

SM.

Essential

Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).


2.2.3.2 Farmakokinetik

17

Tabel 4. Farmakokinetik antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. LpezIbor Jr, Nancy C. Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000)
2.2.3.3. Efek Samping
-

Stimulasi reseptor 5-HT3 diduga ikut menyebabkan efek merugikan yang menjadi ciri
golongan obat ini, termasuk efek pada gastrointestinal (mual, muntah) dan seksual
(orgasme lambat atau terganggu).11,13

Gambar 10. Efek samping antidepresan SSRI (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).

Gambar 11. Efek samping antidepresan SSRI (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).

18

Gambar 12. Efek samping antidepresan SSRI (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).

Gambar 13. Efek samping antidepresan SSRI (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).
-

Stimulasi reseptor 5-HT2C dapat ikut menimbulkan risiko agitasi atau kegelisahan yang
kadang-kadang diinduksi oleh inhibitor ambilan kembali serotonin. 11,13

Gambar 14. Efek samping antidepresan SSRI (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).
2.2.3.4 Cara Pemberian dan Dosis Obat
Nama Obat

Dosis Awal

Dosis

(mg/hari)

Pengobatan

Efek Samping

(mg/hari)
Semua
Fluoxetine

10-20

10-80

dapat

Sertraline
Fluvoxamine
Citralopram

50
50
10

50-200
50-300
10-40

insomnia,

jenis

SSRIs

menyebabkan
agitasi,

sedasi, distress GI, dan

19

Paroxetine
10-20
20-60
Tabel 5. Ringkasan obat antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. Lpez-Ibor Jr, Nancy C.
Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000, Sadock,Benjamin James;Sadock, Virginia Alcott. Kaplan

& Sadocks Synopsis of Psychiatry;

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott

Williams &Wilkins. 2007, Hardman, Joel.G; Limbird, Lee. E. Gilman, Alfred Goodman. Goodman & Gilman
Dasar Farmakologi Terapi, Ed.10, Vol.1Jakarta. EGC. 2007. )

Penghentian obat
Gangguan saluran cerna, sakit kepala, ansietas, pusing, paraestesia, gangguan tidur, lelah,
gejala seperti flu, serta berkeringat merupakan hal yang umum timbul dari penghentian
obat SSRI secara tiba-tiba, atau penurunan dosis yang nyata secara tiba-tiba. Dosis
sebaiknya diturunkan sedikit demi sedikit selama beberapa minggu untuk menghindari
efekefek tersebut.17

Interaksi
SSRI dan antidepresan terkait baru boleh digunakan setelah penggunaan MAO dihentikan
2 minggu. Sebaliknya, MAO baru boleh digunakan setelah SSRI dan antidepresan terkait
dihentikan paling tidak 1 minggu (2 minggu pada penggunaan sertralin, paling tidak 5
minggu pada penggunaan fluoksetin). 17

Kontraindikasi
SSRI tidak boleh digunakan jika pasien memasuki fase manik.17

2.2.4 Antidepressan Atipikal (Atypical Antidepressant)


Beberapa antidepressan atipikal semata-mata adalah penghambat pengambilan kembali,
diantaranya adalah serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), norepinephrine
and dopamine reuptake inhibitors (NDRIs), dan norepinephrine reuptake inhibitors (NRIs). SNRIs
termasuk venlafaxine (Effexor), duloxetine (Cymbalta), dan milnacipran. NDRIs termasuk
bupropion (Wellbutrin). NRIs termasuk reboxetine (Edronax, Vestra). Antidepressan atipikal
lainnya merupakan kombinasi dari inhibisi pengambilan kembali dan bloker reseptor. Diantaranya
termasuk trazodone (Desyrel), nefazodone (Serzone), maprotiline, dan mirtazapine (Remeron). 11
2.2.4.1 Farmakodinamik

Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)


Salah satu kelas pengobatan (SNRI) menghambat pengambilan kembali serotonin dan

norepinefrin. Jenis spesifik dari kelas ini adalah venlafaxine, adalah derivat fenil bisiklik
20

etilamin yang juga memiliki metabolit aktif.10


Efek farmakologis venlafaxine bergantung dosis. Pada dosis rendah, obat ini memiliki
efek seperti SSRIs, pada dosis medium hingga dosis tinggi, inhibisi pengambilan kembali
norepinefrin (NE) juga terjadi, dan pada dosis sangat tinggi inhibisi pengambilan kembali
dopamin (DA) juga terjadi.13

Norepinephrine and dopamine reuptake inhibitors (NDRIs)


