You are on page 1of 18

REFERAT

UROSEPSIS

Oleh :
Asep Setya Rini S.Ked
Karina S.Ked
Leon L. Gaya S.Ked

Preceptor :
dr. Saut Hutagalung, Sp. U.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD DR H ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sepsis merupakan suatu Systemic Inflammation Respon Syndrome (SIRS)

yang terjadi karena adanya suatu infeksi. Sedangkan urosepsis didefinisikan


sebagai sepsis (sindrom septikemia) yang disebabkan oleh adanya infeksi pada
saluran kemih. Urosepsis merupakan bagian dari sepsis yang

tingkat

keparahannya tergantung pada respon host.1 Penelitian pada rumah sakit di


Amerika

setiap

tahun

lebih

dari 700.000 pasien sepsis dengan angka

kematian mencapai 35-45%. Mortalitas urosepsis mencapai 20-49% bila


disertai dengan syok. Menurut Surviving Sepsis, kematian sepsis pada ICU
sebesar 31,1%, dan kematian sepsis yang terjadi di rumah sakit sebesar
39,8%.2 Pasien yang lebih rentan mengalami urosepsis yaitu pasien usia lanjut,
penderita diabetes, pasien immunosupresif (penerima transplantasi ginjal), pasien
kemoterapi kanker, dan AIDS.1
Mikroorganisme penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu
golongan kuman koliform gram negatif seperti Eschericia coli (50%), Proteus
spp (15%), Klebsiella (15%), Enterobacter (15%), Pseudomonas aeruginosa
(5%), dan Bakteri gram positif, tetapi frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar 15%.
Gejala klinik pada pasien urosepsis antara lain: demam, menggigil, takipnea,
takikardi, terdapat bakteri di dalam urin dan darah (bakterimia).2
Pada umumnya terapi yang digunakan untuk pengobatan urosepsis yaitu
golongan aminoglikosida (gentamicin, tobramycin atau amikacin), golongan
ampicilin (yang dikombinasikan dengan clavulanat acid atau sulbactam),
sefalosporin generasi ketiga, dan golongan flourokuinolon . Tujuan pemberian
antibiotika secara empirik adalah eradikasi atau penghambatan dari pertumbuhan
bakteri yang diduga sebagai penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil dari

pemeriksaan mikrobiologi.3
Pemilihan

antibiotika

secara

rasional

diharapkan

dapat

memberikan dampak positif antara lain: mengurangi morbiditas, kerugian


ekonomi, dan mengurangi kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotika. Dalam
berbagai studi ditemukan bahwa sekitar 40 - 62% antibiotika digunakan secara
tidak tepat untuk penyakit-penyakit yang tidak memerlukan

antibiotika.

Intensitas penggunaan antibiotika yang relatif tinggi menimbulkan berbagai


permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotika. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotika di
berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30 - 80% tidak didasarkan pada prinsip
penggunaan antibiotika untuk terapi secara profilaksis, empiris, dan definitif.
Dalam bebarapa tahun terakhir insidensi sepsis meningat 8,7% per tahun.
Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai bakteriuria dengan gejala
yang terbatas, sepsis, sepsis berat, tergantung pada lokasi dan penyebaran
sistemik. Sepsis berat merupakan keadan yang berat dengan laporan mortalitas
berkisar 20-42 %.4 Angka kematian itu turun karena diduga pengingkatan
manajemen pasien yang bagus.5
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menulis
referat mengenai urosepsis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A DEFENISI
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasala
dari saluran kemih. Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai
bakteriuria dengan siptom klinik yang terbatas, sepsis atau sepsis berat, tergantung
dari lokasi atau penyebaran sistemik. Sepsis didiagnosis jika infeksi disertai oleh
tanda-tanda SIRS ( Systemic Inflamatory Response Syndrome ) yang tandai
dengan: 6

Demam (> 38 C) atau hipotermia (< 36 C)

Takikardia (> 90 denyut / menit pada pasien bukan pada beta - blocker)

Takipnea (pernapasan > 20/min atau PaCO2 < 4.3kPa atau persyaratan
untuk ventilasi mekanik)

Hitung sel darah putih > 12.000 sel/mm3, < 4000 sel/mm3 atau 10%
yang dalam bentuk belum matang (Band)

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia.


