You are on page 1of 96

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

PROFIL SANITASI KOTA


BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO

3.1. KONDISI UMUM SANITASI KOTA PROBOLINGGO


3.1.1. Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk mencapai tujuan tersebut, dijabarkan dalam sasaran untuk
meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indicator rumah tangga sehat,
institusi kesehatan yang berperilaku sehat, institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempattempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai
peserta jaminan pemeliharaan masyarakat.
A. Kondisi Jamban
Sistem sanitasi masyarakat yang terkait dengan kesehatan lingkungan sebagian besar dipengaruhi oleh
lokasi tempat tinggal dan budaya masyarakat. Masyarakat yang berada dekat dengan sungai pada umumnya
memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan. Keberadaan fasilitas umum berupa MCK yang ada kurang
mengakomodir kebutuhan masyarakat, mengingat jumlah penduduk yang padat.
Sebagian besar masyarakat di lokasi permukiman kumuh memanfaatkan lingkungan sebagai
jamban/MCK. Terutama pada lokasi-lokasi yang dekat dengan sungai atau laut.
Untuk kepemilikan jamban atau yang sering dikenal dengan MCK umum dan Jamban Keluarga, di Kota
Probolinggo telah mencapai 23652 buah (48,06%) sedangkan sisanya merupakan bantuan pembangunan dari
pemerintah, yaitu sebanyak 150 (0,30%) untuk MCK umum dan sebanyak 2529 (5,14%) untuk jamban keluarga,
sedangkan sekitar 46,50% masih belum terlayani oleh fasilitas MCK dan jamban keluarga. Kecamatan dengan
kepemilikan MCK dan jamban keluarga terbesar adalah Kecamatan Mayangan dan yang terkecil adalah
Kecamatan Kedopok.
Untuk pembangunan MCK Umum, Pihak Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi berupa promosi
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam hal kesehatan lingkungan. Upaya tersebut
Permukiman. Karena pada kenyataannya banyak kondisi dari MCK Umum yang telah terbangun kurang
mendapatkan perawatan dari masyarakat, karena kurangnya kesadaran mereka.

No
1

Kecamatan
Mayangan

Tabel 3. 1 Kondisi Sarana dan Prasarana Jamban/MCK


Kawasan
Kondisi Sarana dan Prasarana
Kelurahan
MCK
RW
RT
MCK Pribadi
Lingkungan
Umum
RT 1 : 100%
Jati
RW 1
RT 1
RT 1 : RT 1 : sungai
RW 1
RT 2
RT 2 : 40%
RT 2 : RT 2 : 60% sungai
RW 1
RT 5
RT 5 : 30%
RT 5 : RT 5 : 70%

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

dilakukan khususnya sebelum dilakukan pembangunan MCK Umum oleh pihak DPU Perumahan dan

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Kecamatan

Kelurahan

Mangunharjo

Mayangan

Sukabumi
Wiroborang

Kanigaran

Kanigaran

RW
RW 1
RW 4
RW 8
RW 6
RW 8

RT 7
RT 1 dan 2
RT 4 dan 5
RT 4 dan RT 5
RT 1

RW 8

RT 2

RW 8
RW 8
RW 14
RW 3
RW 4
RW 5
RW 6
RW 7
RW 7
RW 7
RW 1
RW 2
RW 2
RW 4
RW 1

RT 8
RT 4
RT 1,2 dan 3

RW 4
Kebonsari
Kulon
3

Kademangan

Sukoharjo
Pilang

RW 12
RW 14
RW 16
RW 5
RW 2
RW 1

RT 4
RT 7
RT 8
RT 9
RT 3
RT 1
RT 2
RT 1 dan 2
RT 1
RT 2/Jl.
Cokroaminoto Gg. 7
RT 2
RT 1,2,3 dan 4
RT 5
RT 1 dan 3

RW 1
RW 1

RT 4
RT 3 / sempadan rel
KA
RT 1
RT 7

RW 1

RT 4

RW 3
Ketapang

RT

Kondisi Sarana dan Prasarana


MCK
MCK Pribadi
Lingkungan
Umum
RT 7 : 20%
RT 7 : 80% RT 7 : 60%
40%
20%
40%
Sungai : 40%
50%
Laut : 50%
RT 1 : 75%
RT 1 : RT 1 : 25% sungai
RT 2 dan 8 :
RT 2 dan
RT 2 dan 8 : 100%
8:75%
85%
RW 3 : 25%
RW 4 : RW 5 : 60%
25%

RW 3 : RW 4 : 90%
RW 5 : 10%
-

Sungai : 25%
Sungai : 15%
RW 3 : 75% laut
RW 4 : 10% laut
RW 5 : 40% laut
Sungai : 90%
Sawah/laut : 75%

25%
30%
30%

Sawah/laut : 75%
Sungai : 70%
Sungai : 70%

30%
20%

70%
-

Sungai : 80%

80%

Sungai : 20%

80%
100%
80%
85%
45%
20%

20%
-

Sungai : 20%
Sungai : 15%
Sungai : 55%
Sungai : 80%

Sungai : 100%

10%

90%

50%

Sungai : 100%
Sungai/sawah :
50%
Sungai : 30%
Sungai : 20%

RW 2
70%
RW 1
RT 2
80%
RW 1
RT 6
RW 3
RT 10
40%
RW 4
RT 4
90%
10%
Pohsangit
kidul
RW 5
RT 3
4 Wonoasih
Pakistaji
RW 2
RT 1 dan 2
RW 3
RT 1 dan 2
Kedung
galeng
RW 4
RT 1 dan 2
5 Kedopok
Jrebeng Lor
RW 7
RT 1, 2 dan 3
10%
RW 11
RT 1 dan 2
Sumber: Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo, DPU 2008, diolah 2009
Triwung lor

Sawah : 60%
Sungai : 100%
Sungai : 100%
Sungai : 100%
Sungai : 100%
Sungai : 90%
Sungai : 100%

Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih (PAB),
jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah (PAL). Dari 52.189 KK yang ada, yang diambil contoh untuk
diperiksa sebesar 41.441 KK (79,4%) tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang
ada, dari sejumlah KK yang diambil contoh untuk diperiksa, yang memiliki sarana sanitasi dasar sebanyak 22.817

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Kawasan
No

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

KK (55,06%) dan yang sehat dari sejumlah KK yang dijadikan contoh yang diperiksa sebanyak 100%. Sarana
sanitasi dasar yang diperiksa secara bersama-sama adalah PAB, Jamban, tempat sampah atau PAL.

B. Pencemaran Lingkungan
Salah satu indikator lain yang dapat digunbakan untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan adalah
terkait masalah pencemaran lingkungan. Sebab terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas air di Kota
Probolinggo dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pencemaran sumber-sumber air, pengeboran air oleh
industri dan oleh petani, serta berubahnya fungsi daerah tangkapan air di daerah hulu (Kabupaten Probolinggo),
sehingga pada musim penghujan air tidak sampai/tidak sempat meresap ke dalam tanah dan akan menjadi aliran
permukaan (run off).
Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di Kota Probolinggo adalah akibat dari buangan limbah
domestik rumah tangga. Di Kota Probolinggo masih terdapat penduduk (rumah tangga) yang bertempat tinggal di
kawasan bantaran sungai, seperti Sungai Banger, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancur dan
sebagainya. Pada tahun 2007, jumlah rumah tangga yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai
tercatat sebanyak 3.181 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat pada kelurahan Jrebeng Lor
dan Kelurahan Jati. Berdasarkan hasil dari studi EHRA, diketahui bahwa sebanyak 11,98% responden rumah
tangga dari 1152 sampel responden membuang sampah ke sungai, selokan, parit, saluran air lainnya. Hal
tersebut menjadi sumber utama penyebab pencemaran limbah domestik. Sumber pencemar dari kegiatan
domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Berdasarkan hasil dari studi EHRA pada tahun 2010,
dari 1152 sample responden rumah tangga, sebanyak 39,32 % melaporkan tidak memiliki dan menggunakan
tangki septictank.
Kondisi sungai yang masih menjadi media pembuangan limbah oleh masyarakat Kota Probolinggo juga
merupakan salah satu penyebab pencemaran air. Hal tersebut dikarenakan kualitas air sungai yang mengalami
degradasi/ penurunan. Pemantauan kualitas air telah dilakukan oleh Tim Badan Lingkungan Hidup Kota
Probolinggo terhadap 6 (enam) sungai di wilayah Kota Probolinggo secara periodik sesuai dengan Peraturan

No

Tabel 3. 2 Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo


Nama Sungai
Parameter

Legundi Hulu

Legundi Hilir

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.

DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Hasil
7,7
5,3
12,3
22,8
0,084
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
30
7
7,4
8,5

III-70

Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2008.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Nama Sungai

Umbul Hulu

Umbul Hilir

Kasbah Hulu

Kasbah Hilir

Kedunggaleng Hulu

Kedunggaleng Hilir

Parameter
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.

COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Hasil
18,5
7,5
0,100
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
23
4
6,4
10,6
25,1
27,5
0,125
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
17
7
6,6
9,7
285
16,5
0,090
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
11
4
3,0
42,6
90,5
71,2
0,179
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
23
4
4,2
14,4
28,2
33,1
0,105
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
22
9
8,3
16,0
27,8
21,1
0,084
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
13
2
8,1

III-70

No

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Nama Sungai

Parameter

Hasil

B. BOD
8,2
C. COD
16,3
D. TSS
19,4
E. Detergen (MBAS)
0,054
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
23
J. Coli Tinja
*)
4
9 Pancor Hulu
A. DO
1,8
B. BOD
36,6
C. COD
83,1
D. TSS
45,9
E. Detergen (MBAS)
1,200
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
13
J. Coli Tinja
*)
4
10 Pancor Hilir
A. DO
6,9
B. BOD
14,5
C. COD
30,2
D. TSS
8,6
E. Detergen (MBAS)
0,108
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
13
J. Coli Tinja
*)
4
11 Banger Hulu
A. DO
4,6
B. BOD
20,6
C. COD
68,2
D. TSS
33,8
E. Detergen (MBAS)
0,457
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
30
J. Coli Tinja
*)
8
12 Banger Hilir
A. DO
2,3
B. BOD
120,1
C. COD
351,8
D. TSS
170,7
E. Detergen (MBAS)
1,904
F. Minyak dan Lemak
5,0
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
30
J. Coli Tinja
*)
8
Sumber: Laporan Periodik Kualitas Air Kota Probolinggo Tahun 2008, Badan Lingkungan Hidup

Factor yang tidak kalah penting mempengaruhi kondisi kualitasi lingkungan adalah adanya pencemaran
dari limbah industri. Saat ini pola perubahan kualitas air dan debit air semakin menurun pada berbagai sumber di
wilayah Kota Probolinggo, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah adanya kegiatan manusia
dalam kehidupan sehari-hari terutama kegiatan industri besar, industri rumah tangga dan kegiatan pertanian

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

No

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

serta sampah yang ada di wilayah Kota Probolinggo sangat berpengaruh akan terjadi pencemaran air dimanamana.
Perkembangan jumlah industri kecil di Kota Probolinggo mengalami peningkatan signifikan dalam tahuntahun terakhir,dimana jumlah industri kecil pada tahun 2003 sebesar 121 industri, pada tahun 2004 hingga
tahun 2006 industri kecil konstan dengan jumlah 124 industri, akan tetapi pada tahun 2007 jumlah industri kecil
mengalami kenaikan sebesar 103,22% menjadi 252 industri. Sedangkan jumlah industri besar dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak mengalami peningkatan dan tetap dengan jumlah 19 industri pada tahun
2003 hingga tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah industri besar berkurang menjadi 18 industri. Dengan
peningkatan jumlah pada beberapa industri tersebut tetap akan mempunyai pengaruh yang kuat akan terjadinya
pencemaran lingkungan air. Untuk mengetahui kualitas air limbah industri dilakukan dengan pengambilan contoh
(sampling) effluent air limbah. Air limbah tersebut yang berasal dari end pipe treatment setiap industri yang
menghasilkan limbah cair.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2007 tentang Dokumen
Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan, untuk menminimalisir tingkat pencemaran air khususnya di sektor
industri, maka tiap-tiap jenis usaha/industri yang memiliki dampak terhadap lingkungan diwajibkan memiliki
dokumen UKL/UPL (dampak kecil) dan AMDAL (dampak besar), serta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pada kenyataannya hanya 13.1% usaha/industri di Kota Probolinggo memiliki kelengkapan tersebut. Pada
kebijakan tersebut juga menyebutkan bahwa apabila industri tersebut sudah berdiri, maka dapat dilengkapi
dengan dokumen DPPL. Sehingga dengan demikian sudah seharusnya setiap industri yang memiliki dampak
terhadap lingkungan memiliki dokumen pemantauan lingkungan. Pada kenyataannya hanya 11.9% usaha/industri
di Kota Probolinggo memiliki dokumen tersebut.
C. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang mememnuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang
memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi rumah yang baik, kapadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Rumah sehat di Kota Probolinggo tahun 2009 baru mencapai sebesar 24.554 (59,7%) dari total jumlah
rumah yang ada, sedang rumah yang diperiksa baru mencapai 41.115 (79,7 %). Untuk pencapaian jumlah rumah
sebesar 80 %. Dari rumah yang diperiksa tidak terdapat penjelasan, misalnya rumah yang diperiksa berlokasi di
pedesaan atau perkotaan. Perlu upaya program terkait untuk meningkatkan persentase rumah sehat, dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan.

NO
1
1

Tabel 3. 3 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Kota ProbolinggoTahun 2009


RUMAH
KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH
%
JUMLAH
SELURUHNYA DIPERIKSA DIPERIKSA
SEHAT
2
3
4
5
6
7
Mayangan
Sukabumi
5.167
4.744
91,81
3.852

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

%
SEHAT
8
81,20

III-70

sehat terhadap jumlah rumah yang diperiksa baru mencapai 59,7%. Sedangkan target Indonesia Sehat 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

NO

KECAMATAN

PUSKESMAS

JUMLAH
JUMLAH
SELURUHNYA DIPERIKSA
Jati
12.945
8.924
2 Kanigaran
Kanigaran
11.724
10.552
3 Kademangan Ketapang
7.095
4.356
4 Kedopok
Kedopok
7.942
3.037
5 Wonoasih
Wonoasih
6.727
5.047
JUMLAH KOTA PROBOLINGGO
51.600
36.660
Sumber: Profil Kesehatan Kota Probolinggo Tahun 2009

RUMAH
%
DIPERIKSA
68,94
90,00
61,40
38,24
75,03
71,05

JUMLAH
SEHAT
5.341
8.231
3.714
1.527
1.889
24.554

%
SEHAT
59,85
78,00
85,26
50,28
37,43
66,98

D. Akses terhadap Air Bersih


Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa,
sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan
lainnya. Di Kota Probolinggo tahun 2009 jumlah keluarga yang ada sebanyak 52.189, jumlah keluarga yang
diperiksa 39.340 ( 75,4 % ). Sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak 43.152 (82,7%) keluarga
dengan rincian berturut-turut yang terbanyak menggunakan SPT 26.729 ( 61,9% ) Ledeng 12.937 ( 30 % ),

Jumlah

PAH

SGL

SPT

Ledeng

Tabel 3. 4 Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih Kota ProbolinggoTahun 2009
Jumlah
Akses air bersih
Jumlah
%
Keluarga /
No Kecamatan
Puskesmas
Keluarga
Keluarga
KK yang
Diperiksa
Diperiksa
Ada
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 Mayangan
Sukabumi
17.473
4.232
24,22
2.969
1.240
285
Jati
8.954
5.533
5.943
128
2 Kanigaran
Kanigaran
14.803
11.182
75,54
2.823
4.504
898
3 Kademangan Ketapang
9.842
3.856
39,18
518
4.124
714
4 Kedupok
Kedupok
8.580
3.262
38,02
553
7.171
799
5 Wonoasih
Wonoasih
8.674
5.128
59,12
541
3.747
662
JUMLAH PROBOLINGGO
59.372
36.614
61,67
26.729
Sumber: Profil Kesehatan Kota Probolinggo Tahun 2009

Lainnya

sisanya diikuti SGL 3.486 (8,1 %)

12
-

13
4.494
8.225
5.356
8.523
4.950

3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat


Kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkugan pada umumnya masih rendah sehingga masih perlu
ditingkatkan melalui berbagai upaya program yang sesuai. Kesehatan masyarakat terkait erat dengan kondisi
terkait dengan lingkungan hunian yang sebagian wilayah adalah lokasi yang rawan banjir/genangan dan
terbatasnya jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan.
Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu dan masyarakat untuk
berperilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran

meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat,
institusi kesehatan yang berperilaku sehat , institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempattempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

kesehatan lingkungan serta perilaku sehat dari penghuni di dalam lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan ini

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Rumah Tangga Sehat (RTS) pada tahun 2009 di Kota Probolinggo sebesar 34,4% dari jumlah rumah
tangga yang dipantau 49.309 dan yang ber PHBS 16.971. Jika dibandingkan dengan target Indonesia Sehat
2010 sebesar 65 %, masih cukup besar kesenjangannya (30,6 %). Cakupan rumah tangga sehat diharapkan
akan meningkat dengan adanya kesinambungan intervensi dari berbagai komponen baik lintas sektor, swasta,
LSM dan tokoh masyarakat dalam memberikan motivasi dan keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih
dan sehat sehingga berkembang dan membudaya di masyarakat.

Gambar 3. 1 Kondisi Permukiman Kumuh terkait Pola Hidup Masyarakat

3.1.3. Kuantitas dan Kualitas Air


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan air bersih bagi
penduduk Kota Probolinggo sebagian dipenuhi oleh PDAM, sumur gali, sumur pompa, sumber mata air dan
sungai. Jaringan dari PDAM sumbernya berasal dari sumber mata air yang terdapat di Kabupaten Probolinggo.
Selain itu masyarakat banyak yang memanfaatkan air tanah melalui pembuatan sumur gali dan sumur pompa.
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh letak Kota Probolinggo 0-50 m dpl sehingga mudah untuk mendapatkan air
tanah dengan kualitas yang cukup baik. Selain itu, fasilitas air bersih juga disediakan melalui hidran dan kran
umum.
Gambaran umum ketersediaan air dapat memberikan gambaran kelayakan sumber air berdasarkan
debit air yang dihasilkan serta keberlangsungan sumber mata air untuk menjamin pemenuhan kebutuhan air
minum penduduk Kota Probolinggo. Dengan asumsi kebutuhan air tiap orang adalah 120 liter / hari, maka
kapasitas maksimal sumber mata air Ronggojalu mampu melayani kebutuhan air 306.000 jiwa perharinya.
Sumber mata air Ronggojalu pada dasarnya memiliki debit air sekitar 2.500 liter/detik. Kapasitas terpasang pada
sumber mata air Ronggojalu adalah sekitar 425 liter/detik, sehingga bila pemanfaatan air mencapai tahap
maksimal pelayanan tersebut masih jauh di atas perhitungan proyeksi penduduk dalam kurun waktu 10 tahun
mendatang.
Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat diperoleh melalui sumur dan PDAM. Masyarakat yang
terlayani PDAM umumnya yang berada di jalan utama yang berada di Kecamatan Mayangan dan Kanigaran.
Sedangkan masyarakat yang berada di Kecamatan Kademangan, Wonoasih dan Kedopok rata-rata
menggunakan sumur.
Tabel 3. 5 Kondisi Sarana dan Prasarana Air Bersih

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

maksimal maka volume produksi air yang bisa dimanfaatkan mencapai 36.720.000 liter/harinya. Jumlah

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


No

Mayangan

Kelurahan
Jati

Kawasan
RW
RW 1

RT
RT 1

Kondisi Sarana dan Prasarana


Sumur : 100%

III-70

Kecamatan

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Kecamatan

Kelurahan

Mangunharjo

Mayangan

Kawasan
RW
RW 1
RW 1
RW 1
RW 4
RW 8
RW 6
RW 8
RW 8
RW 8
RW 8
RW 14
RW 3

RT
RT 2
RT 5
RT 7
RT 1 dan 2
RT 4 dan 5
RT 4 dan RT 5
RT 1
RT 2
RT 8
RT 4
RT 1,2 dan 3

RW 4

Sukabumi
Wiroborang

Kanigaran

Kanigaran

RW 5
RW 6
RW 7
RW 7
RW 7
RW 1
RW 2
RW 2
RW 4
RW 1
RW 4

Kebonsari
Kulon

RT 4
RT 7
RT 8
RT 9
RT 3
RT 1
RT 2
RT 1 dan 2
RT 1
RT 2/Jl. Cokroaminoto
Gg. 7

Kondisi Sarana dan Prasarana

Sumur : 100%
Sumur : 100%
Sumur : 50%, PDAM : 50%
Sumur : 20%, PDAM : 80%
Sumur : 20%, PDAM : 80%
Sumur : 10%, PDAM : 90%
RW 3 (sumur : 100%)
RW 4 dan 5 (sumur : 10%, PDAM
90%)
Sumur : 50%, PDAM : 50%
RT 7 (sumur : 50%, PDAM : 50%)
RT 8 (PDAM : 100%)
PDAM : 100%
Sumur : 50%, PDAM : 50%
Sumur : 100%
Sumur : 100%
Sumur : 95%, PDAM : 5%
Sumur : 100% , kondisi air keruh

RW 12

RT 2

Sumur dan pompa : 85%, PDAM :


15% , kondisi air keruh

RW 14

RT 1,2,3 dan 4

Sumur : 20%, PDAM : 80%

RW 16
RT 5
Sumur : 95%, PDAM : 5%
RW 5
RT 1 dan 3
Sumur : 30%, PDAM : 70%
Sukoharjo
RW 2
Sumur : 100%
3 Kademangan Pilang
RW 1
RT 4
Sumur : 100%
RW 3
RT 3 /sempadan rel KA
Sumur : 100%
Ketapang
RW 1
RT 1
Sumur : 100%
RW 1
RT 7
Sumur : 100%
RW 1
RT 4
Sumur : 100%
RW 2
Sumur : 100%
Triwung lor
RW 1
RT 2
Sumur : 100%
RW 1
RT 6
RW 3
RT 10
Sumur : 100%
RW 4
RT 4
Sumur : 100%
Pohsangit
kidul
RW 5
RT 3
Sumur : 100%
4 Wonoasih
Pakistaji
RW 2
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
RW 3
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
Kedung
galeng
RW 4
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
5 Kedopok
Jrebeng Lor
RW 7
RT 1, 2 dan 3
Sumur : 100%
RW 11
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
Sumber: Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo, DPU 2008, diolah 2009

Untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kota Probolinggo akan air bersih, sebagian dari PDAM dan
sebagian besar masih dipenuhi dari sumur gali, sumur pompa serta lainnya dari sumber mata air dan sungai.
Jumlah air minum yang disalurkan pada tahun 2007 meningkat 1,96% dari tahun 2006 yaitu dari
3.487.540 M3 meningkat menjadi 3.556.004 M3. peningkatan ini sangat dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

No

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

pelanggan yaitu 5,13%. Dari total 13.308 pelanggan, 91,57% adalah rumah tangga dengan volume pemakaian
air adalah 76,89%.
Terkait dengan kualitas air, khususnya air minum, pengujian kualitas air dilakukan berdasarkan
persyaratan baku mutu air. Pengujian kualitas air di Kota Probolinggo dilakukan melalui pengujian laboratorium
yang dilakukan pada sampel air yang berasal dari sumber mata air Ronggojalu dimana pengujian kualitas air
dilakukan pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya
Komite Akreditasi Nasional Laboratorium Penguji LP 241 IDN. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium
pada tangga 16 April 2010, ditetapkan bahwa parameter yang diuji memenuhi batas syarat air bersih sehingga
sangat layak untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan tidak memerlukan system pengolahan khusus
sebelum dimanfaatkan. System pengolahan yang dilakukan hanyalah upaya pengolahan standar berupa

Parameter
FISIKA
Bau
Jumlah zat padat terlarut
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
Daya Hantar Listrik

Tabel 3. 6 Hasil Pemeriksaan Air PDAM Tahun 2010


Batas Maksimal
Satuan
Metode
yang
Diperbolehkan
mg/l
Skala NTU
0
C
TCU
mhos/cm

SM P.2150A.2005
SNI 06.6989.26.2005
SNI 06.6989.25.2005
SM P.2160A.2005
SNI 06.6989.23.2005
SNI 06.6989.24.2005
SNI 06.6989.1.2004

KIMIA
A. Kimia Organik
Air Raksa
mg/l
IK NO.02 (AAS)
Arsen
mg/l
Beal
mg/l
SNI 06.6989.4.2004
Fluorida
mg/l
SNI 06.6989.29.2005
Kadmium
mg/l
SNI 06.6989.16.2004
Kesadahan sebagai CaCO3
mg/l
SNI 06.6989.12.2004
Khlorida
mg/l
SNI 06.6989.19.2004
Kromium, Valensi 6
mg/l
SNI 06.6989.53.2005
Mangan
mg/l
SNI 06.6989.5.2004
Nitrat sebagai N
mg/l
SNI 06.2480.2004
Nitrit sebagai N
mg/l
SNI 06.6989.9.2004
pH
SNI 06.6989.11.2004
Selenium
mg/l
Seng
mg/l
SNI 06.6989.7.2004
Sianida
mg/l
SNI 19.6964.6.2003
Sulfat
mg/l
SNI 06.6989.20.2004
Timbal
mg/l
SNI 06.6989.8.2004
B. Kimia Organik
Zat Organik (KmnO4)
mg/l
SNI 06.6989.22.2004
Deterjen
mg/l
SM P.5540.0.2005
Sumber: PDAM Kota Probolinggo, Tahun 2010

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Limit
Deteksi / LD

Hasil

Tak Berbau
1500
25
Tak Berasa
Suhu Udara 30C
50
-

1
0,060
0,1
1
2

Tak Berbau
195
0,743
Tak Berasa
28,0
1
391

0,001
0,05
1,0
1,5
0,005
500
600
0,05
0,5
10
1,0
6,5 9,0
0,01
15
0,1
400
0,05

0,0010
0,0037
0,010
0,0010
2,000
0,986
0,0030
0,0491
0,0019
0,0021
0,01
0,0075
0,001
0,693
0,0036

<LD
<LD
0,14
<LD
134,64
15,88
<LD
<LD
2,5144
0,0049
7,05
<LD
<LD
4,2559
<LD

10
0,5

0,16
0,001

3,19
<LD

III-70

desinfeksi yang mengikuti kriteria sebagaimana disajikan pada table di bawah ini.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga


Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di Kota Probolinggo adalah akibat dari buangan limbah
domestik rumah tangga. Di Kota Probolinggo masih terdapat penduduk (rumah tangga) yang bertempat tinggal di
kawasan bantaran sungai, seperti Sungai Banger, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancur dan
sebagainya. Pada tahun 2008, jumlah rumah tangga yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai
tercatat sebanyak 3.181 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat pada kelurahan Jrebeng Lor
dan Kelurahan Jati. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35% rumah tangga di Kota probolinggo masih membuang
sampahnya ke sungai. Hal tersebut menjadi sumber utama penyebab pencemaran limbah domestik. Sumber
pencemar dari kegiatan domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Berdasarkan hasil dari studi
EHRA pada tahun 2010, dari 1152 sample responden rumah tangga, sebanyak 39,32 % melaporkan tidak
memiliki dan menggunakan tangki septictank.
Sumber pencemar dari kegiatan domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Data pada
tahun 2008 menunjukkan bahwa sekitar 6,57% rumah tangga tidak memiliki penampungan akhir tinja dengan
septictank.
Kondisi sungai yang masih menjadi media pembuangan limbah oleh masyarakat Kota Probolinggo juga
merupakan salah satu penyebab pencemaran air. Hal tersebut dikarenakan kualitas air sungai yang mengalami
degradasi/ penurunan. Pemantauan kualitas air yang telah dilakukan oleh Tim Badan Lingkungan Hidup Kota
Probolinggo terhadap 6 (enam) sungai di wilayah Kota Probolinggo menunjukkan bahwa semua parameter masih
memenuhi Baku Mutu, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008, untuk sungai Legundi Hulu
seluruh parameter yang diuji sudah memenuhi standart, Sungai Legundi Hilir parameter BOD tidak memenuhi
standart, Sungai Umbul Hulu dan Hilir parameter BOD tidak memenuhi standart, Sungai Kasbah Hulu parameter
BOD dan COD tidak memenuhi standart, Sungai Kasbah Hilir parameter BOD tidak memenuhi standart, Sungai
Kedunggaleng Hulu dan Hilir parameter BOD tidak memenuhi standart, Sungai Pancor Hulu parameter DO,
BOD, COD dan Detergen tidak memenuhi standart, Sungai Pancor Hilir parameter BOD, tidak memenuhi
standart, Sungai Banger Hulu parameter BOD, COD dan Detergen tidak memenuhi standart, Sungai Banger Hilir
parameter DO, BOD, COD, Detergen, Minyak dan Lemak tidak memenuhi standart. Selengkapnya dapat dilihat

Tabel 3. 7 Banyaknya Rumah Tangga yang Bertempat Tinggal di Bantaran Sungai


No
Kelurahan
Jumlah Rumah Tangga
1
Mangunharjo
58
2
Kebonsari Kulon
130
3
Kanigaran
60
4
Jati
336
5
Sukabumi
155
6
Mayangan
7
Sukoharjo
14
8
Wiroborang
108
9
Tisnonegaran
231
10
Kebonsari Wetan
14
11
Curah Grinting
62
12
Triwung Kidul
272
13
Ketapang
138
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

pada tabel berikut ini.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


No
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Kelurahan
Jumlah Rumah Tangga
Kademangan
261
Pilang
78
Triwung Lor
186
Sumber Wetan
17
Pohsangit Kidul
110
Jrebeng Kulon
Kareng Lor
50
Jrebeng Lor
384
Kedungasem
106
Sumber Taman
89
Jrebeng Kidul
58
Pakistaji
28
Wonoasih
12
Kedopok
66
Kedunggaleng
68
Jrebeng Wetan
90
Jumlah
3.181
Sumber: Status Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, Badan Lingkungan Hidup, Tahun 2008

Melaporkan menggunakan tangki (60,68%)


947,4%septiik
Dibangun kurang
kurang dari
dari 2th
2th lalu
lalu (10,30%)
(10,30%) atau
atau
Dibangun
antara 2-5
2-5 th
th lalu(21,03%)
lalu(21,03%)
antara
Tidak bisa
bisa
Tidak
dispesifikkan
dispesifikkan

N=699

Dibangun lebih dari 5 th lalu (63,23%)

Tidak pernah dikosongkan


(83,26%)

Pernah dikosongkan
(13,30%)

N=442

N=93

Suspek cubluk

N=29

Dikosongkan kurang dari 2


th lalu(22,48%)
Suspek tangki septik

Dikosongkan 2-5 th lalu


(26,36%)
Suspek tangki septik

Dikosongkan 5 th lalu
(23,26%)
Suspek cubluk

Tabel 3. 8 Banyaknya Rumah Tangga Tanpa Septictank


No
Kelurahan
Persentase Rumah Tangga tanpa Septictank
MAYANGAN
1
Mayangan
12,12
2
Sukabumi
3,03
3
Mangunharjo
19,44
4
Jati
21,62
5
Wiroborang
22,50
KANIGARAN
6
Tisnonegaran
5,00
7
Curah Grinting
17,50
8
Kanigaran
85,71
9
Kebonsari Kulon
37,14
10
Kebonsari Wetan
0,00
11
Sukoharjo
10,00
KADEMANGAN
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Sumber : Studi EHRA tahun 2010


Gambar 3. 2 Flow Chart Identifikasi Tangki Septik Kota Probolinggo

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


No
Kelurahan
Persentase Rumah Tangga tanpa Septictank
12
Kademangan
16,67
13
Pilang
90,00
14
Ketapang
5,26
15
Triwung Lor
12,50
16
Triwung Kidul
8,33
17
Pohsangit Kidul
30,00
WONOASIH
18
Wonoasih
36,36
19
Jrebeng Kidul
43,24
20
Pakistaji
26,09
21
Kedunggaleng
54,29
22
Kedungasem
27,27
23
Sumber Taman
38,46
KEDOPOK
24
Sumber Wetan
45,00
25
Kareng Lor
28,57
26
Jrebeng Kulon
39,47
27
Jrebeng Wetan
41,18
28
Jrebeng Lor
25,00
29
Kedopok
32,35
Sumber: Studi EHRA Kota Probolinggo, Tahun 2010

Pada saat ini telah diadakan wacana mengenai kemungkinan dibangunnya Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)/Septictank Komunal skala lingkungan. Dimana pilot project akan diuji cobakan pada daerahdaerah yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Pada saat ini kendala dari rencana tersebut sampai pada
tahap penyediaan dan pembebasan lahan. Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum
Perumahan dan Permukiman telah secara intensif mengadakan sosialisasi serta mengupayakan agar
pembangunan IPAL/Septictank komunal ini dapat segera terealisasi. Rencana pembangunan IPAL Komunal ini
berupa pembangunan 2 unit IPAL komunal setiap tahunnya mulai dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

3.1.5. Limbah Padat (Sampah)


Pengolahan persampahan di Kota Probolinggo merupakan peralihan dari paradigma pengolahan lama
ke paradigma pengolahan baru. Paradigma lama yang menganut sistem pengelolaan sampah konvensional
(Silasko) mengelola sampah dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan
pengolahan akhir. Tahapan kegiatan tersebut merupakan suatu sistem, sehingga masing-masing tahapan dapat

Gambar 3. 3 Sistem Pengelolaan Sampah Konvensional (Silasko)


Sumber Sampah

Sarana Pengangkut
(Gerobak)

TPS
Transfer Depo

TPA

Sarana Pengangkut
(Truk)

Sumber: Community Base Of Integrated Solid Waste Management, 2009.

