You are on page 1of 3

Pemuda merupakan ujung tombak suatu Negara.

Masa dpan suatu bangsa dapat


dilihat dari kualitas pemudanya. Banyak orang tentu setuju jika dikatakan pemuda
adalah penerus bangsa , yang akan meneruskan roda pemerintahan nantinya.
Sebab itulah peran pemuda dalam segala aspek kehidupan, terutama kehidupan
bernegara, sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan bangsa untuk saat ini
maupun ditahun-tahun berikutnya nanti.
Sebagai generasi muda seharusnya kita memiliki karakter yang kuat, semangat
nasionalisme, berjiwa pemimpin, memahami pengetahuan dan berjiwa saing untuk
bersaing secara global, karena pada saatnya nanti para pemuda tersebutlah yang
menjadi pemegang kekuasaan.
Pemuda memiliki fungsi dan peran penting dalam keikutsertaanya membela bangsa
dan Negara. Aksi pemuda dalam berbangsa dan bernegara sangat diperlukan untuk
membantu membangun kestabilan kondisi dalam negeri dan menjaga martabat
bangsa dimata bangsa lainnya.
Sebagai agen perubahan, setiap warga tentu menginginkan untuk melahirkan
pemuda yang berdedikasi tinggi pada masa depan, baik masa depannya, maupun
masa depan sebuah bangsa. Sebab kemajuan suatu Negara bergantung pada apa
yang dilakukan generasi muda terhadap negaranya.
Jika generasi muda dalam suatu Negara hancur, dalam arti tidak dapat diandalkan
sama sekali, maka besar kemungkinan Negara itupun akan mengalami kemunduran
yang signifikan. Contoh sederhana adalah generasi muda yang candu narkoba.
Selanjutnya tentu kita semua dapat membayangkan sesuatu yang lebih mengerikan
dari akibat rusaknya suatu bangsa akibat pemuda yang hanya candu pada narkoba.
Maka perubahan apa yang bisa diharapkan dari mereka yang hanya duduk
menikmati dirinya sendiri tanpa melakukan apapun untuk kemajuan masa
depannya ataupun masa depan bangsa?
Untuk itu, peran pemuda sangatlah penting, termasuk dalam hal penumpasan
terorisme dalam suatu Negara. Aksi terorisme tidak hanya meresahkan warga,
namun juga merusak kestabilan dan keamanan suatu Negara, yang tentu akan
berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Fakta terorisme yang terajdi di Indonesia bukanlah suatu rahasia yang bisa ditutuptutupi keberadaanya. Indonesia telah lama menjadi sarang terorisme. Aksi
terorisme di Indonesia sepanjang tahun 2000-2009 saja tercatat telah terjadi 22
pengeboman. Namun aksi terorisme di Indonesia sebenarnya dimulai sejak ledakan
bom yang terjadi di kompleks Perguruan Cikini dalam upaya pembunuhan Presiden
Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno, pada tahun 1962.
Aksi terorisme di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritzcarlton di Mega Kuningan pada
jumat pagi, tanggal 17 Juli 2009 menewaskan 9 orang dan melukai setidaknya 55
orang. Aksi terorisme di Plaza Atrium, Senen, Jakarta, pada bulan Agustus 2001,
setidaknya melukai 6 orang, dan masih banyak aksi-aksi terorisme yang menelan
korban di daerah-daerah di Indonesia.