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi
saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di
atas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih
merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%. 7
Urinary Tract Infection (UTI) atau lebih dikenal Infeksi saluran kemih(ISK) merupakan
masalah yang banyak dijumpai dalam praktek klinis. Menurutsaluran yang terkena maka ISK
dapat dibedakan menjadi bagian atas(pielonefritis) dan bagian bawah (sisititis, prostatitis,
uretritis) (Tisher danWilcox, 1997).Dari segi klinis ISK dibagi menjadi:6
1

Infeksi saluran kemih tidak terkomplikasi (simple / uncomplicated urinarytract


infection) yaitu bila tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguanstruktur maupun
fungsi saluran kemih

Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai penyulit ISK dan kelainanstruktural maupun fungsional
yang merubah aliran urin, seperti:
a Obstruksi saluran urin
a Anomali konginetal
b Batu saluran kemih
c Oklusi urete
d Kista ginjal
e Abses ginjal
f Tumor ginjalb
b Refluks vesikouretral
c Penderita gangguan fungsi dan struktur ginjal
d Residu urin dalam kandung kemih
a Neurogenic bladder
b Struktur uretra
c Penyakit dengan pembesaran prostate

Wanita lebih beresiko terkena infeksi saluran kemih daripada laki-lakikarena pada wanita
panjang uretranya lebih pendek dibandingkan laki-laki. Padawanita panjang uretra 1,5 inci dan
pada laki-laki panjang uretra 8 inchi.7
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan
infeksi saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi
berkaitan dengan pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional
dibutuhkan untuk mengatasi masalah resistensi kuman.8
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk
panduan yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan
IDSA (Infectious Disease Society of America).9

B EPIDEMIOLOGI
Urosepsis menyumbang sekitar 25% dari semua kasus sepsis dan dapat
berkembang dari suatu infeksi saluran kemih komunitas atau nosokomial.6
Septicaemia terjadi pada sekitar 1,5% dari pria mengalami TURP.9

Penelitian di rumah sakit di Amerika Serikat selama kurun waktu antara 19792000 menunjukkan bahwa insidens sepsis menunjukkan peningkatan rata-rata
8,7% setiap tahunnya. Insiden laki-laki lebih banyak mengalami sepsis
dibandingkan wanita. Sebagian besar kematian disebabkan karena disfungsi organ
multiple. Dikatakan bahwa jika tidak disertai dengan komplikasi disfungsi organ,
hanya 15% pasien sepsis yang meninggal, sedangkan jika diikuti dengan disfungsi
organ multiple angka kematian meningkat menjadi 70%.

11

Penyebab terbanyak

urosepsis ini adalah golongan bakteri gram negative. Urosepsis sama dengan tipe
sepsis lainnya dimana berat ringannya sepsis tergantung pada respon host. Pasien
yang mudah terkena urosepsis adalah :

Pasien usia tua

Pasien diabetes

Pasien dengan imunokompromis

Resepien tranplantasi organ

Pasien kanker yang medapatkan kemoterapi atau kprtikosteroid

Pasien dengam acquired immunodeficiensy syndrome

Urosepsis juga dipengaruhi oleh faktor lokal seperti, kalkulus traktus urinarius,
obstruksi pada traktus urinarius, penyakit neurogenic bladder, atau pemeriksaan
dengan endoskopi.12
Bakteremia simtomatik yang menyebabkan syok dan kematian akibat
bakteri berasal dari traktus urinarius yang merupakan komplikasi dari ISK. 6

Bakteremia :
Bakteri terdapat dalam darah yang dikonfirmasi dengan kultur, dapat
bersifat sementara.7

Septikemia :
Sama seperti bakteraemia, tetapi menunjukkan kondisi yang lebih berat.
Bukti klinis infeksi ditambah bukti respon sistemik terhadap infeksi.
Respon sistemik ini dapat bermanifestasi 2 atau lebih kondisi berikut :
Temperatur > 38C atau < 36C
Denyut nadi > 90 kali / min

Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (< 4.3
kPa)
Leukosit > 12,000 sel/mm3, < 4,000 sel/mm3 atau 10% bentuk imatur
(batang).3

Sepsis syndrome
Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.7

Syok septik
Sepsis dengan hipotensi walaupun telah dilakukan resusitasi cairan yang
cukup dan masih tetap terdapat gangguan perfusi berupa asidosis laktat,
oliguria dan gangguan mental akut. Pasien dengan obat inotropik dan
vasopressor dapat tidak memberikan gambaran hipotensi saat terjadi
gangguan perfusi.