Sistem pengelolaan sampah konvensional (Silasko) memiliki permasalahan sebagai berikut:

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

disebut sebagai sub sistem.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Menurunnya kualitas lingkungan (pencemaran air, tanah dan udara), baik pada saat proses pengumpulan
maupun pengangkutan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat
Munculnya berbagai permasalahan mengenai Tempat Pengolahan Akhir, karena sampah kota setiap saat
selalu bertambah sedangkan luas lahan TPA sangat terbatas, kemudian sangat sulit untuk mendapatkan
lahan TPA baru
Kesadaran dan keterlibatan masyarakat akan pengelolaan sampah masih belum optimal. Karena pelayanan
persampahan semuanya diserahkan kepada Pemerintah Kota.
- TPA masih merupakan tempat pembuangan akhir dari sampah kota atau tempat pemrosesan sampah.
- TPS hanya berfungsi sebagai tempat pengumpul sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Tidak
ada pemrosesan sampah dalam TPS.
- Masyarakat masih belum banyak mengetahui nilai tambah yang dapat dihasilkan dari sampah
Pengelolaan sampah belum menjadi prioritas pembangunan
Limbah padat dan limbah industri sebagian besar dihasilkan oleh industry. Limbah tersebut merupakan
sisa-sisa bahan produksi yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Limbah yang dihasilkan tersebut selalu dipilah
berdasarkan kategorinya dan ditempatkan dalam wadah yang telah ditentukan. Untuk limbah yang masih dapat
dimanfaatkan, selanjutnya digunakan sesuai jenis dan peruntukannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah juga telah mewajibkan bahwa untuk setiap usaha/industri yang memiliki limbah
yang dapat membahayakan lingkungan diwajibkan untuk mengolah limbahnya sendiri dengan IPAL, sehingga
limbah yang dibuang nantinya sudah tidak mencemari lingkungan.
Untuk limbah B3, secara prinsip harus ditangani dengan cara ditampung sementara dalam
penampungan khusus sebelum diambil dan dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki ijin transporter maupun
mengelola lombah sesuai dengan peraturan yang ada. Untuk kegiatan pengukuran dan pemantauan limbah B3
dilakukan minimal 3 bulan sekali untuk kemudian dilaporkan kepada instansi terkait dalam hal ini adalah Badan
Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.
Untuk limbah pada fasilitas kesehatan umumnya sudah mengalami pemilahan antara limbah medis dan
non medis. Perlakuan terhadap limbah medis bisanya dibuang pada tempat sampah khusus seperti incenerator
sehingga limbah berbahaya seperti alat suntik dapat langsung dibakar pada suhu tertentu di dalam incenerator

A. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan perbandingan antara komponen/jenis masing-masing sampah terhadap
keseluruhan sampah. Komposisi sampah dinyatakan dalam prosentase berat basah. Komposisi fisik sampah
mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan menjadi sampah
Organik, Kertas, Plastik, Logam dan lain-lain dimana komposisinya sangat bergantung kepada karakteristik
kegiatan yang ada pada kawasan penghasil sampah. Timbulan sampah Kota Probolinggo mencapai 127 ton/hari
atau 127.000 kg/hari.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

tersebut.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Berdasarkan asal/sumber penghasil sampah, sampah-sampah yang ada di Kota Probolinggo terdiri dari
sampah yang dihasilkan oleh Kawasan Perumahan, Kawasan Industri, Kawasan Perdagangan dan Jasa,
Kawasan Perkantoran, Rumah Sakit serta Pasar. Karakteristik penanganan sampah yang dihasilkan oleh
kawasan-kawasan diatas adalah sebagai berikut ;
1. Perumahan
Pada Kawasan Perumahan sampah pada umumnya tidak dipilah namun langsung diangkut ke tempat
pengumpulan sementara yang terletak di dekat perumahan. Pada beberapa perumahan sedang diuji cobakan
alat pengolah sampah organik yaitu Komposer Aerob. Alat ini berfungsi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk.
2. Industri
Sampah dari Industri umumnya sudah mengalami pemilahan seperti sampah basah dan kering. Limbah (cair
dan padat berbahaya) pada industri besar sebagian besar sudah dilakukan pengolahan secara mandiri oleh
masing-masing industri. Pemanfaatan sampah industri antara lain pengolahan sampah kertas, plastik, kulit
dan karung yang biasanya banyak diusahakan dengan sistem daur ulang maupun dijual secara langsung
kepada pengusaha bahan bekas.
3. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Sistem pemilahan sampah pada kawasan perdagangan dan jasa tidak dilakukan sehingga sampah yang
masuk ke dalam TPS Kontainer merupakan sampah yang tercampur. Setiap hari sampah yang sudah
diletakkan di depan Toko diangkut oleh petugas penyapu jalan ke dalam TPS yang ada di wilayah tersebut.
4. Fasilitas Kesehatan
Sampah pada fasilitas kesehatan umumnya sudah mengalami pemilahan antara sampah medis dan non
medis. Perlakuan terhadap sampah medis bisanya dibuang pada tempat sampah khusus seperti incenerator
sehingga sampah berbahaya seperti alat suntik dapat langsung dibakar pada suhu tertentu di dalam
incenerator tersebut.
5. Pasar
Sampah pasar yang ada di Kota Probolinggo 92% berupa sampah organik dan 8% berupa sampah plastik
dan kertas. Dalam pembuangannya langsung dibuang ke TPS Kota Probolinggo setelah sebelumnya
ditempatkan pada TPS Kontainer yang terdapat dilingkungan pasar. Volume sampah organik dapat mencapai
Jalan Gubernur Suryo (Ungup-Ungup). Pada lokasi tersebut sampah kertas, plastik, kaca dan organic sudah
mengalami pengolahan (composer aerob), sehingga dapat mereduksi volume sampah pasar yang masuk ke
TPA. Selain itu pada lokasi Pengolahan Sampah Terpadu Pasar Baru juga telah terjadi kerjasama antara
Pemerintah Kota Probolinggo dangan Yayasan Danamon Peduli (Bank Danamon).
Komposisi sampah merupakan perbandingan antara komponen/jenis masing-masing sampah terhadap
keseluruhan sampah. Komposisi sampah dinyatakan dalam prosentase berat basah. Komposisi fisik sampah
mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan menjadi sampah

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

2-3 kontainer setiap harinya. Lokasi Pengolahan Sampah Terpadu Pasar Baru di Kota Probolinggo terdapat di

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Organik, Kertas, Plastik, Logam dan lain-lain dimana komposisinya sangat bergantung pada karakteristik
kegiatan pada kawasan penghasil sampah.

Tabel 3. 9 Komposisi Sampah Kota Probolinggo Tahun 2007


Komposisi Sampah
Jenis Sampah
Perumahan
Perdagangan
Kesehatan
Pasar
Organik
73,64%
27,20%
31,70%
85,20%
Kertas
10,20%
25,63%
28,00%
3,05%
Plastik
8,29%
37,42%
29,90%
4,25%
Lainnya
1,43%
2,95%
4,00%
2,80%
Kayu
2,00%
1,50%
1,00%
1,70%
Kain
1,05%
1,05%
3,00%
0,60%
Metal
1,05%
1,15%
1,20%
0,80%
Karet / Kulit
0,50%
1,10%
0,50%
0,50%
Kaca
1,04%
0,80%
0,70%
0,40%
Pasir
0,80%
1,20%
0,00%
0,70%
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo, Tahun 2010

Industri
49,13%
29,67%
8,00%
3,00%
5,00%
2,00%
0,70%
2,00%
0,40%
0,10%

B. Sarana dan Prasarana


Sarana Perangkutan dan Peralatan Berat
Berkaitan dengan operasional pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah, sarana pengangkutan yang
dimiliki Bidang P2DPLH pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo hingga tahun 2008 adalah
sebanyak 18 unit kendaraan yang terdiri dari berbagai jenis sebagaimana uraian berikut :
Truk Sampah Besar (2 unit)
Dump Truck (4 unit)
Armroll truck (5 unit)
Colt Pick-Up (2unit)
Kendaraan Roda Tiga (5 unit)
Truk Penyedot Tinja (2 unit)
Sarana Pengumpulan dan Pemindahan
Dalam operasional pengumpulan sampah, faktor efisiensi dan fleksibikitas dalam penempatan dan
pemidahan masalah pemindahan memegang peranan yang sangat penting. Berikut ini sarana pengumpulan
Kontainer (26 unit)
Gerobak (120 unit)
TPS (Tempat Pengumpulan Sementara)
Meningkatnya kegiatan pengembangan kawasan pemukiman sebagai sebuah konsekwensi dari
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan ketersediaan
prasarana pengumpulan sementara. Bertolak dari hal tersebut, pada tahun 2007 melengkapi 24 TPS yang
telah ada pada Bidang P2DPLH merealisasikan pembangunan 5 unit TPS (Tempat Pengumpulan Sementara)

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

dan pemindahan sampah yang dimiliki Bidang P2DPLH :

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

di lokasi-lokasi berikut : Jl. Flamboyan, Kelurahan Sumber Taman, Kelurahan kademangan dan Perum
kentangan Selatan.
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)
Terletak di Kelurahan Sukabumi Kecamatan Mayangan dengan kapasitas seluar 4 ha. TPA Kota
Probolinggo dikelolah dengan menggunakan 2 metode, yaitu Sanitary Landfill dan Controled landfill.
C. Volume Sampah Yang Terangkut Ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
perjalanannya sejak mulai dari timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan hingga pengangkutan.
Sebelum pelaksanaan pembongkaran dan pemilahan sampah pada petak-petak yang telah ditentukan
berdasarkan jenis sampah yang masuk, terlebih petugas TPA mencatat sumber, volume serta alat angkut yang
digunakan. Dari data yang diperoleh volume sampah tiap bulannya per Januari sampai Oktober 2010 terus ratarata sebanyak 41.651 kg/hari. Sampah yang terangkut tersebut kemudian masuk ke TPA Kota probolinggo.

Tabel 3. 10 Data Estimasi Volume Timbulan Sampah Kota Probolinggo Tahun 2010
Volume
Kecamatan
Kelurahan
m3/hr
Ton/hr
Mayangan
Jati
26,7
9,1
Mangunharjo
36
12,2
Mayangan
18,7
6,3
Sukabumi
22,9
7,8
Wiroborang
11
3,7
Sub Total
115,3
39,2
Kademangan
Kademangan
10,8
3,7
Ketapang
11,9
4
Pilang
10,4
3,5
Pongsangit kidul
8,2
2,8
Triwung kidul
13,2
4,5
Triwung Lor
9,4
3,2
Sub Total
63,7
21,7
Wonoasih
Jrebeng Kidul
8,4
2,8
Kedungasem
10,9
3,7
Kedunggaleng
4,4
1,5
Pakistaji
8,2
2,8
Sumber Taman
9,6
3,3
Wonoasih
6,4
2,2
Sub Total
48
16,3
Kanigaran
Curahgrinting
6,3
2,1
Kanigaran
28,3
9,6
Kebonsari Kulon
30,7
10,4
Kebonsari Wetan
8,7
2,9
Sukoharjo
12,1
4,1
Tisnonegaran
10,6
3,6
Sub Total
96,7
32,9
Kedopok
Jrebeng Kulon
7,2
2,4
Jrebeng Lor
17,2
5,8
Jrebeng Wetan
3,9
1,3
Kareng Lor
6,8
2,3
Kedopok
6,3
2,2
Sumber Wetan
8,5
2,9
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Untuk lebih jelasnya mengenai volume sampah yang terangkut dapat dilihat pada tabel berikut ;

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Kecamatan

Volume

Kelurahan

m3/hr
49,9
373,5

Sub Total
Total Timbulan
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo, Tahun 2010

Ton/hr
17
127

1.117.861
1.162.970
1.330.630
1.141.304
1.107.250
993.740
844.780
757.520
812.690
822.350
937.640
1.054.240

12.240
2.770
14.630
5.151
22.840
3.440
20.830
4.630
7.000
19.220
15.890
18.600

6.760
56.020
7.890
40.440
8.820
123.320
7.570
58.060
5.060
52.360
36.080
47.570
22.500
37.980
21.220
32.990
22.410
33.950
25.080
45.690
15.890
56.820
32.890
29.330
TOTAL TAHUN 2008 (Kg)
12.082.975
147.241 3.142.310
212.170
614.530
RATA-RATA (Kg/Hari)
33.104
403
8.609
581
1.684
PROSENTASE (%)
65,42
0,80
17,01
1,15
3,33
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo, Tahun 2010

29.590
19.820
24.590
22.060
25.220
27.790
19.570
8.950
11.840
35.380
24.370
23.860

5.280
8.240
12.620
8.580
7.240
7.730
5.640
6.750
2.875
2.230
5.290
3.450

200.540
252.820
230.845
176.950
200.180
150.470
152.420
150.000
135.000
120.320
80.230
71.930

273.040

75.925

1.921.705

748

208

5.265

1,48

0,41

10,40

Tabel 3. 12 Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2009


Bulan
Jumlah (Kg)
Rata-Rata (Kg/Hari)
Jan
1.734.631
55.956
Peb
1.781.440
63.623
Mar
2.067.685
66.700
Apr
1.701.715
56.724
Mei
1.700.880
54.867
Jun
1.523.720
50.791
Jul
1.306.740
42.153
Ags
1.192.050
38.453
Sep
1.253.315
41.777
Okt
1.326.950
42.805
Nop
1.368.420
45.614
Des
1.512.350
48.785
Total
12.703.512
41.651
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo, Tahun 2010

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Tinja

Rumah Sakit
& Puskesmas

Terminal

Taman

Toko &
Restoran

Pasar
306.340
286.490
322.230
282.040
280.730
256.900
203.020
209.990
227.550
256.680
232.290
278.050

III-70

Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des

Perusahaan

Bulan

Perumahan

Tabel 3. 11 Data Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2009
Volume Sampah Masuk TPA (Kg)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.1.6. Drainase Lingkungan


A.

Saluran Drainase
Menurut data terbaru dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kota Probolinggo tahun 2009, terdapat 10

saluran drainase primer di Kota Probolinggo, yaitu; Saluran Kali Pancor, Saluran Kali Banger, Saluran Kali
Kasbah, Saluran Kali Umbul, Saluran Afvoer Brantas, Saluran Afvoer Bromo, Saluran Afvoer RSU Dr. Moch.
Saleh, Saluran Barat TPA, Saluran Beloan, dan Saluran Bangsingan. Saluran primer tersebut menampung aliran
air dari limpasan air hujan, saluran pembuang irigasi (afvour), limbah domestik cair dari kawasan permukiman
penduduk dan disalurkan menuju laut. Disamping itu terdapat saluran-saluran pematusan dari pemukiman yang
langsung menuju laut.
1. Kali Pancor
Kali Pancor melintas di Jalan Jendral Sudirman dan bermuara di Selat Madura. Sungai ini memiliki lebar
atas 3,5m, lebar bawah 2,9m, dan tinggi air sekitar 1,13m dilengkapi dengan penguatan (lining) kanan dan
kiri berupa pasangan batu kali. Kali Pancor masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya meskipun
dibeberapa tempat telah terjadi sedimentasi bahkan di tumbuhi tanaman pengganggu.
2. Kali Banger
Kali Banger melintas di beberapa jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder seperti Jalan Panglima
Sudirman, Jalan Pahlawan dan Jalan Ahmad Yani. Kali Banger berhulu di sekitar Jalan Abdul Hamid dan
bermuara di Selat Madura. Kali Banger juga melingkupi Saluran Akup, Saluran Panglima Sudirman dan
Saluran Sukarno-Hatta berbentuk persegi dengan lebar atas dan lebar bawah kurang lebih 2m dan tinggi air
kisaran 0,5m, yang pada musim kemarau aliran (debit) Kali Banger tidak terlalu besar. Kondisi penguatan
(lining) kanan dan kiri dari pasangan batu kali dan masih sangat bagus. Kali Banger masih dapat berfungsi
walaupun terjadi sedimentasi dan penyumbatan oleh sampah. Tipe Saluran ini merupakan saluran terbuka
dan di beberapa tempat dijumpai saluran tertutup bahkan terdapat deker plat masuk hingga taman dan
rumah penduduk. Kali Banger masih dapat berfungsi walaupun terjadi sedimentasi dan penyumbatan oleh
sampah. Perawatan Kali Banger sulit dilakukan karena tidak adanya jalan inspeksi dan penataan bantaran
yang kurang baik, bahkan dibeberapa tempat telah didirikan bangunan permanen.
3. Kali Kasbah
Kali Kasbah berada di Jalan Supriyadi dan melintas Jalan Sukarno Hatta dan masuk ke Afvour TPA. Di
dengan baik walaupun di beberapa tempat banyak tanaman pengganggu.
4. Kali Umbul
Kali Umbul yang memiliki bentuk trapesium dengan lebar atas sekitar 8,7m, lebar bawah 8m serta tinggi air
kurang lebih 1,13m dengan penguatan berupa pasangan batu kali. Kali Umbul berhulu di Kelurahan
Kanigaran, melintas Jalan Cokroaminoto sekitar Gladak Serang dan bermuara di Selat Madura. Kali Umbul
masih dapat berfungsi meskipun di beberapa tempat telah terjadi sedimentasi bahkan di Jalan Anggrek
dimanfaatkan sebagai lahan jagung dan ketela.
5. Afvour RSUD dr. Moch Saleh
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

beberapa tempat belum terdapat penguatan (diplengseng). Secara umum Kali Kasbah masih berfungsi

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Afvour RSUD dr.Moch Saleh mempunyai lebar atas 2,3m, lebar bawah 1,8m dan tinggi saluran 0,75m
sehingga membentuk trapesium. Afvour RSUD dr.Moch Saleh berada di Jalan Panjaitan melalui RSUD dr.
Moch Saleh, Jalan Anggrek dan bermuara di Selat Madura. Merupakan saluran terbuka, tetapi di dekat
RSUD dr. Moch Saleh tertutup oleh beton sebagai area parkir. Walaupun terdapat endapan dasar, saluran
ini masih dapat berfungsi dengan baik. Afvour dr. Moch Saleh terdapat endapan tepat di saluran
pembuangan IPAL serta menimbulkan bau yang tidak sedap bagi pengunjung.
6. Saluran Barat TPA
Saluran Barat TPA berhulu di sekitar Jalan Anggrek dan bermuara di Selat Madura. Walaupun pada
beberapa tempat belum terdapat penguatan (diplengseng), Saluran Barat TPA masih mampu mendapat
limpahan aliran permukaan dari air hujan di sekitar kawasan anggrek, juga aliran air dari Kali Kasbah.
Saluran Barat TPA secara umum masih berfungsi dengan baik walaupun terjadi sedimentasi di beberapa
tempat dengan penampang basah kurang lebih 20 cm.
7. Afvour Bromo
Afvour Bromo berada di Jalan Bromo dan bermuara di Selat Madura setelah melintas Jalan Sukarno Hatta.
Dengan lebar atas 3m, lebar bawah 2,8m dan tinggi air sekitar 0,83m, Afvour Bromo merupakan saluran
kecil dengan tipe tegak pada bagian hulu. Pada musim kemarau bagian hulu hingga tengah tidak dialiri air
(kering) setelah mencapai bagian hilir terdapat aliran air dengan tinggi 20 cm. Pada bagian hulu sampai
tengah terjadi penumpukan sedimen hingga memenuhi badan saluran bahkan dibeberapa tempat telah
ditumbuhi tanaman pengganggu dan dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk tanaman jagung.
8. Saluran Bangsingan
Saluran Bangsingan berhulu di Saluran Esan dan bermuara di Selat Madura. Pada daerah hilir saluran
merupakan bentuk alam (sembarang). Saluran Bangsingan merupakan sungai berbentuk persegi dengan
lebar atas 2,5m begitu juga dengan lebar bawah sebesar 2,5m dan tinggi air kurang lebih 1,2m.
9. Afvour Brantas
Afvour Brantas berada di sepanjang Jalan Brantas, berhulu di DAM Kelep pertemuan antara Saluran Pakis
dan Saluran Legundi, melintasi Jalan Sukarno Hatta dan bermuara di Selat Madura, sebagian besar
berbentuk alam (sembarang) serta mempunyai bentuk trapesium dengan lebar atas 10m, lebar bawah 9,5
dan tinggi air kurang lebih 3m..
Saluran Belo`an berhulu di Jalan Amir Hamzah, tepatnya DAM Randu melintas di Jalan Kyai Hasan
Genggong dan bermuara di saluran irigasi sekunder Wiroborang. Saluran Belo,an menerima air dari
kelebihan (over flow) daerah irigasi Kedung Galeng.
B.

Genangan Air Kota Probolinggo


Selain adanya beberapa kondisi saluran yang kurang baik, permasalahan drainase di Kota Probolinggo

juga ditunjukkan dengan adanya genangan di beberapa daerah. Genangan tersebut muncul khususnya pada
saat musim penghujan. Munculnya genangan tersebut dikarenakan saluran drainase yang ada tidak dapat
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

10. Saluran Belo`an

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

mengalirkan air limpasan hujan dengan cepat. Adanya endapan dan sampah pada saluran drainase cukup
mengganggu fungsi dari saluran sehingga tidak dapat optimal dalam mengalirkan air buangan. Selain itu faktor
rendahnya daerah terhadap saluran juga turut memicu terjadinya genangan. Pada saat terjadi banjir musiman
genangan air di beberapa daerah sampai pada batas kedalaman satu meter.
Tabel 3. 13 Data Dan Lokasi Genangan Air dan Banjir Di Kota Probolinggo
Kedalaman
(cm)

Lama
(jam)

20 - 30

1. Sal. Bangsingan meluap

20 - 30

1. Sal. Tepi jalan/ tersier penuh sedimen


2. Luapan Sal. Bangsingan

30 - 40

1. Elevasi kampung lebih rendah dari Jl.


Basuki Rahmat
2. Luapan dari K. Pancor

Jl. DI Panjaitan

30 - 40

Jl. KH. Mansur

30 - 40

Jl. A. Yani

30 - 40

Jl. Suroyo

20 - 30

Jl. Imam Bonjol

20 - 30

Jl. Sutomo
Jl. Diponegoro

20 - 30
20 - 30

1
1

1. Luapan saluran RSUD, yang tertutup


oleh trotoir
1. Luapan saluran KH. Mansur
1. Saluran tepi jalan banyak sedimen
2. Luapan Sal. RSUD dan K. Banger
1. Luapan Sal. RSUD dan K. Banger
1. Saluran tepi jalan banyak sedimen
2. Luapan Sal. RSUD dan K. Banger
1. Luapan K. Banger
1. Luapan saluran RSUD

Jl. P. Sudirman
Kali Banger

20 - 30

1. Luapan saluran P. Sudirman

Jl. Cut Nyak Dien

30 - 40

Jl. Siaman

30 - 40

Perumahan/ Permukiman Kel. Kebonsari


Kulon, Sebelah Selatan Jl. Pahlawan,
Barat Jl. KH. Dahlan

40 - 50

Pintu Air K. Banger/ Bendung Tanjungan

50

Jl. Pahlawan

20 - 30

Permukiman Jl. Juanda

20 - 30

Jl. Cokroaminoto

15 - 25

Permukiman Jl. Supriadi

40 - 50

Kampung dibelakang Yon Zipur

20 - 30

Pabrik tekstil PT. Eratex Djaya

30 - 40

Perumahan/ Pemukiman Sebelah Utara Jl.


TGP

50

Afour Brantas
Jl. Brantas di perempatan Jl. Soekarno
Hatta

40 - 50

Nama Saluran
Sal. Bangsingan
Permukiman Jl. Basuki Rahmat
Permukiman Jl. Gatot Subroto, Jl. Let.jen
Suprapto, KH. Hasyim Ashari, Jl. MT
Haryono
Kali Pancor
Permukiman di Jl. Basuki Rahmat, Kel.
Mangunharjo

Penyebab

Afour RSUD

1. Saluran tepi jalan dibawah trotoir


tersumbat
1. Saluran tepi jalan dibawah trotoir
tersumbat
1. Peninggian jalan dan sal. Drainase
tepi jalan Jl. Pahlawan tidak
memperhitungkan kawasan jalan
disekitarnya
1. Kapasitas pintu air tidak cukup
walaupun sudah dibuka saat hujan
1. Kapasitas saluran tepi jalan tidak
cukup
1. Syphon menuju Jl. Pahlawan
tersumbat sampah dan sedimen
1. Saluran tepi jalan dibawah trotoir
meluap
2. Sedimentasi didasar saluran meluap
1. Sedimentasi di dasar saluran, sumber
mata air tanah
1. Saluran primer Kasbah meluap
1. Saluran primer Kasbah dan Umbul
meluap

Afour Gladak Serang

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

1. Meluapnya afvour gladak serang


yang masih belum di plengseng pada
banyak lokasi
1. Saluran tepi jalan di bawah trotoir
tidak dapat dideteksi sedimennya
dan arah alirannya
2. Muara saluran yang berada di Jl.

III-70

Kali Kasbah

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Nama Saluran

Jl. Brantas

Kedalaman
(cm)

Lama
(jam)

Penyebab
Anggrek mengalami bottle neck Rel
KA, dan habis disawah
3. Elevasi badan jalan yang rendah dan
membentuk cekungan
1. Sal. Tepi jJl. Brantas sebelah timur
tidak cukup kapasitasnya
2. Tidak ada gorong-gorong yang
melintas Jl. Brantas ke K. Brantas
yang masih kosong pada saat hujan
3. Genangan di jalan tidak bisa masuk
ke K. Brantas karena terhalang
tanggul brantas

20 - 30

50 - 100

1. K. Kedung galeng meluap


2. Penyempitan lebar sungai pada
jembatan

50 - 100

1. Kali Kedung galeng meluap,


sedimentasi yang berat pada K. Kedung
galeng

Kali Dringu/ Kedung Galeng


Jembatan Desa Kedung asem Kec.
Wonoasih
Permukiman Desa Wonoasih,
Permukiman Desa kedung asem,
Permukiman desa Kedung Galeng,
Permukiman Desa Pakistaji
Saluran Sukun - Randu
Permukiman Desa Jrebeng Lor

40 - 50

1. Sedimentasi dan sampah di bawah


jembatan
2. Setengah alur kali diduduki oleh
bangunan tepat di hilir DAM Randu

Kampung Desa Triwung Kidul


Permukiman Desa Triwung Kidul

10

1. Saluran irigasi Pakis meluap

50

2. Saluran irigasi Pakis meluap

20

0.5

Permukiman Desa Triwung Kidul, Jl.


Bromo, arteri primer ke G.Bromo
Kampung Desa Ketapang
Permukiman Desa Ketapang

1. Penyempitan afvour bromo antara Jl.


Raya Probolinggo-Pasuruan ke Laut

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kota Probolinggo, 2009.

Peran serta masyarakat dalam sektor drainase di Kota Probolinggo sudah mulai terbentuk. Masyarakat
sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada kerusakan ataupun gangguan pada
saluran/sistem drainase. Dalam forum Musrenbang, masyarakat selalu menyalurkan aspirasinya mengenai
perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah mereka. Kemudian juga telah terbentuk suatu
Program Kali Bersih (Prokasih) yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam tujuannya untuk menjaga
kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di Kota Probolinggo. Memang pada kenyataannya kesadaran
masyarakat akan pentingnya fungsi dan peranan saluran drainase masih rendah, namun dengan adanya

3.1.7. Limbah Industri


Saat ini pola perubahan kualitas air dan debit air semakin menurun pada berbagai sumber di wilayah
Kota Probolinggo, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah adanya kegiatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari terutama kegiatan industri besar, industri rumah tangga dan kegiatan pertanian serta
sampah yang ada di wilayah Kota Probolinggo sangat berpengaruh akan terjadi pencemaran air dimana-mana.
Perkembangan jumlah industri kecil di Kota Probolinggo mengalami peningkatan signifikan dalam tahuntahun terakhir,dimana jumlah industri kecil pada tahun 2003 sebesar 121 industri, pada tahun 2004 hingga
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

program semacam ini, maka ke depan kesadaran masyarakat lambat laun akan dapat ditingkatkan.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

tahun 2006 industri kecil konstan dengan jumlah 124 industri, akan tetapi pada tahun 2007 jumlah industri kecil
mengalami kenaikan sebesar 103,22% menjadi 252 industri. Sedangkan jumlah industri besar dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak mengalami peningkatan dan tetap dengan jumlah 19 industri pada tahun
2003 hingga tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah industri besar berkurang menjadi 18 industri. Dengan
peningkatan jumlah pada beberapa industri tersebut tetap akan mempunyai pengaruh yang kuat akan terjadinya
pencemaran lingkungan air.
Untuk mengetahui kualitas air limbah industri dilakukan dengan pengambilan contoh (sampling) effluent
air limbah. Air limbah tersebut yang berasal dari end pipe treatment setiap industri yang menghasilkan limbah
cair. Pengujian terakhir dilakukan pada bulan Desember, 2008 yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Nama Perusahaan
PT. SULINDO

PT. Southern Marine


Product Cold Storage

PT. Sumber Taman Keramik

Hotel RATNA

RS. Dharma Husada

CV. Sumber Setia

Susu Sumber Hidup

PT. Amak Firdaus Utomo

A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
A.
B.
C.
D.
A.

Parameter
PH
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
PH
TSS
Kadmium
Cr. Total
Mangan
Nikel
Timbal
Seng
Kobalt
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Ammonia
Ortho Posphat
Phenol
Detergen
Klorin Bebas
*)
Colli Tinja
*)
PH
BOD
COD
TSS
Ammonia
Sulfida
Minyak dan Lemak
Cr. Total
PH
BOD
COD
TSS
PH

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Hasil
7,4
12,8
40,8
30,7
tidak terdeteksi
7,1
65,6
84,9
64,8
9,0
7,8
< 4.1
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
0,1025
tidak terdeteksi
7,1
4,0
6,6
< 4.1
0,106
4,0
7,3
29,8
105,7
36,9
0,2568
4,243
0,085
1,588
< 0.04
80
7,8
31,4
89,8
4,8
7,655
6,045
6,5
0,2519
7,7
14,5
46,8
36,4
8,4

III-70

Tabel 3. 14 Kualitas Air Limbah Industri di Kota Probolinggo


No
1

No

Nama Perusahaan

PT. Aneka Food Tatarasa


Industri

10

PT. Pamolite Adhisive


Industry

11

PT. Eratex Djaya Tbk

12

PT. Kutai Timber Indonesia

13

Hotel Tampiarto

14

RSUD. Dr. Moch. Saleh

15

Hotel Bromo II

16

Hotel Bromo View

17

Hotel Paramitha

18

Pabrik Lak Banyukerto

B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
A.
B.
C.
D.