Banyaknya aksi terror yang terjadi di Indonesia tersebut, menandakan Indonesia


harus tetap siaga, agar pemuda-pemuda Indonesia tidak terjerumus dalam aksi
terror tersebut. Sebab kebanyakan pelaku terorisme di Indonesia adalah dari
kalangan anak muda yang berusia dibawah 30 tahun.
Upaya pencegahan terorisme sebenarnya sudah sering di sampaikan oleh kepolisian
dan Densus 88, namun tanpa pembinaan terhadap kaum muda, upaya pencegahan
terorisme tentu tidak akan berjalan sempurna, karena target doktrin terorisme
adalah pemuda sebagai pelakunya. Kebanyakan aksi-aksi terorisme adalah
dilatarbelakangi oleh motif-motif tertentu seperti motif perang suci, motif ekonomi,
motif balas dendam, dan motif-motif berdasarkan aliran kepercayaan tertentu.
Kefanatikan yang berlebihan terhadap suatu aliran kepercayaan, disebut menjadi
factor penting keterlibatan seseorang dalam berbagai aksi terorisme.
Doktrin terorisme untuk memprovokasi generasi muda bisa dalam bentuk provokasi
agama, misalnya pidato-pidato keagamaan yang memprovokasi terorisme,
menggerakkan massa baik sembunyi-sembunyi ataupun secara terbuka untuk
melakukan penyerangan, pelatihan perang, menulis buku-buku yang memprovokasi
dan menebar kebencian kepada Negara dan agama, membuat pernyataan sikap
yang mengarah pada kegiatan terorisme, dan lain sebagainya.
Selain doktrin diatas Indonesia juga sedang menghadapi tantangan baru terorisme
yang memanfaatkan teknologi informasi. Kelompok terorisme dalam banyak hal
sangat menikmati dan diuntungkan dengan hadirnya produk teknologi berbasis
jaringan internet tersebut sebagai kepentingan media propaganda, recruitment dan
pembinaan jaringan mereka. Hadirnya revolusi teknologi dan informasi berbasis
jaringan internet semakin membantu kelompok teroris dalam peningkatan
propaganda mereka.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya ada peluang besar bagi
perkembangan dunia teknologi dan informasi di Indonesia khususnya dengan
hadirnya generasi muda yang sudah mulai melek media. Namun, tantangan
besarnya juga didepan mata. Mudah dan cepatnya informasi yang didapatkan dari
dunia maya tanpa dibarengi dengan ketepatan dan kejelian dalam mengolah,
memilah dan mengambil informasi menjadi salah satu pintu awal keterpengaruhan
generasi muda dari propaganda radikal terorisme.
Dikalangan generasi muda saat ini internet tidak hanya dijadikan alat komunikasi
dan informasi tetapi juga untuk media pembelajaran keagamaan. Generasi muda
saat ini misalnya sudah banyak mengikuti dan mengunjungi situs-situs keagamaan
sebagai referensi mereka dalam mendapatkan pengetahuan. Sebenarnya hal itu
bukan menjadi persoalan tetapi sejauh mana generasi muda memiliki benteng
pertahanan diri untuk tidak secara mudah mentah mengambil pemikiran kegamaan
dari dunia maya yang tanpa ada jaminan kredibilitas dan validitasnya.
Pendidikan mengenai penggunaan internet juga sangat perlu dilakukan, misalnya
sosialisasi mengenai dampak buruk penggunaan internet, bahaya beredarnya
paham radikalisme melalui jaringan internet. Karena saat ini internet menjadi salah
satu jalan untuk penyebaran paham-paham radikalisme dan doktrin-doktrin
terorisme yang mengatasnamakan jihad dan tujuan lainnya. Internet dianggap jalan

termudah karena para pemuda sebagian besar tidak asing dengan penggunaan
internet baik untuk tujuan pendidikan maupun untuk iseng semata.
Selain melalui upaya diatas, Pemuda harus diberi pembinaan tentang pelurusan
pesan-pesan moral dalam agama dan akhlak moral dalam bernegara, agar terjadi
keseimbangan antara beragama dan bernegara. Tanpa dukungan kaum muda
didalam upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme, maka upaya yang
dilakukan masihlah terbilang lemah.
Lemahnya dukungan pemuda akan turut memperlemah langkah-langkah
pemberantasan terorisme oleh pemerintah. Dengan demikian, setidaknya pemuda
memberi dukungan pada pemerintah untuk mencegah dan memberantas ancaman
terorisme melalui aksi nyata.
Peran generasi muda dalam mencegah dan memberantas ancaman terorisme
adalah dengan ikut serta membantu pemerintah dalam berbagai hal terkait
pencegahan dan pemberantasan aksi terorisme.
Pembinaan dan pendidikan yang bisa diberikan oleh pemerintah terkait pencegahan
dan pemberantasan aksi terorisme adalah pendidikan pada generasi muda, baik
secara formal maupun non formal, sosialisasi kampanye, membuat suatu program
yang dapat mengaktifkan para pemuda pada tujuan yang positif, dan lain
sebagainya.
Pembinaan terhadap kaum muda menjadi upaya yang baik untuk mencegah
masuknya faham terorisme pada diri pemuda. Pemuda harus sadar akan
pentingnya pencegahan faham terorisme di kalangan muda itu sendiri. Pemuda
harus sadar bahwa sebagai agen perubahan, mereka harus turut serta dalam
menjaga keberlangsungan hukum didalam setiap upaya memberantas terorisme di
Indonesia, agar tercipta kestabilan dan keamanan dalam negeri.
Peran nyata yang perlu ada adalah persiapan akan terorisme mental kepada dan
dari generasi muda yang akan diserang atau diganggu. Mental generasi muda yang
dirusak, baik itu berbentuk doktrin ataupun dari cara-cara terbaru dalam merusak
mental generasi muda untuk semakin mudah dirusak. Oleh karena itu persiapkan
diri kita, kalian dan mereka yang telah dan ingin siap menghadapi yang namanya
bentuk-bentuk aksi ataupun gerakan mengarah pada terorisme.

You might also like