Professional Documents
Culture Documents
No
1
Kecamatan
Mayangan
III-70
dilakukan khususnya sebelum dilakukan pembangunan MCK Umum oleh pihak DPU Perumahan dan
Kelurahan
Mangunharjo
Mayangan
Sukabumi
Wiroborang
Kanigaran
Kanigaran
RW
RW 1
RW 4
RW 8
RW 6
RW 8
RT 7
RT 1 dan 2
RT 4 dan 5
RT 4 dan RT 5
RT 1
RW 8
RT 2
RW 8
RW 8
RW 14
RW 3
RW 4
RW 5
RW 6
RW 7
RW 7
RW 7
RW 1
RW 2
RW 2
RW 4
RW 1
RT 8
RT 4
RT 1,2 dan 3
RW 4
Kebonsari
Kulon
3
Kademangan
Sukoharjo
Pilang
RW 12
RW 14
RW 16
RW 5
RW 2
RW 1
RT 4
RT 7
RT 8
RT 9
RT 3
RT 1
RT 2
RT 1 dan 2
RT 1
RT 2/Jl.
Cokroaminoto Gg. 7
RT 2
RT 1,2,3 dan 4
RT 5
RT 1 dan 3
RW 1
RW 1
RT 4
RT 3 / sempadan rel
KA
RT 1
RT 7
RW 1
RT 4
RW 3
Ketapang
RT
RW 3 : RW 4 : 90%
RW 5 : 10%
-
Sungai : 25%
Sungai : 15%
RW 3 : 75% laut
RW 4 : 10% laut
RW 5 : 40% laut
Sungai : 90%
Sawah/laut : 75%
25%
30%
30%
Sawah/laut : 75%
Sungai : 70%
Sungai : 70%
30%
20%
70%
-
Sungai : 80%
80%
Sungai : 20%
80%
100%
80%
85%
45%
20%
20%
-
Sungai : 20%
Sungai : 15%
Sungai : 55%
Sungai : 80%
Sungai : 100%
10%
90%
50%
Sungai : 100%
Sungai/sawah :
50%
Sungai : 30%
Sungai : 20%
RW 2
70%
RW 1
RT 2
80%
RW 1
RT 6
RW 3
RT 10
40%
RW 4
RT 4
90%
10%
Pohsangit
kidul
RW 5
RT 3
4 Wonoasih
Pakistaji
RW 2
RT 1 dan 2
RW 3
RT 1 dan 2
Kedung
galeng
RW 4
RT 1 dan 2
5 Kedopok
Jrebeng Lor
RW 7
RT 1, 2 dan 3
10%
RW 11
RT 1 dan 2
Sumber: Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo, DPU 2008, diolah 2009
Triwung lor
Sawah : 60%
Sungai : 100%
Sungai : 100%
Sungai : 100%
Sungai : 100%
Sungai : 90%
Sungai : 100%
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih (PAB),
jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah (PAL). Dari 52.189 KK yang ada, yang diambil contoh untuk
diperiksa sebesar 41.441 KK (79,4%) tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang
ada, dari sejumlah KK yang diambil contoh untuk diperiksa, yang memiliki sarana sanitasi dasar sebanyak 22.817
III-70
Kawasan
No
KK (55,06%) dan yang sehat dari sejumlah KK yang dijadikan contoh yang diperiksa sebanyak 100%. Sarana
sanitasi dasar yang diperiksa secara bersama-sama adalah PAB, Jamban, tempat sampah atau PAL.
B. Pencemaran Lingkungan
Salah satu indikator lain yang dapat digunbakan untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan adalah
terkait masalah pencemaran lingkungan. Sebab terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas air di Kota
Probolinggo dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pencemaran sumber-sumber air, pengeboran air oleh
industri dan oleh petani, serta berubahnya fungsi daerah tangkapan air di daerah hulu (Kabupaten Probolinggo),
sehingga pada musim penghujan air tidak sampai/tidak sempat meresap ke dalam tanah dan akan menjadi aliran
permukaan (run off).
Penyebab terbesar terjadinya pencemaran air di Kota Probolinggo adalah akibat dari buangan limbah
domestik rumah tangga. Di Kota Probolinggo masih terdapat penduduk (rumah tangga) yang bertempat tinggal di
kawasan bantaran sungai, seperti Sungai Banger, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancur dan
sebagainya. Pada tahun 2007, jumlah rumah tangga yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai
tercatat sebanyak 3.181 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat pada kelurahan Jrebeng Lor
dan Kelurahan Jati. Berdasarkan hasil dari studi EHRA, diketahui bahwa sebanyak 11,98% responden rumah
tangga dari 1152 sampel responden membuang sampah ke sungai, selokan, parit, saluran air lainnya. Hal
tersebut menjadi sumber utama penyebab pencemaran limbah domestik. Sumber pencemar dari kegiatan
domestik lainnya adalah berasal dari pembuangan tinja. Berdasarkan hasil dari studi EHRA pada tahun 2010,
dari 1152 sample responden rumah tangga, sebanyak 39,32 % melaporkan tidak memiliki dan menggunakan
tangki septictank.
Kondisi sungai yang masih menjadi media pembuangan limbah oleh masyarakat Kota Probolinggo juga
merupakan salah satu penyebab pencemaran air. Hal tersebut dikarenakan kualitas air sungai yang mengalami
degradasi/ penurunan. Pemantauan kualitas air telah dilakukan oleh Tim Badan Lingkungan Hidup Kota
Probolinggo terhadap 6 (enam) sungai di wilayah Kota Probolinggo secara periodik sesuai dengan Peraturan
No
Legundi Hulu
Legundi Hilir
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
Hasil
7,7
5,3
12,3
22,8
0,084
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
30
7
7,4
8,5
III-70
Umbul Hulu
Umbul Hilir
Kasbah Hulu
Kasbah Hilir
Kedunggaleng Hulu
Kedunggaleng Hilir
Parameter
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
BOD
COD
TSS
Detergen (MBAS)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Krom Total
Total Coliform
*)
Coli Tinja
*)
DO
Hasil
18,5
7,5
0,100
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
23
4
6,4
10,6
25,1
27,5
0,125
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
17
7
6,6
9,7
285
16,5
0,090
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
11
4
3,0
42,6
90,5
71,2
0,179
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
23
4
4,2
14,4
28,2
33,1
0,105
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
22
9
8,3
16,0
27,8
21,1
0,084
< 2.7
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
13
2
8,1
III-70
No
Parameter
Hasil
B. BOD
8,2
C. COD
16,3
D. TSS
19,4
E. Detergen (MBAS)
0,054
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
23
J. Coli Tinja
*)
4
9 Pancor Hulu
A. DO
1,8
B. BOD
36,6
C. COD
83,1
D. TSS
45,9
E. Detergen (MBAS)
1,200
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
13
J. Coli Tinja
*)
4
10 Pancor Hilir
A. DO
6,9
B. BOD
14,5
C. COD
30,2
D. TSS
8,6
E. Detergen (MBAS)
0,108
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
13
J. Coli Tinja
*)
4
11 Banger Hulu
A. DO
4,6
B. BOD
20,6
C. COD
68,2
D. TSS
33,8
E. Detergen (MBAS)
0,457
F. Minyak dan Lemak
< 2.7
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
30
J. Coli Tinja
*)
8
12 Banger Hilir
A. DO
2,3
B. BOD
120,1
C. COD
351,8
D. TSS
170,7
E. Detergen (MBAS)
1,904
F. Minyak dan Lemak
5,0
G. Tembaga (Cu)
tidak terdeteksi
H. Krom Total
tidak terdeteksi
I.
Total Coliform
*)
30
J. Coli Tinja
*)
8
Sumber: Laporan Periodik Kualitas Air Kota Probolinggo Tahun 2008, Badan Lingkungan Hidup
Factor yang tidak kalah penting mempengaruhi kondisi kualitasi lingkungan adalah adanya pencemaran
dari limbah industri. Saat ini pola perubahan kualitas air dan debit air semakin menurun pada berbagai sumber di
wilayah Kota Probolinggo, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah adanya kegiatan manusia
dalam kehidupan sehari-hari terutama kegiatan industri besar, industri rumah tangga dan kegiatan pertanian
III-70
No
serta sampah yang ada di wilayah Kota Probolinggo sangat berpengaruh akan terjadi pencemaran air dimanamana.
Perkembangan jumlah industri kecil di Kota Probolinggo mengalami peningkatan signifikan dalam tahuntahun terakhir,dimana jumlah industri kecil pada tahun 2003 sebesar 121 industri, pada tahun 2004 hingga
tahun 2006 industri kecil konstan dengan jumlah 124 industri, akan tetapi pada tahun 2007 jumlah industri kecil
mengalami kenaikan sebesar 103,22% menjadi 252 industri. Sedangkan jumlah industri besar dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak mengalami peningkatan dan tetap dengan jumlah 19 industri pada tahun
2003 hingga tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah industri besar berkurang menjadi 18 industri. Dengan
peningkatan jumlah pada beberapa industri tersebut tetap akan mempunyai pengaruh yang kuat akan terjadinya
pencemaran lingkungan air. Untuk mengetahui kualitas air limbah industri dilakukan dengan pengambilan contoh
(sampling) effluent air limbah. Air limbah tersebut yang berasal dari end pipe treatment setiap industri yang
menghasilkan limbah cair.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2007 tentang Dokumen
Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan, untuk menminimalisir tingkat pencemaran air khususnya di sektor
industri, maka tiap-tiap jenis usaha/industri yang memiliki dampak terhadap lingkungan diwajibkan memiliki
dokumen UKL/UPL (dampak kecil) dan AMDAL (dampak besar), serta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pada kenyataannya hanya 13.1% usaha/industri di Kota Probolinggo memiliki kelengkapan tersebut. Pada
kebijakan tersebut juga menyebutkan bahwa apabila industri tersebut sudah berdiri, maka dapat dilengkapi
dengan dokumen DPPL. Sehingga dengan demikian sudah seharusnya setiap industri yang memiliki dampak
terhadap lingkungan memiliki dokumen pemantauan lingkungan. Pada kenyataannya hanya 11.9% usaha/industri
di Kota Probolinggo memiliki dokumen tersebut.
C. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang mememnuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang
memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi rumah yang baik, kapadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Rumah sehat di Kota Probolinggo tahun 2009 baru mencapai sebesar 24.554 (59,7%) dari total jumlah
rumah yang ada, sedang rumah yang diperiksa baru mencapai 41.115 (79,7 %). Untuk pencapaian jumlah rumah
sebesar 80 %. Dari rumah yang diperiksa tidak terdapat penjelasan, misalnya rumah yang diperiksa berlokasi di
pedesaan atau perkotaan. Perlu upaya program terkait untuk meningkatkan persentase rumah sehat, dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan.
NO
1
1
%
SEHAT
8
81,20
III-70
sehat terhadap jumlah rumah yang diperiksa baru mencapai 59,7%. Sedangkan target Indonesia Sehat 2010
NO
KECAMATAN
PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH
SELURUHNYA DIPERIKSA
Jati
12.945
8.924
2 Kanigaran
Kanigaran
11.724
10.552
3 Kademangan Ketapang
7.095
4.356
4 Kedopok
Kedopok
7.942
3.037
5 Wonoasih
Wonoasih
6.727
5.047
JUMLAH KOTA PROBOLINGGO
51.600
36.660
Sumber: Profil Kesehatan Kota Probolinggo Tahun 2009
RUMAH
%
DIPERIKSA
68,94
90,00
61,40
38,24
75,03
71,05
JUMLAH
SEHAT
5.341
8.231
3.714
1.527
1.889
24.554
%
SEHAT
59,85
78,00
85,26
50,28
37,43
66,98
Jumlah
PAH
SGL
SPT
Ledeng
Tabel 3. 4 Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih Kota ProbolinggoTahun 2009
Jumlah
Akses air bersih
Jumlah
%
Keluarga /
No Kecamatan
Puskesmas
Keluarga
Keluarga
KK yang
Diperiksa
Diperiksa
Ada
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 Mayangan
Sukabumi
17.473
4.232
24,22
2.969
1.240
285
Jati
8.954
5.533
5.943
128
2 Kanigaran
Kanigaran
14.803
11.182
75,54
2.823
4.504
898
3 Kademangan Ketapang
9.842
3.856
39,18
518
4.124
714
4 Kedupok
Kedupok
8.580
3.262
38,02
553
7.171
799
5 Wonoasih
Wonoasih
8.674
5.128
59,12
541
3.747
662
JUMLAH PROBOLINGGO
59.372
36.614
61,67
26.729
Sumber: Profil Kesehatan Kota Probolinggo Tahun 2009
Lainnya
12
-
13
4.494
8.225
5.356
8.523
4.950
hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran
meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat,
institusi kesehatan yang berperilaku sehat , institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempattempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
kesehatan lingkungan serta perilaku sehat dari penghuni di dalam lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan ini
Rumah Tangga Sehat (RTS) pada tahun 2009 di Kota Probolinggo sebesar 34,4% dari jumlah rumah
tangga yang dipantau 49.309 dan yang ber PHBS 16.971. Jika dibandingkan dengan target Indonesia Sehat
2010 sebesar 65 %, masih cukup besar kesenjangannya (30,6 %). Cakupan rumah tangga sehat diharapkan
akan meningkat dengan adanya kesinambungan intervensi dari berbagai komponen baik lintas sektor, swasta,
LSM dan tokoh masyarakat dalam memberikan motivasi dan keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih
dan sehat sehingga berkembang dan membudaya di masyarakat.