A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.

Parameter
BOD
COD
TSS
PH
BOD
COD
TSS
PH
BOD
COD
TSS
Total Nitrogen
Phenol
PH
BOD
COD
TSS
Ammonia
Sulfida
Fenol
Minyak dan Lemak
Cr. Total
PH
BOD
COD
TSS
Amonia
Phenol
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Amonia Bebas
Ortho Phospat
Phenol
Detergen
Klorin Bebas
*)
Colli Tinja
*)
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
DO
BOD
COD

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Hasil
38,6
90,3
106,4
6,3
29,1
87,0
17,1
8,4
17,2
35,5
< 4.1
8,826
tidak terdeteksi
7,6
11,8
44,9
4,2
0,282
0,020
tidak terdeteksi
< 2.7
tidak terdeteksi
8,8
526,6
1314,9
111,6
13,14
0,074
11,0
7,4
25,4
69,0
86,9
5,570
8,5
6,6
60,6
213,1
27,7
0,0233
3,04
tidak terdeteksi
2,430
tidak terdeteksi
23
7,8
6,8
40,4
20,6
0,186
< 2.7
6,1
198,7
777,3
288,2
2,715
9,5
6,9
2,5
4
< 4.1
0,040
tidak terdeteksi
6,7
11,8
161,2
696,3

III-70

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


No
19

Nama Perusahaan
PT. Inti Mitra Sejati

E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.

Parameter
TSS
TDS
PH
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak

Hasil
1876,0
2814,2
7,1
21,1
71,6
102,4
7,5

Sumber: Laporan Periodik Kualitas Air Kota Probolinggo Tahun 2008, Badan Lingkungan Hidup

Sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air dan juga Perda Nomor 20 Tahun 2002 tentang pengendalian pencemaran air, maka tiap-tiap
jenis usaha/industri yang memiliki dampak terhadap lingkungan diwajibkan memiliki dokumen UKL/UPL (dampak
kecil) dan AMDAL (dampak besar), serta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pada kenyataannya hanya
13.1% usaha/industri di Kota Probolinggo memiliki kelengkapan tersebut. Pada kebijakan tersebut juga
menyebutkan bahwa apabila industri tersebut sudah berdiri, maka dapat dilengkapi dengan dokumen DPPL.
Sehingga dengan demikian sudah seharusnya setiap industri yang memiliki dampak terhadap lingkungan
memiliki dokumen pemantauan lingkungan. Pada kenyataannya hanya 11.9% usaha/industri di Kota Probolinggo
memiliki dokumen tersebut.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Nama Usaha/ Industri


RS. Dr. Muh Saleh
RS Hidayatullah
RS Dharma Husada
RS Bersalin Siti Aisyah
Pelabuhan Tanjung Tembaga
Pangkalan Pendaratan Ikan
RPH Kota Probolinggo
TPA Kota Probolinggo
Terminal Bayuangga
PT Kutai Timber Indonesia
PT Eratex Djaja
PT Aneka Food Tata rasa
PT Southern Marine Prod.
PT Indopherin Jaya
PT Sulindo
PT Pamolife adhesive Ind.
PT Sumber Taman keramik
PT Rimba Sempana Ind.
PT Utama Tirta Bestari
PT Lingga Mas
CV. Sumber Setia
P.O Akas NNR
P.O Akas Asri
P.O Akas Green
P.O Akas Mila
P.O Akas I
P.O Akas III
P.O Akas IV
Perusahaan Tahu Barokah
Perusahaan Tahu Proma
Perusahaan Tahu Musa
Perusahaan Tahu Nuria Makmur
Perusahaan Tahu Asri
Perusahaan Tahu SA

Kepemilikan Dok. Lingkungan


UKL/UPL
Tidak Ada
DPPL
UKL/UPL
DPPL
DPPL
UKL/UPL
UKL/UPL
Tidak Ada
DPPL
DPPL
Tidak Ada
UKL/UPL
DPPL
DPPL
DPPL
UKL/UPL
Tidak Ada
UKL/UPL
UKL/UPL
UKL/UPL
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Kepemilikan IPAL
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

III-70

Tabel 3. 15 Kelengkapan Dokumen UKL/UPL, AMDAL & IPAL Untuk Jenis Usaha/Industri di Kota Probolinggo

No
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

Nama Usaha/ Industri


Perusahaan Tahu Sari Bumi
Perusahaan Tahu Yuangga
Sentra Ind. Tempe S. Taman
Industri Kecap Cap Badak
Industri Sirup Lele
Industri Sirup Mercy
Industri Limun Shakas
Industri Limun Irian
Hotel Tentrem
Hotel Ratna
Hotel Kemayoran
Hotel New Victoria
Hotel Tampiarto
Hotel Rela Hati
Hotel Luxor
Hotel Bromo Permai II
Hotel Paramita
Hotel Vera
Hotel Bromo View
SPBU Mayangan
SPBU Triwung lor
SPBU Pilang
SPBU Wonoasih
SPBU Sukoharjo
Keramik Jawa
LARISA
Bromo UD
S.K.I
PAOLO
AIDA
55
PT Anak Firdaus Utomo
Bengkel Sanjaya
Sumber Rejeki
UD Pribumi
UD Usaha Bersama
Makmur Jaya II
UD Bakha
UD Muara Sari
UD Palapa
UD Sari
PT Air Mas Lestari Jaya
Mebel Antik
Klinik Amanah
Inti Mitra Sejati (Bee Jay Seafood)
Susu Sumber Hidup
SPBU Kareng Lor
SPBU Jl. Matrip
SPBU Jl. Lumajang
SPBU Triwung Kidul

Kepemilikan Dok. Lingkungan


Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
UKL/UPL
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
UKL/UPL
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
DPPL
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
DPPL
Lap Uji Air PDAM
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Kepemilikan IPAL
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Sumber, Badan Lingkungan Hidup,2009

3.1.8. Limbah Medis


Limbah medis di Kota Probolinggo banyak bersumber dari kegiatan Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moh
Saleh serta Puskesmas. Untuk limbah medis yang dihasilkan di RSUD Dr Moh Saleh meliputi limbah medis padat
dan limbah medis cair. Jenis limbah medis padat meliputi :

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Limbah Benda Tajam


Contoh : Jarum Suntik, Jarum Infus
Limbah Patologi
Contoh : Potongan Tubuh / Jaringan dari Kegiatan Operasi
Limbah Infeksius
Contoh : Botol Infus, Perban, Kasa, Ampul Bekas Tindakan Medis
Limbah Sitotoksis
Contoh : Botol Obat, Jarum Injeksi Bekas Obat-Obatan yang Bersifat Infeksius
Limbah Farmasi
Contoh : Limbah Bekas Obat-obatan Farmasi
Jenis Limbah Medis Cair meliputi :
Limbah Cair Infeksius
Limbah Cair yang dihasilkan dari semua kegiatan di Rumah Sakit khususnya yang dihasilkan dari Ruang
Tindakan dan perawatan, dan Ruang Cucian.
Limbah Cair yang mengandung bahan Kimia dan Sitotoksis
Limbah cair dari kegiatan Farmasi, Sisa desinfektan dan Laboratorium
Untuk limbah medis dari puskesmas juga berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dapat
berupa Spuit bekas, botol ampul bekas, vial, perban bekas, wadah bekas kemasan laboratorium, infus bekas dan
sampah bekas operasi. Sedangkan untuk limbah cair yang dihasilkan dari puskesmas berupa limbah cair dari poli
gigi, limbah cair dari laboratorium dan limbah cair dari tindakan medis.
3.2. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Di kota Probolinggo lingkungan perairannya terutama di perairan sungai menjadi saluran pembuangan
limbah kota menuju laut, baik itu digunakan oleh pihak industri maupun juga yang dilakukan oleh rumah tangga.
Pemerintah Kota Probolinggo telah menetapkan kebijakan dalam pengelolaan limbah perkotaan, agar bisa
terwujud kesinambungan pembangunan dengan tetap melestarikan lingkungan hidup (Sustainable
Development).
Kebijakan yang telah ditetapkan adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat
pencemaran air dan tanah, membaiknya kualitas udara khususnya di kota, dan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan arti pentingnya memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Limbah perkotaan berasal pada dua kegiatan pokok, yaitu limbah yang bersumber dari kegiatan industri
dan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (limbah domestik).

3.2.1. Landasan Hukum


a.

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

sesuai baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dengan pertanda meningkatnya kualitas air sungai, berkurangnya

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

b.

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

c.

Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

d.

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

e.

Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

f.

Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

g.

Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

h.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air

i.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112/MENLH/ 2003 tentang Baku Air Limbah Bagi
Usaha dan Kegiatan Domestik

j.

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air

k.

Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2002 tentang Pengendalian Pencemaran Air

3.2.2. Aspek Institusional


Kegiatan dan pengelolaan dan pengendalian limbah cair dalam penanganan permasalahan sanitasi di
Kota Probolinggo, baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kota
Probolinggo merupakan tanggungjawab dari Pemerintah Kota Probolinggo yang dikelola oleh Badan Lingkungan
Hidup, Dinas Pekerjaan Umum bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Bidang Perumahan dan Permukiman,
Dinas Kesehatan Kota Probolinggo, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, di bawah pengawasan dari Badan Pengawas Dampak Lingkungan Hidup
Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawa Timur.
3.2.3. Cakupan Layanan
Target dan sasaran pelayanan diukur berdasarkan kebutuhan nyata dan mendasar dari masyarakat,
disamping melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pengertian masyarakat
tentang pembuangan air limbah domestik yang sehat, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengadakan
Diantara prasarana dan sarana sanitasi yang ada, sebagian tidak berfungsi dengan baik walaupun
jamban yang dipakai telah diperlengkapi dengan tangki septic. Ada pula yang memiliki jamban pribadi, yang tidak
diperlengkapi dengan tangki septic atau menampung air limbah/ tinja, tetapi membuang secara langsung ke
badan air terbuka terdekat.
Kondisi yang masih kurang layak seperti tersebut diatas masih diperparah lagi dengan masih kurangnya
tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan, khususnya masalah pembuangan limbah
domestik. Disamping itu, penanganan pembuangan air limbah domestik kurang mendapat dukungan dari
berbagai pihak yang berkepentingan sehingga menduduki prioritas yang rendah dalam perencanaan dan
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

serta memelihara sarana yang dibutuhkan.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

pembangunan prasarana perkotaan. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana
dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat
masih belum memadai, dan peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan
belum termobilisasikan dengan baik.
Wilayah pelayanan sarana sanitasi di Kota Probolinggo terdiri dari pelayanan seluruh kecamatan di Kota
Probolinggo. Masing-masing wilayah pelayanan memiliki sarana sanitasi berupa fasilitas buang air besar terdiri
dari 3 (tiga) bagian, yaitu: fasilitas pribadi, fasilitas umum, dan lainnya (membuang langsung ke saluran drainase,
sungai dan sebagainya)
Di wilayah pelayanan Kota Probolinggo, presentase fasilitas pribadi sebesar 56,92% dari total penduduk
kota atau sebesar 119.790 jiwa, presentase fasilitas umum sebesar 13,35% dari total penduduk kota atau
sebesar 28.095 jiwa dan presentase lainnya (dibuang langsung) sebesar 29,73% dari total penduduk Kota
sebesar 62.568 jiwa dari 210.453 jiwa total penduduk kota. Di wilayah pelayanan Kota Probolinggo, presentase
tangki septik 55,71% dari total penduduk kota atau sebesar 117.250 jiwa dan presentase cubluk sebesar 14,56%
dari total penduduk kota sebesar 30.635 jiwa, dari 210.453 jiwa total penduduk Kota Probolinggo (BPS Jatim
2007 dan BPS Kota Probolinggo 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh melalui survey yang dilakukan mengenai kondisi sanitasi di Kota
Probolinggo pada 29 kelurahan, menunjukkan bahwa:
a. Dari jumlah penduduk wilayah perkotaan sebesar 215.158 jiwa, sudah dilayani dengan sarana yang ada
sebanyak 28.681 unit yang terdiri dari sarana jenis A (MCK) sebanyak 183 unit, sarana jenis B (septic tank)
sebanyak 28.498 unit, tanpa merinci sarana sehat dan tidak sehat.
b. Dari jumlah sarana yang ada, sebanyak 22.173 unit adalah sarana sehat dan sisanya yaitu sebanyak 6.508
unit adalah sarana tidak sehat.
c. Apabila diasumsikan tiap unit sarana jenis A dapat melayani sebanyak 50 jiwa, sarana jenis B dapat melayani
5 jiwa, maka jumlah penduduk yang terlayani adalah sebesar 151.640 jiwa, sehingga penduduk yang tidak
mempunyai sarana diperkirakan sebanyak 63.158 jiwa atau sebanyak 30 %
d. Penduduk yang tidak mempunyai sarana sebagian besar masih menggunakan sarana penduduk terdekat
atau membuang limbahnya ke sungai/ badan air terbuka terdekat.

No

Kelurahan

Kelurahan

Kecamatan/ Kelurahan
Kecamatan Mayangan
Mayangan
Sukabumi
Mangunharjo
Jati
Wiroborang
Jumlah
Kecamatan Kanigaran
Tisnonegaran
Curahgrinting
Kanigaran
Kebonsari Kulon
Kebonsari Wetan

Jumlah
Penduduk

Jumlah Sarana Yang Ada (Unit)


MCK
Jamban
Septictank
Umum Keluarga

Kondisi Sarana Yang Ada (Unit)


Tidak
Sehat
Jumlah
Sehat

Penduduk
tidak ada Sarana
Jiwa
%

10.799
11.055
19.609
14.617
6.279
62.359

6
6
2
8
6
28

665
1.093
3.663
4.064
1.054
10.989

806
1.654
2.563
2.154
858
8.035

159
1.458
2.323
1.692
590
6.221

654
203
242
470
274
1.843

812
1.660
2.565
2.162
864
8.063

6469
2485
6694
3447
1689
20784

60%
22%
34%
24%
27%
-

5.657
3.548
17.564
15.290
4.922

2
2
8
2
10

743
328
1.576
1.358
257

952
437
2.815
2.606
752

738
246
2.798
2.429
509

216
193
26
179
253

954
439
2.823
2.608
762

797
1263
3089
2160
662

14%
36%
18%
14%
13%

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Tabel 3. 16 Kondisi Sarana Sanitasi Pengolahan Air Limbah Kota Probolinggo

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

Kecamatan/ Kelurahan
Sukoharjo
Jumlah
Kecamatan Kademangan
Kademangan
Pilang
Ketapang
Triwung Lor
Triwung Kidul
Pohsangit Kidul
Jumlah
Kecamatan Wonoasih
Wonoasih
Jrebeng Kidul
Pakistaji
Kedunggaleng
Kedungasem
Sumber Taman
Jumlah
Kecamatan Kedopok
Sumber Wetan
Kareng Lor
Jrebeng Kulon
Jrebeng Wetan
Jrebeng Lor
Kedopok
Jumlah
Jumlah Total

Jumlah
Penduduk
6.995
53.976

Jumlah Sarana Yang Ada (Unit)


MCK
Jamban
Septictank
Umum Keluarga
5
489
1.175
29
4.751
8.737

Kondisi Sarana Yang Ada (Unit)


Tidak
Sehat
Jumlah
Sehat
1.041
140
1.180
7.760
1.007
8.766

Penduduk
tidak ada Sarana
Jiwa
%
870
12%
8841
-

6.912
5.695
6.579
5.788
7.586
4.744
37.304

11
4
3
4
7
6
35

210
1.088
1.496
1.439
1.196
665
6.094

608
494
978
896
1.107
573
4.656

274
393
840
841
730
505
3.583

345
105
141
59
384
74
1.108

619
498
981
900
1.114
579
4.691

3322
3025
1539
1108
1701
1579
12274

48%
53%
23%
19%
22%
33%
-

3.555
4.775
4.758
2.542
7.049
9.291
31.970

10
4
10
8
10
7
49

661
604
682
101
481
1.108
3.637

342
341
286
276
851
1.421
3.517

186
90
234
152
480
1.061
2.203

166
255
62
132
381
367
1.363

352
345
296
284
861
1.428
3.566

1345
2870
2828
762
2294
1836
11935

38%
60%
59%
30%
33%
20%
-

5.253
4.754
4.120
3.136
8.836
3.450
29.549
215.158

6
6
4
5
6
15
42
183

1.080
1.034
843
695
1.812
809
6.273
31.744

574
584
491
385
1.154
365
3.553
28.498

281
325
304
241
944
312
2.407
22.173

299
265
191
149
217
68
1.188
6.508

580
590
495
390
1.160
380
3.595
28.681

2083
1534
1465
961
2766
875
9684
63.518

40%
32%
36%
31%
31%
25%
30%

Sumber : Rencana Investasi Perkotaan (RITA) Kota Probolinggo, Tahun 2010-2014

Salah satu sarana pengolahan air limbah domestik yang ada di Kota Probolinggo adalah Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang dibangun di RT. 8 RW. 7 Kelurahan Sukabumi Kecamatan
Mayangan cakupan KK yang terlayani sebanyak 21 KK. Sedangkan IPAL Komunal yang dibangun di RT. 7 RW. 1
Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan yang terlayani sebanyak 11 KK.
3.2.4. Aspek Teknis
Pada umumnya sistem pembuangan air limbah di Kota Probolinggo adalah sistem setempat (On Site
System) dan langsung dibuang ke badan sungai. Kota Probolinggo telah memiliki instalasi pengelolaan lanjutan
untuk pengelolaan lumpur tinja dari tangki septik berupa IPLT dengan lokasi TPA. Kota probolinggo telah memiliki
Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Kota Probolinggo memiliki truk tangki dengan kapasitas 3m3 dan 4 m3.
Bagi masyarakat yang menggunakan sarana sanitasi, biasanya air limbah dari kamar mandi dab dapur
langsung dibuang ke saluran drainase. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki sarana sanitasi,
membuang langsung air limbah yang berasal dari WC dan kamar mandi serta dapur ke lingkungan sekitar.
Pengolahan biologis memanfaatkan metabolisme mikroorganisme (bakteri, fungi, protozoa, algae) untuk
menguraikan kandungan organik dalam limbah. Untuk suatu jenis limbah tertentu terdapat jenis dan macam
mikroorganisme hidup spesifik, hal ini berhubungan dengan makanan yang terdapat dan tersedia di dalam air
limbah maupun kondisi lingkungannya Dalam hal ini limbah sebagai merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme tersebut. Bentuk pengolahan biologis sendiri dibagi dalam dua klasifikasi penting, yaitu aerobik
dan anaerobik.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

No

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Dalam perencanaan pembangunan IPAL komunal di Kota Probolinggo ini, jenis pengolahan yang
dipakai ialah Anaerobic Baffle Reactor (ABR), salah satu pengolahan biologis secara anaerobik. Pengolahan
biologis anaerobik merupakan pengolahan limbah yang dalam prosesnya mutlak tidak membutuhkan keberadaan
oksigen sebagai syarat dapat hidupnya bakteri, sehingga bakteri yang bekerja disebut bakteri anaerob.
Keuntungan dari sistem pengolahan anaerobik ini antara lain:

Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan relatif sedikit dan lumpur yang dihasilkan relatif stabil
dibanding dengan pengolahan aerobik konvensional, sehingga tidak membutuhkan pengolahan lumpur
lagi misalnya seperti sludge digester.

Dapat dihasilkan energi berupa gas methan, namun akan berfungsi efektif jika debit limbah cukup besar
dan kandungan organik cukup tinggi.

Tahan terhadap flutuasi beban limbah yang besar, sebab debit aliran yang masuk relatif kecil dibanding
dengan dimensi bangunan, yang disebabkan waktu tinggal yang lama. Sehingga proses anaerobik ini
cocok sebagi pengolahan biologis awal untuk limbah dengan kandungan organik cukup tinggi sebelum
diolah dalam pengolahan aerobik, yaitu dengan memanfaatkan proses penyerdehanaan rantai organik
yang terjadi di proses anaerobik.

Pada beberapa pengolahan dengan beban yang tidak terlalu besar dapat di desain dengan konsep free
maintenance dan low energy cost.
Sedangkan kelemahan dari sistem pengolahan anaerobik ini antara lain :

Membutuhkan waktu tinggal yang lama untuk dapat menguraikan limbah yang masuk, karena adanya
tiga fase pengolahan yaitu hidrolisis, asidifikasi dan methanogenesis, untuk sistem pengolahan
anaerobik konvensional waktu tinggal yang dibutuhkan antara 30 sampai 60 hari, sedangkan untuk
sistem anaerobik yang high rate 15 hari. Namun saat ini telah banyak dikembangkan sistem
pengolahan anaerobik dengan meminimalkan waktu tinggal sehingga dimensi tidak terlalu besar.
(Tchobanoglous, 1995)

Perlu menjaga agar dalam reaktor tidak ada oksigen terlarut dan pH harus dalam range 6.6 -7.6, serta
alkalinitas yang cukup agar pH tidak turun drastis setelah proses asifikasi, sebab dalam sistem ini
bekerja dua bakteri yang saling berlawan, dimana salah satu bakteri menghasilkan asam (asidifikasi)
sedangkan bakteri methanogenesis membutuhkan pH netral untuk dapat hidup.
Perlu mengkondisikan dan menjaga suhu reaktor pada kondisi minimal suhu mesophilic (30 380 C)

ON-SITE
SYSTEM
SKALA
KOTA
agar bakteri
dapat bekerja
dengan
baik.
TANGKI SEPTIK

TRANSPORTASI

PENGOLAHAN

small bore
sewer

tangki septik

DIAGRAM
TRUK TINJA

lumpur

pengering
lumpur

PEMBUANGAN
sungai

danau

TPA Sampah

cairan

OFF-SITE SYSTEM SKALA KOTA


KOLEKSI

TRANSPORTASI

PENGOLAHAN

pipa riool

KELOMPOK
KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
DIAGRAM
man-hole

PEMBUANGAN

sungai

TPA Sampah

danau

III-70

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Gambar 3. 4 Sistem Pengelolaan Limbah Cair Kota Probolinggo

3.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
Pembiayaan pembangunan IPAL Komunal bersifat sharing antara pemerintah dan masyarakat. Jaringan
perpipaan yang dibangun oleh pemerintah hanya sampai pada jaringan induk yang berada di depan rumah.
Pembiayaan yang menjadi tangung jawab masyarakat antara lain:
-

Penyambungan dari Jaringan perpipaan induk yang berada di depan rumah sampai ke dalam
rumah beserta kelengkapan closet;

Operasional dan perawatan IPAL.

3.2.6. Permasalahan
Pola kemitraan pembiayaan antara pemerintah daerah dengan masyarakat belum berjalan dengan
maksimal karena sampai dengan saat ini masih belum banyak masyarakat yang menyambung jaringan
perpipaan, hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat berpenghasilan rendah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan teknis operasional


a. Masih kurangnya pelayanan air limbah.
b. Alat transportasi pengangkut tinja belum dapat melayani dan jangkauannya sangat terbatas.
c. Masih kurang tersedianya ponten umum.
2. Permasalahan pembiayaan
Kebutuhan pengelolaan air limbah belum dapat terpenuhi karena terbatasnya kemampuan
pemerintah dalam membiayai pengolaan air limbah.
3. Peraturan dan perundangan
Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pembuangan air limbah ke pengolahan
limbah tinja.
b.

Belum adanya peraturan pengelolaan air limbah dengan melibatkan pihak swasta dalam
pengelolaannya, khususnya pengembang property.

4. Peran serta masyarakat


Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yaitu membuang limbah
langsung ke saluran drainase dan sungai.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

a.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.3. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT)


3.3.1. Landasan Hukum
a.

Undang-undang RI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

b.

Perda Kota Probolinggo No 17 Tahun 2002 tentang Kebersihan

c.

Perda Kota Probolinggo No 7 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja
lembaga teknis daerah Kota Probolinggo

d.

Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/114/KEP/425.012/2010 tanggal 18


Maret 2010 tentang Penetapan Harga Pemanfaatan Biokompos Bayuangga Lestari bagi petani, pemilik

e.

kios bunga dan distributor


Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/257/KEP/425.012/2006 tanggal 9
September 2006 tentang Pengurus Paguyuban Kelompok Masyarakat Pemilahan Sampah Rumah

f.

Tangga PAPESA (Paguyuban Peduli Sampah) Kota Probolinggo


Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan Kelompok

g.

Masyarakat (Pokmas) Nomor : 050/484B/425.111.2006 tanggal 19 Mei 2006


Perjanjian Kerjasama Nomor : 050/484A/425.111/2006 tanggal 19 Mei 2006 antara

h.

Pemerintah Kota Probolinggo dengan Kelompok Tani Assalam


Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota dengan Badan Pengkajian
Penerapan Teknologi (BPPT) Nomor : 22/KB/BPPT-PEMKOT PROBOLINGGO/VII/2008 tanggal 23 Juli
2008

i.

Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota dengan UD. Tiga Putra Mandiri

j.

Nomor : 660/1108/425.111/2008 tanggal 31 Maret 2008


Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota dengan Yayasan Danamon Peduli
Nomor : 010/YDP/BA/III/2009 tanggal 16 Maret 2009

3.3.2. Aspek Institusional


Di Kota Probolinggo, permasalahan persampahan merupakan salah satu prioritas yang harus dicermati
dalam pembangunan. Persampahan merupakan permasalahan yang kompleks dimana untuk dapat
mengatasinya, maka diperlukan suatu penanganan secara menyeluruh serta harus terus diupayakan suatu
koordinasi terkait antar satuan kerja. Untuk penanganan permasalahan persampahan yang ada di wilayah
administratif Kota Probolinggo merupakan tanggungjawab dari Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal ini
kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

3.3.3. Cakupan Layanan


Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 70%
sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan
umum, dengan sasaran penanganan rata-rata mencakup sekitar 100% penduduk di daerah perkotaan sampai
dengan akhir periode.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

melalui Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Perumahan dan Permukiman, namun

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Berdasarkan buku pedoman Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) Jawa Timur yang
disusun oleh tim Koordinasi Pembangunan Perkotaan, disebutkan bahwa daerah dengan kepadatan > 100
jiwa/ha, dianggap sebagai daerah yang potensial untuk mendapatkan pelayanan persampahan, terutama untuk
daerah yang telah mendapatkan pelayanan dari sistem yang ada.
Sesuai dengan tingkat keterbatasan sumber daya dan mengingat bahwa fungsi dari organisasi
pengelola persampahan yang ada belum dapat berjalan secara optimal, maka penekanan pelayanan selama 2
(dua) tahun pertama adalah memanfaatkan dan mengoptimalkan prasarana maupun peralatan yang sudah ada.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah dengan kepadatan penduduk > 100 jiwa/ha,
ditentukan sebagai daerah yang layak untuk mendapatkan prioritas pelayanan persampahan. Mengingat bahwa
dengan kepadatan penduduk seperti diatas, buangan sampah sudah tidak dapat lagi dikelola secara
setempat/individu melainkan harus ditangani melalui pelayanan umum.
Titik berat dan sasaran pelaksanaan pembangunan prasarana persampahan pada Kota Probolinggo
adalah lebih mengutamakan pada aspek perbaikan dan peningkatan kualitas pengelolaan dari sistem yang ada,
dan kemudian dilanjutkan dengan memperluas daerah pelayanan.
Pelayanan pengelolaan sampah Kota Probolinggo dengan cakupan area layanan di jalan-jalan propinsi
yaitu Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Soekarno Hatta serta jalan kota di Kota Probolinggo yaitu jl. tongkol, jl.
Cokroaminoto, jl. Brigjen Katamso, Jl. Suroyo, Jl. Dr. Shaleh, jl. Suyoso, Jl. Letjen panjaitan, jl. Diponegoro, Jl. Dr.
Soetomo, jl. Cut Nyak Dien, Jl. WR. Soepratman, Jl. Siaman, Jl. Pahlawan, Jl. Hayam Wuruk, Jl. Citarum, Jl.
Ikan Hiu. Jl. Ikan Kerapu, Jl. Gatot Subroto, Jl. Trunojoyo, Jl. Basuki Rahmad, Jl. Ahmad Yani, Jl. Imam Bonjol, Jl.
Mastrip, Jl. Arteri Wonoasih, Jl. Brantas, Jl. S. Parman, Jl. KH. Mansyur, Jl. Agus Salim, Jl. Teuku Umar, Jl. KH.
Hasan Genggong, Jl. Abdul Aziz.
Yang dimaksud dengan penduduk yang telah dilayani sistem adalah jumlah penduduk yang timbulan
sampahnya sudah diangkut ke TPA. Berdasarkan kriteria jumlah timbulan sampah, Kota Probolinggo dengan
penduduk sebesar 215.158 jiwa (tahun 2008), untuk jumlah total timbulan sampah mencapai 127.000 kg/hari,
sedangkan volume sampah yang terangkut ke TPA sebanyak 41.651 kg/hari. Dengan demikian untuk wilayah
Kota Probolinggo tingkat pelayanan sampah telah melayani kurang lebih 32,8% penduduk atau sekitar 70.571

A.
1

2
3

Tabel 3. 17 Kondisi Pelayanan Persampahan Kota Probolinggo


Kondisi Pelayanan Saat Ini
Komponen
Sedang
Baik
Rusak
PEKERJAAN SIPIL
Sarana Pengumpulan
- Tempat Pembuangan Sementara
26
Unit 0
Unit 0
Unit
- Pembangunan Transfer Depo :
Unit
Unit
Unit
200 (M2) Type I
0
Unit 0
Unit 0
Unit
100 (M2) Type II
4
Unit 0
Unit 0
Unit
50 (M2) Type III
9
Unit 0
Unit 0
Unit
Sarana Pengangkutan
- Pembangunan Bengkel
0
M2 0
M2 0
M2
Sarana Pembuangan Akhir
- Pembuatan Jalan Masuk
9800
M2 0
M2 0
M2
3
3
- Pembuatan Saluran
2000
M 0
M 0
M3
4
4
- Pembuatan Jalan Bantu
0
M 0
M 0
M4

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Jumlah yang
Layak Pakai
26
0
4
9

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

M2

9800
2000
0

M2
M3
M4

III-70

jiwa.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

- Pembuatan Pagar
- Pembangunan Pos Jaga/Garasi
B.
1

PERALATAN DAN MATERIAL


Sarana Pengumpulan
- Tong Sampah
- Gerobak Sampah
Sarana Pengangkutan
- Open Truck
- Dump Truck
- Armroll Truck
- Container (6-10 m3)
- Peralatan Bengkel/Workshop
Sarana Pembuangan Akhir
- Wheel Loader
- Buldozer

Kondisi Pelayanan Saat Ini


Sedang
Baik
Rusak
800
M5 0
M5 0
M5
6
6
16
M 0
M 0
M6

Jumlah yang
Layak Pakai
800
M5
16
M6

1100
120

Unit
Unit

0
0

Unit
Unit

0
0

Unit
Unit

1100
120

Unit
Unit

2
4
5
26
0

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

0
0
0
0
0

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

0
0
0
0
0

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

2
4
5
26
0

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

1
1

Unit
Unit

1
1

Unit
Unit

0
0

Unit
Unit

1
1

Unit
Unit

LAIN-LAIN
Pembebasan Tanah Untuk TPA
49500
M6
Pembebasan Tanah Untuk Transfer Depo
0
M7
Pembebasan Tanah TPS
0
M8
Sumber : Rencana Investasi Perkotaan (RITA 2010-2014) Kota Probolinggo

0
0
0

M6
M7
M8

0
0
0

M6
M7
M8

49500
0
0

M6
M7
M8

C.
1
2

Tabel 3. 18 Mekanisme Pembuangan Sampah Rumah Tangga Kota Probolinggo


MEKANISME PEMBUANGAN SAMPAH
FREKUENSI
Dikumpulkan Di Rumah, Diangkut Petugas Pemerintah/Pemda/Kelurahan
Dikumpulkan Di Rumah, Diangkut Petugas Masyarakat/Dikelolah RT atau RW
Dikumpulkan Di Rumah, Diangkut Petugas Perusahaan Swasta
Dikumpulkan Di Tempat Bersama, Diangkut Petugas Pemerintah/Pemda/Kelurahan
Dikumpulkan Di Tempat Bersama, Diangkut Petugas Masyarakat/Dikelolah RT/RW
Dikumpulkan Di Tempat Bersama, Diangkut Petugas Perusahaan Swasta
Dibuang Di Halaman Rumah Kedalam Lubang Lalu Dikubur
Dibuang Di Halaman Rumah Kedalam Lubang Lalu Dibakar
Dibuang Di Halaman Rumah Kedalam Lubang dan Didiamkan
Dibuang Di Halaman Rumah Tidak Ada Lubang / Ditumpuk dan Didiamkan
Dibuang Di Halaman Rumah Tidak Ada Lubang / Ditumpuk lalu Dibakar
Dibuang Di Halaman Rumah Ke Kolong Rumah
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Tempat Pembuangan Sampah
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Lubang Sampang / Tempat Pembuangan
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Sungai
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Kali / Sungai Kecil
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Selokan / Parit
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Lubang Galian / Kolam Ikan / Tambak
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Ke Ruang Terbuka
Dibuang Di Luar Halaman Rumah Tidak Tau Kemana
Langsung Dibakar
Langsung Dikubur
Langsung Lainnya (sebutkan)
TOTAL
Sumber : Studi EHRA Kota Probolinggo, Tahun 2010
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

48
316
1
23
128
4
16
213
28
24
138
1
103
90
61
7
3
9
57
1
132
2
13

3,39%
22,28%
0,07%
1,62%
9,03%
0,28%
1,13%
15,02%
1,97%
1,69%
9,73%
0,07%
7,26%
6,35%
4,30%
0,49%
0,21%
0,63%
4,02%
0,07%
9,31%
0,14%
0,92%

1152

100%

III-70

Komponen

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi


A.

