Professional Documents
Culture Documents
UROSEPSIS
Oleh :
Asep Setya Rini S.Ked
Karina S.Ked
Leon L. Gaya S.Ked
Preceptor :
dr. Saut Hutagalung, Sp. U.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sepsis merupakan suatu Systemic Inflammation Respon Syndrome (SIRS)
tingkat
setiap
tahun
lebih
pemeriksaan mikrobiologi.3
Pemilihan
antibiotika
secara
rasional
diharapkan
dapat
antibiotika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A DEFENISI
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasala
dari saluran kemih. Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai
bakteriuria dengan siptom klinik yang terbatas, sepsis atau sepsis berat, tergantung
dari lokasi atau penyebaran sistemik. Sepsis didiagnosis jika infeksi disertai oleh
tanda-tanda SIRS ( Systemic Inflamatory Response Syndrome ) yang tandai
dengan: 6
Takikardia (> 90 denyut / menit pada pasien bukan pada beta - blocker)
Takipnea (pernapasan > 20/min atau PaCO2 < 4.3kPa atau persyaratan
untuk ventilasi mekanik)
Hitung sel darah putih > 12.000 sel/mm3, < 4000 sel/mm3 atau 10%
yang dalam bentuk belum matang (Band)
Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai penyulit ISK dan kelainanstruktural maupun fungsional
yang merubah aliran urin, seperti:
a Obstruksi saluran urin
a Anomali konginetal
b Batu saluran kemih
c Oklusi urete
d Kista ginjal
e Abses ginjal
f Tumor ginjalb
b Refluks vesikouretral
c Penderita gangguan fungsi dan struktur ginjal
d Residu urin dalam kandung kemih
a Neurogenic bladder
b Struktur uretra
c Penyakit dengan pembesaran prostate
Wanita lebih beresiko terkena infeksi saluran kemih daripada laki-lakikarena pada wanita
panjang uretranya lebih pendek dibandingkan laki-laki. Padawanita panjang uretra 1,5 inci dan
pada laki-laki panjang uretra 8 inchi.7
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan
infeksi saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi
berkaitan dengan pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional
dibutuhkan untuk mengatasi masalah resistensi kuman.8
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk
panduan yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan
IDSA (Infectious Disease Society of America).9
B EPIDEMIOLOGI
Urosepsis menyumbang sekitar 25% dari semua kasus sepsis dan dapat
berkembang dari suatu infeksi saluran kemih komunitas atau nosokomial.6
Septicaemia terjadi pada sekitar 1,5% dari pria mengalami TURP.9
Penelitian di rumah sakit di Amerika Serikat selama kurun waktu antara 19792000 menunjukkan bahwa insidens sepsis menunjukkan peningkatan rata-rata
8,7% setiap tahunnya. Insiden laki-laki lebih banyak mengalami sepsis
dibandingkan wanita. Sebagian besar kematian disebabkan karena disfungsi organ
multiple. Dikatakan bahwa jika tidak disertai dengan komplikasi disfungsi organ,
hanya 15% pasien sepsis yang meninggal, sedangkan jika diikuti dengan disfungsi
organ multiple angka kematian meningkat menjadi 70%.
11
Penyebab terbanyak
urosepsis ini adalah golongan bakteri gram negative. Urosepsis sama dengan tipe
sepsis lainnya dimana berat ringannya sepsis tergantung pada respon host. Pasien
yang mudah terkena urosepsis adalah :
Pasien diabetes
Urosepsis juga dipengaruhi oleh faktor lokal seperti, kalkulus traktus urinarius,
obstruksi pada traktus urinarius, penyakit neurogenic bladder, atau pemeriksaan
dengan endoskopi.12
Bakteremia simtomatik yang menyebabkan syok dan kematian akibat
bakteri berasal dari traktus urinarius yang merupakan komplikasi dari ISK. 6
Bakteremia :
Bakteri terdapat dalam darah yang dikonfirmasi dengan kultur, dapat
bersifat sementara.7
Septikemia :
Sama seperti bakteraemia, tetapi menunjukkan kondisi yang lebih berat.
Bukti klinis infeksi ditambah bukti respon sistemik terhadap infeksi.