III-70
maksimal maka volume produksi air yang bisa dimanfaatkan mencapai 36.720.000 liter/harinya. Jumlah
Mayangan
Kelurahan
Jati
Kawasan
RW
RW 1
RT
RT 1
III-70
Kecamatan
Kelurahan
Mangunharjo
Mayangan
Kawasan
RW
RW 1
RW 1
RW 1
RW 4
RW 8
RW 6
RW 8
RW 8
RW 8
RW 8
RW 14
RW 3
RT
RT 2
RT 5
RT 7
RT 1 dan 2
RT 4 dan 5
RT 4 dan RT 5
RT 1
RT 2
RT 8
RT 4
RT 1,2 dan 3
RW 4
Sukabumi
Wiroborang
Kanigaran
Kanigaran
RW 5
RW 6
RW 7
RW 7
RW 7
RW 1
RW 2
RW 2
RW 4
RW 1
RW 4
Kebonsari
Kulon
RT 4
RT 7
RT 8
RT 9
RT 3
RT 1
RT 2
RT 1 dan 2
RT 1
RT 2/Jl. Cokroaminoto
Gg. 7
Sumur : 100%
Sumur : 100%
Sumur : 50%, PDAM : 50%
Sumur : 20%, PDAM : 80%
Sumur : 20%, PDAM : 80%
Sumur : 10%, PDAM : 90%
RW 3 (sumur : 100%)
RW 4 dan 5 (sumur : 10%, PDAM
90%)
Sumur : 50%, PDAM : 50%
RT 7 (sumur : 50%, PDAM : 50%)
RT 8 (PDAM : 100%)
PDAM : 100%
Sumur : 50%, PDAM : 50%
Sumur : 100%
Sumur : 100%
Sumur : 95%, PDAM : 5%
Sumur : 100% , kondisi air keruh
RW 12
RT 2
RW 14
RT 1,2,3 dan 4
RW 16
RT 5
Sumur : 95%, PDAM : 5%
RW 5
RT 1 dan 3
Sumur : 30%, PDAM : 70%
Sukoharjo
RW 2
Sumur : 100%
3 Kademangan Pilang
RW 1
RT 4
Sumur : 100%
RW 3
RT 3 /sempadan rel KA
Sumur : 100%
Ketapang
RW 1
RT 1
Sumur : 100%
RW 1
RT 7
Sumur : 100%
RW 1
RT 4
Sumur : 100%
RW 2
Sumur : 100%
Triwung lor
RW 1
RT 2
Sumur : 100%
RW 1
RT 6
RW 3
RT 10
Sumur : 100%
RW 4
RT 4
Sumur : 100%
Pohsangit
kidul
RW 5
RT 3
Sumur : 100%
4 Wonoasih
Pakistaji
RW 2
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
RW 3
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
Kedung
galeng
RW 4
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
5 Kedopok
Jrebeng Lor
RW 7
RT 1, 2 dan 3
Sumur : 100%
RW 11
RT 1 dan 2
Sumur : 100%
Sumber: Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo, DPU 2008, diolah 2009
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kota Probolinggo akan air bersih, sebagian dari PDAM dan
sebagian besar masih dipenuhi dari sumur gali, sumur pompa serta lainnya dari sumber mata air dan sungai.
Jumlah air minum yang disalurkan pada tahun 2007 meningkat 1,96% dari tahun 2006 yaitu dari
3.487.540 M3 meningkat menjadi 3.556.004 M3. peningkatan ini sangat dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
No
pelanggan yaitu 5,13%. Dari total 13.308 pelanggan, 91,57% adalah rumah tangga dengan volume pemakaian
air adalah 76,89%.
Terkait dengan kualitas air, khususnya air minum, pengujian kualitas air dilakukan berdasarkan
persyaratan baku mutu air. Pengujian kualitas air di Kota Probolinggo dilakukan melalui pengujian laboratorium
yang dilakukan pada sampel air yang berasal dari sumber mata air Ronggojalu dimana pengujian kualitas air
dilakukan pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya
Komite Akreditasi Nasional Laboratorium Penguji LP 241 IDN. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium
pada tangga 16 April 2010, ditetapkan bahwa parameter yang diuji memenuhi batas syarat air bersih sehingga
sangat layak untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan tidak memerlukan system pengolahan khusus
sebelum dimanfaatkan. System pengolahan yang dilakukan hanyalah upaya pengolahan standar berupa
Parameter
FISIKA
Bau
Jumlah zat padat terlarut
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
Daya Hantar Listrik
SM P.2150A.2005
SNI 06.6989.26.2005
SNI 06.6989.25.2005
SM P.2160A.2005
SNI 06.6989.23.2005
SNI 06.6989.24.2005
SNI 06.6989.1.2004
KIMIA
A. Kimia Organik
Air Raksa
mg/l
IK NO.02 (AAS)
Arsen
mg/l
Beal
mg/l
SNI 06.6989.4.2004
Fluorida
mg/l
SNI 06.6989.29.2005
Kadmium
mg/l
SNI 06.6989.16.2004
Kesadahan sebagai CaCO3
mg/l
SNI 06.6989.12.2004
Khlorida
mg/l
SNI 06.6989.19.2004
Kromium, Valensi 6
mg/l
SNI 06.6989.53.2005
Mangan
mg/l
SNI 06.6989.5.2004
Nitrat sebagai N
mg/l
SNI 06.2480.2004
Nitrit sebagai N
mg/l
SNI 06.6989.9.2004
pH
SNI 06.6989.11.2004
Selenium
mg/l
Seng
mg/l
SNI 06.6989.7.2004
Sianida
mg/l
SNI 19.6964.6.2003
Sulfat
mg/l
SNI 06.6989.20.2004
Timbal
mg/l
SNI 06.6989.8.2004
B. Kimia Organik
Zat Organik (KmnO4)
mg/l
SNI 06.6989.22.2004
Deterjen
mg/l
SM P.5540.0.2005
Sumber: PDAM Kota Probolinggo, Tahun 2010
Limit
Deteksi / LD
Hasil
Tak Berbau
1500
25
Tak Berasa
Suhu Udara 30C
50
-
1
0,060
0,1
1
2
Tak Berbau
195
0,743
Tak Berasa
28,0
1
391
0,001
0,05
1,0
1,5
0,005
500
600
0,05
0,5
10
1,0
6,5 9,0
0,01
15
0,1
400
0,05
0,0010
0,0037
0,010
0,0010
2,000
0,986
0,0030
0,0491
0,0019
0,0021
0,01
0,0075
0,001
0,693
0,0036
<LD
<LD
0,14
<LD
134,64
15,88
<LD
<LD
2,5144
0,0049
7,05
<LD
<LD
4,2559
<LD
10
0,5
0,16
0,001
3,19
<LD
III-70
desinfeksi yang mengikuti kriteria sebagaimana disajikan pada table di bawah ini.
III-70
Kelurahan
Jumlah Rumah Tangga
Kademangan
261
Pilang
78
Triwung Lor
186
Sumber Wetan
17
Pohsangit Kidul
110
Jrebeng Kulon
Kareng Lor
50
Jrebeng Lor
384
Kedungasem
106
Sumber Taman
89
Jrebeng Kidul
58
Pakistaji
28
Wonoasih
12
Kedopok
66
Kedunggaleng
68
Jrebeng Wetan
90
Jumlah
3.181
Sumber: Status Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, Badan Lingkungan Hidup, Tahun 2008
N=699
Pernah dikosongkan
(13,30%)
N=442
N=93
Suspek cubluk
N=29
Dikosongkan 5 th lalu
(23,26%)
Suspek cubluk
III-70
Pada saat ini telah diadakan wacana mengenai kemungkinan dibangunnya Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)/Septictank Komunal skala lingkungan. Dimana pilot project akan diuji cobakan pada daerahdaerah yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Pada saat ini kendala dari rencana tersebut sampai pada
tahap penyediaan dan pembebasan lahan. Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum
Perumahan dan Permukiman telah secara intensif mengadakan sosialisasi serta mengupayakan agar
pembangunan IPAL/Septictank komunal ini dapat segera terealisasi. Rencana pembangunan IPAL Komunal ini
berupa pembangunan 2 unit IPAL komunal setiap tahunnya mulai dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
Sarana Pengangkut
(Gerobak)
TPS
Transfer Depo
TPA
Sarana Pengangkut
(Truk)
III-70
Menurunnya kualitas lingkungan (pencemaran air, tanah dan udara), baik pada saat proses pengumpulan
maupun pengangkutan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan masyarakat
Munculnya berbagai permasalahan mengenai Tempat Pengolahan Akhir, karena sampah kota setiap saat
selalu bertambah sedangkan luas lahan TPA sangat terbatas, kemudian sangat sulit untuk mendapatkan
lahan TPA baru
Kesadaran dan keterlibatan masyarakat akan pengelolaan sampah masih belum optimal. Karena pelayanan
persampahan semuanya diserahkan kepada Pemerintah Kota.
- TPA masih merupakan tempat pembuangan akhir dari sampah kota atau tempat pemrosesan sampah.
- TPS hanya berfungsi sebagai tempat pengumpul sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Tidak
ada pemrosesan sampah dalam TPS.
- Masyarakat masih belum banyak mengetahui nilai tambah yang dapat dihasilkan dari sampah
Pengelolaan sampah belum menjadi prioritas pembangunan
Limbah padat dan limbah industri sebagian besar dihasilkan oleh industry. Limbah tersebut merupakan
sisa-sisa bahan produksi yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Limbah yang dihasilkan tersebut selalu dipilah
berdasarkan kategorinya dan ditempatkan dalam wadah yang telah ditentukan. Untuk limbah yang masih dapat
dimanfaatkan, selanjutnya digunakan sesuai jenis dan peruntukannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah juga telah mewajibkan bahwa untuk setiap usaha/industri yang memiliki limbah
yang dapat membahayakan lingkungan diwajibkan untuk mengolah limbahnya sendiri dengan IPAL, sehingga
limbah yang dibuang nantinya sudah tidak mencemari lingkungan.
Untuk limbah B3, secara prinsip harus ditangani dengan cara ditampung sementara dalam
penampungan khusus sebelum diambil dan dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki ijin transporter maupun
mengelola lombah sesuai dengan peraturan yang ada. Untuk kegiatan pengukuran dan pemantauan limbah B3
dilakukan minimal 3 bulan sekali untuk kemudian dilaporkan kepada instansi terkait dalam hal ini adalah Badan
Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.
Untuk limbah pada fasilitas kesehatan umumnya sudah mengalami pemilahan antara limbah medis dan
non medis. Perlakuan terhadap limbah medis bisanya dibuang pada tempat sampah khusus seperti incenerator
sehingga limbah berbahaya seperti alat suntik dapat langsung dibakar pada suhu tertentu di dalam incenerator
A. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan perbandingan antara komponen/jenis masing-masing sampah terhadap
keseluruhan sampah. Komposisi sampah dinyatakan dalam prosentase berat basah. Komposisi fisik sampah
mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan menjadi sampah
Organik, Kertas, Plastik, Logam dan lain-lain dimana komposisinya sangat bergantung kepada karakteristik
kegiatan yang ada pada kawasan penghasil sampah. Timbulan sampah Kota Probolinggo mencapai 127 ton/hari
atau 127.000 kg/hari.
III-70
tersebut.
Berdasarkan asal/sumber penghasil sampah, sampah-sampah yang ada di Kota Probolinggo terdiri dari
sampah yang dihasilkan oleh Kawasan Perumahan, Kawasan Industri, Kawasan Perdagangan dan Jasa,
Kawasan Perkantoran, Rumah Sakit serta Pasar. Karakteristik penanganan sampah yang dihasilkan oleh
kawasan-kawasan diatas adalah sebagai berikut ;
1. Perumahan
Pada Kawasan Perumahan sampah pada umumnya tidak dipilah namun langsung diangkut ke tempat
pengumpulan sementara yang terletak di dekat perumahan. Pada beberapa perumahan sedang diuji cobakan
alat pengolah sampah organik yaitu Komposer Aerob. Alat ini berfungsi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk.
2. Industri
Sampah dari Industri umumnya sudah mengalami pemilahan seperti sampah basah dan kering. Limbah (cair
dan padat berbahaya) pada industri besar sebagian besar sudah dilakukan pengolahan secara mandiri oleh
masing-masing industri. Pemanfaatan sampah industri antara lain pengolahan sampah kertas, plastik, kulit
dan karung yang biasanya banyak diusahakan dengan sistem daur ulang maupun dijual secara langsung
kepada pengusaha bahan bekas.
3. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Sistem pemilahan sampah pada kawasan perdagangan dan jasa tidak dilakukan sehingga sampah yang
masuk ke dalam TPS Kontainer merupakan sampah yang tercampur. Setiap hari sampah yang sudah
diletakkan di depan Toko diangkut oleh petugas penyapu jalan ke dalam TPS yang ada di wilayah tersebut.
4. Fasilitas Kesehatan
Sampah pada fasilitas kesehatan umumnya sudah mengalami pemilahan antara sampah medis dan non
medis. Perlakuan terhadap sampah medis bisanya dibuang pada tempat sampah khusus seperti incenerator
sehingga sampah berbahaya seperti alat suntik dapat langsung dibakar pada suhu tertentu di dalam
incenerator tersebut.
5. Pasar
Sampah pasar yang ada di Kota Probolinggo 92% berupa sampah organik dan 8% berupa sampah plastik
dan kertas. Dalam pembuangannya langsung dibuang ke TPS Kota Probolinggo setelah sebelumnya
ditempatkan pada TPS Kontainer yang terdapat dilingkungan pasar. Volume sampah organik dapat mencapai
Jalan Gubernur Suryo (Ungup-Ungup). Pada lokasi tersebut sampah kertas, plastik, kaca dan organic sudah
mengalami pengolahan (composer aerob), sehingga dapat mereduksi volume sampah pasar yang masuk ke
TPA. Selain itu pada lokasi Pengolahan Sampah Terpadu Pasar Baru juga telah terjadi kerjasama antara
Pemerintah Kota Probolinggo dangan Yayasan Danamon Peduli (Bank Danamon).
Komposisi sampah merupakan perbandingan antara komponen/jenis masing-masing sampah terhadap
keseluruhan sampah. Komposisi sampah dinyatakan dalam prosentase berat basah. Komposisi fisik sampah
mencakup prosentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan menjadi sampah
III-70
2-3 kontainer setiap harinya. Lokasi Pengolahan Sampah Terpadu Pasar Baru di Kota Probolinggo terdapat di
Organik, Kertas, Plastik, Logam dan lain-lain dimana komposisinya sangat bergantung pada karakteristik
kegiatan pada kawasan penghasil sampah.
Industri
49,13%
29,67%
8,00%
3,00%
5,00%
2,00%
0,70%
2,00%
0,40%
0,10%
III-70
di lokasi-lokasi berikut : Jl. Flamboyan, Kelurahan Sumber Taman, Kelurahan kademangan dan Perum
kentangan Selatan.
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)
Terletak di Kelurahan Sukabumi Kecamatan Mayangan dengan kapasitas seluar 4 ha. TPA Kota
Probolinggo dikelolah dengan menggunakan 2 metode, yaitu Sanitary Landfill dan Controled landfill.
C. Volume Sampah Yang Terangkut Ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
perjalanannya sejak mulai dari timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan hingga pengangkutan.
Sebelum pelaksanaan pembongkaran dan pemilahan sampah pada petak-petak yang telah ditentukan
berdasarkan jenis sampah yang masuk, terlebih petugas TPA mencatat sumber, volume serta alat angkut yang
digunakan. Dari data yang diperoleh volume sampah tiap bulannya per Januari sampai Oktober 2010 terus ratarata sebanyak 41.651 kg/hari. Sampah yang terangkut tersebut kemudian masuk ke TPA Kota probolinggo.