Refractory septic shock


Syok septik yang berlangsung > 1 jam dan tidak respon terhadap
pemberian cairan atau intervensi farmakologi.

Systemic inflammatory response syndrome


Respon terhadap berbagai jenis gangguan klinis, dapat berupa infeksi atau
non infeksi (seperti luka bakar atau pankreatitis).

C ETIOLOGI
Karena merupakan penyebaran infeksi maka kuman penyebabnya sama
dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman
coliform negatif. E coli merupakan penyebab tersering menimbulkan sepsis.
Kelainan urologi yang sering menimbulkan urosepsis adalah batu saluran kemih,
hyperplasia prostat,

dan keganasan

saluran kemih yang

menyebabkan

hidronefrosis dan bahkan pionefrosis.6


Kuman penyebab urosepsis merupakan sama dengan kuman penyebab infeksi
primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman coliform gram negatif seperti
Eschericia coli (50%), Proteus spp (15%), Klebsiella dan Enterobacter (15%),
dan Pseudomonas aeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga terlibat tetapi
frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar 15%. Penelitian The European Study Group

on Nosocomial Infections (ESGNI-004 study) dengan membandingkan antara


pasien yang menggunakan kateter dan non-kateter ditemukan bahwa E.coli
sebanyak 30,6% pada pasien dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida
spp 12,9% pada pasien dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa
8,2% pada pasien dengan kateter dan 4,1% pada non-kateter.
Faktor Risiko
Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut,
diabetes dan immunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien dengan AIDS,
pasien yang menerima obat-obatan antikanker dan imunosupresan.

Tabel 1. Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan


dengan sepsis:
Obstruksi

Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel,


policystic kidney disease
Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor traktus

Instrumentasi

urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi


Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube,

Impaired voiding
Abnormalitas metabolik
Imunodefisiensi

prosedur urologik.
Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral
Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia
Pasien
dengan
obat-obatan
imunosupresif,
neutropenia.

D PATOFISIOLOGI
Patogenesis dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya
endotoksin, suatu komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri kedalam
sirkulasi darah. Dengan adanya endotoksin tersebut memacu terjadinya rangkaian
septic cascade. Keadaan ini menimbulkan sindroma respon inflamasi sistemik
atau systemic inflammation response syndrome. Dikatakan SIRS jika terdapat
paling sedikit dua dari beberapa kriteria berikut:7,8
1. Suhu tubuh > 380C atau <360C
2. Denyut nadi > 90
3. Frekuensi nafas >20 atau PaCO2 <32
4. Leukosit darah >12000 atau <4000/dL atau >10% bentuk leukosit muda
Lipopolisakarida ini terdiri dari komponen lipid yang kemudian akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
1 Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa
sitokin, antara lain tumor necrosis factor alfa (TNF ) dan interlaukin I (IL
I). Sitokin inilah yang memacu reaksi berantai yang akhirnya dapat
menimbulkan sepsis dan jika tidak segera dikendalikan akan mengarah pada
sepsis berat, syok sepsis, dan akhirnya mengakibatkan disfungsi multiorgan
2

atau multi organs dysfunction syndrome (MODS).


Rangsangan terhadap sistem komplemen C3a dan C5a menyebabkan
terjadinya

agregasi

trombosit

dan

produksi

radikal

bebas,

serta

mengaktifkan faktor-faktor koagulasi.


Perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen.
Karena terdapatnya resistensi sel terhadap insulin maka glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam jaringan sehingga untuk memenuhi
kebutuhan sel akan glukosa terjadi proses glukoneogenesis yang bahannya
berasal dari asam lemak dan asam amino yang dihasilkan dari katabolisme
lemak berupa lipolisis dan katabolisme protein.
Dikatakan sepsis jika didapatkan SIRS dengan tanda infeksi dan sepsis berat

jika disertai dengan hipotensi (sistole <90mmHg), atau terdapat disfungsi organ,
atau hipoperfusi (terdapat salah satu kondisi berikut, yaitu hipoksemia,

peningkatan asam laktat, atau oliguria). Derajat sepsis paling berat adalah syok
septic yaitu sepsis yang disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi.
Adapun yang berperan dalam ISK adalah13

Mekanisme Pertahanan Host


Saluran kemih yang normal umumnya resisten terhadap invasi oleh bakteri danefisien
dengan cepat menghilangkan mikroorganisme yang mencapai kandung kemih.Urin
dalam keadaan normal mampu menghambat dan membunuh mikroorganisme.Faktorfaktor yang dianggap bertanggung jawab termasuk pH rendah, ekstrem diosmolalitas,
konsentrasi urea tinggi, dan tingginya konsentrasi asam organik.Pertumbuhan bakteri
pada laki-laki terhambat oleh sekresi pada prostat. Adanyabakteri di dalam kandung
kemih merangsang berkemih, dengan diuresis meningkatdan efisien pengosongan
kandung kemih. Faktor-faktor ini sangat penting dalammencegah inisiasi dan
penjegahan infeksi kandung kemih. Pasien yang tidak mampu untuk membuang urin
sepenuhnya berada pada risiko lebih besar untuk mengalamiinfeksi. Selain itu, pasien
dengan jumlah urin sisa lebih sedikit dalam kandung kemihmereka menanggapi
dengan

kurang

menyenangkan

dibandingkan

dengan

pasienyang

dapat

mengosongkan kandung kemih mereka sepenuhnya .Salah satu faktorvirulensi penting


dari bakteri adalah kemampuan mereka untuk masuk ke sel epitelkemih, sehingga
Kolonisasi kemih saluran, infeksi kandung kemih, dan faktorpyelonephritis(Dipiro,
2005).Faktor

lain

yang

mungkin

mencegah

masuknya

bakteri

adalah

imunoglobulin(Ig) G dan A. Peran Igs dalam mencegah infeksi kandung kemih kurang
jelas. Setelahbakteri benar-benar memiliki menginvasi mukosa kandung kemih,
peradangan respondirangsang dengan mobilisasi polymorphonuclear leukosit (PMNs)
dan fagositosisyang dihasilkan. PMNs adalah terutama bertanggung jawab untuk
membatasi invasi jaringan dan mengendalikan penyebaran infeksi pada
kandung kemih dan ginjal.Faktor-faktor yang mungkin memainkan peran dalam
pencegahan UTI adalahkehadiran Lactobacillus dalam vagina flora dan estrogen. Pada
wanita premenopause, estrogen mendukung pertumbuhan laktobasilus, yang
menghasilkan asam laktatuntuk membantu mempertahankan pH vagina yang rendah,
sehingga mencegahkolonisasi E. Coli di vagina. Yang dapat di gunakan Spermisida,
-laktamantimikroba digunakan, estrogen tingkat rendah. 11

Faktor Virulensi Bakteri


Organisme patogen memiliki perbedaan derajat patogenisitas (virulensi), yangberperan
dalam pengembangan dan beratnya infeksi. Bakteri yang masuk epitelsaluran kemih
terkaitdengan kolonisasi dan infeksi. Mekanisme adhesi bakteri gram negatif, terutama
E.coli, berkaitan dengan bakteri fimbriae ini fimbriae adalah komponen glikolipid
padasel epitel spesifik. Jenis yang paling umum dari fimbriae adalah tipe 1, yang
mengikatresidu mannose dalam glikoprotein. Glikosaminoglikan dan Tamm- protein
Horsfallkaya residu mannose yang berisi tipe 1 fimbriae. Selain itu sekretori IgA
antibodi mengandung reseptor untuk tipe 1 fimbriae, yang memudahkan fagositosis,
tetapimereka bukan reseptor untuk fimbriae P. faktor virulensi lainnya adalah
produksihemolisin dan aerobactin. hemolisin adalah protein yang diproduksi oleh
bakterisitotoksik menyebabkan lisis berbagai sel, termasuk eritrosit, dan monosit. E.
colidan bakteri gram negatif lainnya membutuhkan besi untuk metabolisme
aerobik.Aerobactin memfasilitasi mengikat dan menyerap zat besi oleh E. coli, namun,
maknadari patogenesis UTI masih belum diketahui.11