Pewadahan
Pewadahan merupakan proses awal operasional dari beberapa proses sistem pengelolaan sampah
yang kemudian dilanjutkan dengan proses pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengangkutan
sampah ke tempat pengumpulan akhir. Proses pewadahan ditinjau dari dari tata cara dalam pewadahan
dan jenis pewadahan yang digunakan. Terdiri dari dua macam, yaitu:

Pewadahan dengan sendiri-sendiri di masing-masing rumah warga.

Pewadahan dengan satu pewadahan yang cukup besar untuk 2 4 rumah.


Sebagian besar tata cara yang digunakan adalah pewadahan secara sendiri-sendiri di masing-masing

rumah tangga. Wadah yang digunakan untuk tata cara ini sebagian besar terbuat dari karet, anyaman
bambu sampai dengan kantong plastik, sedangkan wadah yang digunakan untuk pewadahan komunal
yaitu wadah untuk 2 4 rumah yang terbuat dari bak pasangan bata. Lokasi pewadahan adalah didepan
rumah.
B.

Pengumpulan Sementara.
Proses pengumpulan sampah pada kawasan perumahan di kota Probolinggo menggunakan tata cara
pengumpulan individual tidak langsung. Proses pengumpulan ini dilakukan dari rumah penduduk menuju
TPS yang dalam pengelolaannya dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian poros dan bagian RW. Bagian
poros jalan adalah bagian yang melayani pengumpulan di jalan-jalan besar dan bagian RW adalah bagian
yang menangani pengumpulan di rumah-rumah penduduk.
Proses pengumpulan sampah dari rumah penduduk menuju TPS dilakukan oleh petugas kebersihan
dari RT/RW yang dioperasikan secara manual dan dilengkapi gerobak sampah yang berkapasitas 1 m3
Periodisasi pengumpulan sampah di wilayah perumahan rata-rata adalah satu sampai tiga hari sekali.

C.

Penyapuan Poros Jalan.


Pelayanan penyapuan poros jalan dilakukan oleh 97 personil penyapu jalan yang dikelola oleh Badan
Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo. Pelayanan penyapuan jalan dilakukan setiap
hari, sedangkan pada jalan-jalan yang ramai dilalui orang dan berpotensi menghasilkan volume timbulan
sampah yang tinggi dilakukan kegiatan penyapuan sebanyak tiga kali sehari.
Pemindahan.
Langkah setelah kegiatan pengumpulan sampah adalah dilakukan pemindahan. Pemindahan
merupakan suatu tahapan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk
dibawa ke tempat pengumpulan akhir. Tipe pemindahan ditentukan oleh kapasitas, cakupan pelayanan,
dan jenis yang digunakan. Sebagian besar merupakan sarana pemindahan menggunakan kontainer dan
sisanya menggunakan jenis transfer depo yang terbuat dari bangunan pasangan batu bata.

E.

Pengangkutan

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

D.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Proses pengangkutan ditentukan oleh pola pengangkutan dan sarana angkutan yang digunakan. Pola
pengangkutan sampah di Kota Probolinggo dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan sistem
pemindahan (Transfer Depo) dan sistem pengosongan kontainer.
Pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA dilakukan dengan menggunakan sarana berupa Truk
Sampah Besar, Truk Sampah Sedang, Dump Truk dan Armroll Truk. Pelaksanaan pengangkutan
dilaksanakan oleh 28 Petugas Angkutan (Sopir dan Pembantu Sopir) pada jam 05.30 WIB sampai dengan
jam 11.00 WIB dan dari jam 12.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB
F.

Pemrosesan Akhir.
Aktifitas utama pada TPA Kota Probolinggo adalah penurunan sampah dari alat angkut, penyodongan
dan komposting. TPA Kota Probolinggo dikelola dengan menggunakan metode control landfill, yaitu
penimbunan pada lahan terbuka secara terkendali. Fasilitas lain adalah adanya sebuah tempat untuk
melakukan aktifitas komposting terhadap sampah organik.
Gambar 3. 5 Alur Pengumpulan Sampah Kota Probolinggo Tahun 2006

1. Alur Pembuangan sampah Pada Perumahan di Kota Probolinggo


Sampah
Sampah
Rumah
Rumah

Keranjang/Plastik Depan
Keranjang/Plastik Depan
Rumah Tidak Dipilah
Rumah Tidak Dipilah

TPS
TPS
Terdekat
Terdekat

TPA
TPA

2. Alur Pembuangan sampah Pada Perkantoran di Kota Probolinggo


Sampah
Sampah
Kantor
Kantor

Tong/Keranjang/Plastik
Tong/Keranjang/Plastik
Tidak Dipilah
Tidak Dipilah

TPS
TPS
Terdekat
Terdekat

TPA
TPA

TPS Khusus
TPS Khusus
Industri
Industri

TPA atau
TPA atau
Saluran Air
Saluran Air

3. Alur Pembuangan sampah Pada Industri di Kota Probolinggo


Limbah
Limbah
Industri
Industri

Tempat Pengolahan
Tempat Pengolahan
Limbah dalam Industri
Limbah dalam Industri

4. Alur Pembuangan sampah Pada Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Probolinggo
Keranjang/Plastik Depan
Keranjang/Plastik Depan
Toko Tidak Dipilah
Toko Tidak Dipilah

TPS
TPS
Terdekat
Terdekat

TPA
TPA

5. Alur Pembuangan sampah Pada Fasilitas Kesehatan di Kota Probolinggo


Sampah Non Medis
Sampah
Sampah
Non Medis
Non Medis

Tong/Keranjang/Plastik
Tong/Keranjang/Plastik
Tidak Dipilah
Tidak Dipilah

TPS
TPS
Terdekat
Terdekat

Keranjang/Plastik Dipilah
Keranjang/Plastik Dipilah

Alat Khusus
Alat Khusus
Incenerator
Incenerator

TPA
TPA

Sampah Medis
Sampah
Sampah
Medis
Medis

6. Alur Pembuangan sampah Pada Pasar di Kota Probolinggo


KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

TPA
TPA

III-70

Sampah
Sampah
Toko
Toko

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Sampah
Sampah
Pasar
Pasar

Kontainer atau
Kontainer atau
TPS Pasar
TPS Pasar

TPA
TPA

Sumber: Rencana Tata Ruang Kawasan TPA, 2008

G.

Pengomposan
Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Komposting pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor Perda Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah dan Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 37 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup.
Kegiatan Pengomposan dilaksanakan di areal Komposting yang dibangun diatas sebuah lahan di
dalam kompleks TPA (area sebelah timur), prasarana ini memiliki 2 unit bangunan terbuka untuk kegiatan
operasional dan 1 unit bangunan kantor untuk kegiatan administratif dimana perkembangan proses
pengomposan dicatat dan dipantau secara periodik dalam upaya mendapatkan hasil yang optimal dan
memenuhi Standar Kualitas Produk. Sebagai penunjang aktifitas pengomposan, prasarana ini juga
dilengkapi dengan 1 unit Trash Crusher Machine yang berfungsi untuk mencacah/menghancurkan
sampah organik. Fungsi utama yang menjadi landasan kerja UPTD Komposting adalah:

Mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat.

Mendesiminasikan pengolahan kompos dan pemanfaatannya sebegai bentuk pemberdayaan


komunitas dan pendidikan.

H.

Tehknologi dalam penanganan Persampahan


TPA Kota Probolinggo memiliki kapasitas seluas 4 ha yang terletak di Kelurahan sukabumi Kecamatan
Mayangan yang berjarak 3 km dari pusat kota. TPA Kota Probolinggo menggunakan metode sistem
pembuangan dengan sistem controllandfiil, yaitu penimbunan pada lahan terbuka dimana tidak ada
pembatasan terjadi kontaminasi, ada pengelolaan lindi dan ada pencatatan, penempatan sampah dan
pemadatan sampah. Selain itu fluktuasi jumlah sampah yang ada di TPA Kota Probolinggo juga
dipengaruhi oleh adanya usaha pengolahan seperti daur ulang, komposting serta pemanfaatan lainnya

III-70

yang dilakukan oleh pemulung.

Gambar 3. 6 Komposter Anaerob untuk Pengelolaan Sampah

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Gambar 3. 7 Kondisi TPA Kota Probolinggo

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

PENGUMPULAN

SUMBER SAMPAH

PEMILAHAN

PENGANGKUTAN

PEMROSESAN

RW / Kelurahan

BLH
DKPS

/ lainnya

Bak
Sampah

PEMROSESAN
AKHIR

TPS / Transfer Depo

Public house
PERUMAHAN

PASAR

Bak
Sampah

BAK SAMPAH

SA

TPA
City

SU

KOMESIAL

Bak
Sampah

CONTAINER

Tong
Sampah
JALAN

/ FASILITAS
UMUM

DKPS

BLH

Gambar 3. 8 Alur Sistem Operasional Proses Pengelolaan Persampahan Kota Probolinggo

3.3.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah


Upaya untuk mencapai keberhasilan dalam pemecahan dan penanganan masalah-masalah kebersihan
dan persampahan pada hakikatnya bukan hanya menjadi tanggung jawab satu institusi saja melainkan
membutuhkan suatu kerja koordinatif yang menuntut keterlibatan seluruh stakeholders yang termasuk
didalamnya unit-unit kerja terkait, masyarakat dan pihak swasta.
Yang juga menjadi pertimbangan penting adalah bahwa masyarakat juga memiliki hak dan kewajiban
dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan. Hal tersebut sebagai mana telah diamanatkan dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 5 yang berbunyi sebagai
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2.

Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup.

3. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk itu diperlukan sebuah pendekatan pelaksanaan kegiatan yang dapat mengakomodir dan
mensinergikan seluruh potensi yang dimiliki masing-masing pihak.
Di Kota Probolinggo sendiri pada bidang persampahan telah mengadakan kerjasama dengan pihak
Bank Danamon untuk pengelolaan sampah pasar di TPS Ungup-Ungup melalui program Danamon Peduli.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

berikut :

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Dengan adanya program tersebut diharapkan di masa yang akan datang akan lebih banyak lagi terjalin
kerjasama dengan pihak-pihak swasta lainnya khususnya didalam sektor persampahan di Kota Probolinggo.
Dalam hal peran serta masyarakat sendiri, pihak Pemerintah Kota Probolinggo melalui Badan
Lingkungan Hidup telah banyak melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai permasalahan
persampahan. Bahkan masyarakat di Kota Probolinggo sudah mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya
masalah persampahan ini. Hingga saat ini di beberapa daerah telah terdapat program pengolahan sampah
menjadi kompos dan biogas. Kedepan akan lebih ditingkatkan lagi keberadaan maupun eksistensi peran serta
masyarakat tersebut demi mensukseskan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) seperti yang yelah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Disamping program-program di atas, di Kota Probolinggo juga terdapat kegiatan masyarakat dan
beberapa lembaga swadaya, komunitas dan elemen masyarakat yang memiliki peran penting dalam penanganan
masalah-masalah persampahan di Kota Probolinggo, antara lain:
Partisipasi masyarakat diharapkan mampu mendorong perbaikan lingkungan yang ada di Kota
Probolinggo, keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya tercermin dalam pembentukan
lembaga berbasis kemitraan yaitu:
1. Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB) merupakan lembaga non pemerintah yang bertujuan sebagai
lembaga saran kepada pemerintah mengenai kebijakan dan program yang dilaksanakan terutama kaitannya
dengan pembangunan yang berkelanjutan selaras dengan lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 103/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Dewan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Kota Probolinggo.
2. Informal Meeting Forum (IMF)
Informal Meeting Forum (IMF) merupakan lembaga yang mempunyai tujuan mengggalang sinergi dan
kebersamaan diantara pelaku industri dalam menciptakan keserasian lingkungan alam binaan, pencegahan
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan serta mendorong kecintaan masyarakat terhadap
lingkungan dalam kerangka mewujudkan visi lingkungan yaitu : Mewujudkan Kota Probolinggo Sebagai
Kota Hijau dan Bebas Polusi.
3. Forum Jaringan Manajemen Sampah (Forjamansa)
Forum ini dibentuk untuk dijadikan wadah bagi masyarakat Kota Probolinggo dalam menyalurkan
Kecamatan sampai tingkat Kota.
4. Paguyuban Peduli Sampah (Papesa)
Paguyuban ini merupakan paguyuban tingkat rumah tanggga yang bertujuan setiap kelompok
masyarakat berkumpul untuk memilah dan mengelola sampah skala rumah tangga agar dapat diolah
kembali menjadi kompos untuk kemudian dijual sehingga dapat menambah pendapatan masing-masing
rumah tangga.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 257/ KEP/ 425.012/ 2006 Tentang
Pengurus Kelompok Masyarakat Pemilahan Sampah Rumah Tangga PAPESA (Paguyuban Peduli
Sampah) Kota Probolinggo.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

aspirasinya mengenai kebersihan dan keindahan Kota Probolinggo mulai dari tingkat Kelurahan,

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Adanya perjanjian kerjasama nomor : 050/ 484 A/ 425.111/ 2006 antara Pemerintah Kota Probolinggo
dengan Kelompok Tani Assalam tentang pemanfaatan produk kompos/ pupuk organik UPTD
Komposting Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.
Adanya perjanjian kerjasama nomor : 050/ 484 B/ 425.111/ 2006 antara Pemerintah Kota Probolinggo
dengan Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah Rumah Tangga tentang Penyediaan Sampah organik/
bahan baku pembuatan pupuk organik/ composting dari proses pemilahan sampah rumah tangga.
5. Paguyuban Eco Pesantren
Dalam mengembangkan peran pondok pesantren yang ramah lingkungan sesuai dengan tujuan
diadakannya eco pesantren diantaranya adalah untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada
pondok pesantren memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang akhirnya dapat menumbuhkan
kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara
bijaksana. Turut menciptakan pula perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup,
mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 197/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Paguyuban Eco Pesantren Kota Probolinggo Tahun 2008.
6. Paguyuban Putri Lingkungan Kota Probolinggo
Dibentuk pada tahun 2007, setelah terpilihnya Putri Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tahun 2007,
yang menaungi seluruh finalis Putri Lingkungan Kota Probolinggo. Paguyuban ini, banyak mengadakan
kegiatan yang bersifat partisipatif masyarakat dalam hal pengelolaan lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 169/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Panitia Pemilihan Putri Lingkungan Kota Probolinggo Tahun 2008.
7. Paguyuban Kader Lingkungan (Pakerling)
Dilaksanakan pada 31 Juli 2008 di Puri Manggala Bhakti Kantor Walikota Probolinggo untuk bisa lebih
peduli terhadap pengelolaan lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 169/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Panitia Pemilihan Putri Lingkungan Kota Probolinggo Tahun 2008.
8. Kegiatan Pemantapan Pokmas Pemilahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Tangga.

Kegiatan Peningkatan Pokmas Pemilahan dan dan Pengumpulan Sampah Rumah Tangga
diselenggarakan oleh Bidang kebersihan bekerjasama dengan UPTD Komposting Badan

Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup dengan hasil kegiatan sebagai berikut:
Terlaksananya pembekalan mengenai tehnik-tehnik pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Terbentuknya kesadaran para pengurus untuk dapat secara efektif memanfaatkan akses terhadap
Terciptanya kesepakatan bersama mengenai pola teknis yang akan digunakan dalam kegiatan
pengumpulan dan pengangkutan sampah hasil pemilahan rumah tangga.
Terbentuknya jaringan distribusi hasil-hasil pengolahan sampah dan disepakatinya bentuk alokasi
kepada masing-masing pihak.
Tumbuhnya motivasi dan komitmen bersama untuk melaksanakan program pemilahan sampah rumah
tangga.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

pembuatan keputusan berkaitan dengan pengelolaan sampah rumah tangga.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Gerakan Ayo Bersih-Bersih Lingkungan (ABBL) Kota Probolinggo setiap hari Jumat dan Minggu
oleh semua komponen masyarakat dengan dukungan Personil SATGASUS

dan Petugas

Angkutan dari Bidang Kebersihan untuk pengangkutan sampah hasil kegiatan kerja bhakti.
Sasaran :
a. Lingkungan RT/RW.
b. Lingkungan Perumahan.
c. Lingkungan Sekolah.
d. Lingkungan Kantor Pemerintah/Swasta.
e. Lingkungan Perusahaan.
f. Lingkungan Pondok Pesantren.
g. Lingkungan Pasar, Terminal, Alon-alon dan Fasilitas Umum lainnya.
Tujuan :
a.

Meningkatkan rasa kebersamaan dalam penanganan kebersihan lingkungan.

b.

Menumbuh kembangkan rasa kepedulian terhadap kebersihan dan


keindahan lingkungan melalui gerakan Ayo Bersih-Bersih Lingkungan (ABBL).

c.

Mendukung Upaya Pemerintah Kota Probolinggo dalam mewujudkan Kota


tujuan investasi yang prospektif, kondusif dan partisipatif.

9. Kegiatan Pelatihan Social Worker Bagi Pengurus dan Kader PKK Dalam Pemanfaatan Sampah Rumah
Tangga.

Potensi yang hendak digali dan dimanfaatkan dari kegiatan tersebut adalah pemanfaatan
jaringan kepengurusan dan kegiatan PKK secara menyeluruh hingga tingkat RT/RW untuk secara
aktif menstimulasi pelibatan dan pemberdayagunaan masyarakat dalam mengurangi sampah sejak
dari sumbernya yaitu dengan menggunakan pendekatan dan paradigma baru dalam penanganan
sampah yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.
Tujuan utama dari diselenggarakannya Kegiatan Pelatihan Social Worker bagi para Pengurus dan Kader
PKK tersebut adalah :
a. Untuk melaksanakan diseminasi dan sosialisasi konsep, strategi dan program-program pengelolaan
persampahan kepada para Pengurus dan Kader PKK. Dimana sebagai sebuah tindak lanjut dari
berbagai hal yang diterima dalam kegiatan pelatihan Social Worker kepada masyarakat di
lingkungan kegiatan mereka sehingga secara bertahap akan terbentuk pola perilaku positif
masyarakat (Budaya Hidup Bersih dan Sehat) serta terwujudnya peningkatan kemandirian dan
partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan kebersihan/persampahan secara
umum dan pemilahan dan pemanfaatan sampah organik secara khusus.
b. Untuk memberikan pembekalan mengenai tehnik-tehnik daur ulang dan pengolahan sampah organik
menjadi kompos serta mengorganisasi dan membentuk jaringan kegiatan pemilahan sampah yang
menyeluruh hingga pada tingkat rumah tangga.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

kegiatan ini diharapkan para Pengurus dan Kader PKK dapat meneruskan dan menyampaikan

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Sedangkan bentuk dari pelatihan pemanfaatan sampah yang diberikan kepada para Pengurus dan
Kader PKK Kota Probolinggo adalah sebagai berikut :
a.

Pelatihan Daur Ulang Sampah


Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk /material bekas
pakai. Di Kota Probolinggo Kegiatan Pelatihan Daur Ulang Sampah sudah dimulai sejak beberapa
tahun terahir dengan tujuan agar para Pengurus dan Kader PKK Kota Probolinggo dapat
memanfaatkan beberapa komponen sampah yang memiliki nilai tinggi untuk dimanfaatkan kembali.
Kegiatan ini secara langsung turut membantu dalam mereduksi jumlah volume sampah di Kota
Probolinggo.

b.

Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Kompos


Kegiatan Komposting yang ada di Kota Probolinggo terdiri dua jenis yaitu kegiatan yang
dikelola oleh warga dalam bentuk Komposter Aerob yang telah diujicobakan pada beberapa
perumahan di Kota Probolinggo dan kegiatan yang dikelola oleh Pemerintah Kota Probolinggo.
Pada Kawasan Perumahan sampah pada umumnya tidak dipilah namun langsung diangkut ke
tempat pengumpulan sementara yang terletak di dekat perumahan. Pada beberapa perumahan
sedang diuji cobakan alat pengolah sampah organik yaitu Komposer Aerob. Alat ini berfungsi untuk
mengolah sampah organik menjadi pupuk.
Pemberian pelatihan mengenai cara pengomposan dengan menggunakan Komposter Aerob
kepada para Pengurus dan Kader PKK Kota Probolinggo bertujuan untuk mengenalkan
pemanfaatan tehnologi pengomposan praktis dan sederhana yang cocok diterapkan pada skala
rumah tangga.

Selain Badan Lingkungan Hidup, Kota Probolinggo memiliki lembaga yang peduli terhadap masalah
sampah yang dikenal dengan sebutan FORJAMANSA (Forum Jaringan Manajemen Sampah) yang terbentuk
pada tanggal 17 maret 2005 stelah sebelumnya terbentuk FORJAMANSA di tingkat kelurahan dan kecamatan di
Kota Probolinggo. Forum ini dibawah jaringan Tingkat Nasional yaitu jaringan pengelolaan sampah nasional
(JALA-Sampah) atau Garbage Network (Garbanet) dibentuk pada tanggal 14 Juni 2003 di Bali, Indonesia. (JALASampah) atau Garbage Network (Garbanet) merupakan suatu kumpulan dari 29 LSM yang peduli pada
masyarakat dalam pengelolaan persampahan di Kota Probolinggo melalui wadah sinergis antar elemen
masyarakat. Visi Forjamansa adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang memberikan rasa aman
dan nyaman untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, dengan beberapa visi yang akan
dicapai, yaitu :
1. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam seluruh proses pengelolaan sampah dengan upaya dapat
memberikan nilai ekonomis.
2. Mengurangi volume sampah domestik (rumah tangga) tanpa menggunakan incinerator (pembakaran total)
dan atau peralatan lain yang tidak ramah lingkungan
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

[engelolaan sampah di Indonesia. Tujuan dibentuknya Forjamansa adalah untuk meningkatkan peran serta

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3. Melakukan advokasi (regulasi0 kebijakan dalam pengelolaan sampah


4. Peningkatan kapasitas anggota forjamansa dalam pengelolaan sampah secara proporsional
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan wawasan masyarakat terhadap lingkungan dan untuk
meningkatkan rasa antusiasme serta rasa memiliki yang tinggi terhadap berbagai program yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Probolinggo melalui aplikasi murni antara lain dengan melakukan kegiatan dan lombalomba dalam rangkaian Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang meliputi :
1. Eco Office
Dilaksanakan pada tanggal 16-19 Januari 2008 bertempat di sekolah se Kota Probolinggo, kegiatan ini
dilaksanakan bertujuan untuk sejauh mana pelaksanaan program Eco Office sudah diterapkan di tingkat
sekolah Kota Probolinggo, untu kbahan kajian dan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan program
Eco Office, sebagai langkah menuju program sekolah Adiwiyata, sebagai tolak ukur tingkat efisiensi dan
efektivitas pada sekolah-sekolah.
Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Nomor :
660/ 06/ KEP/ 425.111/ 2008 Tentang Tim Teknis Program Eco Office.
Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Nomor :
660/ 24 A/ KEP/ 425.111/ 2007 Tentang Tim Teknis Program Eco Office.
2. Ayo Bersepeda Sambil Bersih-Bersih Sampah
Dilaksanakan pada tanggal 22 Pebruari 2008 di sepanjang Terminal Bayuangga Kota Probolinggo
merupakan kegiatan yang mensosialisasikan kepada masyarakat tentang kendaraan alternative yang
ramah lingkungan, yaitu sepeda. Dengan bersepeda, kita bisa sehat sambil tak lupa membersihkan sampah
agar kebersihan di lingkungan sekitar tetap terjaga.
3. Prokasih (Program Kali Bersih)
Dilaksanakan pada tanggal 22 Pebruari 2008 bertempat di Kelurahan Triwung Kidul, Probolinggo. Kegiatan
ini diikuti oleh semua karyawan di Jajaran Pemerintah Kota Probolinggo, TNI/ POLRI, abang becak dan
unsure masyarakat yang lain dengan maksud dan tujuannya agar kali (sungai) yang sudah ada dapat tetap
terjaga kebersihannya.
4. Out Bond
Dilaksanakan pada tanggal 3-5 Maret 2008 di P-WEC Malang yang diikuti oleh jajaran staf UPTD PISLH
BLH Kota Probolinggo dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari karyawan
UPTD PISLH.
5. Out Bond Lingkungan
Dilaksanakan pada tanggal 25-27 April oleh seluruh staf Bidang Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan
manusia staf BLH, terutama petugas penyapu agar lebih berwawasan lingkungan.
6. Satu Guru Satu Pohon (SAGU SAPO)
Dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2008 di masing-masing sekolahan Kota Probolinggo. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan guna mencanangkan Program Dua Milyar pohon.
7. Kampung Industri Ramah Lingkungan (KIRLI) dan Bersih-Bersih oleh Warga Perkampungan Industri
Dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2008 di kawasan Kampung Dok mayangan Kota Probolinggo
merupakan kegiatan masyarakat dalam menciptakan kawasan perkampungan industri yang ramah terhadap
lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 247/ KEP/ 425.012/ 2007 Tentang Tim
Pembina Pembentukan Perkampungan di Kawasan Industri Yang Sehat dan Ramah Lingkungan.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Lingkungan Hidup Kota Probolinggo. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

8. Eco Pesantren
Dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2008 di Puri Manggala Bhakti Kantor Walikota Probolinggo merupakan
kegiatan rapat koordinasi dan pelantikan pengurus Paguyuban Eco Pesantren Kota Probolinggo. Tujuan
diadakannya eco pesantren diantaranya adalah untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada
pondok pesantren memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akhirnya dapat menumbuhkan
kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara
bijaksana. Turut menciptakan pula perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup,
mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
9. Apel Gemerlap
Dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2008 di Alon-Alon Kota Probolinggo yang diikuti oleh semua lapisan
masyarakat Kota Probolinggo untuk membulatkan tekad dalam mempertahankan Adipura yang telah
diperoleh Kota Probolinggo pada tahun sebelumnya.
10. Lomba Memancing
Dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2008 di Kolam Pemancingan Pajurangan, Probolinggo. Kegiatan ini
diikuti oleh keluarga besar Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Probolinggo yang
bertujuan untuk mempererat persaudaraan di antara warga DKLH Kota Probolinggo dan sebagai sarana
rekreasi.
11. Lomba Logo TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan)
Dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 14 Juni 2008 sekaligus launching logo TWSL sebagai pertanda bahwa
TWSL telah memiliki logo resmi.
12. Pemasangan Spanduk HLH Tahun 2008 Kota Probolinggo
Dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 8 Juni 2008 di setiap instansi pemerintahan dan perusahaan di Kota
Probolinggo dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Se Dunia Tahun 2008 yang mengambil
tema : Ubah Perilaku Dan Cegah Pencemaran Lingkungan (Co2 Kick The Habit, Toward Low Carbon
Economy).
13. Pemutaran Lagu Probolinggo Bestari di Radio Suara Kota
Dilaksanakan pada tanggal 20 Mei sampai dengan 8 Juni 2008 dalam rangka memperingati Hari
Lingkungan Hidup Se Dunia Kota Probolinggo Tahun 2008.
14. Kemah Hijau
Dilaksanakan pada tanggal 21 22 Mei 2008 di Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) Kota Probolinggo
merupakan kegiatan out bond yang diperuntukkan bagi pelajar tingkat SMP dan SMA di Kota Probolinggo
lingkungan hidup di sekitarnya.
15. Napak Tilas Hutan Mangrove
Dilaksanakan tanggal 25 Mei 2008 di kawasan hutan mangrove TPA Kota Probolinggo yang bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang baik.
16. Lomba Poster
Dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2008 di Taman Manula Suyoso (Taman Kasbah) Kota Probolinggo
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda dalam menjaga
lingkungan hidup dan untuk menyalurkan kreasi anak muda di bidang seni, khususnya seni poster.
17. Arung Jeram
Dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2008 di Wisata Alam Songa, Probolinggo. Kegiatan ini bertujuan untuk
mempererat persaudaraan antar karyawan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dan
sebagai sarana rekreasi.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

dengan tujuan mengajak generasi muda untuk berperan serta secara aktif dalam menjaga dan mengelola

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

18. Seminar dan Sosialisasi Lingkungan


Pada tanggal 28 Mei 2008 bertempat di Kelurahan Kebonsari Kulon, Kota Probolinggo kegiatan ini untuk
memperkenalkan kepada masyarakat tentang komposter aerob, sehingga diharapkan masyarakat bisa
mengolah sampah rumah tangganya secara mandiri dan bisa memberi wawasan lingkungan yang baru
terhadap masyarakat awam.
Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Nomor :
188.45/ 04 / KEP/ 425.111/ 2008 Tentang Tim Pembina Pemantapan dan sosialisasi Penggunaan
Komposter Aerob Skala Rumah Tangga Tahun 2008 Kota Probolinggo.
19. Penanaman Mangrove oleh BAF (CSR)
Dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2008 di Kawasan Hutan Mangrove Jalan Lingkar Utara Kota Probolinggo
merupakan kegiatan kerjasama Pemerintah Kota Probolinggo dengan pihak swasta dalam menjaga dan
mengelola lingkungan hidup, dengan penanaman mangrove ini diharapkan mengurangi bahaya banjir yang
disebabkan oleh air pasang.
20. Lomba Gambar Komik
Dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2008 di TWSL Kota Probolinggo merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran generasi muda dalam menjaga lingkungan hidup dan untuk menyalurkan
kreasi anak muda di bidang seni, khususnya gambar komik.
21. Lomba Lukis Graffity
Dilaksanakan pada tanggal 1 Juni di Kolam Renang Bayuangga TRA Kota Probolinggo merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda dalam menjaga lingkungan hidup dan untuk
menyalurkan kreasi anak muda di bidang seni, khususnya seni lukis graffiti.
22. Pameran dan Bursa Bunga KAPABUTRA (Kampung Pasar Bunga Tradisional)
Dilaksanakan pada tanggal 3 sampai dengan 8 Juni 2008 di Perumahan Sumber Taman Indah RW VIII
kegiatan ini merupakan kegiatan ibu-ibu rumah tangga yang suka mengoleksi bunga dan membuat kompos
kemudian karena bunga yang dikoleksi dan kompos yang dihasilkan bertambah banyak maka mereka mulai
memasarkan kepada masyarakat sekitar sekaligus mengkampanyekan lingkungan yang asri dapat terwujud
apabila semua masyarakat dapat bersatu dan hidup berdampingan.
23. Apel HLH Tahun 2008 Kota Probolinggo
Dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2008 di Alon-Alon Kota Probolinggo merupakan kegiatan puncak dalam
rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Se Dunia Kota Probolinggo Tahun 2008 dan dipimpin langsung
oleh Bapak Walikota Probolinggo
24. Jalan Santai HLH Tahun 2008 Kota Probolinggo
Dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2008 dimulai dari depan Stasiun Kota Probolinggo dan finish di Aloonseluruh Dinas/ Instansi/ Badan Pemerintah Kota Probolinggo, Perusahaan dan Masyarakat Kota
Probolinggo.
25. Kegiatan Pemilihan Putri Lingkungan Kota Probolinggo Tahun 2008
Kegiatan ini mempunyai latar belakang adanya Berbagai bencana melanda Indonesia. Gempa bumi,
tsunami, banjir bandang, longsor, datang silih berganti. Untuk itu, perlu ditumbuhkan kesadaran memelihara
lingkungan sejak dini. Tidak hanya di keluarga, di sekolah pun, sebenarnya perlu dikenalkan. Sehingga,
kelak nanti, para generasi penerus tersebut bisa menghargai lingkungan sekitarnya. Dengan harapan,
mereka menjadi kader penerus bangsa yang berwawasan lingkungan. Tidak hanya mengandalkan
performance, dan intelektualitas, tapi juga ada kesadaran untuk memelihara lingkungannya.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

aloon Kota Probolinggo. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Bapak Walikota Probolinggo dan diikuti oleh