Tabel 3. 10 Data Estimasi Volume Timbulan Sampah Kota Probolinggo Tahun 2010
Volume
Kecamatan
Kelurahan
m3/hr
Ton/hr
Mayangan
Jati
26,7
9,1
Mangunharjo
36
12,2
Mayangan
18,7
6,3
Sukabumi
22,9
7,8
Wiroborang
11
3,7
Sub Total
115,3
39,2
Kademangan
Kademangan
10,8
3,7
Ketapang
11,9
4
Pilang
10,4
3,5
Pongsangit kidul
8,2
2,8
Triwung kidul
13,2
4,5
Triwung Lor
9,4
3,2
Sub Total
63,7
21,7
Wonoasih
Jrebeng Kidul
8,4
2,8
Kedungasem
10,9
3,7
Kedunggaleng
4,4
1,5
Pakistaji
8,2
2,8
Sumber Taman
9,6
3,3
Wonoasih
6,4
2,2
Sub Total
48
16,3
Kanigaran
Curahgrinting
6,3
2,1
Kanigaran
28,3
9,6
Kebonsari Kulon
30,7
10,4
Kebonsari Wetan
8,7
2,9
Sukoharjo
12,1
4,1
Tisnonegaran
10,6
3,6
Sub Total
96,7
32,9
Kedopok
Jrebeng Kulon
7,2
2,4
Jrebeng Lor
17,2
5,8
Jrebeng Wetan
3,9
1,3
Kareng Lor
6,8
2,3
Kedopok
6,3
2,2
Sumber Wetan
8,5
2,9
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
Untuk lebih jelasnya mengenai volume sampah yang terangkut dapat dilihat pada tabel berikut ;
Volume
Kelurahan
m3/hr
49,9
373,5
Sub Total
Total Timbulan
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo, Tahun 2010
Ton/hr
17
127
1.117.861
1.162.970
1.330.630
1.141.304
1.107.250
993.740
844.780
757.520
812.690
822.350
937.640
1.054.240
12.240
2.770
14.630
5.151
22.840
3.440
20.830
4.630
7.000
19.220
15.890
18.600
6.760
56.020
7.890
40.440
8.820
123.320
7.570
58.060
5.060
52.360
36.080
47.570
22.500
37.980
21.220
32.990
22.410
33.950
25.080
45.690
15.890
56.820
32.890
29.330
TOTAL TAHUN 2008 (Kg)
12.082.975
147.241 3.142.310
212.170
614.530
RATA-RATA (Kg/Hari)
33.104
403
8.609
581
1.684
PROSENTASE (%)
65,42
0,80
17,01
1,15
3,33
Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo, Tahun 2010
29.590
19.820
24.590
22.060
25.220
27.790
19.570
8.950
11.840
35.380
24.370
23.860
5.280
8.240
12.620
8.580
7.240
7.730
5.640
6.750
2.875
2.230
5.290
3.450
200.540
252.820
230.845
176.950
200.180
150.470
152.420
150.000
135.000
120.320
80.230
71.930
273.040
75.925
1.921.705
748
208
5.265
1,48
0,41
10,40
Tinja
Rumah Sakit
& Puskesmas
Terminal
Taman
Toko &
Restoran
Pasar
306.340
286.490
322.230
282.040
280.730
256.900
203.020
209.990
227.550
256.680
232.290
278.050
III-70
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Perusahaan
Bulan
Perumahan
Tabel 3. 11 Data Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2009
Volume Sampah Masuk TPA (Kg)
Saluran Drainase
Menurut data terbaru dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kota Probolinggo tahun 2009, terdapat 10
saluran drainase primer di Kota Probolinggo, yaitu; Saluran Kali Pancor, Saluran Kali Banger, Saluran Kali
Kasbah, Saluran Kali Umbul, Saluran Afvoer Brantas, Saluran Afvoer Bromo, Saluran Afvoer RSU Dr. Moch.
Saleh, Saluran Barat TPA, Saluran Beloan, dan Saluran Bangsingan. Saluran primer tersebut menampung aliran
air dari limpasan air hujan, saluran pembuang irigasi (afvour), limbah domestik cair dari kawasan permukiman
penduduk dan disalurkan menuju laut. Disamping itu terdapat saluran-saluran pematusan dari pemukiman yang
langsung menuju laut.
1. Kali Pancor
Kali Pancor melintas di Jalan Jendral Sudirman dan bermuara di Selat Madura. Sungai ini memiliki lebar
atas 3,5m, lebar bawah 2,9m, dan tinggi air sekitar 1,13m dilengkapi dengan penguatan (lining) kanan dan
kiri berupa pasangan batu kali. Kali Pancor masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya meskipun
dibeberapa tempat telah terjadi sedimentasi bahkan di tumbuhi tanaman pengganggu.
2. Kali Banger
Kali Banger melintas di beberapa jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder seperti Jalan Panglima
Sudirman, Jalan Pahlawan dan Jalan Ahmad Yani. Kali Banger berhulu di sekitar Jalan Abdul Hamid dan
bermuara di Selat Madura. Kali Banger juga melingkupi Saluran Akup, Saluran Panglima Sudirman dan
Saluran Sukarno-Hatta berbentuk persegi dengan lebar atas dan lebar bawah kurang lebih 2m dan tinggi air
kisaran 0,5m, yang pada musim kemarau aliran (debit) Kali Banger tidak terlalu besar. Kondisi penguatan
(lining) kanan dan kiri dari pasangan batu kali dan masih sangat bagus. Kali Banger masih dapat berfungsi
walaupun terjadi sedimentasi dan penyumbatan oleh sampah. Tipe Saluran ini merupakan saluran terbuka
dan di beberapa tempat dijumpai saluran tertutup bahkan terdapat deker plat masuk hingga taman dan
rumah penduduk. Kali Banger masih dapat berfungsi walaupun terjadi sedimentasi dan penyumbatan oleh
sampah. Perawatan Kali Banger sulit dilakukan karena tidak adanya jalan inspeksi dan penataan bantaran
yang kurang baik, bahkan dibeberapa tempat telah didirikan bangunan permanen.
3. Kali Kasbah
Kali Kasbah berada di Jalan Supriyadi dan melintas Jalan Sukarno Hatta dan masuk ke Afvour TPA. Di
dengan baik walaupun di beberapa tempat banyak tanaman pengganggu.
4. Kali Umbul
Kali Umbul yang memiliki bentuk trapesium dengan lebar atas sekitar 8,7m, lebar bawah 8m serta tinggi air
kurang lebih 1,13m dengan penguatan berupa pasangan batu kali. Kali Umbul berhulu di Kelurahan
Kanigaran, melintas Jalan Cokroaminoto sekitar Gladak Serang dan bermuara di Selat Madura. Kali Umbul
masih dapat berfungsi meskipun di beberapa tempat telah terjadi sedimentasi bahkan di Jalan Anggrek
dimanfaatkan sebagai lahan jagung dan ketela.
5. Afvour RSUD dr. Moch Saleh
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
beberapa tempat belum terdapat penguatan (diplengseng). Secara umum Kali Kasbah masih berfungsi
Afvour RSUD dr.Moch Saleh mempunyai lebar atas 2,3m, lebar bawah 1,8m dan tinggi saluran 0,75m
sehingga membentuk trapesium. Afvour RSUD dr.Moch Saleh berada di Jalan Panjaitan melalui RSUD dr.
Moch Saleh, Jalan Anggrek dan bermuara di Selat Madura. Merupakan saluran terbuka, tetapi di dekat
RSUD dr. Moch Saleh tertutup oleh beton sebagai area parkir. Walaupun terdapat endapan dasar, saluran
ini masih dapat berfungsi dengan baik. Afvour dr. Moch Saleh terdapat endapan tepat di saluran
pembuangan IPAL serta menimbulkan bau yang tidak sedap bagi pengunjung.
6. Saluran Barat TPA
Saluran Barat TPA berhulu di sekitar Jalan Anggrek dan bermuara di Selat Madura. Walaupun pada
beberapa tempat belum terdapat penguatan (diplengseng), Saluran Barat TPA masih mampu mendapat
limpahan aliran permukaan dari air hujan di sekitar kawasan anggrek, juga aliran air dari Kali Kasbah.
Saluran Barat TPA secara umum masih berfungsi dengan baik walaupun terjadi sedimentasi di beberapa
tempat dengan penampang basah kurang lebih 20 cm.
7. Afvour Bromo
Afvour Bromo berada di Jalan Bromo dan bermuara di Selat Madura setelah melintas Jalan Sukarno Hatta.
Dengan lebar atas 3m, lebar bawah 2,8m dan tinggi air sekitar 0,83m, Afvour Bromo merupakan saluran
kecil dengan tipe tegak pada bagian hulu. Pada musim kemarau bagian hulu hingga tengah tidak dialiri air
(kering) setelah mencapai bagian hilir terdapat aliran air dengan tinggi 20 cm. Pada bagian hulu sampai
tengah terjadi penumpukan sedimen hingga memenuhi badan saluran bahkan dibeberapa tempat telah
ditumbuhi tanaman pengganggu dan dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk tanaman jagung.
8. Saluran Bangsingan
Saluran Bangsingan berhulu di Saluran Esan dan bermuara di Selat Madura. Pada daerah hilir saluran
merupakan bentuk alam (sembarang). Saluran Bangsingan merupakan sungai berbentuk persegi dengan
lebar atas 2,5m begitu juga dengan lebar bawah sebesar 2,5m dan tinggi air kurang lebih 1,2m.
9. Afvour Brantas
Afvour Brantas berada di sepanjang Jalan Brantas, berhulu di DAM Kelep pertemuan antara Saluran Pakis
dan Saluran Legundi, melintasi Jalan Sukarno Hatta dan bermuara di Selat Madura, sebagian besar
berbentuk alam (sembarang) serta mempunyai bentuk trapesium dengan lebar atas 10m, lebar bawah 9,5
dan tinggi air kurang lebih 3m..
Saluran Belo`an berhulu di Jalan Amir Hamzah, tepatnya DAM Randu melintas di Jalan Kyai Hasan
Genggong dan bermuara di saluran irigasi sekunder Wiroborang. Saluran Belo,an menerima air dari
kelebihan (over flow) daerah irigasi Kedung Galeng.
B.
juga ditunjukkan dengan adanya genangan di beberapa daerah. Genangan tersebut muncul khususnya pada
saat musim penghujan. Munculnya genangan tersebut dikarenakan saluran drainase yang ada tidak dapat
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
mengalirkan air limpasan hujan dengan cepat. Adanya endapan dan sampah pada saluran drainase cukup
mengganggu fungsi dari saluran sehingga tidak dapat optimal dalam mengalirkan air buangan. Selain itu faktor
rendahnya daerah terhadap saluran juga turut memicu terjadinya genangan. Pada saat terjadi banjir musiman
genangan air di beberapa daerah sampai pada batas kedalaman satu meter.
Tabel 3. 13 Data Dan Lokasi Genangan Air dan Banjir Di Kota Probolinggo
Kedalaman
(cm)
Lama
(jam)
20 - 30
20 - 30
30 - 40
Jl. DI Panjaitan
30 - 40
30 - 40
Jl. A. Yani
30 - 40
Jl. Suroyo
20 - 30
20 - 30
Jl. Sutomo
Jl. Diponegoro
20 - 30
20 - 30
1
1
Jl. P. Sudirman
Kali Banger
20 - 30
30 - 40
Jl. Siaman
30 - 40
40 - 50
50
Jl. Pahlawan
20 - 30
20 - 30
Jl. Cokroaminoto
15 - 25
40 - 50
20 - 30
30 - 40
50
Afour Brantas
Jl. Brantas di perempatan Jl. Soekarno
Hatta
40 - 50
Nama Saluran
Sal. Bangsingan
Permukiman Jl. Basuki Rahmat
Permukiman Jl. Gatot Subroto, Jl. Let.jen
Suprapto, KH. Hasyim Ashari, Jl. MT
Haryono
Kali Pancor
Permukiman di Jl. Basuki Rahmat, Kel.
Mangunharjo
Penyebab
Afour RSUD
III-70
Kali Kasbah
Jl. Brantas
Kedalaman
(cm)
Lama
(jam)
Penyebab
Anggrek mengalami bottle neck Rel
KA, dan habis disawah
3. Elevasi badan jalan yang rendah dan
membentuk cekungan
1. Sal. Tepi jJl. Brantas sebelah timur
tidak cukup kapasitasnya
2. Tidak ada gorong-gorong yang
melintas Jl. Brantas ke K. Brantas
yang masih kosong pada saat hujan
3. Genangan di jalan tidak bisa masuk
ke K. Brantas karena terhalang
tanggul brantas
20 - 30
50 - 100
50 - 100
40 - 50
10
50
20
0.5
Peran serta masyarakat dalam sektor drainase di Kota Probolinggo sudah mulai terbentuk. Masyarakat
sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada kerusakan ataupun gangguan pada
saluran/sistem drainase. Dalam forum Musrenbang, masyarakat selalu menyalurkan aspirasinya mengenai
perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah mereka. Kemudian juga telah terbentuk suatu
Program Kali Bersih (Prokasih) yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam tujuannya untuk menjaga
kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di Kota Probolinggo. Memang pada kenyataannya kesadaran
masyarakat akan pentingnya fungsi dan peranan saluran drainase masih rendah, namun dengan adanya
III-70
program semacam ini, maka ke depan kesadaran masyarakat lambat laun akan dapat ditingkatkan.
tahun 2006 industri kecil konstan dengan jumlah 124 industri, akan tetapi pada tahun 2007 jumlah industri kecil
mengalami kenaikan sebesar 103,22% menjadi 252 industri. Sedangkan jumlah industri besar dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak mengalami peningkatan dan tetap dengan jumlah 19 industri pada tahun
2003 hingga tahun 2006, pada tahun 2007 jumlah industri besar berkurang menjadi 18 industri. Dengan
peningkatan jumlah pada beberapa industri tersebut tetap akan mempunyai pengaruh yang kuat akan terjadinya
pencemaran lingkungan air.
Untuk mengetahui kualitas air limbah industri dilakukan dengan pengambilan contoh (sampling) effluent
air limbah. Air limbah tersebut yang berasal dari end pipe treatment setiap industri yang menghasilkan limbah
cair. Pengujian terakhir dilakukan pada bulan Desember, 2008 yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Nama Perusahaan
PT. SULINDO
Hotel RATNA
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
A.
B.
C.
D.
A.
Parameter
PH
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
PH
TSS
Kadmium
Cr. Total
Mangan
Nikel
Timbal
Seng
Kobalt
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Ammonia
Ortho Posphat
Phenol
Detergen
Klorin Bebas
*)
Colli Tinja
*)
PH
BOD
COD
TSS
Ammonia
Sulfida
Minyak dan Lemak
Cr. Total
PH
BOD
COD
TSS
PH
Hasil
7,4
12,8
40,8
30,7
tidak terdeteksi
7,1
65,6
84,9
64,8
9,0
7,8
< 4.1
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi
0,1025
tidak terdeteksi
7,1
4,0
6,6
< 4.1
0,106
4,0
7,3
29,8
105,7
36,9
0,2568
4,243
0,085
1,588
< 0.04
80
7,8
31,4
89,8
4,8
7,655
6,045
6,5
0,2519
7,7
14,5
46,8
36,4
8,4
III-70
No
Nama Perusahaan
10
11
12
13
Hotel Tampiarto
14
15
Hotel Bromo II
16
17
Hotel Paramitha
18
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A.
