You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal.
Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat
sisa metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi demi
kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organorgan dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal
berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa
metabolisme.
Tujuan penyajian makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Tes
Fungsi Ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tes Fungsi Ginjal?
2. Bagaimana Anatomi Ginjal?
3. Apa saja Fungsi Ginjal?
4. Bagaimana Gangguan Fungsi Ginjal?

BAB II
PEMBAHASAN

A. TES FUNGSI GINJAL


Tes-tes fungsi ginjal mempunyai dua tujuan utama. Tes-tes ini mendeteksi
kemungkinan kerusakan ginjal pada seorang pasien yang mempunyai gangguan pada
ginjal, atau menentukan derajat kerusakan fungsi ginjal diketahui sakit. Pemeriksaan
urina terhadap protein, sel dan silinder untuk suatu lesi aktif, sedangkan penelitian
clearance dan tes-tes yang berhubungan menyelidiki kehilangan fungsi. Sekali kerusakan
ginjal terdeteksi, maka tes-tes fungsi ginjal dapat menunjukan daerah utama dan derajat
gangguan nefron, tetapi jarang-jarang juga menyebabkan cedera ginjal. Kira-kira dua
pertiga jaringan ginjal harus rusak secara fungsional agar tes-tes fungsi ginjal
memperlihatkan kelainan, dan kegagalan ginjal berkembang bila ada ketidakmampuan
mempertahankan keseimbangan. Seseorang yang karena herediter atau pembedahan
hanya mempunyai satu ginjal sehat akan menunjukan respon yang normal terhadap tes-tes
fungsi ginjal. Seperti tes-tes fungsi ginjal. Seperti tes-tes fungsi hati, kerusakan sedikit
sampai sebagian besar nefron (seperti pada nefritis), dengan sisa ginjal yang bekerja
berlebihan, lebig mungkin mununjukkan fungsi ginjal yang terganggu daripada destruksi
lengkap dari beberapa nefron pada mana sebagian besar sebagian sisa ginjal tetap sehat
(seperti pada karsinoma ginjal). Bahkan jika fungsi ginjal tampak memuaskan bila pasien
memperoleh beban diet normal, maka tes-tes untuk adaptasi ginjal terhadap keadaan
abnormal dapat memperlihatkan kegagalan fungsi bila ada insufisiensi ginjal.
Tes-tes fungsi ginjal:
1. Tes untuk mendeteksi kemungkinan kerusakan ginjal:
A. Kreatinin
Pemeriksaan kreatinin ini berguna untuk mengevaluasi fungsi glumerullus
yang hasilnya lebih spesifik dari BUN. Peningkatan kreatinin menunjukan
penurunan fungsi ginjal dan penyusutan masa otot rangka.
B. BUN (Blood Urea Nitrogen)
Adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati, sampai pada
ginjal tidak mengalami perubahan molekul.
C. Fosfatase Asam/Prostatic Acid Phosphatase/PAP
Pemeriksaan ini ditunjukkan untuk mengukur keberadaan dan luasnya
penyabaran karsinoma prostat.
2. Tes untuk menentukan derajat kerusakan fungsi ginjal:
A. Ureum

Ureum merupakan senyawa amonia berasal dari metabolisme asam amino


yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum dipekatkan dan diekskresikan
melalui urine lebih kurang 25gr/hari.
Peningkatan ureum dalam darah terjadi karena:
a. Faktor prerenal
1) Shok
2) Penurunan volume darah ke ginjal
3) Perdarahan
4) Dehidrasi
5) Peningkatan katabolisme protein pada hemolisis
6) Luka bakar, demam tinggi dan trauma
b. Faktor renal
1) Gagal Ginjal Akut (GGA)
2) Glumerulus nefritis
3) Hipertensi maligna
4) Obat-obat nefrotoksik
c. Faktor post renal
1) Obstruksi ureter oleh batu, tumor, dan radang
2) Penyempitan atau penyumbatan uretra karena prostat hipertropi, striktura.
B. Protein
Pemeriksaan protein melalui urine, jika hasilnya positif akan terbentuk
gumpalan dan urinnya berwarna ungu.
B. ANATOMI
Ginjal atau ren berbentuk seperti biji buah kacang merah (kara/ercis). Ginjal terletak
di kanan dan kiri tulang pinggang yaitu di dalam rongga perut pada dinding tubuh dorsal.
Ginjal berjumlah 2 buah, berat 150 gr (125-170) gr pada laki-laki, 115-155 gr pada
perempuan), panjang 5-7,5 cm, tebal 2,5-3 cm. Pada posisi berdiri letak ginjal kanan lebih
rendah daripada ginjal kiri.
Ginjal tersusun atas bagian utama sebagai berikut:
a. Korteks (Lapisan luar/Kulit ginjal)
Bagian ini mengandung 100 juta nefron. Nefron merupakan unit terkecil fungsional
ginjal, tiap nefron terdiri dari badan Malpighi yang tersusun dari Kapsul Bowman dan
Glomerulus.
b. Medulla (Lapisan Dalam)
Medula mengandung tubulus kolektius (pembuluh pengumpul). terdiri dari saluransaluran atau duktus kolekting yang disebut pyramid ginjal yang tersusun atas 8-18
buah.
c. Pelvis Renalis (Lapisan Paling Dalam)
Pelvis Renalis merupakan rongga penampung ginjal, yaitu area yang terdiri dari kalik
minor yang kemudian bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kalik

minor bergabung menjadi kalik mayor dan dua sampai tiga kalik mayor bergabung
menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian proksimal.