Mekanisme utama dari bupropion (salah satu jenis NDRIs) adalah mengaktivasi

dopaminergik, noradrenergik, dan jalur nikotinat dengan sedikit efek pada jalur serotonergik
(Ascher, 1995). Efek dari bupropion sebagian besar adalah memblok pengambilan kembali
dopamin, mungkin dengan cara menempati pompa pengambilan dopamine. 10

Norepinephrine reuptake inhibitors (NRIs)


Walaupun beberapa antidepresan trisiklik lebih poten memblok Norepinefrin (NE),

tetap saja trisiklik tidak begitu selektif karena masih memblok alpha 1, histamin 1 dan resptor
kolinergik muskarinik seperti trisiklik lainnya. Penghambat reuptake noradrenergik selektif
sebenarnya adalah reboxetine. Reboxetin adalah komplemen farmakologi yang logis daripada
SSRIs, karena reboxetin memberikan hambatan reuptake noradrenergik selektif yang lebih
kuat daripada penghambat reuptake serotonin.9

Gambar
Mekanisme
NRI

15.
Kerja

(Diambil dari: Stahl SM. Essential Psychopharmacology. United Kingdom:

Cambridge University Press; 2000).

21

Walaupun belum diketahui siapa yang mungkin respon terhadap agen serotonergik
dan siapa yang respon terhadap agenn noradrenergik, tetapi diduga bahwa pasien dengan
sindrom defisiensi serotonin (depresi dengan anxietas, panik, fobia, gangguan stres
postraumatik, obsesif kompulsif dan gangguan makan) mungkin akan berespon terhadap
antidepresan serotonergik. Disisi lain pasien dengan sindrom defisiensi noradrenergik
(depresi dengan fatique, apatis, gangguan kognitif, gangguan konsentrasi, gangguan atensi,
penurunan daya ingat) mungkin lebih respon terhadap agen noradrenergik.9

Gambar

16.

Mekanisme

Kerja

NRI

(Diambil

dari:

Stahl

SM.

Essential

Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).


Peningkatan norepinefrin pada sinaps yang diinginkan dan pada reseptor
noradrenergik yang diinginkan harus mencapai target terapeutik dari NRIs. Efek samping
terjadi karena peningkatan norepinefrin pada tempat yang tidak diinginkan, karena NRIs
meningkatkan norepinefrin hampir pada setiap jalur noradrenergik dan hampir pada setiap
reseptor noradrenergik.9
Perbaikan noradrenergik harus meningkatkan semua fungsi sosial dan kapasitas
kerja pada retardasi psikomotor, fatique, dan apatis. Perbaikan noradrenalin diharapkan
dapat meningkatkan fungsi kognitif pada gangguan lainnya daripada depresi yang
dikarakteristikan dengan defisit pada atensi dan memori seperti penyakit alzeimer,
gangguan defisit atensi dan gangguan kognitif pada skizofrenia.9
Reboxetine mungkin bermanfaat untuk depresi berat, depresi yang tidak respon
terhadap antidepresan lain dan sebagai tambahan untuk antidepresan serotonergik ketika
kedua mekanisme neurotransmiter dibutuhkan untuk mengobati kasus-kasus yang sulit.9

22

Gambar 17. Badan sel neurons noradrenergik (Diambil dari: Stahl SM. Essential
Psychopharmacology. United Kingdom: Cambridge University Press; 2000).
Pada kerja antidepresan, bukti menunjukan proyeksi neuron noradrenergik dari
lokus coerulus ke korteks frontal sebagai substrat dari efek terapeutik ini. Subtipe reseptor
noradrenergik yang memperantarai kerja antidepresan norepinefrin yaitu reseptor
postsinaptik beta 1. Pengetahuan tentang kerja terapeutik belum pasti tetapi secara teoritis
diperantarai oleh jalur norepinefrin dari lokus coerulus ke area lain pada korteks frontal.9
2.2.4.2 Farmakokinetik

Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)


Venlafaxine diserap dengan baik pada traktus digestivus dan dimetabolisme di hati

untuk senyawa metabolit aktifnya (O-desmethylvenlafaxine). Konsentrasi puncak plasma


terlihat dalam waktu 2 jam.10

Norepinephrine and dopamine reuptake inhibitors (NDRIs)


Bupropion di metabolisme di hati. Sekitar 85% terikat pada protein. Penelitian

menjukkan bukti bahwa ginjal klirens dari bupropion mencapai 80% dan waktu paruhnya
diperpanjang hingga 34 jam. 10

Norepinephrine reuptake inhibitors (NRIs)