B.
C.
D.
Parameter
BOD
COD
TSS
PH
BOD
COD
TSS
PH
BOD
COD
TSS
Total Nitrogen
Phenol
PH
BOD
COD
TSS
Ammonia
Sulfida
Fenol
Minyak dan Lemak
Cr. Total
PH
BOD
COD
TSS
Amonia
Phenol
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Amonia Bebas
Ortho Phospat
Phenol
Detergen
Klorin Bebas
*)
Colli Tinja
*)
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
BOD
COD
TSS
Detergen
Minyak dan Lemak
PH
DO
BOD
COD
Hasil
38,6
90,3
106,4
6,3
29,1
87,0
17,1
8,4
17,2
35,5
< 4.1
8,826
tidak terdeteksi
7,6
11,8
44,9
4,2
0,282
0,020
tidak terdeteksi
< 2.7
tidak terdeteksi
8,8
526,6
1314,9
111,6
13,14
0,074
11,0
7,4
25,4
69,0
86,9
5,570
8,5
6,6
60,6
213,1
27,7
0,0233
3,04
tidak terdeteksi
2,430
tidak terdeteksi
23
7,8
6,8
40,4
20,6
0,186
< 2.7
6,1
198,7
777,3
288,2
2,715
9,5
6,9
2,5
4
< 4.1
0,040
tidak terdeteksi
6,7
11,8
161,2
696,3
III-70
Nama Perusahaan
PT. Inti Mitra Sejati
E.
F.
A.
B.
C.
D.
E.
Parameter
TSS
TDS
PH
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
Hasil
1876,0
2814,2
7,1
21,1
71,6
102,4
7,5
Sumber: Laporan Periodik Kualitas Air Kota Probolinggo Tahun 2008, Badan Lingkungan Hidup
Sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air dan juga Perda Nomor 20 Tahun 2002 tentang pengendalian pencemaran air, maka tiap-tiap
jenis usaha/industri yang memiliki dampak terhadap lingkungan diwajibkan memiliki dokumen UKL/UPL (dampak
kecil) dan AMDAL (dampak besar), serta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pada kenyataannya hanya
13.1% usaha/industri di Kota Probolinggo memiliki kelengkapan tersebut. Pada kebijakan tersebut juga
menyebutkan bahwa apabila industri tersebut sudah berdiri, maka dapat dilengkapi dengan dokumen DPPL.
Sehingga dengan demikian sudah seharusnya setiap industri yang memiliki dampak terhadap lingkungan
memiliki dokumen pemantauan lingkungan. Pada kenyataannya hanya 11.9% usaha/industri di Kota Probolinggo
memiliki dokumen tersebut.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Kepemilikan IPAL
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
III-70
Tabel 3. 15 Kelengkapan Dokumen UKL/UPL, AMDAL & IPAL Untuk Jenis Usaha/Industri di Kota Probolinggo
No
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
Kepemilikan IPAL
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
III-70
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
III-70
sesuai baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dengan pertanda meningkatnya kualitas air sungai, berkurangnya
b.
c.
d.
e.
f.
Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
g.
h.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
i.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112/MENLH/ 2003 tentang Baku Air Limbah Bagi
Usaha dan Kegiatan Domestik
j.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
k.
Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2002 tentang Pengendalian Pencemaran Air
III-70
pembangunan prasarana perkotaan. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana
dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat
masih belum memadai, dan peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan
belum termobilisasikan dengan baik.
Wilayah pelayanan sarana sanitasi di Kota Probolinggo terdiri dari pelayanan seluruh kecamatan di Kota
Probolinggo. Masing-masing wilayah pelayanan memiliki sarana sanitasi berupa fasilitas buang air besar terdiri
dari 3 (tiga) bagian, yaitu: fasilitas pribadi, fasilitas umum, dan lainnya (membuang langsung ke saluran drainase,
sungai dan sebagainya)
Di wilayah pelayanan Kota Probolinggo, presentase fasilitas pribadi sebesar 56,92% dari total penduduk
kota atau sebesar 119.790 jiwa, presentase fasilitas umum sebesar 13,35% dari total penduduk kota atau
sebesar 28.095 jiwa dan presentase lainnya (dibuang langsung) sebesar 29,73% dari total penduduk Kota
sebesar 62.568 jiwa dari 210.453 jiwa total penduduk kota. Di wilayah pelayanan Kota Probolinggo, presentase
tangki septik 55,71% dari total penduduk kota atau sebesar 117.250 jiwa dan presentase cubluk sebesar 14,56%
dari total penduduk kota sebesar 30.635 jiwa, dari 210.453 jiwa total penduduk Kota Probolinggo (BPS Jatim
2007 dan BPS Kota Probolinggo 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh melalui survey yang dilakukan mengenai kondisi sanitasi di Kota
Probolinggo pada 29 kelurahan, menunjukkan bahwa:
a. Dari jumlah penduduk wilayah perkotaan sebesar 215.158 jiwa, sudah dilayani dengan sarana yang ada
sebanyak 28.681 unit yang terdiri dari sarana jenis A (MCK) sebanyak 183 unit, sarana jenis B (septic tank)
sebanyak 28.498 unit, tanpa merinci sarana sehat dan tidak sehat.
b. Dari jumlah sarana yang ada, sebanyak 22.173 unit adalah sarana sehat dan sisanya yaitu sebanyak 6.508
unit adalah sarana tidak sehat.
c. Apabila diasumsikan tiap unit sarana jenis A dapat melayani sebanyak 50 jiwa, sarana jenis B dapat melayani
5 jiwa, maka jumlah penduduk yang terlayani adalah sebesar 151.640 jiwa, sehingga penduduk yang tidak
mempunyai sarana diperkirakan sebanyak 63.158 jiwa atau sebanyak 30 %
d. Penduduk yang tidak mempunyai sarana sebagian besar masih menggunakan sarana penduduk terdekat
atau membuang limbahnya ke sungai/ badan air terbuka terdekat.
No
Kelurahan
Kelurahan
Kecamatan/ Kelurahan
Kecamatan Mayangan
Mayangan
Sukabumi
Mangunharjo
Jati
Wiroborang
Jumlah
Kecamatan Kanigaran
Tisnonegaran
Curahgrinting
Kanigaran
Kebonsari Kulon
Kebonsari Wetan
Jumlah
Penduduk
Penduduk
tidak ada Sarana
Jiwa
%
10.799
11.055
19.609
14.617
6.279
62.359
6
6
2
8
6
28
665
1.093
3.663
4.064
1.054
10.989
806
1.654
2.563
2.154
858
8.035
159
1.458
2.323
1.692
590
6.221
654
203
242
470
274
1.843
812
1.660
2.565
2.162
864
8.063
6469
2485
6694
3447
1689
20784
60%
22%
34%
24%
27%
-
5.657
3.548
17.564
15.290
4.922
2
2
8
2
10
743
328
1.576
1.358
257
952
437
2.815
2.606
752
738
246
2.798
2.429
509
216
193
26
179
253
954
439
2.823
2.608
762
797
1263
3089
2160
662
14%
36%
18%
14%
13%
III-70
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kecamatan/ Kelurahan
Sukoharjo
Jumlah
Kecamatan Kademangan
Kademangan
Pilang
Ketapang
Triwung Lor
Triwung Kidul
Pohsangit Kidul
Jumlah
Kecamatan Wonoasih
Wonoasih
Jrebeng Kidul
Pakistaji
Kedunggaleng
Kedungasem
Sumber Taman
Jumlah
Kecamatan Kedopok
Sumber Wetan
Kareng Lor
Jrebeng Kulon
Jrebeng Wetan
Jrebeng Lor
Kedopok
Jumlah
Jumlah Total
Jumlah
Penduduk
6.995
53.976
Penduduk
tidak ada Sarana
Jiwa
%
870
12%
8841
-
6.912
5.695
6.579
5.788
7.586
4.744
37.304
11
4
3
4
7
6
35
210
1.088
1.496
1.439
1.196
665
6.094
608
494
978
896
1.107
573
4.656
274
393
840
841
730
505
3.583
345
105
141
59
384
74
1.108
619
498
981
900
1.114
579
4.691
3322
3025
1539
1108
1701
1579
12274
48%
53%
23%
19%
22%
33%
-
3.555
4.775
4.758
2.542
7.049
9.291
31.970
10
4
10
8
10
7
49
661
604
682
101
481
1.108
3.637
342
341
286
276
851
1.421
3.517
186
90
234
152
480
1.061
2.203
166
255
62
132
381
367
1.363
352
345
296
284
861
1.428
3.566
1345
2870
2828
762
2294
1836
11935
38%
60%
59%
30%
33%
20%
-
5.253
4.754
4.120
3.136
8.836
3.450
29.549
215.158
6
6
4
5
6
15
42
183
1.080
1.034
843
695
1.812
809
6.273
31.744
574
584
491
385
1.154
365
3.553
28.498
281
325
304
241
944
312
2.407
22.173
299
265
191
149
217
68
1.188
6.508
580
590
495
390
1.160
380
3.595
28.681
2083
1534
1465
961
2766
875
9684
63.518
40%
32%
36%
31%
31%
25%
30%
Salah satu sarana pengolahan air limbah domestik yang ada di Kota Probolinggo adalah Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang dibangun di RT. 8 RW. 7 Kelurahan Sukabumi Kecamatan
Mayangan cakupan KK yang terlayani sebanyak 21 KK. Sedangkan IPAL Komunal yang dibangun di RT. 7 RW. 1
Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan yang terlayani sebanyak 11 KK.
3.2.4. Aspek Teknis
Pada umumnya sistem pembuangan air limbah di Kota Probolinggo adalah sistem setempat (On Site
System) dan langsung dibuang ke badan sungai. Kota Probolinggo telah memiliki instalasi pengelolaan lanjutan
untuk pengelolaan lumpur tinja dari tangki septik berupa IPLT dengan lokasi TPA. Kota probolinggo telah memiliki
Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Kota Probolinggo memiliki truk tangki dengan kapasitas 3m3 dan 4 m3.
Bagi masyarakat yang menggunakan sarana sanitasi, biasanya air limbah dari kamar mandi dab dapur
langsung dibuang ke saluran drainase. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki sarana sanitasi,
membuang langsung air limbah yang berasal dari WC dan kamar mandi serta dapur ke lingkungan sekitar.
Pengolahan biologis memanfaatkan metabolisme mikroorganisme (bakteri, fungi, protozoa, algae) untuk
menguraikan kandungan organik dalam limbah. Untuk suatu jenis limbah tertentu terdapat jenis dan macam
mikroorganisme hidup spesifik, hal ini berhubungan dengan makanan yang terdapat dan tersedia di dalam air
limbah maupun kondisi lingkungannya Dalam hal ini limbah sebagai merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme tersebut. Bentuk pengolahan biologis sendiri dibagi dalam dua klasifikasi penting, yaitu aerobik
dan anaerobik.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
No
Dalam perencanaan pembangunan IPAL komunal di Kota Probolinggo ini, jenis pengolahan yang
dipakai ialah Anaerobic Baffle Reactor (ABR), salah satu pengolahan biologis secara anaerobik. Pengolahan
biologis anaerobik merupakan pengolahan limbah yang dalam prosesnya mutlak tidak membutuhkan keberadaan
oksigen sebagai syarat dapat hidupnya bakteri, sehingga bakteri yang bekerja disebut bakteri anaerob.
Keuntungan dari sistem pengolahan anaerobik ini antara lain:
Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan relatif sedikit dan lumpur yang dihasilkan relatif stabil
dibanding dengan pengolahan aerobik konvensional, sehingga tidak membutuhkan pengolahan lumpur
lagi misalnya seperti sludge digester.
Dapat dihasilkan energi berupa gas methan, namun akan berfungsi efektif jika debit limbah cukup besar
dan kandungan organik cukup tinggi.
Tahan terhadap flutuasi beban limbah yang besar, sebab debit aliran yang masuk relatif kecil dibanding
dengan dimensi bangunan, yang disebabkan waktu tinggal yang lama. Sehingga proses anaerobik ini
cocok sebagi pengolahan biologis awal untuk limbah dengan kandungan organik cukup tinggi sebelum
diolah dalam pengolahan aerobik, yaitu dengan memanfaatkan proses penyerdehanaan rantai organik
yang terjadi di proses anaerobik.
Pada beberapa pengolahan dengan beban yang tidak terlalu besar dapat di desain dengan konsep free
maintenance dan low energy cost.
Sedangkan kelemahan dari sistem pengolahan anaerobik ini antara lain :
Membutuhkan waktu tinggal yang lama untuk dapat menguraikan limbah yang masuk, karena adanya
tiga fase pengolahan yaitu hidrolisis, asidifikasi dan methanogenesis, untuk sistem pengolahan
anaerobik konvensional waktu tinggal yang dibutuhkan antara 30 sampai 60 hari, sedangkan untuk
sistem anaerobik yang high rate 15 hari. Namun saat ini telah banyak dikembangkan sistem
pengolahan anaerobik dengan meminimalkan waktu tinggal sehingga dimensi tidak terlalu besar.
(Tchobanoglous, 1995)
Perlu menjaga agar dalam reaktor tidak ada oksigen terlarut dan pH harus dalam range 6.6 -7.6, serta
alkalinitas yang cukup agar pH tidak turun drastis setelah proses asifikasi, sebab dalam sistem ini
bekerja dua bakteri yang saling berlawan, dimana salah satu bakteri menghasilkan asam (asidifikasi)
sedangkan bakteri methanogenesis membutuhkan pH netral untuk dapat hidup.
Perlu mengkondisikan dan menjaga suhu reaktor pada kondisi minimal suhu mesophilic (30 380 C)
ON-SITE
SYSTEM
SKALA
KOTA
agar bakteri
dapat bekerja
dengan
baik.
TANGKI SEPTIK
TRANSPORTASI
PENGOLAHAN
small bore
sewer
tangki septik
DIAGRAM
TRUK TINJA
lumpur
pengering
lumpur
PEMBUANGAN
sungai
danau
TPA Sampah
cairan
TRANSPORTASI
PENGOLAHAN
pipa riool
KELOMPOK
KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
DIAGRAM
man-hole
PEMBUANGAN
sungai
TPA Sampah
danau
III-70
3.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
Pembiayaan pembangunan IPAL Komunal bersifat sharing antara pemerintah dan masyarakat. Jaringan
perpipaan yang dibangun oleh pemerintah hanya sampai pada jaringan induk yang berada di depan rumah.