E DIAGNOSIS10
Untuk menegakkan diagnosis suatu urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri
yang beredar didalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam
urin (kutur urin). Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari
beberapa situasi antara lain:
1
2
3
4

tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria


abses renal
pielonefritis akut
Infeksi akibat obstruksi saluran kemih atau pasien dengan gangguan

kekebalan imunitas
bakteriuri akibat pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien dengan
gangguan kekebalan imunitas.

Selain itu, dilakukan pemeriksaan untuk mencari sumber infeksi dan akibat dari
kelainan yang ditimbulkan pada beberapa organ. Segera dilakukan pemeriksaan
yang meliputi laboratorium, dan pencitraan.
Diagnosis urosepsis dibuat berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan pemeriksaan rontgen.

Pada hasil anamnesis, pasien dengan urosepsis akan mengeluh adanya


demam, panas badan dan menggigil dengan didahului atau disertai gejala dan
tanda obstruksi aliran urin seperti nyeri pinggang, kolik dan atau benjolan diperut
atau pinggang. Namun hanya 1/3 pasien yang mengeluh demam dan menggigil
dengan hipotensi. Keluhan febris yang terjadi setelah gejala infeksi saluran
kencing bagian bawah yaitu polakisuria dan disuria juga sangat mencurigakan
terjadinya urosepsis. Demikian pula febris yang menyertai suatu manipulasi
urologik.
Pada pemeriksaan fisik penemuan yang didapatkan sangat bervariasi
berupa takipneu, takikardi, dan demam kemerahan dengan gangguan status
mental. Pada keadaan yang dini, keadaan umum penderita masih baik, tekanan
darah masih normal, nadi biasanya meningkat dan temperatur biasanya meningkat
antara 38-400 C.
Pasien urosepsis yang telah lanjut memberikan gejala atau tanda-tanda
berupa gangguan beberapa fungsi organ tubuh, antara lain gangguan pada fungsi
kardiovaskuler, ginjal, pencernaan, pernapasan dan susunan saraf pusat.
Tabel 2. Definisi Sepsis
Keadaan
SIRS
(Systemic

Kriteria
Terdapat paling sedikit dua dari beberapa kriteria dibawah

Inflammatory

ini :
1. suhu tubuh > 38 C atau <>
2. Denyut nadi > 90 x/
3. Frekuensi nafas > 20 x/ atau PaCO2 <>
4. Leukosit > 12000/mm3 atau <4000/mm3 atau lekosit

Respond
Syndrome)

MODS

(Multiple

Organ Dysfunction

muda > 10%


SIRS dengan disfungsi organ dan hemostasis tidak dapat
dipertahankan tanpa adanya intervensi

Sydrome)
Sepsis
SIRS dengan tanda-tanda infeksi
Sepsis Berat
Sepsis disertai dengan hipotensi
Syok Septik
Sepsis disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi
Dikutip dari : concencus Conference Criteria Defining Sepsis
Pemeriksaan status lokalis daerah abdomen sepanjang traktus urinarius
penting untuk menentukan pre eksisting anomalinya dan yang diketemukan sangat