Gambar 1.1. Anatomi Ginjal


C. FISIOLOGI
Fungsi utama ginjal adalah untuk mempertahankan menjaga keseimbangan internal
(milieu interieur) dengan mengubah kecepatan ekskresi berbagai konstituen-konstituen
dalam plasma (termasuk air).
Penyelidikan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam homeostatis dan
kemampuan eskresi ginjal pada penyakit merupakan tujuan utama tes-tes fungsi ginjal.
Kemampuan ginjal lainnya tidak boleh dilupakan. Aparatus jukstaglomerulus
menghasilkan enzim renin, yang bekerja pada angiotensinogen plasma untuk membentuk
zat vasokonstriktor angiotensin, yang juga merupakan stimulator kuat untuk sekresi
aldosteron. Ginjal menghasilkan rangsangan spesifik untuk produksi eritrosit, eritropoetin
dan mengubah 25-hidroksikolekalsiferon menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol. Sel-sel
tubulus mempunyai aktivitas metabolisme yang bebas. Tubulus distalis menghasilkan
ammonia dari glutamin dan asam-asam amino, dan ion-ion hidrogen dari asam karbonat,
untuk pertukaran dengan natrium.
Fungsi ginjal secara keseluruhan dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat toksis/racun
Mengatur keseimbangan air, garam/elektrolit, asam /basa
Mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion lain)
Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea,
asam urat dan kreatinin)
Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat
b. Fungsi Non Ekskresi
Mensintesis dan mengaktifkan Hormon

Eritropoetin, merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang


1,25-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3 menjadi bentuk yang

paling kuat
Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilator, bekerja secara lokal, dan

melindungi dari kerusakan iskemik ginjal


Degradasi hormon polipeptida
Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH dan

hormon gastrointestinal (gastrin, polipeptida intestinal vasoaktif).


D. GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Efek kelemahan ginjal, tergantung luasnya kerusakan apakah kelemahan terutama
fungsi glomerolus mengakibatkan atau terutama fungsi tubulus: biasanya seluruh nefron
tidak mengalami kerusakan dalam luas yang sama.
Glomerolus. Kerusakan fungsi glomerolus mengakibatkan penurunan laju filtrasi
glomerulus. Gangguan-gangguan pre-renal, seperti hemokonsentrasi atau penurunan
tekanan darah arteri perifer, atau bendungan vena ginjal secara pasif menurunkan tekanan
filtrasi,sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus: obstruksi pasca-renal juga
mengurangi filtrasi glomerulus melalui tekanan balik. Penurunan ini, baik oleh penyebabpenyebab pre-renal atau penyakit-penyakit ginjal, mengakibatkan sekresi produk-produk
nitrogen untuk diekskresikan (azotemia pre-renal atau azotemia renal). Ada retensi
air, fosfat, dan kalium, kecenderungankehilangan natrium, hipokalsemia, dan asidosis
pada kasus-kasus kronis; dan penurunan nilai-nilai clearance. Oliguria, biasanya
berosmolalitas dan berat jenis yang tinggi, ada bila filtrasi glomerulus menurun.
Kerusakan patologis membrana basalis glomerulus menyebabkan bocornya plasma dan
eritrosit melalui glomerolus yang terkena: sehingga ada proteinuria ringan (yang lebih
beratp pada lesi membranosa) dan hematuria (yang lebih berat pada lesi proliferatif).
Sindroma nefrotik terutama merupakan gangguan berupa peningkatan permeabilitas yang
memungkinkan kehilangan protein-protein tertentu secara berlebihan.
Tubulus. Kerusakan fungsi tubulus mengakibatkan kegagalan reabsorpsi dan
kehilangan kompensasi untuk mengubah volume cairan tubuh, tekanan osmotic dan
keadaan asam-basa. Bisa mempengaruhi banyak konstituen-konstituen filtrat glomerulus
termasuk air elektrolit, protein, dan banyak zat-zat yang tidak terionisasi. Sebaliknya
sindroma tubulus ginjal mungkin hanya mempengaruhi satu atau beberapa zat yang dapat
direabsorbsi.
Penting untuk membedakan insufisiensi dengan kegagalan ginjal. Insufisiensi ginjla
bisa diduga timbul bila kadar produk-produk akhir yang akan diekskresikan di dalam

plasma masih normal, sedangkan pada kegagalan ginjal (biasanya bila clearance telah
turun dibawah 50%), konsentrasi zat di dalam plasma ini, seperti urea, diatas normal.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
1. Tes-tes fungsi ginjal mempunyai dua tujuan utama:
a.mendeteksi kemungkinan kerusakan ginjal: Kreatinin, BUN, Fosfatase
Asam/Prostatic Acid Phosphatase/PAP
b. menentukan derajat kerusakan fungsi ginjal: Urema dan protein
2. Ginjal atau ren berbentuk seperti biji buah kacang merah (kara/ercis) dan terletak di
kanan dan kiri tulang pinggang yaitu di dalam rongga perut pada dinding tubuh
dorsal.
3. Fungsi utama ginjal adalah untuk mempertahankan menjaga keseimbangan internal
(milieu interieur) dengan mengubah kecepatan ekskresi berbagai konstituenkonstituen dalam plasma (termasuk air).
4. Gangguan Fungsi Ginjal:
a. Glomerolus : Kerusakan fungsi glomerolus mengakibatkan penurunan laju filtrasi
glomerulus,penurunan tekanan darah arteri perifer
b. Tubulus : Kerusakan fungsi tubulus mengakibatkan kegagalan reabsorpsi dan
kehilangan kompensasi untuk mengubah volume cairan tubuh, tekanan osmotik
dan keadaan asam-basa.

DAFTAR PUSTAKA

Baron, D.N.1995. Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Textbook of CHEMICAL


PATHOLOGY). Jakarta : EGC.
Silbernagl, Stefan & Lang, Florian. 2007. Texs & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta :
EGC.
Http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 29 September 2014.
Sutedjo, AY. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta: Amara Books

You might also like