Pembiayaan yang menjadi tangung jawab masyarakat antara lain:
-
Penyambungan dari Jaringan perpipaan induk yang berada di depan rumah sampai ke dalam
rumah beserta kelengkapan closet;
3.2.6. Permasalahan
Pola kemitraan pembiayaan antara pemerintah daerah dengan masyarakat belum berjalan dengan
maksimal karena sampai dengan saat ini masih belum banyak masyarakat yang menyambung jaringan
perpipaan, hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat berpenghasilan rendah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:
Belum adanya peraturan pengelolaan air limbah dengan melibatkan pihak swasta dalam
pengelolaannya, khususnya pengembang property.
III-70
a.
b.
c.
Perda Kota Probolinggo No 7 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja
lembaga teknis daerah Kota Probolinggo
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota dengan UD. Tiga Putra Mandiri
j.
III-70
melalui Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Perumahan dan Permukiman, namun
Berdasarkan buku pedoman Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) Jawa Timur yang
disusun oleh tim Koordinasi Pembangunan Perkotaan, disebutkan bahwa daerah dengan kepadatan > 100
jiwa/ha, dianggap sebagai daerah yang potensial untuk mendapatkan pelayanan persampahan, terutama untuk
daerah yang telah mendapatkan pelayanan dari sistem yang ada.
Sesuai dengan tingkat keterbatasan sumber daya dan mengingat bahwa fungsi dari organisasi
pengelola persampahan yang ada belum dapat berjalan secara optimal, maka penekanan pelayanan selama 2
(dua) tahun pertama adalah memanfaatkan dan mengoptimalkan prasarana maupun peralatan yang sudah ada.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah dengan kepadatan penduduk > 100 jiwa/ha,
ditentukan sebagai daerah yang layak untuk mendapatkan prioritas pelayanan persampahan. Mengingat bahwa
dengan kepadatan penduduk seperti diatas, buangan sampah sudah tidak dapat lagi dikelola secara
setempat/individu melainkan harus ditangani melalui pelayanan umum.
Titik berat dan sasaran pelaksanaan pembangunan prasarana persampahan pada Kota Probolinggo
adalah lebih mengutamakan pada aspek perbaikan dan peningkatan kualitas pengelolaan dari sistem yang ada,
dan kemudian dilanjutkan dengan memperluas daerah pelayanan.
Pelayanan pengelolaan sampah Kota Probolinggo dengan cakupan area layanan di jalan-jalan propinsi
yaitu Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Soekarno Hatta serta jalan kota di Kota Probolinggo yaitu jl. tongkol, jl.
Cokroaminoto, jl. Brigjen Katamso, Jl. Suroyo, Jl. Dr. Shaleh, jl. Suyoso, Jl. Letjen panjaitan, jl. Diponegoro, Jl. Dr.
Soetomo, jl. Cut Nyak Dien, Jl. WR. Soepratman, Jl. Siaman, Jl. Pahlawan, Jl. Hayam Wuruk, Jl. Citarum, Jl.
Ikan Hiu. Jl. Ikan Kerapu, Jl. Gatot Subroto, Jl. Trunojoyo, Jl. Basuki Rahmad, Jl. Ahmad Yani, Jl. Imam Bonjol, Jl.
Mastrip, Jl. Arteri Wonoasih, Jl. Brantas, Jl. S. Parman, Jl. KH. Mansyur, Jl. Agus Salim, Jl. Teuku Umar, Jl. KH.
Hasan Genggong, Jl. Abdul Aziz.
Yang dimaksud dengan penduduk yang telah dilayani sistem adalah jumlah penduduk yang timbulan
sampahnya sudah diangkut ke TPA. Berdasarkan kriteria jumlah timbulan sampah, Kota Probolinggo dengan
penduduk sebesar 215.158 jiwa (tahun 2008), untuk jumlah total timbulan sampah mencapai 127.000 kg/hari,
sedangkan volume sampah yang terangkut ke TPA sebanyak 41.651 kg/hari. Dengan demikian untuk wilayah
Kota Probolinggo tingkat pelayanan sampah telah melayani kurang lebih 32,8% penduduk atau sekitar 70.571
A.
1
2
3
Jumlah yang
Layak Pakai
26
0
4
9
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
M2
9800
2000
0
M2
M3
M4
III-70
jiwa.
- Pembuatan Pagar
- Pembangunan Pos Jaga/Garasi
B.
1
Jumlah yang
Layak Pakai
800
M5
16
M6
1100
120
Unit
Unit
0
0
Unit
Unit
0
0
Unit
Unit
1100
120
Unit
Unit
2
4
5
26
0
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
0
0
0
0
0
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
0
0
0
0
0
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
2
4
5
26
0
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1
1
Unit
Unit
1
1
Unit
Unit
0
0
Unit
Unit
1
1
Unit
Unit
LAIN-LAIN
Pembebasan Tanah Untuk TPA
49500
M6
Pembebasan Tanah Untuk Transfer Depo
0
M7
Pembebasan Tanah TPS
0
M8
Sumber : Rencana Investasi Perkotaan (RITA 2010-2014) Kota Probolinggo
0
0
0
M6
M7
M8
0
0
0
M6
M7
M8
49500
0
0
M6
M7
M8
C.
1
2
48
316
1
23
128
4
16
213
28
24
138
1
103
90
61
7
3
9
57
1
132
2
13
3,39%
22,28%
0,07%
1,62%
9,03%
0,28%
1,13%
15,02%
1,97%
1,69%
9,73%
0,07%
7,26%
6,35%
4,30%
0,49%
0,21%
0,63%
4,02%
0,07%
9,31%
0,14%
0,92%
1152
100%
III-70
Komponen
Pewadahan
Pewadahan merupakan proses awal operasional dari beberapa proses sistem pengelolaan sampah
yang kemudian dilanjutkan dengan proses pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengangkutan
sampah ke tempat pengumpulan akhir. Proses pewadahan ditinjau dari dari tata cara dalam pewadahan
dan jenis pewadahan yang digunakan. Terdiri dari dua macam, yaitu:
rumah tangga. Wadah yang digunakan untuk tata cara ini sebagian besar terbuat dari karet, anyaman
bambu sampai dengan kantong plastik, sedangkan wadah yang digunakan untuk pewadahan komunal
yaitu wadah untuk 2 4 rumah yang terbuat dari bak pasangan bata. Lokasi pewadahan adalah didepan
rumah.
B.
Pengumpulan Sementara.
Proses pengumpulan sampah pada kawasan perumahan di kota Probolinggo menggunakan tata cara
pengumpulan individual tidak langsung. Proses pengumpulan ini dilakukan dari rumah penduduk menuju
TPS yang dalam pengelolaannya dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian poros dan bagian RW. Bagian
poros jalan adalah bagian yang melayani pengumpulan di jalan-jalan besar dan bagian RW adalah bagian
yang menangani pengumpulan di rumah-rumah penduduk.
Proses pengumpulan sampah dari rumah penduduk menuju TPS dilakukan oleh petugas kebersihan
dari RT/RW yang dioperasikan secara manual dan dilengkapi gerobak sampah yang berkapasitas 1 m3
Periodisasi pengumpulan sampah di wilayah perumahan rata-rata adalah satu sampai tiga hari sekali.
C.
E.
Pengangkutan
III-70
D.
Proses pengangkutan ditentukan oleh pola pengangkutan dan sarana angkutan yang digunakan. Pola
pengangkutan sampah di Kota Probolinggo dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan sistem
pemindahan (Transfer Depo) dan sistem pengosongan kontainer.
Pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA dilakukan dengan menggunakan sarana berupa Truk
Sampah Besar, Truk Sampah Sedang, Dump Truk dan Armroll Truk. Pelaksanaan pengangkutan
dilaksanakan oleh 28 Petugas Angkutan (Sopir dan Pembantu Sopir) pada jam 05.30 WIB sampai dengan
jam 11.00 WIB dan dari jam 12.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB
F.
Pemrosesan Akhir.
Aktifitas utama pada TPA Kota Probolinggo adalah penurunan sampah dari alat angkut, penyodongan
dan komposting. TPA Kota Probolinggo dikelola dengan menggunakan metode control landfill, yaitu
penimbunan pada lahan terbuka secara terkendali. Fasilitas lain adalah adanya sebuah tempat untuk
melakukan aktifitas komposting terhadap sampah organik.
Gambar 3. 5 Alur Pengumpulan Sampah Kota Probolinggo Tahun 2006
Keranjang/Plastik Depan
Keranjang/Plastik Depan
Rumah Tidak Dipilah
Rumah Tidak Dipilah
TPS
TPS
Terdekat
Terdekat
TPA
TPA
Tong/Keranjang/Plastik
Tong/Keranjang/Plastik
Tidak Dipilah
Tidak Dipilah
TPS
TPS
Terdekat
Terdekat
TPA
TPA
TPS Khusus
TPS Khusus
Industri
Industri
TPA atau
TPA atau
Saluran Air
Saluran Air
Tempat Pengolahan
Tempat Pengolahan
Limbah dalam Industri
Limbah dalam Industri
4. Alur Pembuangan sampah Pada Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Probolinggo
Keranjang/Plastik Depan
Keranjang/Plastik Depan
Toko Tidak Dipilah
Toko Tidak Dipilah
TPS
TPS
Terdekat
Terdekat
TPA
TPA
Tong/Keranjang/Plastik
Tong/Keranjang/Plastik
Tidak Dipilah
Tidak Dipilah
TPS
TPS
Terdekat
Terdekat
Keranjang/Plastik Dipilah
Keranjang/Plastik Dipilah
Alat Khusus
Alat Khusus
Incenerator
Incenerator
TPA
TPA
Sampah Medis
Sampah
Sampah
Medis
Medis
TPA
TPA
III-70
Sampah
Sampah
Toko
Toko
Kontainer atau
Kontainer atau
TPS Pasar
TPS Pasar
TPA
TPA
G.
Pengomposan
Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Komposting pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor Perda Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah dan Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 37 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup.
Kegiatan Pengomposan dilaksanakan di areal Komposting yang dibangun diatas sebuah lahan di
dalam kompleks TPA (area sebelah timur), prasarana ini memiliki 2 unit bangunan terbuka untuk kegiatan
operasional dan 1 unit bangunan kantor untuk kegiatan administratif dimana perkembangan proses
pengomposan dicatat dan dipantau secara periodik dalam upaya mendapatkan hasil yang optimal dan
memenuhi Standar Kualitas Produk. Sebagai penunjang aktifitas pengomposan, prasarana ini juga
dilengkapi dengan 1 unit Trash Crusher Machine yang berfungsi untuk mencacah/menghancurkan
sampah organik. Fungsi utama yang menjadi landasan kerja UPTD Komposting adalah:
H.
III-70
III-70
PENGUMPULAN
SUMBER SAMPAH
PEMILAHAN
PENGANGKUTAN
PEMROSESAN
RW / Kelurahan
BLH
DKPS
/ lainnya
Bak
Sampah
PEMROSESAN
AKHIR
Public house
PERUMAHAN
PASAR
Bak
Sampah
BAK SAMPAH
SA
TPA
City
SU
KOMESIAL
Bak
Sampah
CONTAINER
Tong
Sampah
JALAN
/ FASILITAS
UMUM
DKPS
BLH
Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
3. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk itu diperlukan sebuah pendekatan pelaksanaan kegiatan yang dapat mengakomodir dan
mensinergikan seluruh potensi yang dimiliki masing-masing pihak.
Di Kota Probolinggo sendiri pada bidang persampahan telah mengadakan kerjasama dengan pihak
Bank Danamon untuk pengelolaan sampah pasar di TPS Ungup-Ungup melalui program Danamon Peduli.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
berikut :
Dengan adanya program tersebut diharapkan di masa yang akan datang akan lebih banyak lagi terjalin
kerjasama dengan pihak-pihak swasta lainnya khususnya didalam sektor persampahan di Kota Probolinggo.
Dalam hal peran serta masyarakat sendiri, pihak Pemerintah Kota Probolinggo melalui Badan
Lingkungan Hidup telah banyak melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai permasalahan
persampahan. Bahkan masyarakat di Kota Probolinggo sudah mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya
masalah persampahan ini. Hingga saat ini di beberapa daerah telah terdapat program pengolahan sampah
menjadi kompos dan biogas. Kedepan akan lebih ditingkatkan lagi keberadaan maupun eksistensi peran serta
masyarakat tersebut demi mensukseskan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) seperti yang yelah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Disamping program-program di atas, di Kota Probolinggo juga terdapat kegiatan masyarakat dan
beberapa lembaga swadaya, komunitas dan elemen masyarakat yang memiliki peran penting dalam penanganan
masalah-masalah persampahan di Kota Probolinggo, antara lain:
Partisipasi masyarakat diharapkan mampu mendorong perbaikan lingkungan yang ada di Kota
Probolinggo, keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya tercermin dalam pembentukan
lembaga berbasis kemitraan yaitu:
1. Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB)
Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB) merupakan lembaga non pemerintah yang bertujuan sebagai
lembaga saran kepada pemerintah mengenai kebijakan dan program yang dilaksanakan terutama kaitannya
dengan pembangunan yang berkelanjutan selaras dengan lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 103/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Dewan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Kota Probolinggo.
2. Informal Meeting Forum (IMF)
Informal Meeting Forum (IMF) merupakan lembaga yang mempunyai tujuan mengggalang sinergi dan
kebersamaan diantara pelaku industri dalam menciptakan keserasian lingkungan alam binaan, pencegahan
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan serta mendorong kecintaan masyarakat terhadap
lingkungan dalam kerangka mewujudkan visi lingkungan yaitu : Mewujudkan Kota Probolinggo Sebagai
Kota Hijau dan Bebas Polusi.
3. Forum Jaringan Manajemen Sampah (Forjamansa)
Forum ini dibentuk untuk dijadikan wadah bagi masyarakat Kota Probolinggo dalam menyalurkan
Kecamatan sampai tingkat Kota.
4. Paguyuban Peduli Sampah (Papesa)
Paguyuban ini merupakan paguyuban tingkat rumah tanggga yang bertujuan setiap kelompok
masyarakat berkumpul untuk memilah dan mengelola sampah skala rumah tangga agar dapat diolah
kembali menjadi kompos untuk kemudian dijual sehingga dapat menambah pendapatan masing-masing
rumah tangga.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 257/ KEP/ 425.012/ 2006 Tentang
Pengurus Kelompok Masyarakat Pemilahan Sampah Rumah Tangga PAPESA (Paguyuban Peduli
Sampah) Kota Probolinggo.
III-70
aspirasinya mengenai kebersihan dan keindahan Kota Probolinggo mulai dari tingkat Kelurahan,
Adanya perjanjian kerjasama nomor : 050/ 484 A/ 425.111/ 2006 antara Pemerintah Kota Probolinggo
dengan Kelompok Tani Assalam tentang pemanfaatan produk kompos/ pupuk organik UPTD
Komposting Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.
Adanya perjanjian kerjasama nomor : 050/ 484 B/ 425.111/ 2006 antara Pemerintah Kota Probolinggo
dengan Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah Rumah Tangga tentang Penyediaan Sampah organik/
bahan baku pembuatan pupuk organik/ composting dari proses pemilahan sampah rumah tangga.