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Maksud diselenggarakannya kegiatan ini adalah menjaring generasi muda yang mempunyai pengetahuan
dan wawasan tentang lingkungan di Kota Probolinggo, menjaring generasi muda yang mempunyai
kepedulian terhadap lingkungan di Kota Probolinggo dan memilih Putri Lingkungan Kota Probolinggo tahun
2008 sebagai duta lingkungan yang ikut mempromosikan pelestarian lingkungan hidup.
26. Lomba Konsep/ Ide/ Pengelola Lingkungan di Kota Probolinggo
Dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2008 di Aula Dinas Kebersihan dan Lingkungan Kota Probolinggo
merupakan kegiatan upaya untuk menjaring aspirasi masyarakat Kota Probolinggo terhadap pengelolaan
lingkungan, maka Pemerintah Kota Probolinggo mengadakan kegiatan lomba ide/ konsep pengelolaan
lingkungan yang terbuka bagi masyarakat Kota Probolinggo
27. Pawai Bunga dan Budaya
Pada tanggal 4 -5 Agustus 2008 bertempat di Kota Probolinggo yang diberangkatkan di depan kantor
Walikota Probolinggo dan berakhir di Alon-alon Probolinggo kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada
masyarakat tentang beberapa jenis bunga yang ada di Kota Probolinggo
28. Anugerah Hijau Sampoerna Hijau Kotaku Hijau
Dilaksanakan pada tanggal 9 10 Agustus 2008 di Pelataran Parkir Keong Mas Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) Jakarta, Kota Probolinggo mendapatkan penghargaan khusus yaitu Pelopor Lingkungan
29. Cipta Pelayanan Prima
Dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2008 di Taman Wisata dan Studi Lingkungan Kota Probolinggo.
Kegiatan ini merupakan taraf ukur instansi pemerintahan dalam memberikan pelayanan public kepada
masyarakat.
Adanya Kerjasama nomor : 660/ 1108/ 425.111/ 2008 Antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan UD.
Tiga Putra Mandiri Tentang Pemanfaatan biokompos Bayuangga Lestari Untuk Bahan Baku Produksi
Pupuk NPK Organik Granular

3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah


Beberapa permasalahan terkait dalam pengelolaan sampah adalah :

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

daerah.
Pengolahan IPAL yang belum maksimal
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan kompos (pupuk organik)
Terbatasnya jaringan distribusi pemasaran kompos
Penurunan kualitas udara karena bau limbah cair dan tinja serta peningkatan hadar debu
Pengolahan IPAL yang belum maksimal
Berkembangbiaknya vektor penyakit
Potensi timbulnya ledakan karena pembentukan gas methane dan gas yang lainnya
Pencemaran air tanah karena timbulan air lindi.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

a. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan persampahan


b. Masih adanya pandangan di masyarakat, pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab pemerintah

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Sampah Sebelah Barat TPA

Sampah TPA

Container Jl. P. Siaman

Tempat Sampah Jl. Kartini

Sampah di Permukiman Sekitar TPA

TPS Jl. Brantas

Tempat Sampah Puskesmas Sukabumi

Sampah Jl. Ikan Tongkol

Sampah TPA

Container Jl. P. Siaman

Sampah di Permukiman Sekitar TPA

TPA

III-70

Gambar 3. 9 Kondisi Persampahan di Kota Probolingo

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA


PROBOLINGGO TAHUN 2010

Peta 3. 1 Peta Kondisi Eksisting


Persampahan Kota Probolinggo

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

KONDISI EKSISTING
PERSAMPAHAN
KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.4. PENGELOLAAN DRAINASE


3.4.1. Landasan Hukum
a. Undang-undang No. 33 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
e. Keputusan Mendagri No 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.2 tentang Pedoman Penysunan Rencana Teknis Tata Ruang Kota
f.

Kepmen Kimpraswil Nomor 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase

g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali
Bersih
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase
sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir
i.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
Perkotaan

j.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi

k. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun 2002 tentang penetapan kawasan lindung
l.

Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 22 Tahun 2002 tentang Irigasi

m. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun
2009 2028.

3.4.1.1. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun 2002


Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun
2002 tentang penetapan kawasan lindung, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sungai bertanggul
a. Di luar kawasan perkotaan dtetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter
2. Sungai tidak bertanggul
a. Di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurang-kurangnya 50 (limapuluh)
meter, sedangkan pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dari kiri-kanan
sungai
b. Di dalam kawasan perkotaan:
- Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter ditetapkan sekurang-kurangnya 5
(lima) meter.
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter ditetapkan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) meter
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

b. Di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurarangnya 3 (tiga) meter

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

- Yang berbatasan dengan jalan atau tepi bahu jalanyang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi
dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan
sungai
Pada kawasan sempadan sungai setiap orang atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan yang
meliputi:
1. Pendirian bangunan baik permanen maupun non permanen
2. Penebangan pohon
3. Pembuangan sampah
4. Pembuangan limbah domestik

3.4.1.2. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 22 Tahun 2002


A. Garis sempadan air
Sebagai usaha pengamanan jaringan irigasi dan drainase beserta bangunan-bangunan, Peraturan
Daerah Kota Probolinggo Nomor 22 Tahun 2002 tentang Irigasi menetapkan garis sempadan air untuk
bangunan dan sempadan air untuk pagar, diukur dari batas luar tubuh saluran dan atau bangunan irigasi
dimaksud.
Garis sempadan air untuk bangunan, diukur dari tepi atas samping saluran atau dari luar kaki
tangkis saluran atau bangunannya dengan jarak:
a. 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/ detik atau lebih.
b. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 sampai 4 m3/ detik.
c. 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 m3/ detik.
Garis sempadan air untuk pagar diukur dari tepi atas saluran atau dari luar kaki tangkis saluran
atau bangunannya dengan jarak:
a. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/ detik atau lebih.
b. 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 sampai 4 m3/ detik.
c. 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 m3/ detik.
B. Ketentuan larangan
- Dilarang menyadap air dari saluran pembawa selain pada tempat yang sudah ditentukan
- Dilarang mengambil air bawah tanah pada daerah irigasi yang cara pengambilannya dilakukan
(DPU dan BLH).
- Dilarang mengambil bahan-bahan galian berupa pasir, kerikil, batu atau hasil alam yang serupa dari
jaringan irigasi dengan alat-alat mekanis dan atau dalam jumlah yang besar, kecuali mendapatkan
ijin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang.
- Dilarang menggembalakan, menambatkan atau menahan ternak atau hewan pemamah biak pada
bangunan-bangunan atau tanah pengairan.
- Dilarang membuang sampah dan sejenisnya atau benda-benda pada dan benda-benda cair yang
mengandung bahan kimia yang berbahaya dan beracun (B3) kecuali atas ijin pejabat yang
berwenang.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

dengan mempergunakan pompa kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari pejabat berwenang

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

- Dilarang membuang benda-benda padat dan benda-benda cair yang korot dengan atau tanpa alatalat mekanis yang dapat berakibat menghambat aliran, mengubah sifat air serta merusak bangunan
jaringan irigasi beserta tanah turutannya.
- Dilarang menaruh, menumpuk sampah dan sejenisnya ditepi saluran air, sungai, sumber air, mata
air, waduk, telaga, danau (minimum jarak 25 m dari tepi/ tangkis)
- Dilarang membuat galian atau membuat selokan-selokan sepanjang saluran dan bangunanbangunannya pada jarak tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran dan dapat
mengganggu stabilitas saluran dan bangunan-bangunan.
- Dilarang merusak dan atau mencabut rumput atau tanaman yang ditanam pada tangkis-tangkis
saluran dan bangunan-bangunannya.
- Dilarang menanami pada tangkis-tangkis, berm dan alur-alur saluran.
- Dilarang menghalangi atau merintangi kelancaran jalannya air.
- Dilarang mendirikan bangunan, tanaman di atas, dibadan saluran air/sungai dan tanah stren/ tangkis
sungai, tanah pengairan tanpa seijin pejabat yang berwenang.
- Dilarang menempatkan atau membangun seluruh bangunan apapun, memperbaharui salurannya
atau sebagain dalam batas garis sempadan air untuk bangunan.
- Dilarang membuat pagar-pagar tetap (permanen), memperbaharui seluruhnya atausebagian dalam
batas garis sempadan air untuk pagar.
- Dilarang membangun bangunan apapun, membuat pagar-pagar tetap (permanen, atau
memperbaharui salurannya atau sebagain pada jalur tanah-tanah yang terletak diantara saluran
irigasi dan tangkis atau jalur yang didarat untuk keperluan irigasi.

3.4.2. Aspek Institusional


Mengingat sistem drainase yang ada di kota probolinggo merupakan satu bagian kesatuan utuh dari
bagian dari hulu ke hilir, maka untuk penanganan secara komprehensif harus diupayakan suatu koordinasi terkait
dengan pemerintah daerah lain. Untuk penanganan permasalahan sistem drainase yang ada di wilayah
administrative Kota Probolinggo merupakan tanggungjawab dari Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal ini
melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Bidang Perumahan dan
Permukiman, Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan Kota dan Bangunan Gedung serta Badan Lingkungan
Hidup. Namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan

3.4.3. Cakupan Layanan


Kondisi saluran drainase yang ada di Kota Probolinggo secara umum mengalami penuruan fungsi yang
diakibatkan oleh sedimentasi, adanya sampah, sistem drainase yang ada sebagian belum mempunyai garis
sempadan yang jelas dan belum ditertibkan, serta kurangnya pemeliharaan pada beberapa tempat bahkan pada
daerah pemukiman (Kali Banger).
Secara garis besar Kota Probolinggo terdapat 13 saluran drainase primer yaitu; Saluran Kali Pancor,
Saluran Kali Banger, Saluran Akup, Saluran Jalan Raya Panglima Sudirman, Saluran Jalan Soekarno-Hatta,
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Daerah.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Saluran Kali Kasbah, Saluran Kali Umbul, Saluran Afvoer Brantas, Saluran Afvoer Bromo, Saluran Afvoer RSU
Dr. Moch. Saleh, Saluran Barat TPA, Saluran Beloan, dan Saluran Bangsingan.
Saluran primer tersebut menampung aliran air dari limpasan air hujan, saluran pembuang irigasi
(afvour), limbah domestik cair dari kawasan permukiman penduduk dan disalurkan menuju laut. Disamping itu
terdapat saluran-saluran pematusan dari pemukiman yang langsung menuju laut.
Bentuk lain yang dapat menampung dan mengalirkan air terutama air hujan adalah saluran irigasi yang
terdapat/melintas Kota Probolinggo. Saluran irigasi dibuat untuk mengalirkan air dari sumber air ke sawah-sawah
(daerah irigasi) yang memerlukan air. Sumber air itu dapat berasal dari air waduk, sungai, air tanah dan
sebagainya. Perbedaan tujuan pembangunan saluran yang ada di Kota Probolinggo, tentunya juga akan
mempunyai permasalahan yang berbeda sesuai dengan fungsi saluran.
Secara keseluruhan saluran irigasi yang ada di Kota Probolinggo kondisinya telah mengalami
penurunan fungsi dikarenakan adanya sedimentasi dan beberapa kondisi fisik saluran dan bangunan air yang
ada mengalami kerusakan.
Di Kota Probolinggo saat ini terdapat 2 saluran irigasi primer dan 7 saluran irigasi sekunder. Saluran
irigasi primer yaitu; saluran Kedung Galeng dan Saluran Legundi, serta saluran irigasi sekunder yaitu; Saluran
Sumber Ardi, Saluran Wiroborang, Saluran Esan, Saluran Gladak Serang, Saluran Pakis, Saluran Kedung
Kemiri, dan Saluran Sukun. Keberadaan saluran irigasi juga dapat mengurangi limpasan air hujan yang terjadi,
meskipun tidak secara maksimal karena memang bukan fungsinya dan diluar sistem jaringan drainase. Selain itu
di Kota Probolinggo terdapat saluran yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran irigasi dan sebagai saluran
drainase seperti, Avfoer Brantas, Kali Pancor, Kali Kasbah dan Kali Umbul.
Batas daerah tangkapan air ditentukan berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan ketinggian
serta memperhatikan model arah aliran. Berdasarkan pembagian daerah tangkapan air Kota Probolinggo
dibedakan menjadi 53 daerah tangkapan air. Mengenai nama dan luasan masing-masing daerah tangkapan air

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Nama
Kali Pesisir 2
Afvour Bromo 2
Ke laut 1
Sumber Langse 2
Sumber Langse 1
Afvour Brantas 3
Ke laut 2
Kali Umbul 2
Kali Umbul 1
Ke laut 3
Kasbah 3
Kasbah 2
Kasbah 1
Ke laut 4
Saluran Barat TPA 2
Saluran Barat TPA 1
Sukarno Hatta
Ke laut 5

Tabel 3. 19 Daerah Tangkapan Air Kota Probolinggo


Simbol
Luas (Ha)
No
Nama
C1
139,79
27
Bangsingan 2
C2
416,2
28
Esan 2
C3
140,79
29
Pancor 1
C4
36,28
30
Ke laut 7
C5
23,15
31
Pancor 2
C6
224,46
32
Esan 1
C7
59,85
33
Pancor 3
C8
133,71
34
Wiroborang
C9
268,59
35
Kali Pesisir 1
C10
35,07
36
Pakis 4
C11
7,75
37
Afvour Bromo 1
C12
19,83
38
Pakis 3
C13
126,04
39
Afvour Brantas 2
C14
16,97
40
Gladak Serang
C15
21,35
41
Sumber Sentong
C16
83,07
42
Sumber Ardi
C17
72,52
43
Beloan
C18
10,79
44
Sukun

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Simbol
C27
C28
C29
C30
C31
C32
C33
C34
C35
C36
C37
C38
C39
C40
C41
C42
C43
C44

Luas (Ha)
17,81
27,68
67,07
53,86
246,41
91,47
20,06
56,99
5,74
19,02
6,50
90,46
46,58
601,46
9,58
70,28
550,37
4,27

III-70

dijelaskan pada tabel di bawah ini.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


No
19
20
21
22
23
24
25
26

Nama
Afvour RSUD 2
Afvour RSUD 1
Sudirman 1
Akup
Mayangan
Kali Banger
Ke laut 6
Bangsingan 1

Simbol
C19
C20
C21
C22
C23
C24
C25
C26

Luas (Ha)
4,55
104,21
29,59
45,57
152,57
59,15
58,67
46,69

No
45
46
47
48
49
50
51
52
53
Sumber : Masterplan Drainase Kota Probolinggo Tahun 2008 - 2028

Nama
Kedung Kemiri
Kali Dringu
Pakis 2
Afvour Brantas 1
Pakis 1
Legundi 2
Legundi 1
Kedung Galeng 2
Kedung Galeng 1

Simbol
C45
C46
C47
C48
C49
C50
C51
C52
C51

Luas (Ha)
3,23
313,41
14,03
3,92
72,31
507,88
25,17
202,74
13,86

Gambar 3. 10 Kegiatan Penyediaan Saluran Drainase Kota Probolinggo

3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional


Aspek teknis yang dilakukan dalam perencanaan drainase adalah pendekatan dari ilmu yang terkait
yang disesuaikan dengan kondisi daerah studi. Dalam merencanakan saluran drainase hendaknya didasarkan
pada prinsip-prinsip teknis yang andal, tetapi juga harus dapat memenuhi keinginan yang diajukan pemakai. Oleh
terhadap implikasi praktis. Yang perlu dilakukan adalah sering melakukan kontak dengan para masyarakat yang
tinggal di daerah yang direncanakan sistem jaringan drainasenya. Saluran pembuang yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, merupakan keharusan bagi suatu sistem drainase yang dikelola dengan baik.
Kondisi drainase kota probolinggo dari hasil survey baik saluran irigasi, saluran pematusan dan sungai
yang berfungsi sebagai saluran pembuang secara umum saluran-saluran tersebut berfungsi dengan baik, khusus
untuk saluran-saluran di wilayah kota yang merupakan daerah genangan dan banjir serta daerah-daerah yang
belum terdapat sarana drainase secara sempurna perlu mendapat perhatian.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

sebab itu, merencanakan pengembangan sistem jaringan drainase memerlukan pengecekan yang terus menerus

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Sistem drainase yang ada diwilayah kota probolinggo diklasifikasi sebagai sistem drainase terbuka yang
berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan juga berfungsi sebagai saluran penggontor di kota probolinggo.
Keadaan saluran-saluran yang ada sudah dipasang plengsengan dan saluran alami serta ada yang masih
berupa parit-parit tanpa plengsengan, disamping itu pada beberapa bagian di wilayah kota kapasitasnya masih
memerlukan peningkatan serta ada sebagian wilayah yang sistem drainasenya belum terbangun.
Komponen utama sistem drainase Kota Probolinggo diklasifikasikan berdasarkan fungsi-fungsi
pokoknya di dalam keseluruhan sistem, drainase Kota Probolinggo yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke
badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan meliputi:
1. Saluran primer, jika fungsi pokoknya sebagai saluran induk/.utama dan sebagai badan air penerima
akhir yang ada di wilayah kota.
2. Saluran sekunder, jika berfungsi sebagai saluran pembawa antara pusat daerah penangkap air dengan
badan air penerima akhir.
3. Bangunan penunjang seperti gorong-gorong, syphon, talang, manhole, pompa air.
4. Pengendali aliran, yaitu pintu-pintu air.
Kriteria lalu litas untuk daerah genangan/banjir di Kota Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Ditekankan pada daerah genanan dengan luas < 50 ha.
2. Untuk daerah dengan periode genangan > 4 jam.
3. Untuk daerah dengan frekuensi terjadi genangan /banjir lebih dari 3 (tiga) kali per tahun.
4. Ditekankan pada tinggi genangan air /banjir > 50 cm.
Pada sistem jaringan drainase Kota Probolinggo, air mengalir dari hulu ke hilir sesuai dengan pola aliran
masing-masing saluran drainase, sehingga debit dari hulu ke hilir akan semakin besar. Kapasitas saluran
drainase yang ada harus bisa menampung semua debit yang ada supaya tidak terjadi genangan atau banjir.
Sehingga dalam analisa dimensi saluran drainase perlu diketahuinnya pola aliran dalam sistem jaringan drainase
untuk menentukan jumlah total debit air yang harus ditampung/dialirkan tiap-tiap saluran drainase. Jaringan
drainase untuk menentukan total debit air tiap-tiap saluran drainase berdasarkan pola aliran sistem drainase

DRAINASE
Jl. Krakatau (ki)
Afvour Bromo
Afvour Brantas
Jl. Anggrek (1)
Jl. Anggrek (2)
Jl. WK Gatot (ka)
Jl. Pandawa
Jl. Citarum
Kali Umbul

Tabel 3. 20 Sistem Jaringan Drainase Kota Probolinggo


JARINGAN
DRAINASE
JARINGAN
Jl. Krakatau (ki)
Jl. Dorang
Jl. Dorang, Jl. Tengiri (ka)
Afvour Bromo, Jl. Krakatau (ka),
Jl. Paus (ka)
Jl. Paus (ka)
Jl. Krakatau (ki)
Afvour Brantas
Jl. Paus (ki)
Jl. Paus (ki), Jl. Hiu (ka)
Jl. Anggrek (1)
Jl. Tongkol (1)
Jl. Tongkol (1)
Jl. Anggrek (2)
Jl. Tongkol (2 ka)
Jl. Tongkol (2 ka), Jl. Hiu (ki), Jl. KH.
Mansyur
Jl. WK Gatot (ka)
Jl. Tongkol (2 ki)
Jl. Tongkol (2 ki)
Jl. Pandawa, Jl. WK Gatot (ka)
Mayangan 4
Mayangan 4, Jl. Teri, Jl. Tongkol (1), Jl.
Tongkol (2 ka), Jl. Tongkol (2 ki)
Jl. Citarum
Mayangan 3
Mayangan 3, Jl. Cucut, Jl. Teri, Jl.
Tengiri (ka), Jl. Tengiri (ki), Mayangan
2, Jl. Dorang, Jl. Hiu (ka)
Kali Umbul, Jl. Pandawa, Jl.
Mayangan 1
Mayangan 1, Jl. Lumba-lumba, Jl.
Citarum
Belanak 1, Jl. Belanak (ki)

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

DRAINASE
Jl. Gub. Suryo (ka)
Jl. Gub. Suryo (ki)
Jl. Letjen Sutoyo (ka)
Jl. Letjen Sutoyo (ki)
Jl. Mastrib (ka)
Jl. Mastrb (ki)
Jl. Slamet Riyadi (ka)
Jl. Slamet Riyadi (ki)

JARINGAN
Jl. Gub. Suryo (ka)
Jl. Gub. Suryo (ki)
Jl. Letjen Sutoyo (ka)
Jl. Letjen Sutoyo (ki)
Jl. Mastrib (ka)
Jl. Mastrb (ki)
Jl. Slamet Riyadi (ka)
Jl. Slamet Riyadi (ki)

DRAINASE
Jl. Belanak 1
Jl. Kerapu
Jl. Belanak ( ka)
Jl. Belanak (ki)
Jl. Cumi-cumi
Akup
Jl. Brigjen Katamso (ka)
Jl. Brigjen Katamso (ki)

Jl. Abdul Azis

Jl. Abdul Azis

Jl. A. Yani (1) ke kanan

Jl. Cokroaminoto

Jl. Cokroaminoto, Jl. Mastrib (ka),


Jl. Mastrb (ki), Jl. Slamet Riyadi
(ka), Jl. Slamet Riyadi (ki), Jl.
Abdul Azis
Kasbah, Jl. Gub. Suryo (ka), Jl.
Gub. Suryo (ki), Jl. Letjen Sutoyo
(ka), Jl. Letjen Sutoyo (ki), Jl.
Cokroaminoto, Jl. Abdul Azis, Jl.
Sukarno Hatta
Jl. Pahlawan, Jl. Cokroaminoto
Jl. Ir. Juanda (ka)
Jl. Ir. Juanda (ki)
Jl. Arief Rahman Hakim

Jl. Pattimura (1 ka)

JARINGAN
Jl. Belanak 1
Jl. Kerapu
Jl. Belanak ( ka), Jl. Kerapu
Jl. Belanak (ki), Jl. Kerapu
Jl. Cumi-cumi, Jl. Kerapu, Mayangan 1
Akup
Jl. Brigjen Katamso (ka)
Jl. Brigjen Katamso (ki), Jl. Imam Bonjol
(1), Jl. Teuku Umar (ka), Jl. Teuku
Umar (ki)
Jl. A. Yani (1), Jl. Brigjen Katamso (ka),
Jl. Brigjen Katamso (ki), Jl. Dr Sutomo
(ka)
Jl. Pattimura (1 ka)

Jl. Pattimura (1 ki)

Jl. Pattimura (1 ki)

Jl. Pattimura (2 ka)


Jl. Pattimura (2 ki)
Jl. Pattimura (3 ka)
Jl. Pattimura (3 ki)

Jl. Pattimura (2 ka)


Jl. Pattimura (2 ki)
Jl. Pattimura (3 ka)
Jl. Pattimura (3 ki)

Jl. Sukarno Hatta, Jl. Arief


Rahman Hakim, Jl. Pahlawan,
Jl. Mawar
Jl. Kaca Piring
Jl. Cempaka, Jl. Mawar, Jl. Kaca
Piring
Afvour Barat TPA, Jl. Anggrek (1)
Jl. Sudirman (4)
Jl. Kol Sugiono (ka)
Jl. Kol Sugiono (ki)
Jl. Diponegoro (1)
Jl. A. Yani (1), Jl. Dr Sutomo (ka),
Jl. Dr Sutomo (ki), Jl. Kol Sugiono
(ka), Jl. Kol Sugiono (ki)
Jl. Dr Sutomo (ka)

Jl. Imam Bonjol (1)

Jl. Imam Bonjol (1), Jl. Dr Sutomo (ka)

Jl. WR Supratman (ka)


Jl. WR Supratman (ki)
Jl. Teuku Umar (ka)

Jl. WR Supratman (ka)


Jl. WR Supratman (ki)
Jl. Teuku Umar (ka), Jl. Dr Sutomo (ka)

Jl. Teuku Umar (ki)


Jl. Siaman
Jl. Cut Nyak Dien
Jl. Sudirman (3)
Jl. Abdul Hamid (ka)
Jl. Abdul Hamid (ki)

Jl. Teuku Umar (ki), Jl. Dr Sutomo (ka)


Jl. Siaman
Jl. Cut Nyak Dien
Jl. Sudirman (3)
Jl. Abdul Hamid (ka)
Jl. Abdul Hamid (ki)

Kali Banger

Kali Banger, Jl. Kerapu, Jl. A. Yani (1),


Jl. Pattimura (1 ka), Jl. Pattimura (1 ki),
Jl. Pattimura (2 ka), Jl. Pattimura (2 ki),
Jl. Pattimura (3 ka), Jl. Pattimura (3 ki),
Jl. WR Supratman (ka), Jl. WR
Supratman (ki), Jl. Teuku Umar (ka), Jl.
Teuku Umar (ki), Jl. Siaman, Jl. Cut
Nyak Dien, Jl. Sudirman (3), Jl. Abdul
Hamid (ka), Jl. Abdul Hamid (ki), Jl.
Imam Bonjol (1)
Jl. Gatot Subroto (ka), Jl. Sudirman (3)
Jl. Gatot Subroto (ki), Jl. Sudirman (3)

Kali Kasbah

Jl. Pahlawan
Jl. Ir. Juanda (ka)
Jl. Ir. Juanda (ki)
Jl. Arief Rahman
Hakim
Jl. Sukarno Hatta
Jl. Mawar
Jl. Kaca Piring
Jl. Cempaka
Afvour Barat TPA
Jl. Sudirman (4)
Jl. Kol Sugiono (ka)
Jl. Kol Sugiono (ki)
Jl. Diponegoro (1)
Jl. A. Yani (1) ke kiri
Jl. Dr Sutomo (ka)

Jl. Dr Sutomo (ki)


Jl. Trunojoyo
Jl. Agus Salim
Jl. KH. Mansyur
Jl. A. Yani (2)

Jl. Dr Sutomo (ki)


Jl. Trunojoyo, Jl. Kapten Suyoso
(ki), Jl. A. Yani (1)
Jl. Agus Salim
Jl. KH. Mansyur, Jl. Agus Salim,
Jl. Trunojoyo
Jl. A. Yani (2)

Jl. Gatot Subroto (ka)


Jl. Gatot Subroto (ki)
Jl. Letjen Suprapto (ka)
Jl. Letjen Suprapto (ki)

Jl. Letjen Suprapto (ka), Jl. Sudirman


(3), Jl. Gatot Subroto (ki)
Jl. Letjen Suprapto (ki), Jl. Sudirman (3)

Jl. H. Ashari (ka)

Jl. H. Ashari (ka)

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Jl. Moch Saleh (ka)


Jl. Moch Saleh (ki)
Jl. Diponegoro (2)

JARINGAN
Jl. A. Yani (3), Jl. A. Yani (2), Jl.
RA. Kartini (ka), Jl. RA. Kartini (ki),
Jl. Dr. Wahidin (1), Jl. Dr. Wahidin
(2), Jl. Kapten Suyoso (ka), Jl.
Kapten Suyoso (ki), Jl. Moch Saleh
(ka), Jl. Moch Saleh (ki)
Jl. Moch Saleh (ka), Jl. A. Yani (2),
Jl. Agus Salim, Jl. KH. Mansyur
Jl. Moch Saleh (ki)
Jl. Diponegoro (2)

DRAINASE
Jl. H. Ashari (ki)

JARINGAN
Jl. H. Ashari (ki)

Jl. MT. Haryono (ka)

Jl. MT. Haryono (ka)

Jl. MT. Haryono (ki)


Jl. Basuki Rahmad (2)

Jl. MT. Haryono (ki)


Jl. Basuki Rahmad (2), Jl. Letjen
Suprapto (ka), Jl. Letjen Suprapto (ki),
Jl. H. Ashari (ka), Jl. H. Ashari (ki), Jl.
MT. Haryono (ka), Jl. MT. Haryono (ki)
Jl. Hayam Wuruk (2)
Jl. Hayam Wuruk (3 ka), Jl. Hayam
Wuruk (2)
Jl. Hayam Wuruk (3 ki)

Jl. Imam Bonjol (2)


Jl. Kapten Suyoso
(ka)
Jl. Kapten Suyoso
(ki)
Jl. Dr. Wahidin (1)
Jl. Dr. Wahidin (2)

Jl. Imam Bonjol (2)


Jl. Kapten Suyoso (ka), Jl. Imam
Bonjol (2), Jl. Diponegoro (2)
Jl. Kapten Suyoso (ki)

Jl. Hayam Wuruk (2)


Jl. Hayam Wuruk (3 ka)

Jl. Dr. Wahidin (1)


Jl. Dr. Wahidin (2)

Jl. Yos Sudarso (ka)


Jl. Yos Sudarso (ki)

Jl. RA. Kartini (ka)


Jl. RA. Kartini (ki)
Jl. AH Nasution (ka)
Jl. AH Nasution (ki)
Jl. Sudirman (5)

Jl. RA. Kartini (ka)


Jl. RA. Kartini (ki)
Jl. AH Nasution (ka)
Jl. AH Nasution (ki)
Jl. Sudirman (5)

Jl. Basuki Rahmad II


Kali Basingan
Jl. Hayam Wuruk (1 ka)
Jl. Hayam Wuruk (1 ki)
Jl. Sudirman (2)

Afvour RSUD

Jl. Serma Abdurrahman

Jl. Lumba-lumba

Afvour RSUD, Jl. Anggrek (1), Jl.


KH. Mansyur, Jl. A. Yani (3), Jl.
AH Nasution (ka), Jl. AH Nasution
(ki), Jl. Sudirman (5)
Jl. Lumba-lumba

Jl. Cucut

Jl. Cucut

Jl. Hiu (ka)

Jl. Hiu (ka)

Jl. Hiu (ki)

Jl. Hiu (ki)

Jl. Tengiri (ka)

Jl. Tengiri (ka), Jl. Hiu (ka), Jl.


