You are on page 1of 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit hati kronik merupakan masalah global pada saat ini karena sering berlanjut pada
sirosis hati dan hepatoselular karsinoma yang diawali dengan proses fibrosis di hati. Penyakit hati
kronis secara umum berkembang menjadi sirosis hati melalui mekanisme inflamasi dan respon
penyembuhan. Sirosis hati dan penyakit hati terminal terjadi disebabkan adanya proses fibrosis
pada hati yang terjadi karena sintesis matriks ekstraselular (MES) sehingga terjadi perubahan
arsitektur hati dengan terbentuknya nodul-nodul pada hati. 1
Fibrosis hati akibat viral merupakan salah satu penyebab kematian penting di dunia. Sehingga
fibrosis hati sewajarnya dideteksi dan diterapi dengan anti fibrosis yang efektif untuk mencegah
berkembangnya penyakit hati tahap lanjut. Untuk menilai fibrosis hati biopsi merupakan baku
emas, namun memiliki keterbatasan. Sehingga saat ini berkembang penilaian fibrosis hati secara
non-invasif.2
Bagaimanapun, injuri sel hati kronis tidak selalu sembuh dengan efektif, dan fibrosis adalah
komplikasi utama dari penyakit hati kronis. Berbagai injuri kronis pada hati akibat viral hepatitis
(terutama hepatitis B dan C), alkohol, obat-obatan, penyakit metabolik dan autoimun. Hepatitis B
merupakan masalah kesehatan global penduduk diseluruh dunia, terutama dinegara berkembang.
Hepatitis B berkembang menjadi sirosis hati dan penyakit hati tahap akhir dan di Asia Pasifik,
berperan pada 500.000-1,2 juta kematian pertahun karena sirosis hati dan karsinoma sel hati. 2
Sebagai salah satu unsur gizi, keberadaan vitamin sangat penting bagi tubuh, terutama sebagai
pengatur sekaligus pemicu dalam proses metabolisme tubuh. Namun kebutuhan tubuh terhadap
vitamin hanya dalam jumlah yang kecil, terutama untuk mengawali reaksi kimia dalam sel-sel dan
jaringan tubuh.3
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai
fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok oleh
makanan. Vitamin digolongkan dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut air dan vitamin
yang larut lemak. Vitamin yang larut dalam air mempunyai toksisitas rendah, karena jumlah yang
berlebihan cepat diekskresi melalui urin. Vitamin yang larut dalam air, seluruhnya diberi simbol
anggota B kompleks dan vitamin C. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dengan jumlah
yang berlebihan akan menyebabkan tertimbunnya senyawa tersebut dalam tubuh dan dapat
menimbulkan efek toksik. Vitamin yang larut dalam lemak termasuk vitamin A, D, E, K. 3
1.2. Tujuan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Hati Kronis


2.1.1. Definisi
Penyakit hati kronik merupakan masalah global pada saat ini karena sering berlanjut
pada sirosis hati dan hepatoselular karsinoma yang diawali dengan proses fibrosis di hati.
Penyakit hati kronis secara umum berkembang menjadi sirosis hati melalui mekanisme
inflamasi dan respon penyembuhan
2.1.2. Klasifikasi
Penyakit hati kronis diklasifikasikan sebagai berikut:
Sirosis hati
Sirosis hati yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang
normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara
lengkap sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mokro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi.
Secara makroskopik sirosis hati umumnya dibagi menjadi dua golongan besar yaitu
makronodular dan mikronodular. Jemis mikronodular memiliki ukuran nodul sekitar
2-5 mm, dikaitkan dengan sirosis hati oleh alkohol atau akibat gangguan gizi yang
disebut sirosis Laennec atau nutritional cirrhosis, sedangkan sirosis makronodular
dikaitkan dengan keadaan hepatitis yang berat atau nekrosis luas yang dikenal dengan

nama sirosis posnekrotik atau sirosis poshepatitis.


Hepatitis B kronis
Hepatitis B kronis adalah adanya persistensi hepatitis B virus (HBV) lebih dari 6
bulan. Ada 3 fase penting dalam perjalanan penyakit hepatitis B kronik, yaitu fase
imunotoleransi, fase imunoaktif dan fase residual. Pada fase imunotoleransi, sistem
imun tubuh toleran terhadap HBV sehingga konsentrasi virus HBV dalam darah
tinggi tetapi tidak menimbulkan peradangan hati yang berat. Hal ini terjadi pada masa
anak-anak atau dewasa muda. Dalam keadaan ini, HBV dalam masa reflikatif dan
titer HbsAg sangat tinggi, HbsAg positif, Anti Hbe negative, titer DNA HBV tinggi
dan konsentrasi SGPT relatif normal.
Pada sekitar 30% individu dengan persistensi HBV akibat proses replikasi
berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi tampak dari kenaikan SGPT. Pada fase
ini pasien mulai kehilangan toleransi imun terhadap HBV. Fase ini disebut fase
imunoaktif. Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan berusaha
menghancurkan sel-sel mati yang terinfeksi HBV. Sisanya sekitar 70% dari individu
tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel HBV tanpa ada
kerusakan sel hati yang berarti. Pada keadaan ini titer HbsAg rendah dengan HbeAg
yang menjadi negative atau anti-Hbe yang menjadi positif secara spontan, serta
konsentrasi SGPT yang normal, yang menandai terjadinya fase residual. Sekitar 20-

30% pasien hepatitis B kronik dalam fase residual dapat mengalami reaktivasi dan

menyebabkan kekambuhan.
Karsinoma hepatoselular
Karsinoma hepatoselular (HCC) adalah tumor primer yang paling umum pada hepar
dan salah satu kanker paling umum diseluruh dunia. HCC merupakan keganasan
hepatoselular asal primer.

You might also like