Respon sistemik ini dapat bermanifestasi 2 atau lebih kondisi berikut :
Temperatur > 38C atau < 36C
Denyut nadi > 90 kali / min
Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (< 4.3
kPa)
Leukosit > 12,000 sel/mm3, < 4,000 sel/mm3 atau 10% bentuk imatur
(batang).3
Sepsis syndrome
Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.7
Syok septik
Sepsis dengan hipotensi walaupun telah dilakukan resusitasi cairan yang
cukup dan masih tetap terdapat gangguan perfusi berupa asidosis laktat,
oliguria dan gangguan mental akut. Pasien dengan obat inotropik dan
vasopressor dapat tidak memberikan gambaran hipotensi saat terjadi
gangguan perfusi.
C ETIOLOGI
Karena merupakan penyebaran infeksi maka kuman penyebabnya sama
dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman
coliform negatif. E coli merupakan penyebab tersering menimbulkan sepsis.
Kelainan urologi yang sering menimbulkan urosepsis adalah batu saluran kemih,
hyperplasia prostat,
dan keganasan
menyebabkan
Instrumentasi
Impaired voiding
Abnormalitas metabolik
Imunodefisiensi
prosedur urologik.
Neurogenic bladder, sistokel, refluk vesikoureteral
Nefrokalsinosis, diabetes, azotemia
Pasien
dengan
obat-obatan
imunosupresif,
neutropenia.
D PATOFISIOLOGI
Patogenesis dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya
endotoksin, suatu komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri kedalam
sirkulasi darah. Dengan adanya endotoksin tersebut memacu terjadinya rangkaian
septic cascade. Keadaan ini menimbulkan sindroma respon inflamasi sistemik
atau systemic inflammation response syndrome. Dikatakan SIRS jika terdapat
paling sedikit dua dari beberapa kriteria berikut:7,8
1. Suhu tubuh > 380C atau <360C
2. Denyut nadi > 90
3. Frekuensi nafas >20 atau PaCO2 <32
4. Leukosit darah >12000 atau <4000/dL atau >10% bentuk leukosit muda
Lipopolisakarida ini terdiri dari komponen lipid yang kemudian akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
1 Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa
sitokin, antara lain tumor necrosis factor alfa (TNF ) dan interlaukin I (IL
I). Sitokin inilah yang memacu reaksi berantai yang akhirnya dapat
menimbulkan sepsis dan jika tidak segera dikendalikan akan mengarah pada
sepsis berat, syok sepsis, dan akhirnya mengakibatkan disfungsi multiorgan
2
agregasi
trombosit
dan
produksi
radikal
bebas,
serta
jika disertai dengan hipotensi (sistole <90mmHg), atau terdapat disfungsi organ,
atau hipoperfusi (terdapat salah satu kondisi berikut, yaitu hipoksemia,
peningkatan asam laktat, atau oliguria). Derajat sepsis paling berat adalah syok
septic yaitu sepsis yang disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi.
Adapun yang berperan dalam ISK adalah13
kurang
menyenangkan
dibandingkan
dengan
pasienyang
dapat
lain
yang
mungkin
mencegah
masuknya
bakteri
adalah
imunoglobulin(Ig) G dan A. Peran Igs dalam mencegah infeksi kandung kemih kurang
jelas. Setelahbakteri benar-benar memiliki menginvasi mukosa kandung kemih,
peradangan respondirangsang dengan mobilisasi polymorphonuclear leukosit (PMNs)
dan fagositosisyang dihasilkan. PMNs adalah terutama bertanggung jawab untuk
membatasi invasi jaringan dan mengendalikan penyebaran infeksi pada
kandung kemih dan ginjal.Faktor-faktor yang mungkin memainkan peran dalam
pencegahan UTI adalahkehadiran Lactobacillus dalam vagina flora dan estrogen. Pada
wanita premenopause, estrogen mendukung pertumbuhan laktobasilus, yang
menghasilkan asam laktatuntuk membantu mempertahankan pH vagina yang rendah,
sehingga mencegahkolonisasi E. Coli di vagina. Yang dapat di gunakan Spermisida,
-laktamantimikroba digunakan, estrogen tingkat rendah. 11
E DIAGNOSIS10
Untuk menegakkan diagnosis suatu urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri
yang beredar didalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam
urin (kutur urin). Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari
beberapa situasi antara lain:
1
2
3
4
kekebalan imunitas
bakteriuri akibat pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien dengan
gangguan kekebalan imunitas.