bervariasi tergantung kelainan primernya. Dilakukan palpasi pada daerah


costophrenikus, abdomen bawah, regio pubis, kelenjar limfe inguinal, genital,
serta pemeriksaan transvaginal dan transrektal. Pemeriksaan laboratorium yang
mendukung diagnosa urosepsis adalah adanya lekositosis dengan hitung
deferensial ke kiri, lekosituria dan bakteriuria.
Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri
yang berada dalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam
saluran kemih (kultur urin). Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika
sangat penting untuk menentukan jenis antibiotika yang diberikan. Pemeriksaan
roentgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos abdomen.
Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan posisi dan
ukuran dari batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi.
Pada pemeriksaan radiologis hal yang diperhatikan adalah adanya
bayangan radio opak sepanjang traktus urinarius, kontur ginjal dan bayangan/garis
batas muskulus psoas. Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan
data yang penting dari kaliks, ureter, dan pelvis yang penting untuk menentukan
diagnosis adanya refluk nefropati dan nekrosis papilar. Bila pemeriksaan IVP
tidak dapat dikerjakan karena kreatinin serum terlalu meningkat, maka
pemeriksaan ultrasonografi akan sangat membantu menentukan adanya obstruksi
dan juga dapat untuk membedakan antara hidro dan pyelonefrosis. Selain
pemeriksaan tersebut juga dapat dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.

F PENATALAKSANAAN 9
Penanganan urosepsis harus dilakukan secara komprehensif dan ditujukan
terhadap:

Penanganan infeksi yang meliputi eradikasi kuman penyebab infeksi serta

menghilangkan sumber infeksi


Akibat dari infeksi yaitu SIRS, syok septic atau disfungsi multiorgan
Toksin atau mediator yang dikeluarkan oleh bakteri

Tindakan umum

Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium


penunjang. Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia, perdarahan,
gangguan jantung, anafilaktik dll.

Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
ginjal

Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan


dobutamin)

Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz kateter,


kateter urin

Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator

Tindakan khusus urologi :

Drainase semua obstruksi

Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.14

Penanganan penderita urosepsis harus cepat dan adekuat. Pada prinsipnya


penanganan terdiri dari:
1 Penanganan gawat (syok) ; resusitasi ABC
2 Pemberian antibiotika
3 Resusitasi cairan dan elektrolit
4 Tindakan definitif (penyebab urologik)
Pemberian antibiotik sebagai penanganan infeksi ditujukan unuk eradikasi
kuman penyebab infeksi serta menghilangkan sumber infeksi. Pemberian
antibiotik harus cepat dan efektif sehingga antibiotika yang diberikan adalah yang
berspektrum luas dan mencakup semua kuman yang sering menyebabkan
urosepsis yaitu golongan aminoglikosida (gentamisin, tobramisin atau amikasin)
golongan ampicilin yang dikombinasi dengan asam klavulanat atau sulbaktam,
golongan sefalosforin generasi ke III atau golongan florokuinolon. Sefalosforin
generasi ke-3 dianjurkan diberikan 2 gr dengan interval 6-8 jam dan untuk
golongan cefoperazone dan ceftriaxone dengan interval 12 jam. Penelitian oleh
Naber et al membuktikan bahwa pemberian antibiotik injeksi golongan
florokuinolon dan piperacillin/tazobaktam direkomendasikan untuk terapi
urosepsis. Penelitian selanjutnya oleh Concia dan Azzini terhadap levofloksasin

membuktikan bahwa levofloksasin sebagai terapi tambahan memiliki efek pada


ekskresi renal dan tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan oral.15
Resusitasi cairan, elektrolit dan asam basa adalah mengembalikan keadaan
tersebut menjadi normal. Urosepsis adalah penyakit yang cukup berat sehingga
biasanya oral intake menurun. Keadaan demam/febris juga memerlukan cairan
ekstra. Kebutuhan cairan dan terapinya dapat dipantau dari tekanan darah, tekanan
vena sentral dan produksi urine. Bila penderita dengan hipotensi atau syok maka
penderita sebaiknya diberikan larutan kristaloid dengan kecepatan 15-20
ml/menit.
Bila terdapat gangguan elektrolit juga harus dikoreksi. Bila K serum 7
meq/L atau lebih perlu dilakukan hemodialisa. Hemodialisa juga diperlukan bila
terdapat Kreatinin serum > 10 mg%, BUN > 100 mg% atau terdapat edema paru.
Drainase yang segera perlu dikerjakan bila terdapat timbunan nanah misalnya
pyonefrosis atau hidronefrosis berat (derajat IV). Pyonefrosis dan hidronefrosis
yang berat menyebabkan terjadinya iskemia sehingga mengurangi penetrasi
antibiotika. Drainase dapat dikerjakan secara perkutan atau dengan operasi biasa
(lumbotomi). Penderita yang telah melewati masa kritis dari septikemia maka
harus secepatnya dilakukan tindakan definitif untuk kelainan urologi primernya.16