5. Paguyuban Eco Pesantren
Dalam mengembangkan peran pondok pesantren yang ramah lingkungan sesuai dengan tujuan
diadakannya eco pesantren diantaranya adalah untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada
pondok pesantren memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang akhirnya dapat menumbuhkan
kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara
bijaksana. Turut menciptakan pula perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup,
mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 197/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Paguyuban Eco Pesantren Kota Probolinggo Tahun 2008.
6. Paguyuban Putri Lingkungan Kota Probolinggo
Dibentuk pada tahun 2007, setelah terpilihnya Putri Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tahun 2007,
yang menaungi seluruh finalis Putri Lingkungan Kota Probolinggo. Paguyuban ini, banyak mengadakan
kegiatan yang bersifat partisipatif masyarakat dalam hal pengelolaan lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 169/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Panitia Pemilihan Putri Lingkungan Kota Probolinggo Tahun 2008.
7. Paguyuban Kader Lingkungan (Pakerling)
Dilaksanakan pada 31 Juli 2008 di Puri Manggala Bhakti Kantor Walikota Probolinggo untuk bisa lebih
peduli terhadap pengelolaan lingkungan.
Sesuai dengan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor : 188.45/ 169/ KEP/ 425.012/ 2008 Tentang
Panitia Pemilihan Putri Lingkungan Kota Probolinggo Tahun 2008.
8. Kegiatan Pemantapan Pokmas Pemilahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Tangga.
Kegiatan Peningkatan Pokmas Pemilahan dan dan Pengumpulan Sampah Rumah Tangga
diselenggarakan oleh Bidang kebersihan bekerjasama dengan UPTD Komposting Badan
Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup dengan hasil kegiatan sebagai berikut:
Terlaksananya pembekalan mengenai tehnik-tehnik pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Terbentuknya kesadaran para pengurus untuk dapat secara efektif memanfaatkan akses terhadap
Terciptanya kesepakatan bersama mengenai pola teknis yang akan digunakan dalam kegiatan
pengumpulan dan pengangkutan sampah hasil pemilahan rumah tangga.
Terbentuknya jaringan distribusi hasil-hasil pengolahan sampah dan disepakatinya bentuk alokasi
kepada masing-masing pihak.
Tumbuhnya motivasi dan komitmen bersama untuk melaksanakan program pemilahan sampah rumah
tangga.
III-70
Gerakan Ayo Bersih-Bersih Lingkungan (ABBL) Kota Probolinggo setiap hari Jumat dan Minggu
oleh semua komponen masyarakat dengan dukungan Personil SATGASUS
dan Petugas
Angkutan dari Bidang Kebersihan untuk pengangkutan sampah hasil kegiatan kerja bhakti.
Sasaran :
a. Lingkungan RT/RW.
b. Lingkungan Perumahan.
c. Lingkungan Sekolah.
d. Lingkungan Kantor Pemerintah/Swasta.
e. Lingkungan Perusahaan.
f. Lingkungan Pondok Pesantren.
g. Lingkungan Pasar, Terminal, Alon-alon dan Fasilitas Umum lainnya.
Tujuan :
a.
b.
c.
9. Kegiatan Pelatihan Social Worker Bagi Pengurus dan Kader PKK Dalam Pemanfaatan Sampah Rumah
Tangga.
Potensi yang hendak digali dan dimanfaatkan dari kegiatan tersebut adalah pemanfaatan
jaringan kepengurusan dan kegiatan PKK secara menyeluruh hingga tingkat RT/RW untuk secara
aktif menstimulasi pelibatan dan pemberdayagunaan masyarakat dalam mengurangi sampah sejak
dari sumbernya yaitu dengan menggunakan pendekatan dan paradigma baru dalam penanganan
sampah yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.
Tujuan utama dari diselenggarakannya Kegiatan Pelatihan Social Worker bagi para Pengurus dan Kader
PKK tersebut adalah :
a. Untuk melaksanakan diseminasi dan sosialisasi konsep, strategi dan program-program pengelolaan
persampahan kepada para Pengurus dan Kader PKK. Dimana sebagai sebuah tindak lanjut dari
berbagai hal yang diterima dalam kegiatan pelatihan Social Worker kepada masyarakat di
lingkungan kegiatan mereka sehingga secara bertahap akan terbentuk pola perilaku positif
masyarakat (Budaya Hidup Bersih dan Sehat) serta terwujudnya peningkatan kemandirian dan
partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan kebersihan/persampahan secara
umum dan pemilahan dan pemanfaatan sampah organik secara khusus.
b. Untuk memberikan pembekalan mengenai tehnik-tehnik daur ulang dan pengolahan sampah organik
menjadi kompos serta mengorganisasi dan membentuk jaringan kegiatan pemilahan sampah yang
menyeluruh hingga pada tingkat rumah tangga.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
kegiatan ini diharapkan para Pengurus dan Kader PKK dapat meneruskan dan menyampaikan
Sedangkan bentuk dari pelatihan pemanfaatan sampah yang diberikan kepada para Pengurus dan
Kader PKK Kota Probolinggo adalah sebagai berikut :
a.
b.
Selain Badan Lingkungan Hidup, Kota Probolinggo memiliki lembaga yang peduli terhadap masalah
sampah yang dikenal dengan sebutan FORJAMANSA (Forum Jaringan Manajemen Sampah) yang terbentuk
pada tanggal 17 maret 2005 stelah sebelumnya terbentuk FORJAMANSA di tingkat kelurahan dan kecamatan di
Kota Probolinggo. Forum ini dibawah jaringan Tingkat Nasional yaitu jaringan pengelolaan sampah nasional
(JALA-Sampah) atau Garbage Network (Garbanet) dibentuk pada tanggal 14 Juni 2003 di Bali, Indonesia. (JALASampah) atau Garbage Network (Garbanet) merupakan suatu kumpulan dari 29 LSM yang peduli pada
masyarakat dalam pengelolaan persampahan di Kota Probolinggo melalui wadah sinergis antar elemen
masyarakat. Visi Forjamansa adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang memberikan rasa aman
dan nyaman untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, dengan beberapa visi yang akan
dicapai, yaitu :
1. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam seluruh proses pengelolaan sampah dengan upaya dapat
memberikan nilai ekonomis.
2. Mengurangi volume sampah domestik (rumah tangga) tanpa menggunakan incinerator (pembakaran total)
dan atau peralatan lain yang tidak ramah lingkungan
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
[engelolaan sampah di Indonesia. Tujuan dibentuknya Forjamansa adalah untuk meningkatkan peran serta
III-70
Lingkungan Hidup Kota Probolinggo. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
8. Eco Pesantren
Dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2008 di Puri Manggala Bhakti Kantor Walikota Probolinggo merupakan
kegiatan rapat koordinasi dan pelantikan pengurus Paguyuban Eco Pesantren Kota Probolinggo. Tujuan
diadakannya eco pesantren diantaranya adalah untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada
pondok pesantren memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akhirnya dapat menumbuhkan
kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara
bijaksana. Turut menciptakan pula perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup,
mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
9. Apel Gemerlap
Dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2008 di Alon-Alon Kota Probolinggo yang diikuti oleh semua lapisan
masyarakat Kota Probolinggo untuk membulatkan tekad dalam mempertahankan Adipura yang telah
diperoleh Kota Probolinggo pada tahun sebelumnya.
10. Lomba Memancing
Dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2008 di Kolam Pemancingan Pajurangan, Probolinggo. Kegiatan ini
diikuti oleh keluarga besar Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Probolinggo yang
bertujuan untuk mempererat persaudaraan di antara warga DKLH Kota Probolinggo dan sebagai sarana
rekreasi.
11. Lomba Logo TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan)
Dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 14 Juni 2008 sekaligus launching logo TWSL sebagai pertanda bahwa
TWSL telah memiliki logo resmi.
12. Pemasangan Spanduk HLH Tahun 2008 Kota Probolinggo
Dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 8 Juni 2008 di setiap instansi pemerintahan dan perusahaan di Kota
Probolinggo dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Se Dunia Tahun 2008 yang mengambil
tema : Ubah Perilaku Dan Cegah Pencemaran Lingkungan (Co2 Kick The Habit, Toward Low Carbon
Economy).
13. Pemutaran Lagu Probolinggo Bestari di Radio Suara Kota
Dilaksanakan pada tanggal 20 Mei sampai dengan 8 Juni 2008 dalam rangka memperingati Hari
Lingkungan Hidup Se Dunia Kota Probolinggo Tahun 2008.
14. Kemah Hijau
Dilaksanakan pada tanggal 21 22 Mei 2008 di Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) Kota Probolinggo
merupakan kegiatan out bond yang diperuntukkan bagi pelajar tingkat SMP dan SMA di Kota Probolinggo
lingkungan hidup di sekitarnya.
15. Napak Tilas Hutan Mangrove
Dilaksanakan tanggal 25 Mei 2008 di kawasan hutan mangrove TPA Kota Probolinggo yang bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang baik.
16. Lomba Poster
Dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2008 di Taman Manula Suyoso (Taman Kasbah) Kota Probolinggo
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda dalam menjaga
lingkungan hidup dan untuk menyalurkan kreasi anak muda di bidang seni, khususnya seni poster.
17. Arung Jeram
Dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2008 di Wisata Alam Songa, Probolinggo. Kegiatan ini bertujuan untuk
mempererat persaudaraan antar karyawan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dan
sebagai sarana rekreasi.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
dengan tujuan mengajak generasi muda untuk berperan serta secara aktif dalam menjaga dan mengelola
III-70
aloon Kota Probolinggo. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Bapak Walikota Probolinggo dan diikuti oleh
Maksud diselenggarakannya kegiatan ini adalah menjaring generasi muda yang mempunyai pengetahuan
dan wawasan tentang lingkungan di Kota Probolinggo, menjaring generasi muda yang mempunyai
kepedulian terhadap lingkungan di Kota Probolinggo dan memilih Putri Lingkungan Kota Probolinggo tahun
2008 sebagai duta lingkungan yang ikut mempromosikan pelestarian lingkungan hidup.
26. Lomba Konsep/ Ide/ Pengelola Lingkungan di Kota Probolinggo
Dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2008 di Aula Dinas Kebersihan dan Lingkungan Kota Probolinggo
merupakan kegiatan upaya untuk menjaring aspirasi masyarakat Kota Probolinggo terhadap pengelolaan
lingkungan, maka Pemerintah Kota Probolinggo mengadakan kegiatan lomba ide/ konsep pengelolaan
lingkungan yang terbuka bagi masyarakat Kota Probolinggo
27. Pawai Bunga dan Budaya
Pada tanggal 4 -5 Agustus 2008 bertempat di Kota Probolinggo yang diberangkatkan di depan kantor
Walikota Probolinggo dan berakhir di Alon-alon Probolinggo kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada
masyarakat tentang beberapa jenis bunga yang ada di Kota Probolinggo
28. Anugerah Hijau Sampoerna Hijau Kotaku Hijau
Dilaksanakan pada tanggal 9 10 Agustus 2008 di Pelataran Parkir Keong Mas Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) Jakarta, Kota Probolinggo mendapatkan penghargaan khusus yaitu Pelopor Lingkungan
29. Cipta Pelayanan Prima
Dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2008 di Taman Wisata dan Studi Lingkungan Kota Probolinggo.
Kegiatan ini merupakan taraf ukur instansi pemerintahan dalam memberikan pelayanan public kepada
masyarakat.
Adanya Kerjasama nomor : 660/ 1108/ 425.111/ 2008 Antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan UD.
Tiga Putra Mandiri Tentang Pemanfaatan biokompos Bayuangga Lestari Untuk Bahan Baku Produksi
Pupuk NPK Organik Granular
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
daerah.
Pengolahan IPAL yang belum maksimal
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan kompos (pupuk organik)
Terbatasnya jaringan distribusi pemasaran kompos
Penurunan kualitas udara karena bau limbah cair dan tinja serta peningkatan hadar debu
Pengolahan IPAL yang belum maksimal
Berkembangbiaknya vektor penyakit
Potensi timbulnya ledakan karena pembentukan gas methane dan gas yang lainnya
Pencemaran air tanah karena timbulan air lindi.
III-70
Sampah TPA
Sampah TPA
TPA
III-70
III-70
KONDISI EKSISTING
PERSAMPAHAN
KOTA PROBOLINGGO
g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali
Bersih
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase
sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir
i.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
Perkotaan
j.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi
k. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 19 Tahun 2002 tentang penetapan kawasan lindung
l.
m. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun
2009 2028.
III-70
- Yang berbatasan dengan jalan atau tepi bahu jalanyang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi
dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan
sungai
Pada kawasan sempadan sungai setiap orang atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan yang
meliputi:
1. Pendirian bangunan baik permanen maupun non permanen
2. Penebangan pohon
3. Pembuangan sampah
4. Pembuangan limbah domestik
III-70
dengan mempergunakan pompa kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari pejabat berwenang
- Dilarang membuang benda-benda padat dan benda-benda cair yang korot dengan atau tanpa alatalat mekanis yang dapat berakibat menghambat aliran, mengubah sifat air serta merusak bangunan
jaringan irigasi beserta tanah turutannya.
- Dilarang menaruh, menumpuk sampah dan sejenisnya ditepi saluran air, sungai, sumber air, mata
air, waduk, telaga, danau (minimum jarak 25 m dari tepi/ tangkis)
- Dilarang membuat galian atau membuat selokan-selokan sepanjang saluran dan bangunanbangunannya pada jarak tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran dan dapat
mengganggu stabilitas saluran dan bangunan-bangunan.
- Dilarang merusak dan atau mencabut rumput atau tanaman yang ditanam pada tangkis-tangkis
saluran dan bangunan-bangunannya.
- Dilarang menanami pada tangkis-tangkis, berm dan alur-alur saluran.
- Dilarang menghalangi atau merintangi kelancaran jalannya air.
- Dilarang mendirikan bangunan, tanaman di atas, dibadan saluran air/sungai dan tanah stren/ tangkis
sungai, tanah pengairan tanpa seijin pejabat yang berwenang.
- Dilarang menempatkan atau membangun seluruh bangunan apapun, memperbaharui salurannya
atau sebagain dalam batas garis sempadan air untuk bangunan.
- Dilarang membuat pagar-pagar tetap (permanen), memperbaharui seluruhnya atausebagian dalam
batas garis sempadan air untuk pagar.
- Dilarang membangun bangunan apapun, membuat pagar-pagar tetap (permanen, atau
memperbaharui salurannya atau sebagain pada jalur tanah-tanah yang terletak diantara saluran
irigasi dan tangkis atau jalur yang didarat untuk keperluan irigasi.
III-70
Daerah.
