Professional Documents
Culture Documents
lafal yang pelik). Juga dikatakan bahwa kata tafsir itu diambil dari
kata mashdar tafsirah yaitu sebuah sebuah nama bagi suatu yang
dipergunakan dokter untuk mengetahui suatu penyakit.[3]
Menurut Al-Kilaby dalam At-Tas-hiel Tafsir
Artinya: Tafsir adalah mensyarahkan Al-Quran, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan
isyaratnya dengan tujuanya.[4]
Menurut Az-Zarkasyi, tafsir adalah menerangkan makna-makna AlQuran dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.
[5] Jadi kesimpulannya tafsir ialah semacam ilmu yang membahas cara
mengucapkan lafal Al-Quran dan kandungannya, hukumnya yang
mengandung keterangan tentang halihwal susunannya. Dengan definisi
yang ringkas tafsir ialah ilmu yang membahas tentang hal-ihwal AlQuranul karim, dari segi indikasinya apa yang dimaksud oleh Allah.[6]
Para ulama telah bersepakat bahwa mempelajari ilmu tafsir itu
hukumnya fardhu kifayah dan ini termasuk salah satu dari sekian banyak
ilmu agama. Al-Ishbahani berkata, karya yang paling mulia yang
dipersembahkan oleh manusia adalah tafsir Al-Quran. Keistimewaan
suatu karya itu dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek materinya,
aspek tujuannya, dan tingkat kebutuhan terhadapnya. Karya tafsir sudah
mencakup ketiga aspek ini.[7]
2. Pengertian Tawil
Menurut bahasa Tawil diambil dari kata Awwala Yuawwilu
Tawilan : kembali kepada asalnya.[8]Ada pula yang mengatakan bahwa
tawil berasal dari akar kata Al Aulu - yang berarti kembali.
Dikatakan pula bahwa ia diambil dari kata Al-Ayalah - , yang berarti AsSiya sah, yakni mengatur, seakan-akan mengatur-atur kalimat,
menimbang-nimbangnya, membolak-balikannya untuk memperoleh arti
dan maksudnya.
Adapun Tawil menurut istilah ulama salaf yaitu menegaskan yang
dimaksud ada dua macam, yaitu:
1. Tawil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya, baik arti
tersebut sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun
berlawanan.
2. Tawil adalah Esensi dari apa yang dikehendaki oleh suatu kalimat.
Maka apabila kalimat itu berupa tuntutan, maka tawilnya adalah esensi
dari perbuatan yang dituntut, dan jika berupa rangkaian kalimat berita
maka tawilnya adalah esensi dari suatu yang diberitakan. [9]
a.
b.
c.
1)
2)
d.
3. Pengertian Terjemah
Arti terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke
bahasa lainnya.[12] Atau juga mengandung arti menyalin, menganti
suatu kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain. Terjemah berasal dari
bahasa Arab yang berarti memindahkan makna lafal ke dalam bahasa
lain. Menurut pengertian istilah ialah memindahkan pembicaraan dari satu
bahasa ke dalam bahasa lain, dengan kata lain terjemah memindahkan
makna kata bahasa pertama kepada kedua.
Sedangkan pengertian terjemah secara terminologis, sebagaimana
didefinisikan oleh Ali Ashabuni, terjemah adalah memindahkan Al-Quran
kepada bahasa yang lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak
terjemah ini dalam beberapa naskah agar ia dibaca oleh orang yang tidak
mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah dengan
perantaraan terjemah ini.[13]
Kata terjemah dapat dipergunakan pada dua arti:
1. Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke
dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa
sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan
tertib bahasa pertama.Dalam terjemah Harfiyah dikenal dua corak yaitu,
Terjemah harfiyah bil Mistsli (penerjemahan lafal sebanding kata) dan
terjemah Harfiyah bi Dzuni al-Mistli (penerjemahan lafal di bawah
bandingan kata)
2. Terjemah
Tafsiriyah
Maknawiyah,yaitu
menjelaskan
makna
pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata
bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya. Mereka yang
mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu mengetahui
bahwa terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak
mungkin dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asli dan
cakupan semua maknanya tetap dipertahankan.Sebab karakteristik
setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagianbagian kalimatnya.[14]
Dalam menerjemahkan Al-Quran, Secara umum, syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam terjemah, baik terjemah harfiyah maupun
terjemah tafsiriyah adalah:
1.
B.
TAWIL
c. Tafsir Muqaaran
d. Tafsir Maudhui
3. Corak tafsir (Pendekatan Tafsir)
Corak tafsir yang dimaksudkan disini adalah model penafsiran
terhadap Al-Quran dilihat dari sisi pendekatan yang digunakan
oleh mufassir, dalam kaitan ini dapat digolongkan kepada :
a. Tafsir Sufistik
b. Tafsir Fiqh/Tafsir Ahkam
c. Tafsir Falsafi
d. Tafsir Ilmi
e. Tafsir Adabi Ijtimai (Sosial budaya)
f. Tafsir Historis (Asbab Nuzul)
g. Tafsir Lughawy (Semantik)
DAFTAR BACAAN
Abd Al Hayy al Farmawi, Metode Tafsir maudhui, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996.
---------------, al-Bidayah Fi Tafsir Al-Maudhui, Mesir; Maktabah Jumhuriah, tt.
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofii, Ulumul Quran II, Bandung: Pustaka Setya, 1997.
alaluddin Rakhmat, Tafsir Sufi Al-Fatihah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Kahar Masykur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Jakarta: Rineka cipta, 1992.
M.Hasbi As Shidiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran/Tafsir, Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1989.
Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulum Al-Quran , Damaskus; Maktabah AlGhazali, 1390H.
Muhammad Qodirun Nur, Ikhtisar Ulumul Quran Praktis, Jakarta: Pustaka Amani, 1988.
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Quran, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2002
Poerdawarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
---------------, Ulum Al-Quran , Bandung; Pustaka Setia, 2007.
[2]Nasr