BAB III
KESIMPULAN
Urosepsis adalah situasi yang parah dengan tingkat kematian tinggi sehingga 2040%. Pengenalan dini gejala dan pengelolaan dini urosepsis dapat menurunkan
angka kematian. Struktur organisasi yang komprehensif yang melibatkan urologis,
spesialis perawatan intensif, ahli radiologi, ahli mikrobiologi dan klinis farmasi,
bekerja erat bersama-sama sangat penting. Itu merupakan pencegahan urosepsis

yang terbaik tergantung pada praktek yang baik mengenai proses manajemen yang
efektif dan cepat pada pasien beresiko.

DAFTAR PUSTAKA

Schiefer HG, Diemer TH, Weidner W. Urosepsis. In : Emergencies in

Urology. Berlin, Springer, 2007, 45-49.


Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B
(ed). European Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male

Genital Tract Infections. 2001.


Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. 2011. Sagung Seto.
Jakarta

Mangatas AM, Ketut suwitra, 2004 . Diagnosis Dan Penatalaksanaan Infeksi


Saluran Kemih Terkomplikasi , available at http://www.dexamedica.com / test /
htdoes

dexamedica

article_files/isk.pdf

Price, S. Anderson. Lorraine McCathy Wilson. 1994. Patofisiologis Konsep


KlinisProses-Proses Penyakit , edisi ke empat, diterjemahkan oleh Peter

Anigrah.Jakarta: EGC
Johnson. CC, MD. Definitions, Classification and Clinical Presentation of

Urinary Tract Infections. Med. Clin of North Am 1991; 75:2. 241-52.


Rosser CJ, Bare RL, Meredith JW. Urinary tract infections in the critically
ill patient with a urinary catheter. Am J Surg 1999;177(4):287-90.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov / pubmed/10326844
Martin GS, Mannino DM, Eaton S, Moss M. The epidemiology of sepsis in
the

United

States

from

1979through

2000.

Engl

Med

2003;348(16):1546-54.
Brun-Buisson C, Meshaka P, Pinton P, Vallet B; EPISEPSIS Study Group.
EPISEPSIS: a reappraisal of the epidemiology and outcome of severe
sepsis in French intensive care units. Intensive Care Med 2004;30(4):580-

8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14997295.
10 Mangatas AM, Ketut suwitra, 2004 . Diagnosis Dan Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih Terkomplikasi, available at http:/ / www.dexamedica.com /
test/htdoes / dexamedica / article_files / isk.pdf
11 Price, S. Anderson. Lorraine McCathy Wilson. 1994. Patofisiologis Konsep
KlinisProses-Proses Penyakit , edisi ke empat, diterjemahkan oleh Peter
Anigrah.Jakarta: EGC
12 Rubin RH, Shapiro ED, Andriole VT, Davis RJ, Stamm WE. General
guidelines for the evaluation of new anti-infective drugs for the treatment
of urinary tract infection. Clin Inf Dis 1992 (15) : S216-27.
13 Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B
(ed). European Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male
Genital Tract Infections. 2001.
14 Concencus Conference Criteria Defining Sepsis dalam Lazaron V dan
Barke RS. Urol Clin of N Am, 1999, 26, hal 688
15 Dipiro, Joseph T (editor), 2005 Pharmacotherapy: A Pathophisiology approach,
3 rd Edition , McGraw Hill, New York

16 Bone RC, Balk RA, Cerra FB, Dellinger RP, Fein AM, Knaus WA, Schein
RM, Sibbald WJ. Definitions for sepsis and organ failure and guidelines
for the use of innovative therapies in sepsis. The ACCP/ SCCM Consensus
Conference Committee. American College of Chest Physicians/Society of
Critical Care Medicine. Chest 1992;101(6):1644-55.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1303622

You might also like