Saluran Kali Kasbah, Saluran Kali Umbul, Saluran Afvoer Brantas, Saluran Afvoer Bromo, Saluran Afvoer RSU
Dr. Moch. Saleh, Saluran Barat TPA, Saluran Beloan, dan Saluran Bangsingan.
Saluran primer tersebut menampung aliran air dari limpasan air hujan, saluran pembuang irigasi
(afvour), limbah domestik cair dari kawasan permukiman penduduk dan disalurkan menuju laut. Disamping itu
terdapat saluran-saluran pematusan dari pemukiman yang langsung menuju laut.
Bentuk lain yang dapat menampung dan mengalirkan air terutama air hujan adalah saluran irigasi yang
terdapat/melintas Kota Probolinggo. Saluran irigasi dibuat untuk mengalirkan air dari sumber air ke sawah-sawah
(daerah irigasi) yang memerlukan air. Sumber air itu dapat berasal dari air waduk, sungai, air tanah dan
sebagainya. Perbedaan tujuan pembangunan saluran yang ada di Kota Probolinggo, tentunya juga akan
mempunyai permasalahan yang berbeda sesuai dengan fungsi saluran.
Secara keseluruhan saluran irigasi yang ada di Kota Probolinggo kondisinya telah mengalami
penurunan fungsi dikarenakan adanya sedimentasi dan beberapa kondisi fisik saluran dan bangunan air yang
ada mengalami kerusakan.
Di Kota Probolinggo saat ini terdapat 2 saluran irigasi primer dan 7 saluran irigasi sekunder. Saluran
irigasi primer yaitu; saluran Kedung Galeng dan Saluran Legundi, serta saluran irigasi sekunder yaitu; Saluran
Sumber Ardi, Saluran Wiroborang, Saluran Esan, Saluran Gladak Serang, Saluran Pakis, Saluran Kedung
Kemiri, dan Saluran Sukun. Keberadaan saluran irigasi juga dapat mengurangi limpasan air hujan yang terjadi,
meskipun tidak secara maksimal karena memang bukan fungsinya dan diluar sistem jaringan drainase. Selain itu
di Kota Probolinggo terdapat saluran yang berfungsi ganda yaitu sebagai saluran irigasi dan sebagai saluran
drainase seperti, Avfoer Brantas, Kali Pancor, Kali Kasbah dan Kali Umbul.
Batas daerah tangkapan air ditentukan berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan ketinggian
serta memperhatikan model arah aliran. Berdasarkan pembagian daerah tangkapan air Kota Probolinggo
dibedakan menjadi 53 daerah tangkapan air. Mengenai nama dan luasan masing-masing daerah tangkapan air
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nama
Kali Pesisir 2
Afvour Bromo 2
Ke laut 1
Sumber Langse 2
Sumber Langse 1
Afvour Brantas 3
Ke laut 2
Kali Umbul 2
Kali Umbul 1
Ke laut 3
Kasbah 3
Kasbah 2
Kasbah 1
Ke laut 4
Saluran Barat TPA 2
Saluran Barat TPA 1
Sukarno Hatta
Ke laut 5
Simbol
C27
C28
C29
C30
C31
C32
C33
C34
C35
C36
C37
C38
C39
C40
C41
C42
C43
C44
Luas (Ha)
17,81
27,68
67,07
53,86
246,41
91,47
20,06
56,99
5,74
19,02
6,50
90,46
46,58
601,46
9,58
70,28
550,37
4,27
III-70
Nama
Afvour RSUD 2
Afvour RSUD 1
Sudirman 1
Akup
Mayangan
Kali Banger
Ke laut 6
Bangsingan 1
Simbol
C19
C20
C21
C22
C23
C24
C25
C26
Luas (Ha)
4,55
104,21
29,59
45,57
152,57
59,15
58,67
46,69
No
45
46
47
48
49
50
51
52
53
Sumber : Masterplan Drainase Kota Probolinggo Tahun 2008 - 2028
Nama
Kedung Kemiri
Kali Dringu
Pakis 2
Afvour Brantas 1
Pakis 1
Legundi 2
Legundi 1
Kedung Galeng 2
Kedung Galeng 1
Simbol
C45
C46
C47
C48
C49
C50
C51
C52
C51
Luas (Ha)
3,23
313,41
14,03
3,92
72,31
507,88
25,17
202,74
13,86
III-70
sebab itu, merencanakan pengembangan sistem jaringan drainase memerlukan pengecekan yang terus menerus
Sistem drainase yang ada diwilayah kota probolinggo diklasifikasi sebagai sistem drainase terbuka yang
berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan juga berfungsi sebagai saluran penggontor di kota probolinggo.
Keadaan saluran-saluran yang ada sudah dipasang plengsengan dan saluran alami serta ada yang masih
berupa parit-parit tanpa plengsengan, disamping itu pada beberapa bagian di wilayah kota kapasitasnya masih
memerlukan peningkatan serta ada sebagian wilayah yang sistem drainasenya belum terbangun.
Komponen utama sistem drainase Kota Probolinggo diklasifikasikan berdasarkan fungsi-fungsi
pokoknya di dalam keseluruhan sistem, drainase Kota Probolinggo yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke
badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan meliputi:
1. Saluran primer, jika fungsi pokoknya sebagai saluran induk/.utama dan sebagai badan air penerima
akhir yang ada di wilayah kota.
2. Saluran sekunder, jika berfungsi sebagai saluran pembawa antara pusat daerah penangkap air dengan
badan air penerima akhir.
3. Bangunan penunjang seperti gorong-gorong, syphon, talang, manhole, pompa air.
4. Pengendali aliran, yaitu pintu-pintu air.
Kriteria lalu litas untuk daerah genangan/banjir di Kota Probolinggo adalah sebagai berikut:
1. Ditekankan pada daerah genanan dengan luas < 50 ha.
2. Untuk daerah dengan periode genangan > 4 jam.
3. Untuk daerah dengan frekuensi terjadi genangan /banjir lebih dari 3 (tiga) kali per tahun.
4. Ditekankan pada tinggi genangan air /banjir > 50 cm.
Pada sistem jaringan drainase Kota Probolinggo, air mengalir dari hulu ke hilir sesuai dengan pola aliran
masing-masing saluran drainase, sehingga debit dari hulu ke hilir akan semakin besar. Kapasitas saluran
drainase yang ada harus bisa menampung semua debit yang ada supaya tidak terjadi genangan atau banjir.
Sehingga dalam analisa dimensi saluran drainase perlu diketahuinnya pola aliran dalam sistem jaringan drainase
untuk menentukan jumlah total debit air yang harus ditampung/dialirkan tiap-tiap saluran drainase. Jaringan
drainase untuk menentukan total debit air tiap-tiap saluran drainase berdasarkan pola aliran sistem drainase
DRAINASE
Jl. Krakatau (ki)
Afvour Bromo
Afvour Brantas
Jl. Anggrek (1)
Jl. Anggrek (2)
Jl. WK Gatot (ka)
Jl. Pandawa
Jl. Citarum
Kali Umbul
III-70
DRAINASE
Jl. Gub. Suryo (ka)
Jl. Gub. Suryo (ki)
Jl. Letjen Sutoyo (ka)
Jl. Letjen Sutoyo (ki)
Jl. Mastrib (ka)
Jl. Mastrb (ki)
Jl. Slamet Riyadi (ka)
Jl. Slamet Riyadi (ki)
JARINGAN
Jl. Gub. Suryo (ka)
Jl. Gub. Suryo (ki)
Jl. Letjen Sutoyo (ka)
Jl. Letjen Sutoyo (ki)
Jl. Mastrib (ka)
Jl. Mastrb (ki)
Jl. Slamet Riyadi (ka)
Jl. Slamet Riyadi (ki)
DRAINASE
Jl. Belanak 1
Jl. Kerapu
Jl. Belanak ( ka)
Jl. Belanak (ki)
Jl. Cumi-cumi
Akup
Jl. Brigjen Katamso (ka)
Jl. Brigjen Katamso (ki)
Jl. Cokroaminoto
JARINGAN
Jl. Belanak 1
Jl. Kerapu
Jl. Belanak ( ka), Jl. Kerapu
Jl. Belanak (ki), Jl. Kerapu
Jl. Cumi-cumi, Jl. Kerapu, Mayangan 1
Akup
Jl. Brigjen Katamso (ka)
Jl. Brigjen Katamso (ki), Jl. Imam Bonjol
(1), Jl. Teuku Umar (ka), Jl. Teuku
Umar (ki)
Jl. A. Yani (1), Jl. Brigjen Katamso (ka),
Jl. Brigjen Katamso (ki), Jl. Dr Sutomo
(ka)
Jl. Pattimura (1 ka)
Kali Banger
Kali Kasbah
Jl. Pahlawan
Jl. Ir. Juanda (ka)
Jl. Ir. Juanda (ki)
Jl. Arief Rahman
Hakim
Jl. Sukarno Hatta
Jl. Mawar
Jl. Kaca Piring
Jl. Cempaka
Afvour Barat TPA
Jl. Sudirman (4)
Jl. Kol Sugiono (ka)
Jl. Kol Sugiono (ki)
Jl. Diponegoro (1)
Jl. A. Yani (1) ke kiri
Jl. Dr Sutomo (ka)
III-70
JARINGAN
Jl. A. Yani (3), Jl. A. Yani (2), Jl.
RA. Kartini (ka), Jl. RA. Kartini (ki),
Jl. Dr. Wahidin (1), Jl. Dr. Wahidin
(2), Jl. Kapten Suyoso (ka), Jl.
Kapten Suyoso (ki), Jl. Moch Saleh
(ka), Jl. Moch Saleh (ki)
Jl. Moch Saleh (ka), Jl. A. Yani (2),
Jl. Agus Salim, Jl. KH. Mansyur
Jl. Moch Saleh (ki)
Jl. Diponegoro (2)
DRAINASE
Jl. H. Ashari (ki)
JARINGAN
Jl. H. Ashari (ki)
Afvour RSUD
Jl. Lumba-lumba
Jl. Cucut
Jl. Cucut
3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kota Probolinggo dapat dikategorikan
masih kurang. Hal ini terlihat dari prilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan,
khususnya terkait kebiasaan dari masyarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran drainase yang dapat
menyumbat aliran air dan berdampak pada pengurangan kapasitas saluran, misalnya pada Kali Banger. Selain
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
DRAINASE
Jl. A. Yani (3)
itu, juga masih banyaknya saluran drainase yang digunakan sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya oleh
kawasan bantaran sungai, seperti Sungai Banger, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancur dan
sebagainya. Untuk keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan pada
Kota Probolinggo dikelola oleh masyarakat (RT & RW) melalui media kegiatan kerja bakti lingkungan.
Akan tetapi, saat ini peran serta masyarakat dalam sektor drainase di Kota Probolinggo sudah mulai
terbentuk. Masyarakat sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada kerusakan ataupun
gangguan pada saluran/sistem drainase. Dalam forum Musrenbang, masyarakat selalu menyalurkan aspirasinya
mengenai perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah mereka. Kemudian juga telah terbentuk
suatu Program Kali Bersih (Prokasih) yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam tujuannya untuk
menjaga kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di Kota Probolinggo. Memang pada kenyataannya
kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan peranan saluran drainase masih rendah, namun dengan
adanya program semacam ini, maka ke depan kesadaran masyarakat lambat laun akan dapat ditingkatkan.
III-70
Pada daerah tertentu seperti pemukiman misalnya di Kali Banger dan Saluran Panglima Sudirman tidak
beberapa tempat. Daerah daerah genangan pada musim hujan mencapai ketinggian 20 40 cm atau lebih
besar lagi dengan lama genangan mencapai lebih dari 2 jam.
Jl. P. Siaman
Saluran drainase di jalan P. Siaman adalah saluran tertutup, dan saluran yang ada tidak dapat berfungsi
maksimal dikarenakan adanya sampah atau endapan sehingga pada saat hujan deras, air tidak dapat
mengalir secara cepat ke dalam saluran drainase yang ada. Genangan yang terjadi meliputi hampir
sepanjang jalan P. Siaman sampai dengan pertigaan dengan jalan Pahlawan. Tinggi genangan yang terjadi
mencapai 20 25 cm selama kurang lebih 2 jam selama hujan deras.
III-70
Pemukiman di sekitar kawasan ini beberapa terletak di bawah elevasi jalan/ saluran drainase yang ada,
sehingga pada saat hujan deras turun tergenang air sampai ketinggian 15 40 cm kurang lebih selama 2
jam. Saluran drainase yang kearah dekat pemukiman merupakan saluran tertutup yang terdapat endapan
dan sampah, sehingga pada saat hujan deras limpasan air tidak dapat mengalir dengan cepat.
Jl. Argopuro
Perumahan Argopuro di dekat jalan Bromo berada pada elevasi di bawah letak jalan/ saluran drainase yang
ada, sehingga pada saat hujan deras tergenang air limpasan hujan sampai setinggi 20 30 cm selama
kurang lebih 1 jam selama hujan. Selain itu adanya perubahan pola aliran air setelah adanya saluran
drainase baru belum sesuai dengan keadaan yang ada, sehingga air tidak dapat mengalir dengan baik.
Jl. Bromo
Genangan air di kawasan jalan Bromo terjadi di sekitar pertigaan jalan Merapi jalan Bromo, dengan
ketinggian genangan 15 20 cm selama hujan deras turun kurang lebih 2 jam. Pada saluran drainasi pada
daerah tersebut terdapat endapan yang menyebabkan limpasan air hujan tidak dapat mengalir semua
secara cepat.
Selain itu genangan terparah di kawasan jalan Bromo adalah di daerah Sukopuro, pada saat hujan deras
genangan air di daerah tersebut mencapai ketinggian 30 40 cm yang mengenangi jalan raya dan
sekitarnya sepanjang sekitar 300 m dengan lama genangan kurang lebih 3 jam. Penyebab utama genangan
air di kawasan ini adalah terputusnya saluran drainase yang ada, akibat tidak berfungsinya shypon yang
tersumbat/ tertimbun tanah dan sampah. Selain itu adanya sampah dan endapan menyebabkan air tidak
dapat tertampung dan mengalir dengan cepat.
Pada saat musim peghujan beberapa daerah di Kota Probolinggo tergenang air hujan, hal ini
dikarenakan:
1. Terdapatnya endapan sedimen akibat tidak rutinnya pengerukan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kota Probolinggo.
2. Banyaknya sampah yang menumpuk pada saluran-saluran dan pintu-pintu air.
3. Di beberapa wilayah daerah, saluran yang ada masih berupa saluran alam, dimana model saluran
tersebut sukar untuk dipertahankan dan diandalkan, karena adanya erosi dan proses sedimentasi
berlangsung dengan cepat yang suatu saat dapat menyumbat saluran-saluran sekunder.
dimensi saluran drainase di bawahnya.