Paus (ki)

Jl. Hayam Wuruk (3 ki)

Jl. Basuki Rahmad (1)


ka
Jl. Basuki Rahmad (1)
ki
Jl. KH Hasan
Gengong(kr)
Jl. KH Hasan
Gengong(kn)
Kali Pancor

Jl. Tengiri (ki)

Jl. Tengiri (ki), Jl. Cucut, Jl. Paus


Jl. Sudirman (1)
(ka)
Jl. Banyar
Jl. Banyar
Kali Belo'an
Jl. Teri
Jl. Teri, Jl. Tengiri (ki)
Sal. Arum Permai
Mayangan 2
Mayangan 2
Sumber : Masterplan Drainase Kota Probolinggo Tahun 2008 - 2028

Jl. Yos Sudarso (ka)


Jl. Yos Sudarso (ki), Jl. Hayam Wuruk
(3 ki)
Jl. Basuki Rahmad II
Kali Basingan
Jl. Hayam Wuruk (1 ka)
Jl. Hayam Wuruk (1 ki)
Jl. Sudirman (2), Jl. Hayam Wuruk (1
ka), Jl. Hayam Wuruk (1 ki)
Jl. Serma Abdurrahman

Jl. Basuki Rahmad (1) ka, Jl. Serma


Abdurrahman
Jl. Basuki Rahmad (1) ki
Jl. KH Hasan Gengong(kr)
Jl. KH Hasan Gengong(kn)
Kali Pancor, Jl. KH Hasan Gengong(kr),
Jl. KH Hasan Gengong(kn), Jl.
Sudirman (2), Jl. Basuki Rahmad (1)
ka, Jl. Basuki Rahmad (1) ki
Jl. Sudirman (1)
Belo'an, Kali Pancor, Jl. Sudirman (1)
Sal. Arum Permai

3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kota Probolinggo dapat dikategorikan
masih kurang. Hal ini terlihat dari prilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan,
khususnya terkait kebiasaan dari masyarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran drainase yang dapat
menyumbat aliran air dan berdampak pada pengurangan kapasitas saluran, misalnya pada Kali Banger. Selain
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

DRAINASE
Jl. A. Yani (3)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

itu, juga masih banyaknya saluran drainase yang digunakan sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya oleh
kawasan bantaran sungai, seperti Sungai Banger, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancur dan
sebagainya. Untuk keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan pada
Kota Probolinggo dikelola oleh masyarakat (RT & RW) melalui media kegiatan kerja bakti lingkungan.
Akan tetapi, saat ini peran serta masyarakat dalam sektor drainase di Kota Probolinggo sudah mulai
terbentuk. Masyarakat sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada kerusakan ataupun
gangguan pada saluran/sistem drainase. Dalam forum Musrenbang, masyarakat selalu menyalurkan aspirasinya
mengenai perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah mereka. Kemudian juga telah terbentuk
suatu Program Kali Bersih (Prokasih) yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam tujuannya untuk
menjaga kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di Kota Probolinggo. Memang pada kenyataannya
kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan peranan saluran drainase masih rendah, namun dengan
adanya program semacam ini, maka ke depan kesadaran masyarakat lambat laun akan dapat ditingkatkan.

3.4.6. Permasalahan Drainase Kota Probolinggo


Drainase Kota Probolinggo mempunyai beragam kendala dan masalah yang membutuhkan solusi untuk
mengurangi kerawanan terhadap genangan air, permasalahan ini timbul dari perilaku masyarakat sebagai
pengguna dan kurangnya perawatan. Berdasarkan Master Plan Drainase Kota Probolinggo Tahun 2008,
permasalahan pada saluran drainase dan irigasi adalah sebagai berikut:
Tingginya tingkat sedimentasi yang menghambat kelancaran aliran dan mengurangi kapasitas saluran
Terjadinya penumpukan sampah di ruas saluran maupun di dinding saluran yang belum di plengseng yang
dapat menghambat aliran air.
Di beberapa tempat belum terdapat treatment seperti plengsengan, terutama pada bagian ruas saluran
yang kondisi tebingnya rawan terhadap longsor, erosi dan pada belokan-belokan saluran
Karena kurangnya kemiringan saluran yaitu pada ruas-ruas tertentu yang dapat disebabkan oleh endapan
mengakibatkan tumbuhnya tanaman liar sehingga menghambat dan mengurangi kapasitas aliran
Kurang atau terlambatnya pemeliharaan terhadap jaringan drainase akan mempercepat usia guna dan
kerusakan.
dijumpai jalan inspeksi.
Beberapa tempat kondisi tanggul yang berfungsi sebagai jalan inspeksi sudah terkikis dan longsor.
Selain permasalahan tersebut, juga terdapat permasalahan terkait timbulnya genangan di kota
Probolinggo, dimana pada musim hujan setiap tahunnya selalu timbul genangan air yang disebabkan saluran
drainase yang ada tidak dapat mengalirkan air limpasan hujan dengan cepat, hal ini disebabkan adanya endapan
dan sampah pada saluran drainase yang ada. Disamping itu rendahnya elevasi daerah tersebut dibandingkan
letak saluran drainase yang ada menyebabkan terjadinya genangan di daerah tersebut. Pada tahun 2007,
genangan air limpasan di kota Probolinggo beberapa daerah telah sampai masuk ke rumah penduduk di

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Pada daerah tertentu seperti pemukiman misalnya di Kali Banger dan Saluran Panglima Sudirman tidak

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

beberapa tempat. Daerah daerah genangan pada musim hujan mencapai ketinggian 20 40 cm atau lebih
besar lagi dengan lama genangan mencapai lebih dari 2 jam.

Jl. Kyai Hasan Genggong


Genangan yang terjadi di Jl. Kyai Hasan Genggong meliputi jalan raya dan pemukiman penduduk. Pada
musim hujan pada jalan raya sering tergenang air mencapai ketinggian 20 - 30 cm dengan waktu genangan
kurang dari 1 jam. Sepanjang jalan raya tersebut ada beberapa saluran yang tidak berfungsi normal,
bahkan ada beberapa ruas yang belum ada drainase jalan raya.
Pemukiman yang berada di kawasan Jl. Kyai Hasan Genggong terutama yang elevasinya lebih rendah dari
elevasi muka air banjir saluran yang ada juga tergenang pada waktu hujan deras turun, sebagian aliran air
masuk sampai ke dalam rumah penduduk.

Jl. Pahlawan (Perempatan jalan Pahlawan Panglima Sudirman)


Kawasan Brak di perempatan jalan Pahlawan Panglima Sudirman pada musim hujan turun, seringkali
tergenang limpasan air hujan, dengan ketinggian kurang lebih 20 cm, tetapi genangan air di daerah ini
cepat hilang ketika hujan deras menjadi hujan kecil.

Jl. P. Siaman
Saluran drainase di jalan P. Siaman adalah saluran tertutup, dan saluran yang ada tidak dapat berfungsi
maksimal dikarenakan adanya sampah atau endapan sehingga pada saat hujan deras, air tidak dapat
mengalir secara cepat ke dalam saluran drainase yang ada. Genangan yang terjadi meliputi hampir
sepanjang jalan P. Siaman sampai dengan pertigaan dengan jalan Pahlawan. Tinggi genangan yang terjadi
mencapai 20 25 cm selama kurang lebih 2 jam selama hujan deras.

Jl. Basuki Rahmat


Pada saat hujan deras turun, limpasan air hujan menggenangi salah satu kawasan jalan Basuki Rahmat,
khususnya area sekitar gorong-gorong saluran drainasi yang melintas bawah rel kereta. Kawasan tersebut
mempunyai elevasi lebih rendah di antara daerah sekitarnya. Genangan yang terjadi di kawasan tersebut
mencapai ketinggian 30 40 cm selama hujan deras terjadi sekitar 2 jam lamanya.

Perempatan Jl. A. Yani dan Jl. Moch. Saleh


Genangan yang terjadi di daerah ini mencapai ketinggian 25 40 cm dan terjadi kurang lebih 2 jam pada
saat hujan deras. Saluran yang terdapat di daerah ini adalah saluran tertutup, pada saat hujan deras terjadi

Kelurahan Mayangan Kawasan Pelabuhan


Pada saat hujan deras turun kawasan jalan Belanak, Dorang, Banyar, Cumi-cumi tergenang limpasan air
hujan dengan ketinggian genangan mencapai 20 40 cm. Beberapa bagian menggenangi pemukiman
penduduk, terutama pemukiman yang terletak lebih rendah dari jalan/ saluran drainase. Genangan air
terjadi selama kurang lebih 2 jam selama hujan.

Pertigaan Jl. Soekarno Hatta dan Jl. Supriyadi

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

saluran yang ada tidak mampu mengalirkan air dengan cepat.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Pemukiman di sekitar kawasan ini beberapa terletak di bawah elevasi jalan/ saluran drainase yang ada,
sehingga pada saat hujan deras turun tergenang air sampai ketinggian 15 40 cm kurang lebih selama 2
jam. Saluran drainase yang kearah dekat pemukiman merupakan saluran tertutup yang terdapat endapan
dan sampah, sehingga pada saat hujan deras limpasan air tidak dapat mengalir dengan cepat.

Jl. Argopuro
Perumahan Argopuro di dekat jalan Bromo berada pada elevasi di bawah letak jalan/ saluran drainase yang
ada, sehingga pada saat hujan deras tergenang air limpasan hujan sampai setinggi 20 30 cm selama
kurang lebih 1 jam selama hujan. Selain itu adanya perubahan pola aliran air setelah adanya saluran
drainase baru belum sesuai dengan keadaan yang ada, sehingga air tidak dapat mengalir dengan baik.

Jl. Bromo
Genangan air di kawasan jalan Bromo terjadi di sekitar pertigaan jalan Merapi jalan Bromo, dengan
ketinggian genangan 15 20 cm selama hujan deras turun kurang lebih 2 jam. Pada saluran drainasi pada
daerah tersebut terdapat endapan yang menyebabkan limpasan air hujan tidak dapat mengalir semua
secara cepat.
Selain itu genangan terparah di kawasan jalan Bromo adalah di daerah Sukopuro, pada saat hujan deras
genangan air di daerah tersebut mencapai ketinggian 30 40 cm yang mengenangi jalan raya dan
sekitarnya sepanjang sekitar 300 m dengan lama genangan kurang lebih 3 jam. Penyebab utama genangan
air di kawasan ini adalah terputusnya saluran drainase yang ada, akibat tidak berfungsinya shypon yang
tersumbat/ tertimbun tanah dan sampah. Selain itu adanya sampah dan endapan menyebabkan air tidak
dapat tertampung dan mengalir dengan cepat.
Pada saat musim peghujan beberapa daerah di Kota Probolinggo tergenang air hujan, hal ini

dikarenakan:
1. Terdapatnya endapan sedimen akibat tidak rutinnya pengerukan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kota Probolinggo.
2. Banyaknya sampah yang menumpuk pada saluran-saluran dan pintu-pintu air.
3. Di beberapa wilayah daerah, saluran yang ada masih berupa saluran alam, dimana model saluran
tersebut sukar untuk dipertahankan dan diandalkan, karena adanya erosi dan proses sedimentasi
berlangsung dengan cepat yang suatu saat dapat menyumbat saluran-saluran sekunder.
dimensi saluran drainase di bawahnya.
5. Beberapa daerah belum ada saluran drainase di kanan kiri jalan.
6. Di beberapa jalan elevasi badan jalan berada di bawah elevasi saluran drainase yang ada.
Kasus-kasus ini yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi hal ini, dibutuhkan
suatu perencanaan detail sistem jaringan drainase perkotaan terpadu, dan tidak direncanakan sepotong-demi
potong. Jaringan drainase perkotaan yang direncanakan merupakan saluran drainase yang dibuat ditepi kanan
dan kiri jalan dengan kondisi saluran yang kokoh dan permanen, agar dapat mengurangi sedimentasi dari

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

4. Di beberapa daerah terdapat bangunan di atas saluran drainase kota, dengan posisi mengurangi

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

pengikisan tebing dan dasar saluran. Apabila tebing dan dasar saluran masih dipertahankan berupa tanah,
dimensi saluran tidak dapat dipertahankan sesuai perencanaan.

III-70

Gambar 3. 11 Kondisi Saluran Drainase yang Mengalami Pencemaran Sampah dan Sedimentasi

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA


PROBOLINGGO TAHUN 2010
JARINGAN DRAINASE

III-70

KOTA PROBOLINGGO

Peta 3. 2 Peta Sistem Jaringan


Drainase Kota Probolinggo
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.5. PENYEDIAAN AIR BERSIH


Kebutuhan akan air bersih dan air minum merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia.
Pemenuhan kebutuhan akan air minum dilakukan dengan melalui berbagai cara yaitu pengelolaan air dan mata
air, sungai, waduk, bahkan air laut. Pada Kota Probolinggo pemenuhan kebutuhan air minum Kota Probolinggo
terdiri dari 2 jenis yaitu melalui sistem non-jaringan perpipaan yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat
ataupun dengan sistem jaringan yang dikelola oleh Pemerintah Kota Probolinggo. Sistem penyediaan air minum
oleh Pemerintah menjadi sangat vital untuk melayani dan mensejahterakan masyarakat melalui bidang sarana
dan prasarana wilayah. Pada Kota Probolinggo sendiri tingkat pelayanan air minum melalui sistem jaringan
perpipaan mencapai 55% dari total kebutuhan penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu upaya
peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum karena masih banyak penduduk yang belum terlayani.
Tabel 3. 21 Sumber Air Bersih Kota Probolinggo
SUMBER AIR BERSIH
Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah
Air Ledeng/ PDAM: sampai di halaman/ gedung
Air Ledeng/ PDAM: Umum/ Hidran
Ledeng dari tetangga
Sumur bor (pompa tangan, mesin)
Sumur gali terlindungi
Sumur gali tidak terlindungi
Mata air terlindungi
Mata air tidak terlindungi
Air hujan
Penjual air: Isi ulang
Penjual air: Kereta/ gerobak
Penjual air: Truk air
Air botol kemasan
Kolam
Air permukaan (sungai/kolam/danau/DAM/Aliran/Kanal/Irigasi)

FREKUENSI

12,41%
0,87%
0,09%
0,26%
75,26%
2,52%
0,26%
0,00%
0,00%
0,00%
3,91%
0,00%
0,00%
4,43%
0,00%
0,00%

0,00%

Lainnya
TOTAL

PROSENTASE

143
10
1
3
867
29
3
0
0
0
45
0
0
51
0
0
1152

100%

3.5.1. Landasan Hukum


a. Undang Undang Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai ;
b. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup ;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air ;

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Sumber : Studi EHRA Kota Probolinggo, Tahun 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

e. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) ;
f.

Instruksi Presiden RI Nomor 22 Tahun 1990 tentang Pengendalian Dampak Lingkungan ;

g. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ;


h. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air ;
i.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air ;

j.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 353/Kpts-II/1986 tentang Penetapan Radius / Jarak Larangan
Penebangan Pohon dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk, Danau, Sungai / Anak Sungai dalam Kawasan
Hutan, Hutan Cadangan dan Hutan Lainnya ;

k. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat syarat Pengawasan


Kualitas Air Minum ;
l.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/2000 tentang Penyediaan Sarana dan Prasarana
Air Minum ;

m. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 173/MENKES/PER-VII/1987 tentang Pengendalian Pencemaran


Air untuk Berbagai Kegunaan yang Berhubungan dengan Kesehatan ;
n. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat syarat dan
Pengawasan Kualitas Air ;
o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber
Sumber Air ;
p. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Sistem
Penyediaan Air Minum ;
q. Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 61/KPTS/CK/1998 tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Pembangunan, Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
Perkotaan ;
r.

Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Kota Probolinggo
Tahun 2009 2028.
1987 Jo Nomor 18 Tahun 2002 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Probolinggo.

t.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.

u. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 1991 tentang Pedoman Sistem

Akuntansi

Perusahaan Daerah Air Minum.


v.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1984, tentang Tatacara Pembinaan
Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Pengawasan

III-70

s. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 13 Tahun 1975 Jo Nomor 09 Tahun 1983 Jo Nomor 14 Tahun

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.5.2. Aspek Institusional


Instansi pemerintahan Kota Probolinggo yang menangani persoalan air bersih antara lain PDAM dan
Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan Perkotaan dan Permukiman, dengan kerjasama dengan pihak Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah.
3.5.3. Cakupan Layanan
Pelayanan air bersih di Kota Probolinggo telah mencapai hampir seluruh wilayah Kota Probolinggo,
akan tetapi jumlah dan ketersediaan jaringannya tidak merata diantara 5 kecamatan. Sasaran pelayanan
ditujukan kepada pengguna rumah tangga, niaga, fasilitas umum dan social, serta industri. Penyediaan sarana
dan prasarana air bersih dilakukan oleh pemerintah setiap tahun sebagai bagian darinpelaksanaan
pembangunan daerah dalam bidang sarana dan prasarana wilayah, terutama dalam kurun waktu terakhir.
Peningkatan wilayah pelayanan harus juga diimbangi dengan system pelayanan air minum serta peningkatan
kapasitas produksi.
Sistem jaringan air minum di Kota Probolinggo terdiri dari 2 jenis, yaitu sistem jaringan PDAM dan
sistem jaringan Non PDAM. Sistem jaringan PDAM terdiri dari fasilitas produksi, jaringan tranmisi, dan jaringan
distribusi. Sistem jaringan non PDAM dilakukan oleh mayoritas penduduk yang berada di bagian selatan Kota
Probolinggo sementara itu jaringan PDAM sampai saat ini baru melayani penduduk pada bagian utara Kota
Probolinggo.
Hingga bulan Maret Tahun 2010, cakupan pelayanan dari PDAM dalam penyediaan air bersih bagi
kebutuhan masyarakat Kota Probolinggo adalah sebesar 41,95%. Jumlah sambungan rumah (SR) dari tahun
2009 hingga maret 2010 meningkat 1,58% menjadi 14.924 sambungan. Sedangkan dari data pelanggan PDAM
tahun 2008, diketahui bahwa cakupan pelayanan PDAM pada tahun 2008 baru sebesar 14.483 KK, atau sebesar
26,03%. Kecamatan Mayangan dan Kanigaran merupakan wilayah yang paling banyak terlayani system air
bersih dari PDAM, dimana sekitar 88% pelanggan PDAM Kota Probolinggo berada di wilayah kedua kecamatan
ini. Kondisi ini memang sesuai karena pada wilayah Kecamatan Mayangan terdapat banyak permukiman
penduduk serta tersedia cukup jaringan distribusi bagi penduduk. Sementara itu pada kecamatan Kademangan,
Kedopok, dan Wonoasih, jumlah dan proporsi pelanggan air lebih sedikit, hanya sekitar 12%. Hal ini disebabkan
rendahnya tingkat pendapatan penduduk, tidak tersedianya jaringan distribusi, serta mayoritas masyarakat lebih

No.
I

Tabel 3. 22 Kondisi Eksisting Sambungan Rumah SR (PDAM) Kota Probolinggo Tahun 2010
Jumlah SR Jumlah SR
Jumlah
Jumlah KK
Jumlah
Lokasi
s/d Akhir
s/d Maret
Penduduk
per 2008
Penduduk
2009
2010
Terlayani
KEC. MAYANGAN
KEL. MAYANGAN
2.801
1.358
1.364
8.232
10.799
KEL. SUKABUMI
2.876
2.075
2.094
12.624
1.055
KEL. MANGUNHARJO
4.933
3.368
3.391
20.466
19.609
KEL. JATI
3.506
1.184
1.196
7.236
14.617
KEK. WIROBORANG
1.564
759
773
4.644
6.279
SUB JUMLAH
15.680
8.744
8.818
53.202
62.359

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Jangkauan
Pelayanan
76,23
114,19
104,37
49,50
73,96
85,32

III-70

memilih untuk memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur gali dan mata air.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


Jumlah KK
per 2008

Jumlah SR
s/d Akhir
2009

Jumlah SR
s/d Maret
2010

1.442
964
4.335
3.835
1.267
1.797
13.640

1.019
349
943
1.015
99
272
3.697

1.047
350
958
1.049
99
279
3.782

KEC. KADEMANGAN
KEL. KADEMANGAN
KEL. PILANG
KEL. KETAPANG
KEL. TRIWUNG LOR
KEL. TRIWUNG KIDUL
KEL. POSANGIT KIDUL
SUB JUMLAH

1.815
1.466
1.701
1.520
1.919
1.275
9.696

23
235
512
149
54
973

KEC. WONOASIH
KEL. WONOASIH
KEL. JREBENG KIDUL
KEL. PAKISTAJI
KEL. KEDUNG GALENG
KEL. KEDUNG ASEM
KEL. SUMBER TAMAN
SUB JUMLAH

978
1.277
1.234
726
1.903
2.446
8.564

KEC. KEDUPOK
KEL. KEDUPOK
KEL. SUMBER WETAN
KEL. KARENG LOR
KEL. JREBENG KULON
KEL. JREBENG WETAN
KEL. JREBENG LOR
SUB JUMLAH

Jumlah
Penduduk
Terlayani

Jumlah
Penduduk

Jangkauan
Pelayanan

6.378
2.100
5.808
6.426
594
1.692
22.998

5.657
3.548
17.564
15.290
4.922
6.995
53.976

112,75
59,19
33,07
42,03
12,07
24,19
42,61

26
242
521
180
63
1.032

156
1.464
3.174
1.098
384
6.276

6.912
5.695
6.579
5.788
7.586
4.744
37.304

2,26
25,71
48,24
18,97
5,06
0,00
16,82

21
97
715
833

23
99
718
840

138
600
4.314
5.052

3.555
4.775
4.758
2.542
7.049
9.291
31.970

3,88
0,00
12,61
0,00
0,00
46,43
15,80

966
1.494
1.325
1.062
826
2.383
8.056

3
115
8
310
9
445

3
117
8
315
9
452

18
708
48
1.908
54
2.736

3.450
5.253
4.754
4.120
3.136
8.836
29.549

0,52
0,00
14,89
1,17
60,84
0,61
9,26

JUMLAH TOTAL
55.636
Sumber : PDAM Kota Probolinggo, 2010

14.692

14.924

90.264

215.158

41,95

No.

Lokasi

II

KEC. KANIGARAN
KEL. TISNONEGARAN
KEL. CURAH GRINTING
KEL. KANIGARAN
KEL. KEBONSARI KULON
KEL. KEBONSARI WETAN
KEL. SUKOHARJO
SUB JUMLAH

III

IV

Ketersediaan dan kontinuitas air bersih PDAM Kota Probolinggo sangat dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain :
bersih PDAM ;
2. Kebocoran pipa jenis asbes karena tekanan dan kapasitas air bersih yang disalurkan tidak stabil (Jl
Panglima Sudirman) ;
3. Terjadinya listrik mati yang mempengaruhi kinerja sumur pompa PDAM di mata air Ronggojalu, karena
membutuhkan waktu untuk menyalakan genset ;
4. Wilayah wilayah yang sering mengalami gangguan terhadap aliran air bersih pada sambungan rumah
tangga antara lain :

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

1. Kebocoran pipa transmisi pada bagian pembuangan udara di setiap jembatan dilintasi pipa distribusi air

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Wilayah kecamatan Kademangan, yang mengalami gangguan berupa air kecil yaitu di kawasan
Perumahan Kopian Barat sebelah selatan ;
Wilayah kecamatan Kanigaran, yang sering mengalami gangguan aliran air yaitu di kawasan sepanjang
Jalan Letjen Sutoyo karena elevasi jalan yang meninggi kea rah selatan ;
Wilayah kecamatan Mayangan, yang mengalami gangguan berupa air kecil yaitu di kawasan Jl. Ikan
Hiu, Jl. Ikan Dorang dan Jl. Ikan Kakap karena diameter pipa sudah tidak mencukupi dibhandingkan
jumlah pelanggan yang ada.

Gambar 3. 12 Kegiatan Penyediaan Sarana Air Bersih/Air Minum

3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional


PDAM Kota Probolinggo dalam pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih dengan memanfaatkan
debit air baku dari sumber mata air dengan memanfaatkan energy listrik yang disediakan PLN dan Genset.
Fasilitas unit produksi system air bersih Kota Probolinggo adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang memiliki
kapasitas terpasang sebesar 425 liter/detik dan kapasitas produksi sebesar 200 liter/detik. Volume produksi
Debit air baku yang diproduksi mata air Ronggojalu berkisar 500.000 m3 tiap bulan dan diperkirakan terjadi
pengurangan sekitar 30% setiap bulannya pada saat penghitungan volume produksi di Meter Induk Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Ronggojalu.
Energy yang digunakan untuk mendukung beroperasinya pompa-pompa air yang digunakan dalam
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Ronggojalu adalah energy listrik yang disediakan PLN dan Genset. Dalam
peningkatan system pelayanan air bersih Kota Probolinggo perlu adanya penambahan genset agar bila terjadi
gangguan suplai listrik dari PLN, aktivitas produksi air di IPA Ronggojalu tidak terganggu.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

tersebut diperoleh dari waktu operasional Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang beroperasi selama 24 jam/hari.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Sampai sekarang ini PDAM Kota Probolinggo masih menggunakan air baku bersumber dari Mata Air
Ronggojalu. Menurut hasil pemeriksaan baik dari laboratorium PDAM menyatakan bahwa kualitas air baku yang
ada sudah memenuhi standar air baku untuk diolah menjadi air minum. Setelah melalui beberapa tahap proses
pengolahan air secara lengkap, baru air disalurkan ke pelanggan, dengan tetap mendapat pengawasan dari
Laboratorium PDAM Kota Probolinggo.
Sebelum sampai ke setiap pelanggan, proses transmisi air oleh PDAM melalui beberapa tahapan yaitu
pertama dihisap oleh pompa intake masuk bangunan chemical feeder, masuk water treatment plant (instalasi
pengolahan air yang terdiri dari bagian flopckulasor, sedimentasi dan filtrasi setelah itu masuk reservoir baru
kemudia didistribusikan ke pelanggan). Air baku yang dihasilkan mata air dialirkan melalui pipa transmisi
berdiameter 18 sepanjang lebih dari 14km dari Ronggojalu sampai ke Kota. Pipa transmisi ini terletak
disepanjang Jalan KH. Genggong sampai Jalan Raya Panglima Sudirman. Untuk pendistrihbusian air ke
pelanggan melalui Jaringan Distribusi Utama (JDU) dengan diameter pipa 8 sampai 14 sepanjang 9km
kemudian Jaringan Distribusi Pembagi (JDP) dengan pipa berdiameter 4 sampai dengan 6 sepanjang 51 km
dan Jaringan Distribusi Layanan (JDL) melalui berdiameter 11/2 sampai 3 sepanjang 155km jaringan pipa
tersebut tersebar di 5 wilayah Kecamatan. Untuk menambah tekanan air dibangun Ground Reservoir
berkapasitas 500m3 yang beralokasi di Kelurahan Jrebeng Kidul. Jaringan pipa PDAM tersebar di 5 wilayah
Kecamatan. Adapun layanan PDAM Kota Probolinggo di wilayah selatan dan tengah perkecamatan tahun 2009
sebagai berikut :
1.

Kecamatan Mayangan

84%

2.

Kecamatan Kanigaran

41%

3.

Kecamatan Wonoasih

16%

4.

Kecamatan Kademangan

16%

5.

Kecamatan Kedopok

9%

Sebagaian besar jaringan distribusi air bersih Kota Probolinggo menggunakan pipa jenis PVC karena
pipa jenis ini sangat elastic, ringan, awet dan tidak mudah berkarat sehingga kualitas air yang didistribusikan
terjaga kualitasnya. Secara keseluruhan pola jaringan system distribusi PDAM ini merupakan gabungan dari
system cabang dan system loop, karena ada sebagian system pendistribusian yang bersifat terputus,
membentuk cabang cabang sesuai daerah pelayanan dan ada juga jaringan pipa melingkar dimana ujung pipa
System distribusi air bersih Kota Probolinggo dimulai dari reservoir yang berada di Kelurahan Kebonsari
Kulon melalui jaringan distribusi utama (JDU) dengan pipa berdiameter 8-14, kemudian jaringan distribusi
pembagi (JDB) dengan pipa berdiameter 3-6, dan jaringan distribusi pelayanan (JDL) dengan pipa berdiameter
kurang dari 3. Jaringan Distribusi Utama (JDU) air bersih Kota Probolinggo itu terdapat di Jl KH Hasan
Genggong, Jl Soekarno Hatta, dan sebagian Jl Ir Sutami. Jaringan distribusi pembagi (JDB) dengan pipa
diameter 6 melalui Jl Serma Abdurahman, Jl Hayam Wuruk, Jl Raya Bromo, Jl DI Panjaitan, serta sebagian Jl
Mastrip. Jaringan distribusi pembagi (JDB) dengan pipa diameter 5 melalui Jl Pahlawan, Jl Dr Moch Saleh, dan
Jl Dr Soetomo. Jaringan distribusi pembagi (JDB) dengan pipa diameter 4 melalui Jl Gub Suryo, Jl Tanjung
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

yang satu bertemu kembali dengan ujung pipa lain.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Tembaga, sebagian Jl Pahlawan, Jl Bengawan Solo, dan Jl Mastrip. Sementara itu JDB dengan pipa berdiameter
3 Jl HOS Cokroaminoto, Jl Brantas, Jl Bengawan Solo, Jl Anggrek, Jl Raden Wijaya, Jl Gatot Subroto. Jaringan
distribusi Pelayanan (JDL) terdapat di banyak ruas jalan yang merupakan jalan lokal atau lingkungan karena
jaringan ini merupakan jaringan langsung yang menyalurkan air bersih kepada pelanggan.