Selain itu, dilakukan pemeriksaan untuk mencari sumber infeksi dan akibat dari
kelainan yang ditimbulkan pada beberapa organ. Segera dilakukan pemeriksaan
yang meliputi laboratorium, dan pencitraan.
Diagnosis urosepsis dibuat berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan pemeriksaan rontgen.
Kriteria
Terdapat paling sedikit dua dari beberapa kriteria dibawah
Inflammatory
ini :
1. suhu tubuh > 38 C atau <>
2. Denyut nadi > 90 x/
3. Frekuensi nafas > 20 x/ atau PaCO2 <>
4. Leukosit > 12000/mm3 atau <4000/mm3 atau lekosit
Respond
Syndrome)
MODS
(Multiple
Organ Dysfunction
Sydrome)
Sepsis
SIRS dengan tanda-tanda infeksi
Sepsis Berat
Sepsis disertai dengan hipotensi
Syok Septik
Sepsis disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi
Dikutip dari : concencus Conference Criteria Defining Sepsis
Pemeriksaan status lokalis daerah abdomen sepanjang traktus urinarius
penting untuk menentukan pre eksisting anomalinya dan yang diketemukan sangat
F PENATALAKSANAAN 9
Penanganan urosepsis harus dilakukan secara komprehensif dan ditujukan
terhadap:
Tindakan umum
Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
ginjal
BAB III
KESIMPULAN
Urosepsis adalah situasi yang parah dengan tingkat kematian tinggi sehingga 2040%. Pengenalan dini gejala dan pengelolaan dini urosepsis dapat menurunkan
angka kematian. Struktur organisasi yang komprehensif yang melibatkan urologis,
spesialis perawatan intensif, ahli radiologi, ahli mikrobiologi dan klinis farmasi,
bekerja erat bersama-sama sangat penting. Itu merupakan pencegahan urosepsis
yang terbaik tergantung pada praktek yang baik mengenai proses manajemen yang
efektif dan cepat pada pasien beresiko.
DAFTAR PUSTAKA
dexamedica
article_files/isk.pdf
Anigrah.Jakarta: EGC
Johnson. CC, MD. Definitions, Classification and Clinical Presentation of
http://www.ncbi.nlm.nih.gov / pubmed/10326844
Martin GS, Mannino DM, Eaton S, Moss M. The epidemiology of sepsis in
the
United
States
from
1979through
2000.
Engl
Med
2003;348(16):1546-54.
Brun-Buisson C, Meshaka P, Pinton P, Vallet B; EPISEPSIS Study Group.
EPISEPSIS: a reappraisal of the epidemiology and outcome of severe
sepsis in French intensive care units. Intensive Care Med 2004;30(4):580-
8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14997295.
10 Mangatas AM, Ketut suwitra, 2004 . Diagnosis Dan Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih Terkomplikasi, available at http:/ / www.dexamedica.com /
test/htdoes / dexamedica / article_files / isk.pdf
11 Price, S. Anderson. Lorraine McCathy Wilson. 1994. Patofisiologis Konsep
KlinisProses-Proses Penyakit , edisi ke empat, diterjemahkan oleh Peter
Anigrah.Jakarta: EGC
12 Rubin RH, Shapiro ED, Andriole VT, Davis RJ, Stamm WE. General
guidelines for the evaluation of new anti-infective drugs for the treatment
of urinary tract infection. Clin Inf Dis 1992 (15) : S216-27.
13 Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B
(ed). European Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male
Genital Tract Infections. 2001.
14 Concencus Conference Criteria Defining Sepsis dalam Lazaron V dan
Barke RS. Urol Clin of N Am, 1999, 26, hal 688
15 Dipiro, Joseph T (editor), 2005 Pharmacotherapy: A Pathophisiology approach,
3 rd Edition , McGraw Hill, New York
16 Bone RC, Balk RA, Cerra FB, Dellinger RP, Fein AM, Knaus WA, Schein
RM, Sibbald WJ. Definitions for sepsis and organ failure and guidelines
for the use of innovative therapies in sepsis. The ACCP/ SCCM Consensus
Conference Committee. American College of Chest Physicians/Society of
Critical Care Medicine. Chest 1992;101(6):1644-55.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1303622