Reboxetine dimetabolisme di hati. Reboxetine memiliki watu paruh 13 jam dan

diekskresi sebagian besar melalui ginjal.10


2.2.4.3 Efek Samping

Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)


Efek samping yang sering timbul adalah,mengantuk, penambahan berat badan, mual,
masalah seksual, dan efek antikolinergik yaitu mulut dan kulit kering, penglihatan kabur,
konstipasi, dan susah buang air kecil.12,16
23

Norepinephrine and dopamine reuptake inhibitors (NDRIs)


Efek samping bupropion disebabkan karena aktivitas proadrenergik yang berlebihan
sehingga dapat timbul insomnia, agitasi, atau mual.13

Norepinephrine reuptake inhibitors (NRIs)


Efek samping yang paling sering timbul adalah efek antikolinergik yaitu mulut dan kulit
kering, penglihatan kabur, konstipasi, dan susah buang air kecil, serta gangguan seksual.
12,16

2.2.4.4 Cara Pemberian dan Dosis Obat


Nama Obat
Bupropion

Dosis Awal

Dosis Pengobatan

(mg/hari)

(mg/hari)

100

150- 450

Efek Samping
Insomnia, agitasi,
distress GI

Nefazodon

100

200-600

Sedasi

Trazodon

50-150

150-400

Mengantuk, hipotensi
ortostatik, aritmia
jantung, distress GI,

Venlafaxin

37,5-75

penambahan berat badan


Perubahan pola tidur,

150-375

distress GI,
discontinuation
Mianserin

10

syndrome
Sedasi, aritmia jantung,

30-120

penambahan berat badan


Tabel 6. Ringkasan obat antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. Lpez-Ibor Jr, Nancy C.
Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000, Sadock,Benjamin James;Sadock, Virginia Alcott. Kaplan

& Sadocks Synopsis of Psychiatry;

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott

Williams &Wilkins. 2007, Hardman, Joel.G; Limbird, Lee. E. Gilman, Alfred Goodman. Goodman & Gilman
Dasar Farmakologi Terapi, Ed.10, Vol.1Jakarta. EGC. 2007

2.2.5 Antidepressan Tetrasiklik


2.2.5.1 Farmakodinamik
Mekanisme kerja mirtazapine yang jelas masih belum diketahui. Secara umum,
antidepressan

tetrasiklik,

mirtazapine

dan

maprotilin,

bekerja

dengan

meningkatkan

neurotransmisi, noradrenergik dan serotonergik (5-HT1). Metode pecapaian hasil akhir antara
kedua jenis obat ini berbeda. Mirtazapin bekerja terutama sebagai antagonis poten pada postsinaps
24

5-HT2 dan 5-HT3 (serotonergik) dan pusat reseptor a-1 adrenergik (noradrenergik). Maprotilin
tidak memiliki tingkat spesifitas terhadap subtipe reseptor. Mirtazapin juga merupakan antagonis
kuat pada reseptor histamin pusat dan perifer (H 1), hal inilah yang menjelaskan efek sedatif dari
obat ini. 18
2.2.5.2 Farmakokinetik
Mirtazapine dengan cepat diserap setelah pemberian oral. Konsentrasi serum puncak
dicapai dalam waktu 2 jam mengikuti dosis. Biovaibilitas absolut mirtazapin adalah sekitar 50%
dan tidak dipengaruhi oleh makanan. 85% mirtazapin terikat dengan protein.18
2.2.5.3 Efek Samping
Efek samping yang paling sering dilaporkan dari mirtazapin adalah mengantuk (54%),
mulut kering (25%), konstipasi (13%), dan nafsu makan meningkat (17%), asthenia, agitasi,
gelisah, bingung, atau pusing.18
2.2.5.4 Cara Pemberian dan Dosis Obat
Nama Obat
Maprotilin

Dosis Awal

Dosis Pengobatan

(mg/hari)

(mg/hari)

25-75

25-150

Efek Samping
ruam kulit, pada dosis
tinggi risiko kejang

Mirtazapin

15

15-45

meningkat;
Sedasi, penambahan
berat badan

Tabel 7. Ringkasan obat antidepressan (Diambil dari Michael G. Gelder, Juan J. Lpez-Ibor Jr, Nancy C.
Andreasen New Oxford Textbook of Psychiatry.2000, Sadock,Benjamin James;Sadock, Virginia Alcott. Kaplan

& Sadocks Synopsis of Psychiatry;