Gambar 3. 13 Alur Distribusi Air PDAM Kota Probolinggo

3.5.5. Permasalahan
Kondisi pelayanan dari PDAM Kota Probolinggo secara teknis ditinjau dari efektivitas penyaluran air
bersih yang menggunakan indicator tingkat kebocoran secara teknis. Pada tahun 2007, tingkat kebocoran
tertinggi mencapai 22,89% dari volume produksi air tercatat pada meter induk. Bila dilihat rata-rata per tahunnya,
tingkat kebocoran berkisar di atas angka 10%. Hal ini mengindikasikan adanya suatu kelemahan system
antisipasi penyusutan air dan inefektifitas pelayanan air bersih Kota Probolinggo.
bersih Kota Probolinggo antara lain :
Penyediaan Non PDAM
1. Aspek Teknis
a. Kualitas air bawah tanah di wilayah Kota Probolinggo yang cenderung menurun setiap tahunnya akibat
pencemaran dan instrusi air laut. Hal ini dapat diidentifikasi dari uji kualitas oleh Dinas Kesehatan Kota
Probolinggo dari hasil uji kualitas air pada 30 sampel (diambil dari 30 sumur pompa tangan). Dengan
hasil pengujian kualitas air dapat diketahui 23,3% dari 30 sampel uji tidak memenuhi syarat air minum.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Adapun permasalahan yang merupakan factor penghambat pengembangan sistem penyediaan air

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

b. Kontinuitas sumber air baku kurang yaitu ketika pada musim kemarau. Pada musim kemarau air pada
sumur berkurang.
c. Pada pembangunan sumur dan tandon sering berdekatan atau masuk pada pelayanan PDAM.
d. Berkaitan dengan banyaknya penggunaan sumur pompa untuk lahan pertanian, maka berpengaruh
terhadap berkurangnya kapasitas air bawah tanah yang dipergunakan untuk konsumsi masyarakat
terutama di wilayah selatan Kota Probolinggo.
e. Kualitas air tanah semakin buruk, terutama di wilayah Kecamatan Mayangan akibat filtrasi air laut
Penyediaan PDAM
1. Unit Produksi
a. Kota Probolinggo tidak memiliki sumber mata air dengan debit yang cukup besar untuk dikembangkan
sebagai sumber air bersih
b. Kapasitas produksi yang masih terbatas dalam hal ini kapasitas pompa perpipaan serta unit
pembangkit.
c. Tenaga pembangkit yang digunakan untuk mengoperasikan pompa-pompa air memakai tenaga listrik
PLN dan genset yang digunakan ketika listrik padam.
2. Unit Distribusi
a. Kebocoran jaringan perpipaan yang menyebabkan kehilangan air masih relatif tinggi rata-rata 20%
b. Sistem perpipaan yang ada belum membentuk sistem loop sehingga menjadikan tekanan yang tidak
merata di setiap kawasan, misalnya tekanan air kecil yang terjadi di Kecamatan Kademangan serta
Kecamatan Mayangan.
c. Jangkauan perpipaan distribusi belum menyeluruh yaitu sirip-sirip jaringan yang belum cukup banyak
untuk menunjang kebutuhan penduduk (wilayah di Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Wonoasih
karena pada kedua kecamatan ini berkembang permukiman).
3. Unit pelayanan
a. Di Kecamatan Kedopok, Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Wonoasih masih sangat sedikit
yang terlayani jaringan air minum PDAM kota Probolinggo.
b. Terbatasnya jaringan perpipaan yang ada sehingga di sebagian wilayah selatan Kota Probolinggo
yaitu Kecamatan Kedopok, Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kademangan belum terlayani
c. Mahalnya biaya pemasangan jaringan pipa terutama pada wilayah yang belum terdapat jaringan pipa
d. Masyarakat enggan menmggunakan PDAM karena air berbau kaporit
e. Air bawah tanah mudah didapat dan masih layak dikonsumsi terutama di wilayah selatan
4. Pendanaan
a. Terbatasnya dana PDAM Kota Probolinggo untuk pengembangan jaringan perpipaan.
b. Mayoritas masyarakat yang belum terlayani air bersih PDAM berpendapatan rendah, terutama bagian
selatan Kota Probolinggo

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

jaringan secara merata.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA


PROBOLINGGO TAHUN 2010
JARINGAN AIR BERSIH

III-70

KOTA PROBOLINGGO

Peta 3. 3 Peta Sistem Jaringan


Air Bersih Kota Probolinggo
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.6. KOMPONEN SANITASI LAINNYA


3.6.1. Penanganan Limbah Industri
Upaya penanganan masalah air limbah industri di Kota Probolinggo saat ini merupakan upaya yang
tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah Kota semata. Pihak swasta juga telah menunjukkan peran dan
keterlibatannya dalam penanganan masalah ini, meski ada beberapa yang masih dalam tingkatan yang belum
maksimal. Dalam penanganan ini, peran Pemerintah Kota dijalankan oleh Badan Lingkungan Hidup ( BLH ).
Hingga saat ini Pemerintah Kota Probolinggo melalui BLH Kota Probolinggo telah melakukan
pengawasan dan pemantauan terhadap penanganan limbah dengan landasan hukum / peraturan perundangan
sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan
2. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
4. Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
5. PP. No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
6. Perda 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
7. Keputusan Gubernur Jatim No. 45 tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi industri atau kegiatan
usaha lainnya di Jawa Timur
8. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
9. SK Gub No. 60 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan usaha Perhotelan di Jawa
Timur
10. SK Gub No. 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit
11. Peraturan Walikota Probolinggo No. 9 tahun 2009 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pembuangan
Limbah Cair ke Sumber-sumber Air di Kota Probolinggo
Peraturan Walikota No. 9 tahun 2009 merupakan kebijakan yang terkait secara langsung dengan
pengelolaan air limbah. Dalam kebijakan ini, Pemkot Probolinggo telah mengatur tentang:
Kewajiban bagi setiap usaha dan/ atau kegiatan untuk memperoleh izin pembuangan limbah cair dari
Walikota Probolinggo sebelum menggunakan sumber-sumber air sebagai tempat pembuangan limbah cair
pengambilan air bawah tanah ( SIPA ), hasil analisa air limbah, dan administrasi lain yang terkait
Melalui kebijakan ini Pemerintah Kota Probolinggo berupaya untuk meningkatkan kesadaran pihakpihak penghasil air limbah terhadap kualitas sumber daya air kota Probolinggo. Selain itu juga memperketat
pengawasan terhadap pihak perusahaan dan industri untuk lebih mematuhi peraturan hukum yang berlaku yang
ke depannnya akan terwujud kelestarian lingkungan hidup di kota Probolinggo.
BLH menjalankan fungsi sebagai lembaga pengawas atau pengendali upaya pelestarian lingkungan.
Dalam pelaksanaan fungsi sebagai lembaga pengawas, BLH bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan
perizinan, pembinaan dan pengawasan terhadap pembuangan limbah industri sesuai dengan Peraturan Daerah
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Permohonan ijin wajib dilengkapi dengan AMDAL, UKL-UPL, DPPL, surat ijin gangguan ( HO ), surat ijin

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisai dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Probolinggo dan Peraturan
Walikota Probolinggo Nomor 37 tahun 2008 tentang Tugas Pokok Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota
Probolinggo. Pemantauan terhadap kualitas air limbah adalah dengan melakukan perbandingan beberapa/
parameter utama dengan baku mutu yang ditetapkan. Jenis parameter air yang diukur dibagi menjadi 4 (empat),
yaitu :
a. Parameter fisik, yang terdiri dari temperatur, residu terlarut dan residu tersuspensi.
b. Parameter Kimia Anorganik, yang terdiri dari pH, BOD, COD, DO, total fosfat, nitrat, NH3-N, logam berat,
NO2, SO2, khlorin bebas dan H2S.
c.

Parameter kimia organik, yang terdiri dari minyak dan lemak, detergen dan phenol.

d. Parameter biologi, yaitu jumlah bakteri Eschericia coli.


Untuk mengetahui kualitas perairan dan pemantauan diarahkan pada beberapa jenis industri yang ada
di wilayah Kota Probolinggo. Pemantauan dilakukan dengan pengambilan air limbah ( sampling ) yang dilakukan
setiap bulan terhadap perusahaan, industri, hotel dan juga rumah sakit yang ada di Probolinggo yang kemudian
dilakukan pengujian terhadap sampel-sampel air limbah tersebut ke laboratorium lingkungan terakreditasi dan
dan ditunjuk oleh Gubernur Jawa Timur yang secara resmi ditetapkan oleh peraturan pemerintah yaitu Perum
Jasa Tirta I Malang dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Surabaya. Dasar rujukan aturan adalah
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001.
Pemantauan penanganan limbah industri di kota Probolinggo telah dijalankan oleh BLH ( Badan
Lingkungan Hidup ) melalui UPT Laboratorium Lingkungan.UPT Laboratorium Lingkungan dibentuk pada awal
tahun 2009 yang pada saat ini pembangunan dan pengadaan sarana prasarananya ( gedung, peralatan dan
perlengkapan laboratorium, IPAL dan lain lain ) telah berjalan dan diharapkan tahun ini dapat diselesaikan
sehingga pelaksanaan kegiatan pemantauan bisa lebih dimaksimalkan dengan tersedianya sarana prasarana
yang memadai.
Untuk ijin Pembuangan Limbah Cair mengacu pada Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 9 Tahun
2009, sedangkan untuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mengacu pada Peraturan Walikota
Probolinggo Nomor 17 tahun 2010 tentang Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan
Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Dalam pengelolaan air limbah industri ini, pihak swasta dalam hal ini yaitu perusahaan/industri baik
menjalankan pengelolaan air limbah dengan cukup baik walaupun masih ada beberapa perusahaan yang kurang
maksimal dalam upaya pengelolaan air limbah. Begitupun dalam industri skala kecil belum banyak menunjukkan
peran yang maksimal. Perusahaan atau industri yang cukup besar yang ada di kota Probolinggo ini telah memiliki
IPAL ( Instalasi Pengolahan Air limbah ) yang cukup baik yang terdiri dari bak penampungan, filtrasi,aerasi,
pengendapan, koagulasi, dan lain-lain.
Untuk penanganan limbah industri besar tidak semuanya industri tersebut memiliki pengelolaan limbah,
sehingga masih membahayakan lingkungan. Untuk industri kecil sampai saat ini pengelolaan limbahnya tidak
tertangani dengan maksimal dikarenakan keterbatasan dana.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

industri besar dan industri kecil secara mandiri telah ikut berperan serta dan bertanggung jawab dan juga

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Daftar Perusahaan / Industri yang telah memiliki IPAL dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. 23 Daftar Perusahaan / Industri di Kota Probolinggo
IPAL
(
Instalasi
Pengolahan
Air Limbah )
NO.
NAMA PERUSAHAAN
ADA
TIDAK ADA
1
PT. Amak Firdaus Utomo

2
PT. Pamolite Adhesive Industry

3
PT. Southern Marine Products

4
PT. Sumbertaman Keramik Industry

5
PT. Eratex Djaja

6
Hotel Tampiarto

7
Hotel Bromo View

8
PT. K T I

9
PT. Sulindo

10
RS. Dharma Husadha

11
PT. AFTI

12
Hotal Ratna

13
Hotel Tentrem

14
Hotel Bromo Permai II

15
CV. Sumber Setia

16
RSUD Dr. Moch Saleh

17
PT. Lak Banyukerto

18
CV. Bee Jay Seafoods

19
Hotel Paramita

20
Perush. Susu Sumber Hidup

Sumber : BLH Kota Probolinggo, 2010

Hasil pemantauan selama ini yang dilakukan oleh UPT Laboratorium Lingkungan BLH Kota Probolinggo
menunjukkan bahwa saat ini hampir semua perusahaan dan industri yang memiliki IPAL, Air limbah yang
diproses memiliki kualitas yang baik sebelum dibuang ke badan air, sehingga bisa dikatakan telah memenuhi
peraturan perundangan yang berlaku walapun beberapa perusahaan tersebut mempunyai pengolahan air limbah
namun kurang sempurna sesuai dengan spesifikasi dan kapasitas limbah yang dihasilkan sehingga efluent yang
keluar dimedia lingkungan masih diatas baku mutu yang ditetapkan. Selain itu masih ada beberapa perusahaan /
industri yang masih belum memenuhi peraturan yang ada dan belum bisa memperbaiki IPAL yang dimiliki
sehingga bisa berjalan lebih maksimal.
Badan Lingkungan Hidup ( BLH ) Kota Probolinggo sebagai pelaksana program pelestarian lingkungan
telah melakukan upaya pengawasan dan pemantauan terhadap perusahaan / industri yang membuang air limbah
penanganan limbah industri, diantaranya :
1. Masih ada 9 perusahaan / kegiatan usaha yang belum memiliki IPAL
2. Masih ada 2 perusahaan yang memiliki kualitas air limbah yang kurang bagus dikarenakan pengelolaan air
limbah yang kurang sempurna
3. Pemantauan rutin oleh tim BLH, akan tetapi hampir seluruh kegiatan usaha kecil / industri kecil tidak
mempunyai IPAL karena keterbatasan dana. Akan tetapi BLH secara terus menerus melakukan pembinaan
dan mendorong kepada industri yang belum memiliki IPAL tersebut agar mengolah air limbahnya di instalasi
pengolahan limbah walaupun pengelohan yang sederhana (resapan).
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

industri ke badan air. Namun demikian, masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Dengan adanya berbagai permasalahan yang ada, diperlukan kerjasama yang dilakukan baik oleh
instansi terkait dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup dan pihak swasta untuk perbaikan kepada kesadaran
lingkungan yang lebih baik dalam mengelola limbah industri dan meningkatnya kemampuan industri / perusahaan
yang cukup besar untuk mengakses fasilitas pembuangan air limbah industri.

3.6.2. Penanganan Limbah Medis


Limbah medis merupakan limbah yang biasanya bersumber dari Rumah Sakit (baik milik Pemerintah
Kota Probolinggo ataupun swasta), puskesmas, dokter peraktek serta bidan praktek, baik itu berupa limbah cair
maupun limbah padat. Limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi
limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut
terhadap masyarakat atau lingkungan , maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.
Di Kota Probolinggo terdapat 6 Puskesmas Induk dan 20 Puskesmas Pembantu yang tersebar di 5
(lima) kecamatan, dengan masing-masing mempunyai spesifikasi pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas
Sukabumi dengan spesifikasi Rawat Jalan dan Kesehatan Mata, Puskesmas Kanigaran dengan spesifikasi
Rawat Jalan dan Kesehatan Gigi, Puskesmas Kedopok dengan spesifikasi Rawat Jalan dan Kesehatan Lansia,
Puskesmas Wonoasih dengan spesifikasi Rawat jalan, Rawat Inap dan Kandungan, Puskesmas Ketapang
dengan spesifikasi Rawat Jalan dan Kegawatdaruratan Jalan Raya (UGD Jalan Raya), sedangkan Puskesmas
Jati dengan spesifikasi Rawat jalan dan Akupuntur.
Jenis Limbah Medis padat yang dihasilkan di masing-masing Puskesmas di Kota Probolinggo berupa :
Tabel 3. 24 Jenis Limbah Medis Padat Puskesmas Kota Probolinggo

1.

Puskesmas

Sampah yang dihasilkan

Spuit bekas, botol ampul


bekas, vial, perban bekas
2.
Jati
Spuit bekas, botol ampul
bekas, vial,
3.
Kanigaran
Spuit bekas, botol ampul
bekas, vial,
4.
Kedopok
Spuit bekas, botol ampul
bekas, vial
5.
Ketapang
Spuit bekas, botol ampul
bekas, vial, perban bekas,
wadah bekas kemasan Lab,
infus bekas
6.
Wonoasih
Spuit bekas, botol ampul
bekas, vial, perban bekas,
wadah bekas kemasan Lab,
infus bekas, sampah bekas
operasi
Jumlah total
Sumber : Dinkes Kota Probolinggo, 2010

Jumlah (berat) sampah


yang dihasilkan/ bulan

Keterangan

Sukabumi

15 kg
5 kg
7 kg
5 kg
60 kg

60 kg

152 kg

Untuk limbah medis cair yang dihasilkan dimasing-masing Puskesmas di Kota Probolingo berupa limbah
cair dari Poli gigi, limbah cair dari laboratorium, limbah cair dari tindakan medis.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

No.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Penanganan atau Pengelolaan limbah medis Puskesmas di Kota Probolinggo dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Limbah medis padat dibakar di Incenerator, dengan lokasi Incenerator di Puskesmas Wonoasih,
Puskesmas Jati, Puskesmas Ketapang dan Puskesmas Kedopok. Dimana kondisi eksisting incenerator
pembakarannya belum maksimal sehingga dimungkinkan kandungan limbah B3 ditengarai masih ada.
2. Limbah medis cair dibuang ke Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Tabel 3. 25 Penanganan Limbah Medis Puskesmas Kota Probolinggo

1.

Wonoasih

- Cair

ALUR
PENGOLAHAN
- IPAL

2.

Ketapang

- Padat
- Cair

- Incenerator
- Septic Tank

3.

Sukabumi

- Padat
- Cair

- Incenerator
- Septic Tank

4.

Jati

- Padat
- Cair

- Incenerator
- Septic Tank

5.

Kanigaran

- Padat
- Cair

- Incenerator
- Septic Tank

6.

Kedopok

- Padat
- Cair

- Incenerator
- Septic Tank

NO

PUSKESMAS

JENIS LIMBAH

- Padat
Sumber : Dinkes Kota Probolinggo, 2010

- Incenerator

METODE
PENANGANAN
- Aerob Reactor
Biofilter
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar

Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moh Saleh Kota Probolinggo penanganan limbahnya
dapat dilihat sebagai berikut :
Pemilahan Limbah Medis
Padat di Ruangan
Pengumpulan Limbah Medis
Padat
Pengangkutan Limbah Medis
Padat Ke Incinerator
Pemusnahan Limbah Medis di
Incinerator

Pembuangan Residu
Pembakaran Limbah Medis Ke
TPA
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

b. Limbah Cair
Pembuangan Limbah Medis
Cair Dari Ruangan

Saluran Air Limbah Tertutup

Pengolahan Limbah Medis Cair


di IPAL dan Chlorinasi

Badan Air / Sungai

III-70

a. Limbah Padat

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Fasilitas untuk penanganan Limbah Medis :


a. Limbah Padat

Bak sampah medis dan kantong plastik sampah

Alat Pelindung Pribadi yang dipakai oleh petugas sampah (masker, sepatu boot, sarung tangan)

Penanganan limbah padat medis dibakar melalui incinerator, dimana kondisi incinerator yang ada saat
ini pembakarannya kurang sempurna sehingga hasil pembakaran dimungkinkan masih mengandung
limbah B3. Untuk penanganan limbah B3 harus mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun
1999 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan LImbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.

b. Limbah Cair
Saluran pembuangan limbah cair
Alat Chlorinasi untuk Desinfektan
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Pemeriksaan Sample Air Limbah 4 kali setahun di Laboratorium Malang
Penanganan limbah cair di RSUD Dr. Moh. Saleh kota Probolinggo diolah di IPAL walaupun kondisi
eksisting kurang sempurna karena kapasitas IPAL tersebut sudah tidak sesuai dengan jumlah kamar
yang ada saat ini sehingga sering terjadi hasil pemeriksaan limbah cairnya melebihi yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Rumah Sakit.

3.6.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah


Jumlah Sekolah Kota Probolinggo pada tahun 2009 diketahui bahwa untuk Sekolah Dasar ( SD ) /
Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) berjumlah 133 sekolah ( negeri & swasta ), Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) /
Madrasah Tsanawiyah (MTs) berjumlah 24 sekolah ( negeri & swasta ), dan Sekolah Menengah Atas ( SMA ) /
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) / Madrasah Aliayah ( MA ) berjumlah 22 sekolah ( negeri & swasta).
Sedangkan untuk kondisi sarana sanitasi sekolah di Kota Probolinggo dapat di ketahui pada tabel di bawah ini :

SD / MI
No

1
2
3
4
5

Kecamatan

Mayangan
Kanigaran
Kademangan
Kedopok
Wonoasih
JUMLAH

Puskesmas

Sukabumi
Kanigaran
Ketapang
Kedopok
Wonoasih

Jumlah

Jumlah

Yang Ada

Diperiksa

22
28
21
22
21
114

22
28
21
22
21
114

Jumla
h
Sehat
21
19
17
13
20
90

%
Sehat
95,45
67,86
80,95
59,09
95,24
-

Sarana Pendidikan
SMP / MTs
Jumla
Jumlah
Jumlah
h
Yang Ada
Diperiksa
Sehat
4
4
2
4
4
4
6
6
4
4
4
4
4
4
4
18
18
14

Sumber : Rekapitulasi Data Puskesmas, 2010

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Jumlah

Sehat

Yang Ada

50
100
66,67
100
100
-

3
4
6
5
4
22

SMA / MA / SMK
Jumla
Jumlah
h
Diperiksa
Sehat
3
1
4
3
6
4
5
3
4
4
22
15

III-70

Tabel 3. 26 Persentase Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan Kota Probolinggo Tahun 2009

Sehat
33,33
75
66,67
60
100
-

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.6.4. Kampanye PHBS


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Untuk PHBS Dinas Kesehatan telah
melakukan berbagai upaya agar masyarakat bisa mengetahui, memahami, mengerti dan akhirnya mau
melakukan apa yang menjadi kewajiban sebagai warga masyarakat untuk turut serta membangun kesehatan
baik individu, sosial dan lingkungan.
PHBS cukup banyak jenis atau tatanannya diantaranya yaitu :
1.

PHBS Rumah Tangga

2.

PHBS Pondok Pesantren

3.

PHBS Tempat-Tempat Umum

4.

PHBS Tempat Kerja

5.

PHBS Sekolah

6.

PHBS Institusi Kesehatan

Kampanye PHBS telah dilakukan di Kota Probolinggo (tulisan cetak tebal) yang dilakukan pada PHBS Tatanan
Rumah Tangga melalui 10 indikator yang telah ditetapkan, yaitu ;
1. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Untuk Cakupan Pelayanan atau Kegiatan PHBS yang dilakukan di Kota Probolinggo sebagai berikut :
a. Cuci Tangan Dengan Air Bersih dan Sabun / CTPS
berada di setiap sekolah. Kampanye berupa kegiatan
penyuluhan dan demo cara cuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan air bersih serta
sabun. Juga pemberian sarana percontohan untuk cuci tangan untuk beberapa sekolah (tahun 2010).
Pada tahun 2009 kegiatan CTPS ini telah dilakukan di seluruh SD/MI se-Kota Probolinggo (139 SD/MI).
b. Menggunakan Air Bersih
Kampanye PHBS Air Bersih dilakukan penyuluhan kesehatan lingkungan di posyandu dan kelompok
pemakai MCK. Disamping itu juga dengan mengadakan sarana percontohan air bersih (perbaikan

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Kampanye dilakukan di sekolah-sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan melalui UKS yang

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

sumur gali & SPT) serta pemeriksaan bakteriologis air bersih. Hingga tahun 2009 cakupan pemakai air
bersih baru mencapai 83%.
c. Menggunakan Jamban Sehat
Tahun 2009, jumlah keluarga yang memiliki jamban baru mencapai 60%. Untuk meningkatkan cakupan
pemakaian dan kepemilikan jamban maka telah dilakukan pengadaan MCK dan jamban keluarga,
dimana pengadaannya dibantu dari lintas sektor (Dinas PU). Untuk memaksimalkan MCK yang ada,
dilakukan penyuluhan kesehatan lingkungan pada kelompok pengguna MCK di masyarakat termasuk
penyuluhan di dasa wisma oleh kader PHBS (PKK).
d. Memberantas Jentik di Rumah
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu ada setiap tahun . Pada tahun 2009 kasus DBD
berjumlah 436 penderita, sedangkan Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2009 masih mencapai
88,08% dari target 95%. Kampanye memberantas jentik dilakukan dengan peyuluhan PSN DBD di
setiap posyandu (215 posyandu) dan sekolah serta kerja bakti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
yang dilakukan disetiap rumah dibantu oleh kader Jumantik serta petugas kesehatan. Setiap bulan juga
dilaksanakan pemantauan jentik di rumah-rumah warga yang dilakukan oleh Kader Jumantik.
e. Tidak Merokok Di Dalam Rumah
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bahaya rokok, pada tahun 2009 dilakukan
kampanye / penyuluhan bahaya rokok di beberapa lapisan masyarakat, diantaranya di sekolah (SMP,
SMU), pondok pesantren, kelompok tani (3 kelompok tani), abang becak (3 kelompok), keluarga
perokok/penderita TB Paru (6 Puskesmas) dan posyandu.
f.

Penyuluhan PHBS rutin oleh pokja IV Tim Penggerak PKK di 215 Posyandu satu bulan sekali.

3.7. PEMBIAYAAN SANITASI KOTA PROBOLINGGO


3.7.1. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan perlu dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan memperhatikan
fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana kota, sesuai dengan
kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/ instansi guna tercapainya hasil pembangunan yang
optimal. Kelembagaan di Kabupaten/ Kota perlu dioptimalisasi dan dikoordinasikan serta disinkronisasi uraian
perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasana
kota, termasuk di dalamnya pembangunan sanitasi perkotaan.
Untuk Kota Probolinggo dalam rangka pengembangan program pendanaan pembangunan dilihat dari
aspek kelembagaan daerah telah dibentuk beberapa lembaga Perangkat Daerah untuk mendukung program
dimaksud yang terdiri dari 12 Dinas Daerah, 12 Lembaga Teknis Daerah, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD
dan 5 kecamatan. Dari lembaga Perangkat Daerah tersebut di atas di dalamnya terdapat lembaga-lembaga
yang terkait dengan program pendanaan dan pengembangan sanitasi perkotaan. Pembiayaan untuk bidang
sanitasi di Kota Probolinggo secara langsung masih dilakukan oleh beberapa SKPD antara lain : Badan
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Perencanaan Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, dan RSUD
Dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Sedangkan SKPD lain yang terkait dengan pembangunan sanitasi secara tidak
langsung antara lain : Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Probolinggo; Dinas Koperasi, Energi, Mineral,
Industri dan Perdagangan; Dinas Pendidikan; Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah Kota
Probolinggo; Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; Kantor Pemberdayaan Masyarakat.
Bappeda :
Berperan sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi dan merupakan instansi penanggung
jawab program PPSP Pemerintah Kota Probolinggo. Dalam struktur kelembagaan pokja sanitasi Kota
Probolinggo, Bappeda berperan sebagai koordinator kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing
commite, coordinator kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring - Evaluasi serta koordinator
sekretariat pokja. Dalam perencanaan pembangunan sanitasi, yang memiliki peranan secara langsung
adalah Bidang Fisik dan Prasarana dan Bidang Sosial Budaya pada Bappeda. Dana operasional pokja
dianggarkan oleh Bappeda, dimana progran dan kegiatannya merupakan pembuatan perencanaan
pembangunan sanitasi. Secara umum peranan Bappeda bersifat mengkoordinasikan perencanaan
pembangunan lintas sector / bidang. Untuk alokasi anggaran pada APBD Kota Probolinggo untuk
pendampingan program sanitasi PPSP tahun 2010 adalah sebesar Rp 120.000.000, 00.
Badan Lingkungan Hidup :
Peran BLH dalam kelompok kerja sanitasi Kota Probolinggo adalah sebagai anggota kelompok kerja bidang
perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Tata dan Penataan
Lingkungan Hidup BLH) serta anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang
Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, Bidang Tata dan Penataan Lingkungan Hidup
BLH). Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk BLH terkait dengan pengelolaan
sampah dari sumber sampah hingga ke TPA, pengelolaan limbah cair rumah tangga yang meliputi
pengolahan limbah tinja pada IPLT di wilayah TPA, serta penanganan limbah industri. Lingkup pendanaan
yang dianggarkan oleh BLH terkait sanitasi antara lain dimanfaatkan untuk pendanaan Pengadaan Gerobak
Sampah, Pembuatan Bak Sampah, Pembuatan TPS, Operasional UPTD Komposting, Peningkatan Sarana
dan Prasarana Pengelolaan Persampahan, Peningkatan TPA, Pembuatan Sanitary Landfill, Pembuatan &
revitalisasi IPAL Komunal IPAL TPA, dll.
Peranan DPU dalam pembangunan sanitasi (pokja sanitasi) adalah sebagai anggota kelompok kerja bidang
perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Perumahan dan
Permukiman DPU serta Bidang Pengairan DPU) serta anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang
berperan adalah Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bidang
Perumahan dan Permukiman DPU serta Seksi Pembangunan Prasarana Pengairan dan Drainase Bidang
Pengairan DPU). Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk DPU antara lain terkait
dengan pengelolaan drainase, pengelolaan limbah cair yang terkait dengan pembangunan fisik MCK umum,

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Dinas Pekerjaan Umum :

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

serta MCK Komunal serta penyediaan air bersih non perpipaan yang terkait dengan uji laboratorium baku
mutu air.
Dinas Kesehatan :
Peranan Dinas Kesehatan dalam pengembangan sanitasi adalah sebagai bagian dari anggota kelompok
kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan) serta anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan
Monitoring Evaluasi (dalam hal ini yang berperan adalah UPTD dari 6 Puskesmas yang ada wilayah Kota
Probolinggo). Program dan kegiatan Dinas Kesehatan terkait sanitasi adalah kegiatan jambanisasi dan
promosi kesehatan (khususnya PHBS) serta program promosi sanitasi dasar. Dalam pelaksanaan program
promosi kesehatan kepada masyarakat, dengan memanfaatkan kader-kader yang ada pada tingkat
kelurahan, baik itu kader posyandu, kader kesehatan lingkungan dan lainnya. Dalam pengelolaan sanitasi,
dinas kesehatan berperan juga dalam pengelolaan limbah medis puskesmas. Dalam menjalankan program
terkait sanitasi Dinas Kesehatan bekerja secara lintas sektoral, diantaranya dengan Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana serta Kantor Pemberdayaan Masyarakat dalam promosi kesehatan
serta dalam monitoring dan evaluasi pengembangan sanitasi perkotaan.
RSUD Dr Moh Saleh :
Dalam pokja sanitasi, RSUD Dr Moh Saleh berperan dalam anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan
Monitoring Evaluasi yang ditangani oleh Bidang Penunjang Non Medis pada RSUD Dr Moh Saleh. Dalam
pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam penanganan limbah medis Rumah Sakit.
Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah
Peranan lembaga ini dalam pengembangan sanitasi Kota terkait dengan sosialisasi program program
pembangunan daerah. Bagian Humas dan Protokol selalu menjajagi kerjasama dengan pihak lain dalam
mensosialisasi program-programnya (bahkan terbuka untuk bekerjasama dengan pihak swasta) diantaranya
juga kamapanye berbagai isu sanitasi. Media yang digunakan untuk sosialisasi antara lain radio, media
cetak, penerbitan spanduk dan banner.
Hal-hal lain terkait aspek kelembagaan :
Peranan SKPD lain dalam pengelolaan sanitasi terbagi menjadi anggota kelompok kerja bidang
perencanaan dalam organizing commite yaitu untuk Bagian Hukum Sekretariat Daerah (berperan dalam
Perdagangan (berperan dalam perencanaan pengelolaan limbah yang terkait dengan industri) serta
anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring Evaluasi yaitu untuk Dinas Pendidikan
(berperan dalam sosialisasi sadar sanitasi sejak usia dini melalui media sekolah-sekolah adiwiyata); Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat (berperan
dalam sosialisasi dan monev promosi sanitasi dasar masyarakat).

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

legalitas produk perencanaan sanitasi); Bidang Industri Dinas Koperasi, Energi, Mineral, Industri dan

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.7.2. Prioritas Pendanaan Pembangunan Kota


Berdasarkan data RPJMD Kota Probolinggo, diketahui bahwa terdapat penjabaran misi dan kebijakan
pembangunan daerah yang mengarah pada adanya dukungan yang cukup tinggi dari Pemerintah kota
Probolinggo terhadap pembangunan sanitasi kota. Ini terkait dengan tujuan untuk meningkatkan pemanfaatan
sumber daya daerah secara lestari dan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat serta tujuan untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kota, khususnya
meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih. Selain itu, terdapat pula program-program
pembangunan daerah yang secara langsung merujuk pada pengembangan sanitasi perkotaan, antara lain :
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Program Pengembangan Lingkungan Sehat,
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Persampahan, Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, Program Peningkatan
Pengendalian Polusi, Program Lingkungan Sehat Perumahan, Program Pembangunan Saluran Drainase dan
Gorong-Gorong, Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku, Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
Air Minum dan Air Limbah.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo adalah 5,938%, mendekati rata rata pertumbuhan
perekonomian nasional yang sebesar 6% - 7%. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif baik, kota
Probolinggo dapat dengan mudah melakukan pembangunan untuk sektor sektor yang terkait sanitasi, hal ini
juga terkait dengan sudah adanya dokumen perencanaan sanitasi yang terintegrasi untuk Kota Probolinggo yang
berupa Dokumen Profil Sanitasi Kota Probolinggo Tahun 2009 serta Rencana Investasi Perkotaan (RITA) Tahun
2010 - 2014.
Pendanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo secara langsung terdapat dalam alokasi program
dan kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan RSUD Dr Moh Saleh.
Pendanaan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo dalam 3 tahun terakhir (2008 - 2010), diketahui bahwa
alokasi pendanaan sanitasi Kota Probolinggo yang mendapatkan prioritas pendanaan terbesar adalah untuk
alokasi anggaran sanitasi dari Dinas Pekerjaan Umum sebesar 53,28% dari total belanja sanitasi kota dengan
alokasi anggaran sanitasi terbesar untuk penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi
masyarakat miskin. Sedangkan prioritas pendanaan sanitasi selanjutnya adalah untuk Badan Lingkungan Hidup
dengan prosentase alokasi anggaran rata-rata selama 3 tahun terakhir adalah 35,64% dari total belanja sanitasi
Belanja sanitasi Kota Probolinggo selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, dari 3% pada tahun
2008 menjadi 2,51% pada tahun 2010. Hal ini terkait dengan sector lain di luar sanitasi yang dianggap lebih
mendesak sehingga memerlukan alokasi anggaran yang jauh lebih besar. Akan tetapi, rata-rata besaran
anggaran sanitasi Kota Probolinggo selama tiga tahun terakhir sebesar 2,49% dari total belanja APBD masih
lebih besar dibandingkan dengan rata rata belanja sanitasi kota dan kabupaten di Indonesia yang tidak
mencapai 1% dari total belanja APBD nya.
Untuk perencanaan pengembangan pembangunan sanitasi Kota Probolinggo, khusunya di Tahun 2011,
diarahkan untuk prioritas pendanaan penyediaan sanitasi dasar, terutama bagi masyarakat miskin yang berupa
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

kota dengan alokasi anggaran sanitasi terbesar adalah untuk pengembangan kinerja pengelolaan sampah.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

pembangunan septicktank komunal di 29 kelurahan dengan pengajuan alokasi dana APBD tahun anggaran 2011
sebesar Rp 10.287.750.000, 00 yang dianggarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu, prioritas pendanaan
bidang sanitasi yang direncanakan untuk dikembangkan pada tahun 2011 adalah untuk pengembangan kinerja
pengelolaan sampah yang berupa pengadaan sarana prasarana persampahan, kegiatan revitalisasi TPA dengan
total anggaran sebesar Rp 11.292.000.000, 00 yang dianggarkan pada alokasi Dana APBD tahun 2011 pada
Badan Lingkungan Hidup.