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott

Williams &Wilkins. 2007, Hardman, Joel.G; Limbird, Lee. E. Gilman, Alfred

25

BAB III
PENUTUP
Depresi

merupakan

gangguan

mood

yang

disebabkan

adanya

abnormalitas biologis. Laporan terakhir, neurotransmitter monoamin yaitu


norepinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin masih menjadi perhatian utama
sebagai etiologi dari gangguan mood ini.1
Kebanyakan antidepressan melakukan kerja penting penting terhadap
metabolisme neurotransmitter monoamin dan reseptornya, terutama norepinefrin
dan serotonin. Keefektifan dan kerja terapeutik antidepressan, serta bukti kuat
kecenderungan genetiknya, memunculkan dugaan bahwa dasar biologis gangguan
mood yang parah kemungkinan melibatkan fungsi abnormal neurotransmisi
monoamin. 10
Antidepressan yang digunakan sekarang memiliki prinsip kerja yang
hampir sama yaitu menghambat pengambilan kembali serotonin ataupun
norepinefrin

serta

dopamin.

Sehingga

memungkinkan

semakin

banyak

neurotransmitter yang berada pada celah sinaps. Penggolongan secara garis besar
yaitu antidepressan trisiklik, antidepressan tetrasiklik, MAOIs, SSRIs, serta
antidepressan atipikal.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock,Benjamin James;Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadocks .


Synopsis of Psychiatry; Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Lippincott Williams &Wilkins. 2007; p. 527,529-530,557-558.
2. Muchid,Abdul, dkk. Pharmaeutical Care untuk Penderita Gangguan Depresif.
Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2007. Hal. 9, 20.
3. Leonard, Brain. E. Fundamentals of Psychopharmacology, Third Edition.
England. John Wiley & Sons Ltd. 2003. P.153.
4. Hollister LE. Obat Antidepresan. Dalam: Farmakologi Dasar dan Klinik.
Katzung BG. Edisi ke-enam. 1998. Jakarta: EGC. Hal. 467-477
5. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Nuh Jaya. 2003.
Hal. 64
6. Amir N. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2005.
7. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth.Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. Hal.
171-177.
8. Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelaynan Medik Direktorat Bina Bina
Pelayanan Kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan Ditjen
Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. 2006. Hal.
59-64.
Stahl,Stephen M. Felker, Angela. Monoamine Oxidase Inhibitors: A Modern
Guide to an Unrequited Class of Antidepressants. CNS Spectr 13:10. 2008.
th
Available at http://www.psy-world.com/. Accessed on March 13 2012.
Rip. Mechanism of Action Of Atypical Antidepressants. 2006. Available at
th
http://tribes.tribe.net/. Accessed on March 12 2012
9. Hardman, Joel.G; Limbird, Lee. E. Editor ; Gilman, Alfred,Goodman.
konsultan editor. Tim alih bahasa sekolah Farmasi ITB, alih bahasa. Amalia
Hanif, dkk. Editor bahasa Indonesia. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi, Ed.10, Vol.1. In; Baldessarini, Ross J. Obat-obat dan Penanganan
Gangguan Kejiwaan; Depresi dan Gangguan Ansietas. Jakarta. EGC. 2007.
Hal. 437-451
Tricyclic Antidepressants. Available at http://www.psychatlanta.com/. Accessed
th
on March 12 2012.
Yildiz,Aysegul. Gonul, Ali Saffet. Tamam,Lut. Mechanism of Actions of
Antidepressants: Beyond the Receptors.In; Bulletin of Clinical
Psychopharmacology,
Vol.12.
Turkey.
2012.
Available
at
th
http://www.psikofarmakoloji.org/. Accessed on March 13 2012.
10. Shader,Richard I. Editor. Manual of Psychiatric Therapeutics, 3rd Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. 2003. P.240, 250-257.
Ables,Adrienne Z. Baughmand,Otis L. Antidepressants : Update on New Agents
and Indications. American Family Physician. 2003. Availbale at
th
http://www.aafp.org/afp/. Accessed on March 13 2012.
Antidepressants Clinical Guidelines for Antidepressant Use in Primary and Secondary
Care. Lincolnshire Partnership. NHS Foundation Trust. 2010. Available at
27

th

http://www.lincolnshire.nhs.uk/ Accessed at March 13 2012.


Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.2014. Obat Nasional
Indonesa (IONI). Depresi. Dalam (http://pionas.pom.go.id/ioni) diakses
tanggal 17 Juli 2016.
11. Buck,Maria L. Mirtazapine : Potential Advantages in Adolescents With
Depression Associated With Chronic Illness. Childrens Medical Center,
University of Virginia. 2000. Available at
http://www.medscape.com/.
th

Accessed on March 13 2012.

28

29

You might also like