3.7.3. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah


Sumber-sumber keuangan daerah Kota Probolinggo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah. Struktur keuangan daerah Kota Probolinggo dalam 5 tahun
terakhir masih didominasi oleh Dana Perimbangan dari Pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU). Dari
aspek pendapatan dan pengeluaran, struktur anggaran Kota Probolinggo dalam 5 tahun terakhir sebagaimana
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. 27 Struktur APBD Kota Probolinggo Tahun 2005-2009
TAHUN (dalam jutaan)
NO
URAIAN
2005
2006
2007
2008
1
Pendapatan :
a.
20.626
25.284
28.114
32.087
Pendapatan asli
daerah;
160.407
265.910
283.755
316.108
b.
Dana perimbangan;
7.264
3.000
57.533
56.941
c.
Lain-lain pendapatan
daerah yang sah
2
Belanja :
a.
Belanja
167.389
265.767
268.063
266.305
langsung
17.082.
20.274
128.578
176.892
b.
Belanja tidak
langsung
Sumber : RPJMD Kota Probolinggo, Tahun 2010 2014

2009
36.087
333.017
64.950

227.188
231.067

Secara keseluruhan, total pendapatan Kota Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus
mengalami peningkatan. Sedangkan nilai belanja Probolinggo dalam 5 tahun juga terus mengalami peningkatan.
81,43% dari total pendapatan daerah. Sedangkan nilai belanja terbesar Kota Probolinggo adalah belanja
langsung dengan proporsi 72,18% dari total belanja daerah.

3.7.4. Besaran Pendanaan Sanitasi per Tahun


Sesuai dengan yang telah dijabarkan pada pokok bahasan sebelumnya, bahwa SKPD yang memiliki
anggaran pembangunan sanitasi atau yang berasosiasi dengan kegiatan terkait sanitasi dan memiliki program
kegiatan yang mengelola sector sampah, air limbah, drainase adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan
Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan RSUD Dr Moh Saleh. Pendanaan sanitasi ini dihitung berdasarkan
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Sumber pendapatan terbesar Kota Probolinggo berasal dari dana perimbangan yang memberikan kontribusi

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

besaran belanja langsung sanitasi, dimana angka belanja langsung ini berkaitan dan digunakan untuk
melaksanakan pelayanan public atas pengoperasian, pemeliharaan, pembinaan dan investasi sub sector yang
bersangkutan.

2010
120.000.000
505.745.000
2.487.138.612
8.702.727.300
53.200.000
11.868.810.912
472.577.968.109,17
2,51%

III-70

Tabel 3. 28 Proporsi Belanja Sanitasi Per SKPD


BELANJA SANITASI
NO
SKPD
2008
2009
1.
BAPPEDA
60.000.000
260.000.000
2.
DINKES
1.367.378.412
1.249.600.000
3.
BLH
5.967.532.500
3.800.647.500
4.
DPU
5.240.667.500
4.416.331.500
5.
RSUD
37.820.000
52.000.000
Jumlah Belanja Sanitasi Kota
12.673.398.412
9.778.579.000
Total Belanja APBD
422.995.355.456,13
495.304.486.753,34
Proporsi Belanja Sanitasi thd
3,00%
1,97%
Total Belanja APBD
Sumber : Realisasi dan Perhitungan APBD 2008-2010

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

2008

TAHUN

NO
1.

SKPD
BAPPEDA

2.

DINKES

Tabel 3. 29 Pendanaan Kegiatan terkait Sanitasi Per SKPD


PROGRAM
KEGIATAN TERKAIT SANITASI
Program pembangunan saluran drainase /goronggorong
Review masterplan drainase
Program upaya kesehatan masyarakat
Pendukung pemenuhan pelayan teknis operasional kesehatan di puskesmas
Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat

Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat


Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

Program pengembangan lingkungan sehat


Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
3.

BLH

Program pengembangan kinerja pengelolaan


persampahan

Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan sampah (DAK)


Peningkatan program pewadahan dan pengumpulan sampah
Pemeliharaan dan peningkatan sarana kebersihan dan pengelolaan sampah
Peningkatan TPA dan TPS
Operasional UPTD komposting
Operasional forjamansa
Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan persampahan
Operasional paguyupan peduli sampah (Papesa)
Pemberdayaan masyarakat dalam pengolahan persampahan
DED, AP, monitoring kegiatan peningkatan TPA

Program perlindungan dan konservasi sumber


daya alam

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

Peningkatan kerjasama pengelolaan lingkungan dan pengembangan komposter


Operasional pemantauan kualitas air
Pemeliharaan kawasan sumber mata air
DED, AP, monitoring kegiatan pemeliharaan kawasan sumber mata air
Identifikasi IPAL dan UKL - UPL

III-70

Program pengendalian pencemaran dan


perusakan lingkungan hidup

JUMLAH (Rp)
60.000.000
60.000.000
3.553.908.735
544.700.000
325.860.000
25.000.000
202.610.000
595.068.412
273.453.412
321.615.000
5.697.275.500
1.056.000.000
1.052.377.500
914.300.000
1.510.000.000
366.848.000
100.000.000
329.500.000
80.000.000
85.000.000
113.250.000
1.304.404.500
88.745.000
151.277.000
100.000.000
7.500.000
209.500.000
12.735.000

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


TAHUN

NO
4.

SKPD
DINAS
PEKERJAAN
UMUM

PROGRAM
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan
irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya

KEGIATAN TERKAIT SANITASI


Rehabilitasi/pemeliharaan normalisasi saluran sungai

Program lingkungan sehat perumahan


Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin
Program pemanfaatan ruang
Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang

5.

1.

RSUD

BAPPEDA

Program pengadaan, peningkatan sarana dan


prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah
sakit paru-paru/ rumah sakit mata
Program pemeliharaan sarana dan prasarana
rumah sakit/ rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan
irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya
Program perencanaan pengembangan kota-kota
menengah dan besar
Program perencanaan sosial budaya

DINKES

Pembangunan instalasi pengolahan limbah rumah sakit


Pemeliharaan rutin/berkala instalasi pengolahan limbah rumah sakit
Masterplan irigasi
Profil sanitasi

Pendukung pemenuhan pelayanan teknis operasional kesehatan puskesmas

2009

Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat


Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

Program pengembangan lingkungan sehat

3.

BLH

Program pengembangan kinerja pengelolaan


persampahan

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-70

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar


Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Program pengadaan peningkatan &perbaikan
sarana & prasarana puskesmas/puskesmas
pembantu & jaringannya

3.585.772.500
3.585.772.500
563.000.000
100.000.000
12.000.000
437.120.000

Program upaya kesehatan masyarakat


Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat

1.554.895.000

5.947.908.000

Pengembangan kota sehat


2.

JUMLAH (Rp)
6.180.000.000

Pengadaan sarana dan prasarana konstruksi jaringan air limbah puskesmas dan
pustu
Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan sampah (dak)

25.820.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
1.030.000.000
100.000.000
1.375.800.000
431.300.000
109.000.000
5.500.000
5.500.000
7.300.000
2.000.000
5.300.000
800.000.000
3.558.220.000
1.154.120.000

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


TAHUN

NO

SKPD

PROGRAM

KEGIATAN TERKAIT SANITASI


Peningkatan program pewadahan dan pengumpulan sampah
Pemeliharaan dan peningkatan sarana kebersihan dan pengelolaan sampah
Peningkatan TPA dan TPS
Operasional UPTD komposting
Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan persampahan

Program pengendalian pencemaran dan


perusakan lingkungan hidup
Program perlindungan dan konservasi sumber
daya alam
4.

DINAS
PEKERJAAN
UMUM

Program pengembangan dan pengelolaan jaringan


irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya

Peningkatan kerjasama pengelolaan lingkungan dan pengembangan komposter


Operasional pemantauan kualitas air
Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi sda
Rehabilitasi/pemeliharaan normalisasi saluran sungai

Program lingkungan sehat perumahan


Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin
Program pemanfaatan ruang
Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang

2010

1.

2.

RSUD

BAPPEDA

DINKES

Program pengadaan, peningkatan sarana dan


prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah
sakit paru-paru/ rumah sakit mata
Program pemeliharaan sarana dan prasarana
rumah sakit/ rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata
program perencanaan pengembangan wilayah
strategis dan cepat tumbuh

Program upaya kesehatan masyarakat

Pembangunan instalasi pengolahan limbah rumah sakit

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

63.900.000
535.464.900
109.450.000
89.400.000
160.727.500
43.577.500
3.555.008.000
574.860.500
3.661.471.000
3.661.471.000
216.000.000
180.000.000
12.000.000
666.500.000

Pemeliharaan rutin/berkala instalasi pengolahan limbah rumah sakit


Perencanaan dan koordinasi strategi sanitasi kota (SSK) 2010 - 2014
Enviromental health risk assessment (EHRA) pengkajian resiko kesehatan
lingkungan
Pendukung pemenuhan pelayan teknis operasional kesehatan di puskesmas

Program promosi kesehatan dan pemberdayaan


masyarakat

268.750.000
632.250.000

6.867.192.568

III-70

5.

JUMLAH (Rp)
474.850.000
964.350.000

Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat


Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat

40.000.000
650.000.000
70.000.000
50.000.000
3.613.546.500
383.500.000
88.700.000
35.000.000
53.700.000

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


TAHUN

NO

SKPD

PROGRAM
Program pengembangan lingkungan sehat

KEGIATAN TERKAIT SANITASI


Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Pengembangan kota sehat

BLH

Program pengembangan kinerja pengelolaan


persampahan

Program pengendalian pencemaran dan


perusakan lingkungan hidup
Program perlindungan dan konservasi sumber
daya alam
4.

DINAS
PEKERJAAN
UMUM

Program pengembangan dan pengelolaan jaringan


irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya
Program pemeliharaan sarana dan prasarana
rumah sakit/ rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata
Sumber : Realisasi APBD 2008-2010

326.149.612
102.399.612

Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA

741.250.000
40.000.000

Penyediaan sarana air minum


Penyediaan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin

1.776.284.400
707.995.200
1.068.289.200

Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

3.710.000.000
3.710.000.000

Pelaksanaan normalisasi saluran sungai


Rehabilitasi/pemeliharaan normalisasi saluran sungai

RSUD

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

3.365.184.000
504.000.000
275.500.000
568.139.000
683.750.000
313.350.000

Operasional pemantauan kualitas air

Program lingkungan sehat perumahan

Program pembangunan saluran drainase/goronggorong

5.

Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan


Peningkatan program pewadahan dan pengumpulan sampah
Pemeliharaan dan peningkatan sarana kebersihan dan pengelolaan sampah
Peningkatan TPA dan TPS
Operasional UPTD komposting

Pemeliharaan rutin/berkala instalasi pengolahan limbah rumah sakit

III-70

3.

JUMLAH (Rp)
33.545.000
500.000
30.270.000
2.775.000

3.727.267.500
2.500.000.000
716.442.900
589.350.000
53.200.000

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

3.7.5. Besaran Pendapatan dari Layanan Sanitasi yang Dijalankan


Retribusi Kota Probolinggo dari tahun 2008 2010 rata-rata sebesar Rp 23.534.085.025,16, mengalami
peningkatan rata-rata 13%. Dari total retribusi tersebut, sumbangan pendapatan dari layanan sanitasi berupa
besaran pendapatan dari retribusi yang diperoleh dari pengelolaan sanitasi dan pelayanan jasa sanitasi dari
pengelolaan persampahan dan jasa penyedotan kakus dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp
106.847.000,00. Total retribusi dari pelayanan persampahan dan sedot kakus mempunyai kontribusi terhadap
total PAD Kota Probolinggo masih relatif kecil, yaitu sebesar rata-rata 0,42%. Hal ini seharusnya menjadi
perhatian semua pihak yang berkecimpung dalam pembangunan sanitasi. Karena apabila dikelola dengan baik
kontribusi retribusi terkait sanitasi ini akan menjadi sumber PAD Kota Probolinggo yang tentu saja dapat
meringankan biaya operasional dan pemeliharaaan sarana dan prasarana sanitasi tanpa harus terus menerus
mengandalkan dana dana bantuan pusat dan propinsi.
Tabel 3. 30 Realisasi Retribusi Layanan Sanitasi
URAIAN
2009
Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
65.640.000,00
Retribusi Penyediaan dan / atau Penyedotan Kakus
12.000.000,00
Retribusi Penjualan Produksi Kompos
25.000.000,00
Total Pendapatan Sanitasi
102.640.000,00
Hasil Retribusi Daerah
24.035.812.327,00
% Pendapatan dari Sektor Sanitasi
0,43%
Sumber : Realisasi dan Perhitungan APBD 2008-2010

2010
72.204.000,00
12.600.000,00
26.250.000,00
111.054.000,00
26.133.595.198,48
0,42%

Sedangkan potensi retribusi terkait aspek sanitasi lainnya yang berpotensi mendatangkan pendapatan
di masa mendatang adalah retribusi dari pengelolaan IPLT yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup. Potensi
retribusi lainnya adalah pengujian air bersih dan air limbah, dimana kedua potensi ini memerlukan dukungan
berupa aturan hukum yang mengikat, seperti peraturan daerah.

3.7.6. Pinjaman Daerah


Dalam jangka waktu lima tahun terakhir, Kota Probolinggo tidak pernah menerima dan mengajukan
Pinjaman Daerah. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah dalam menyampaikan rencana Pinjaman Daerah untuk membiayai usulan kegiatan kepada
turut; APBD tahun bersangkutan; perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi kewajiban
pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR); rencana keuangan (financing plan) pinjaman yang akan
diusulkan; dan surat persetujuan DPRD. Selain itu, jangka waktu pinjaman daerah yang diajukan,harus
disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatan walikota sebagai pihak yang menandatangani pinjaman.
Lamanya Kota Probolinggo yang tidak mendapatkan pinjaman daerah banyak dipengaruhi oleh tidak
adanya persetujuan DPRD dan kebiijakan daerah untuk mengajukan pinjaman dalam pembiayaan kegiatan
daerah. Hal lain yang mendasari minimnya pengajuan pinjaman daerah Kota Probolinggo adalah banyaknya
Kota Probolinggo mendapatkan pemasukan dari dana hibah serta bantuan keuangan, khususnya dari Provinsi.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-96

Menteri Keuangan dengan sekurang-kurangnya melampirkan: realisasi APBD selama 3 tahun terakhir berturut-

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Besaran bantuan keuangan dari provinsi ini pada tahun 2009 sebesar Rp 26.489.225.000,00 dan pada tahun
2010 mengalami peningkatan menjadi Rp 30.000.000.000,00. Sumber ini sebenarnya masih dapat lebih
dioptimalkan, mengingat propinsi mempunyai anggaran sanitasi yang cukup besar namun seringkali tidak
terserap.Pinjaman daerah terakhir yang pernah dilakukan oleh pemerintah Kota Probolinggo adalah pada tahun
2003. Dikarenakan minimnya kebijakan untuk pengajuan pinjaman daerah kota, maka untuk Kota Probolinggo
perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi
DSCR) tidak tersedia.

3.7.7. Permasalahan Pendanaan dan Pengelolaan Sanitasi Kota


Berbagai permasalahan belum optimalnya pendanaan pengelolaan sanitasi kota disebabkan beberapa
kendala utama yang dihadapi dalam pembangunan sanitasi di Kota Probolinggo antara lain :
a. Aspek Kelembagaan :
Kelembagaan SKPD Pemerintah Kota Probolinggo yang menangani permasalahan sanitasi secara
langsung, menyentuh pengelolaan teknis sanitasi yaitu : Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan serta RSUD Dr Moh Saleh. Permasalahan yang ada yaitu belum adanya
koordinasi perencanaan pengelolaan sanitasi yang terpadu antar satker sehingga seringkali yang terjadi
adalah adanya tumpang tindih dalam kewenangan pengelolaan program sanitasi. Hal ini menyulitkan masing
masing SKPD dalam membuat anggaran sanitasi. Program kegiatan pengelolaan sanitasi dasar yang ada
selama ini tidak fokus ditangani oleh suatu SKPD, misalnya untuk pembangunan MCK tidak hanya diajukan
pada program kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, tetapi untuk Dinas Kesehatan juga memiliki program yang
sama dalam anggaran sanitasinya. Hal hal semacam ini akan mempengaruhi optimalisasi pengalokasian
anggaran dan pengelolaan retribusinya, karena perangkat SKPD sedikit banyak harus melakukan
penyesuaian kembali.
Selain itu, terkait dengan kelembagaan, terdapat satker-satker dalam pokja sanitasi Kota Probolinggo
yang tidak mengalokasikan anggaran pendanaan terkait sanitasi karena tidak ada dalam Tupoksi atau
memang tidak ada program dan kegiatan dalam RKA SKPD nya, misalnya Bagian Humas dan Protokol pada
Sekretariat Daerah, Dinas Pendidikan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan
Kantor Pemberdayaan Masyarakat. Bentuk dukungan kepada pembangunan sanitasi berupa program dan
dari satker-satker tersebut guna mendukung pembangunan sanitasi dalam hal membuat perencanaan
pembangunan sanitasi, khususnya dengan memberikan informasi kepada masyarakat serta merubah pola
pikir masyarakat mengenai aspek sanitasi.
b. Aspek Mekanisme Penganggaran :
Terkait dengan anggaran, permasalahan yang ada antara lain terkait dengan usulan pendanaan satker
yang cenderung diarahkan pada pengadaan fisik sarana prasarana sanitasi dasar dan pengelolaan sampah,
sedangkan untuk anggaran pendanaan yang terkait dengan kegiatan pembinaan kepada masyarakat seperti
sosialisasi pola hidup sehat dan peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sanitasi masih minim.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-96

kegiatan yang bukan kegiatan fisik dari satker ini perlu dioptimalkan. Diperlukan adanya Program program

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Untuk pengelolaan limbah domestic, jika dibandingkan dengan pengelolaan persampahan, penyediaan
sarana sanitasi dasar serta drainase, masih sangat minim untuk penganggaran kegiatan pengelolaan air
limbah, terutama yang terkait dengan layanan jasa penyedotan kakus dan IPLT. Selain itu, pada beberapa
satker, penganggaran dana untuk program sanitasi yang diajukan tidak disetujui oleh Panitia anggaran terkait
minimnya anggaran dana pemerintah daerah dan urgensi penanganan program kegiatan yang dirasa kurang
mendesak sehingga pengelolaan sanitasi Kota Probolinggo belum optimal.
c. Aspek Informasi mengenai Sanitasi :
Pembangunan sanitasi walaupun sudah menjadi urusan wajib daerah, selama ini masih kalah popular
dan urgensinya masih relatif dibawah sektor sektor lainnya. Ini terkait dengan topik sanitasi yang masih
tergolong baru, dimana selama ini pengembangan pengelolaan aspek sanitasi yang ada (sampah, air limbah,
drainase) masih berdiri sendiri-sendiri, belum terintegrasi dalam kerangka pengelolaan sanitasi. Keterbatasan
aspek informasi sanitasi ini yang akhirnya juga menyebabkan permasalahan dalam pembiayaan sanitasi.
Minimnya informasi dari pelaku pembangunan sanitasi pada tingkat pengambil kebijakan ini nantinya akan
berpengaruh pada pembangunan fisik dan non fisik sanitasi. Terkait keberhasilan pembangunan fisik sanitasi
jika minim akan informasi sanitasi, aparat pemda yang tidak memahami rencana pembangunan suatu sarana
sanitasi maka akan berpengaruh kepada masyarakat pengguna, terutama

yang belum memahami

penggunanaan sarana sanitasi yang baru dibangun tersebut. Jika hal ini terjadi maka tujuan dari
pembangunan sanitasi tidak optimal. Oleh karena itu maka transfer informasi dari pemerintah pusat maupun
tim teknis pembangunan sanitasi (TTPS) sangat penting sebagai kegiatan non fisik yang akan menunjang
pembangunan fisik sanitasi. Hal ini tidak saja bagi perangkat SKPD dan masyarakat calon pengguna, namun
yang tak kalah penting adalah advokasi kepada legislatif dan juga kepala daerah.

3.7.8. Besaran Perhitungan Pendanaan Sanitasi Per Kapita


Besarnya biaya pembangunan sanitasi perkapita di kota Probolinggo, dihitung dari besarnya realisasi
biaya pembangunan sanitasi dari belanja langsung sanitasi dibagi dengan banyaknya jumlah penduduk kota
Probolinggo serta jumlah penduduk yang terlayani aspek sanitasi (baik untuk sampah, air limbah, drainase dan
air bersih). Rasio belanja sanitasi Kota Probolinggo berdasarkan kepada jumlah total penduduk kota rata-rata
selama tiga tahun terakhir sebesar Rp 52.483, 00. Sedangkan rasio belanja sanitasi berdasarkan jumlah
kebutuhan minimal belanja sanitasi per kapita nasional sebesar Rp 52.000, 00, maka Kota probolinggo sudah
mempu memenuhi standart minimal tersebut.
Tabel 3. 31 Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita
URAIAN
2008
2009
Komponen Belanja
Belanja Langsung Sanitasi
12.673.398.412
9.778.579.000
Indikator Layanan Infrastruktur
Jumlah Penduduk (Jiwa)
214.544
218.105
Jumlah Penduduk Terlayani (%)
63,73%
64,46%
Jumlah Penduduk Terlayani (Jiwa)
136.725
140.594
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

2010
11.868.810.912
221.666
65,19%
144.515

III-96

penduduk terlayani rata-rata selama tiga tahun terakhir sebesar Rp 81.458, 00. Jika dibandingkan dengan

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010


URAIAN
2008
Tingkat Belanja Sanitasi Perkapita (Rp) Per Tahun
Berdasarkan Jumlah Penduduk Kota
59.071
Berdasarkan Jumlah Penduduk Terlayani
92.693
Belanja "Ideal" Sanitasi Kota
52.000
Realisasi Total Belanja Pemerintah Daerah
422.995.355.456
Simulasi Belanja Ideal terhadap Total Belanja
2,64%
Sumber : Hasil Perhitungan, 2010

2009
44.834
69.552
52.000
495.304.486.753
2,29%

2010
53.544
82.129
52.000
472.577.968.109
2,44%

Walaupun berdasarkan hasil perhitungan nilai tingkat belanja sanitasi Kota Probolinggo sudah
memenuhi standart minimal nasional, namun demikian hendaknya kondisi riil dilapangan mengenai kondisi
sanitasi di kota Probolinggo menjadi bahan pertimbangan pemerintah kota dalam menaikkan anggaran
pembangunan sanitasi baik pembangunan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik. Kondisi riil dilapangan
tersebut yang dapat menjadi indikator keberhasilan ataupun pencapaian pembangunan sanitasi kota
Probolinggo, harus juga disertai peningkatan terhadap akses kepada sarana dan prasarana sanitasi seperti
naiknya akses masyarakat terhadap jamban; naiknya rasio pelayanan prasarana dan sarana persampahan per
area penduduk, dan berkurangnya area genangan. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah indikator
indikator kesehatan seperti berkurangnya masyarakat yang menderita penyakit penyakit yang berasosiasi
dengan aspek sanitasi.
Apabila alokasi anggaran pembangunan sanitasi baik fisik maupun non fisik mengalami peningkatan
dimana disertai dengan meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan parasarana sanitasi serta
menurunnya angka penderita penyakit berasosiasi dengan sanitasi buruk, berarti pembangunan sanitasi benar
benar efektif. Namun apabila yang terjadi adalah kondisi sebaliknya, maka ada hal yang salah dalam

III-96

pembangunan sarana dan parsarana sanitasi.

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

PROFIL SANITASI KOTA


KOTA.........................................................................................................................................1
BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO
PROBOLINGGO....................................................................................................1
3.1.
KONDISI UMUM SANITASI KOTA PROBOLINGGO...................................................................................1
3.1.1.
Kesehatan Lingkungan........................................................................................................................1
3.1.2.
Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat..............................................................................................7
3.1.3.
Kuantitas dan Kualitas Air....................................................................................................................8
3.1.4.
Limbah Cair Rumah Tangga..............................................................................................................10
3.1.5.
Limbah Padat (Sampah)....................................................................................................................13
3.1.6.
Drainase Lingkungan.........................................................................................................................18
3.1.7.
Limbah Industri..................................................................................................................................22
3.1.8.
Limbah Medis....................................................................................................................................26
3.2.
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR.................................................................................................................27
3.2.1.
Landasan Hukum..............................................................................................................................27
3.2.2.
Aspek Institusional.............................................................................................................................28
3.2.3.
Cakupan Layanan.............................................................................................................................28
3.2.4.
Aspek Teknis......................................................................................................................................30
3.2.5.
Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair...........................................32
3.2.6.
Permasalahan...................................................................................................................................32
3.3.
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT)...............................................................................32
3.3.1.
Landasan Hukum..............................................................................................................................32
3.3.2.
Aspek Institusional.............................................................................................................................33
3.3.3.
Cakupan Layanan.............................................................................................................................33
3.3.4.
Aspek Teknis dan Teknologi..............................................................................................................36
3.3.5.
Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah.................................................40
3.3.6.
Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah.....................................................................................49
3.4.
PENGELOLAAN DRAINASE.....................................................................................................................52
3.4.1.
Landasan Hukum..............................................................................................................................52
3.4.2.
Aspek Institusional.............................................................................................................................54
3.4.3.
Cakupan Layanan.............................................................................................................................55
3.4.4.
Aspek Teknis dan Operasional..........................................................................................................56
3.4.5.
Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan.............................60
3.4.6.
Permasalahan Drainase Kota Probolinggo.......................................................................................60
3.5.
PENYEDIAAN AIR BERSIH.......................................................................................................................65
3.5.1.
Landasan Hukum..............................................................................................................................65
3.5.2.
Aspek Institusional.............................................................................................................................67
3.5.3.
Cakupan Layanan.............................................................................................................................67
3.5.4.
Aspek Teknis dan Operasional..........................................................................................................69
3.5.5.
Permasalahan...................................................................................................................................71
3.6.
KOMPONEN SANITASI LAINNYA.............................................................................................................71
3.6.1.
Penanganan Limbah Industri.............................................................................................................71
3.6.2.
Penanganan Limbah Medis...............................................................................................................71
3.6.3.
Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah......................................................................................................71
3.6.4.
Kampanye PHBS...............................................................................................................................71
3.7.
PEMBIAYAAN SANITASI KOTA PROBOLINGGO.....................................................................................71
3.7.1.
Aspek Kelembagaan.........................................................................................................................71
3.7.2.
Prioritas Pendanaan Pembangunan Kota.........................................................................................71
3.7.3.
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah.............................................................................71
3.7.4.
Besaran Pendanaan Sanitasi per Tahun...........................................................................................71
3.7.5.
Besaran Pendapatan dari Layanan Sanitasi yang Dijalankan..........................................................71
3.7.6.
Pinjaman Daerah...............................................................................................................................71
3.7.7.
Permasalahan Pendanaan dan Pengelolaan Sanitasi Kota..............................................................71
3.7.8.
Besaran Perhitungan Pendanaan Sanitasi Per Kapita......................................................................71
Peta 3. 1 Peta Kondisi Eksisting Persampahan Kota Probolinggo.........................................................................51
Peta 3. 2 Peta Sistem Jaringan Drainase Kota Probolinggo...................................................................................64
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-96

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

BUKU PUTIH SANITASI KOTA PROBOLINGGO 2010

Peta 3. 3 Peta Sistem Jaringan Air Bersih Kota Probolinggo..................................................................................71

Tabel 3. 1 Kondisi Sarana dan Prasarana Jamban/MCK..........................................................................................1


Tabel 3. 2 Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo...................................................................................................3
Tabel 3. 3 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Kota ProbolinggoTahun 2009........................................6
Tabel 3. 4 Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih Kota ProbolinggoTahun 2009..................................................7
Tabel 3. 5 Kondisi Sarana dan Prasarana Air Bersih.................................................................................................8
Tabel 3. 6 Hasil Pemeriksaan Air PDAM Tahun 2010..............................................................................................10
Tabel 3. 7 Banyaknya Rumah Tangga yang Bertempat Tinggal di Bantaran Sungai..............................................11
Tabel 3. 8 Banyaknya Rumah Tangga Tanpa Septictank........................................................................................12
Tabel 3. 9 Komposisi Sampah Kota Probolinggo Tahun 2007................................................................................16
Tabel 3. 10 Data Estimasi Volume Timbulan Sampah Kota Probolinggo Tahun 2010.........................................17
Tabel 3. 11 Data Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2009........................................................18
Tabel 3. 12 Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2009................................................................18
Tabel 3. 13 Data Dan Lokasi Genangan Air dan Banjir Di Kota Probolinggo..........................................................20
Tabel 3. 14 Kualitas Air Limbah Industri di Kota Probolinggo..................................................................................23
Tabel 3. 15 Kelengkapan Dokumen UKL/UPL, AMDAL & IPAL Untuk Jenis Usaha/Industri di Kota Probolinggo..25
Tabel 3. 16 Kondisi Sarana Sanitasi Pengolahan Air Limbah Kota Probolinggo.....................................................29
Tabel 3. 17 Kondisi Pelayanan Persampahan Kota Probolinggo............................................................................34
Tabel 3. 18 Mekanisme Pembuangan Sampah Rumah Tangga Kota Probolinggo.................................................35
Tabel 3. 19 Daerah Tangkapan Air Kota Probolinggo..............................................................................................55
Tabel 3. 20 Sistem Jaringan Drainase Kota Probolinggo........................................................................................57
Tabel 3. 21 Sumber Air Bersih Kota Probolinggo....................................................................................................65
Tabel 3. 22 Kondisi Eksisting Sambungan Rumah SR (PDAM) Kota Probolinggo Tahun 2010.............................67
Tabel 3. 23 Daftar Perusahaan / Industri di Kota Probolinggo................................................................................71
Tabel 3. 24 Jenis Limbah Medis Padat Puskesmas Kota Probolinggo...................................................................71
Tabel 3. 25 Penanganan Limbah Medis Puskesmas Kota Probolinggo..................................................................71
Tabel 3. 26 Persentase Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan Kota Probolinggo Tahun 2009..........................71
Tabel 3. 27 Struktur APBD Kota Probolinggo Tahun 2005-2009.............................................................................71
Tabel 3. 28 Proporsi Belanja Sanitasi Per SKPD....................................................................................................71
Tabel 3. 29 Pendanaan Kegiatan terkait Sanitasi Per SKPD..................................................................................71
Tabel 3. 30 Realisasi Retribusi Layanan Sanitasi...................................................................................................71
Tabel 3. 31 Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita.............................................................................................71

KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO

III-96

Gambar 3. 1 Kondisi Permukiman Kumuh terkait Pola Hidup Masyarakat...............................................................8


Gambar 3. 2 Flow Chart Identifikasi Tangki Septik Kota Probolinggo.....................................................................12
Gambar 3. 3 Sistem Pengelolaan Sampah Konvensional (Silasko).......................................................................13
Gambar 3. 4 Sistem Pengelolaan Limbah Cair Kota Probolinggo..........................................................................31
Gambar 3. 5 Alur Pengumpulan Sampah Kota Probolinggo Tahun 2006...............................................................37
Gambar 3. 6 Komposter Anaerob untuk Pengelolaan Sampah..............................................................................38
Gambar 3. 7 Kondisi TPA Kota Probolinggo............................................................................................................39
Gambar 3. 8 Alur Sistem Operasional Proses Pengelolaan Persampahan Kota Probolinggo...............................40
Gambar 3. 9 Kondisi Persampahan di Kota Probolingo..........................................................................................50
Gambar 3. 10 Kegiatan Penyediaan Saluran Drainase Kota Probolinggo..............................................................56
Gambar 3. 11 Kondisi Saluran Drainase yang Mengalami Pencemaran Sampah dan Sedimentasi......................63
Gambar 3. 12 Kegiatan Penyediaan Sarana Air Bersih/Air Minum.........................................................................69
Gambar 3. 13 Alur Distribusi Air PDAM Kota Probolinggo......................................................................................71

You might also like