5. Beberapa daerah belum ada saluran drainase di kanan kiri jalan.
6. Di beberapa jalan elevasi badan jalan berada di bawah elevasi saluran drainase yang ada.
Kasus-kasus ini yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi hal ini, dibutuhkan
suatu perencanaan detail sistem jaringan drainase perkotaan terpadu, dan tidak direncanakan sepotong-demi
potong. Jaringan drainase perkotaan yang direncanakan merupakan saluran drainase yang dibuat ditepi kanan
dan kiri jalan dengan kondisi saluran yang kokoh dan permanen, agar dapat mengurangi sedimentasi dari
III-70
4. Di beberapa daerah terdapat bangunan di atas saluran drainase kota, dengan posisi mengurangi
pengikisan tebing dan dasar saluran. Apabila tebing dan dasar saluran masih dipertahankan berupa tanah,
dimensi saluran tidak dapat dipertahankan sesuai perencanaan.
III-70
Gambar 3. 11 Kondisi Saluran Drainase yang Mengalami Pencemaran Sampah dan Sedimentasi
III-70
KOTA PROBOLINGGO
FREKUENSI
12,41%
0,87%
0,09%
0,26%
75,26%
2,52%
0,26%
0,00%
0,00%
0,00%
3,91%
0,00%
0,00%
4,43%
0,00%
0,00%
0,00%
Lainnya
TOTAL
PROSENTASE
143
10
1
3
867
29
3
0
0
0
45
0
0
51
0
0
1152
100%
III-70
e. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) ;
f.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air ;
j.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 353/Kpts-II/1986 tentang Penetapan Radius / Jarak Larangan
Penebangan Pohon dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk, Danau, Sungai / Anak Sungai dalam Kawasan
Hutan, Hutan Cadangan dan Hutan Lainnya ;
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/2000 tentang Penyediaan Sarana dan Prasarana
Air Minum ;
Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Kota Probolinggo
Tahun 2009 2028.
1987 Jo Nomor 18 Tahun 2002 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kota Probolinggo.
t.
u. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 1991 tentang Pedoman Sistem
Akuntansi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1984, tentang Tatacara Pembinaan
Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Pengawasan
III-70
s. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 13 Tahun 1975 Jo Nomor 09 Tahun 1983 Jo Nomor 14 Tahun
No.
I
Tabel 3. 22 Kondisi Eksisting Sambungan Rumah SR (PDAM) Kota Probolinggo Tahun 2010
Jumlah SR Jumlah SR
Jumlah
Jumlah KK
Jumlah
Lokasi
s/d Akhir
s/d Maret
Penduduk
per 2008
Penduduk
2009
2010
Terlayani
KEC. MAYANGAN
KEL. MAYANGAN
2.801
1.358
1.364
8.232
10.799
KEL. SUKABUMI
2.876
2.075
2.094
12.624
1.055
KEL. MANGUNHARJO
4.933
3.368
3.391
20.466
19.609
KEL. JATI
3.506
1.184
1.196
7.236
14.617
KEK. WIROBORANG
1.564
759
773
4.644
6.279
SUB JUMLAH
15.680
8.744
8.818
53.202
62.359
Jangkauan
Pelayanan
76,23
114,19
104,37
49,50
73,96
85,32
III-70
memilih untuk memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur gali dan mata air.
Jumlah SR
s/d Akhir
2009
Jumlah SR
s/d Maret
2010
1.442
964
4.335
3.835
1.267
1.797
13.640
1.019
349
943
1.015
99
272
3.697
1.047
350
958
1.049
99
279
3.782
KEC. KADEMANGAN
KEL. KADEMANGAN
KEL. PILANG
KEL. KETAPANG
KEL. TRIWUNG LOR
KEL. TRIWUNG KIDUL
KEL. POSANGIT KIDUL
SUB JUMLAH
1.815
1.466
1.701
1.520
1.919
1.275
9.696
23
235
512
149
54
973
KEC. WONOASIH
KEL. WONOASIH
KEL. JREBENG KIDUL
KEL. PAKISTAJI
KEL. KEDUNG GALENG
KEL. KEDUNG ASEM
KEL. SUMBER TAMAN
SUB JUMLAH
978
1.277
1.234
726
1.903
2.446
8.564
KEC. KEDUPOK
KEL. KEDUPOK
KEL. SUMBER WETAN
KEL. KARENG LOR
KEL. JREBENG KULON
KEL. JREBENG WETAN
KEL. JREBENG LOR
SUB JUMLAH
Jumlah
Penduduk
Terlayani
Jumlah
Penduduk
Jangkauan
Pelayanan
6.378
2.100
5.808
6.426
594
1.692
22.998
5.657
3.548
17.564
15.290
4.922
6.995
53.976
112,75
59,19
33,07
42,03
12,07
24,19
42,61
26
242
521
180
63
1.032
156
1.464
3.174
1.098
384
6.276
6.912
5.695
6.579
5.788
7.586
4.744
37.304
2,26
25,71
48,24
18,97
5,06
0,00
16,82
21
97
715
833
23
99
718
840
138
600
4.314
5.052
3.555
4.775
4.758
2.542
7.049
9.291
31.970
3,88
0,00
12,61
0,00
0,00
46,43
15,80
966
1.494
1.325
1.062
826
2.383
8.056
3
115
8
310
9
445
3
117
8
315
9
452
18
708
48
1.908
54
2.736
3.450
5.253
4.754
4.120
3.136
8.836
29.549
0,52
0,00
14,89
1,17
60,84
0,61
9,26
JUMLAH TOTAL
55.636
Sumber : PDAM Kota Probolinggo, 2010
14.692
14.924
90.264
215.158
41,95
No.
Lokasi
II
KEC. KANIGARAN
KEL. TISNONEGARAN
KEL. CURAH GRINTING
KEL. KANIGARAN
KEL. KEBONSARI KULON
KEL. KEBONSARI WETAN
KEL. SUKOHARJO
SUB JUMLAH
III
IV
Ketersediaan dan kontinuitas air bersih PDAM Kota Probolinggo sangat dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain :
bersih PDAM ;
2. Kebocoran pipa jenis asbes karena tekanan dan kapasitas air bersih yang disalurkan tidak stabil (Jl
Panglima Sudirman) ;
3. Terjadinya listrik mati yang mempengaruhi kinerja sumur pompa PDAM di mata air Ronggojalu, karena
membutuhkan waktu untuk menyalakan genset ;
4. Wilayah wilayah yang sering mengalami gangguan terhadap aliran air bersih pada sambungan rumah
tangga antara lain :
III-70
1. Kebocoran pipa transmisi pada bagian pembuangan udara di setiap jembatan dilintasi pipa distribusi air
Wilayah kecamatan Kademangan, yang mengalami gangguan berupa air kecil yaitu di kawasan
Perumahan Kopian Barat sebelah selatan ;
Wilayah kecamatan Kanigaran, yang sering mengalami gangguan aliran air yaitu di kawasan sepanjang
Jalan Letjen Sutoyo karena elevasi jalan yang meninggi kea rah selatan ;
Wilayah kecamatan Mayangan, yang mengalami gangguan berupa air kecil yaitu di kawasan Jl. Ikan
Hiu, Jl. Ikan Dorang dan Jl. Ikan Kakap karena diameter pipa sudah tidak mencukupi dibhandingkan
jumlah pelanggan yang ada.
III-70
tersebut diperoleh dari waktu operasional Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang beroperasi selama 24 jam/hari.
Sampai sekarang ini PDAM Kota Probolinggo masih menggunakan air baku bersumber dari Mata Air
Ronggojalu. Menurut hasil pemeriksaan baik dari laboratorium PDAM menyatakan bahwa kualitas air baku yang
ada sudah memenuhi standar air baku untuk diolah menjadi air minum. Setelah melalui beberapa tahap proses
pengolahan air secara lengkap, baru air disalurkan ke pelanggan, dengan tetap mendapat pengawasan dari
Laboratorium PDAM Kota Probolinggo.
Sebelum sampai ke setiap pelanggan, proses transmisi air oleh PDAM melalui beberapa tahapan yaitu
pertama dihisap oleh pompa intake masuk bangunan chemical feeder, masuk water treatment plant (instalasi
pengolahan air yang terdiri dari bagian flopckulasor, sedimentasi dan filtrasi setelah itu masuk reservoir baru
kemudia didistribusikan ke pelanggan). Air baku yang dihasilkan mata air dialirkan melalui pipa transmisi
berdiameter 18 sepanjang lebih dari 14km dari Ronggojalu sampai ke Kota. Pipa transmisi ini terletak
disepanjang Jalan KH. Genggong sampai Jalan Raya Panglima Sudirman. Untuk pendistrihbusian air ke
pelanggan melalui Jaringan Distribusi Utama (JDU) dengan diameter pipa 8 sampai 14 sepanjang 9km
kemudian Jaringan Distribusi Pembagi (JDP) dengan pipa berdiameter 4 sampai dengan 6 sepanjang 51 km
dan Jaringan Distribusi Layanan (JDL) melalui berdiameter 11/2 sampai 3 sepanjang 155km jaringan pipa
tersebut tersebar di 5 wilayah Kecamatan. Untuk menambah tekanan air dibangun Ground Reservoir
berkapasitas 500m3 yang beralokasi di Kelurahan Jrebeng Kidul. Jaringan pipa PDAM tersebar di 5 wilayah
Kecamatan. Adapun layanan PDAM Kota Probolinggo di wilayah selatan dan tengah perkecamatan tahun 2009
sebagai berikut :
1.
Kecamatan Mayangan
84%
2.
Kecamatan Kanigaran
41%
3.
Kecamatan Wonoasih
16%
4.
Kecamatan Kademangan
16%
5.
Kecamatan Kedopok
9%
Sebagaian besar jaringan distribusi air bersih Kota Probolinggo menggunakan pipa jenis PVC karena
pipa jenis ini sangat elastic, ringan, awet dan tidak mudah berkarat sehingga kualitas air yang didistribusikan
terjaga kualitasnya. Secara keseluruhan pola jaringan system distribusi PDAM ini merupakan gabungan dari
system cabang dan system loop, karena ada sebagian system pendistribusian yang bersifat terputus,
membentuk cabang cabang sesuai daerah pelayanan dan ada juga jaringan pipa melingkar dimana ujung pipa
System distribusi air bersih Kota Probolinggo dimulai dari reservoir yang berada di Kelurahan Kebonsari
Kulon melalui jaringan distribusi utama (JDU) dengan pipa berdiameter 8-14, kemudian jaringan distribusi
pembagi (JDB) dengan pipa berdiameter 3-6, dan jaringan distribusi pelayanan (JDL) dengan pipa berdiameter
kurang dari 3. Jaringan Distribusi Utama (JDU) air bersih Kota Probolinggo itu terdapat di Jl KH Hasan
Genggong, Jl Soekarno Hatta, dan sebagian Jl Ir Sutami. Jaringan distribusi pembagi (JDB) dengan pipa
diameter 6 melalui Jl Serma Abdurahman, Jl Hayam Wuruk, Jl Raya Bromo, Jl DI Panjaitan, serta sebagian Jl
Mastrip. Jaringan distribusi pembagi (JDB) dengan pipa diameter 5 melalui Jl Pahlawan, Jl Dr Moch Saleh, dan
Jl Dr Soetomo. Jaringan distribusi pembagi (JDB) dengan pipa diameter 4 melalui Jl Gub Suryo, Jl Tanjung
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
Tembaga, sebagian Jl Pahlawan, Jl Bengawan Solo, dan Jl Mastrip. Sementara itu JDB dengan pipa berdiameter
3 Jl HOS Cokroaminoto, Jl Brantas, Jl Bengawan Solo, Jl Anggrek, Jl Raden Wijaya, Jl Gatot Subroto. Jaringan
distribusi Pelayanan (JDL) terdapat di banyak ruas jalan yang merupakan jalan lokal atau lingkungan karena
jaringan ini merupakan jaringan langsung yang menyalurkan air bersih kepada pelanggan.
3.5.5. Permasalahan
Kondisi pelayanan dari PDAM Kota Probolinggo secara teknis ditinjau dari efektivitas penyaluran air
bersih yang menggunakan indicator tingkat kebocoran secara teknis. Pada tahun 2007, tingkat kebocoran
tertinggi mencapai 22,89% dari volume produksi air tercatat pada meter induk. Bila dilihat rata-rata per tahunnya,
tingkat kebocoran berkisar di atas angka 10%. Hal ini mengindikasikan adanya suatu kelemahan system
antisipasi penyusutan air dan inefektifitas pelayanan air bersih Kota Probolinggo.
bersih Kota Probolinggo antara lain :
Penyediaan Non PDAM
1. Aspek Teknis
a. Kualitas air bawah tanah di wilayah Kota Probolinggo yang cenderung menurun setiap tahunnya akibat
pencemaran dan instrusi air laut. Hal ini dapat diidentifikasi dari uji kualitas oleh Dinas Kesehatan Kota
Probolinggo dari hasil uji kualitas air pada 30 sampel (diambil dari 30 sumur pompa tangan). Dengan
hasil pengujian kualitas air dapat diketahui 23,3% dari 30 sampel uji tidak memenuhi syarat air minum.
III-70
Adapun permasalahan yang merupakan factor penghambat pengembangan sistem penyediaan air
b. Kontinuitas sumber air baku kurang yaitu ketika pada musim kemarau. Pada musim kemarau air pada
sumur berkurang.
c. Pada pembangunan sumur dan tandon sering berdekatan atau masuk pada pelayanan PDAM.
d. Berkaitan dengan banyaknya penggunaan sumur pompa untuk lahan pertanian, maka berpengaruh
terhadap berkurangnya kapasitas air bawah tanah yang dipergunakan untuk konsumsi masyarakat
terutama di wilayah selatan Kota Probolinggo.
e. Kualitas air tanah semakin buruk, terutama di wilayah Kecamatan Mayangan akibat filtrasi air laut
Penyediaan PDAM
1. Unit Produksi
a. Kota Probolinggo tidak memiliki sumber mata air dengan debit yang cukup besar untuk dikembangkan
sebagai sumber air bersih
b. Kapasitas produksi yang masih terbatas dalam hal ini kapasitas pompa perpipaan serta unit
pembangkit.
c. Tenaga pembangkit yang digunakan untuk mengoperasikan pompa-pompa air memakai tenaga listrik
PLN dan genset yang digunakan ketika listrik padam.
2. Unit Distribusi
a. Kebocoran jaringan perpipaan yang menyebabkan kehilangan air masih relatif tinggi rata-rata 20%
b. Sistem perpipaan yang ada belum membentuk sistem loop sehingga menjadikan tekanan yang tidak
merata di setiap kawasan, misalnya tekanan air kecil yang terjadi di Kecamatan Kademangan serta
Kecamatan Mayangan.
c. Jangkauan perpipaan distribusi belum menyeluruh yaitu sirip-sirip jaringan yang belum cukup banyak
untuk menunjang kebutuhan penduduk (wilayah di Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Wonoasih
karena pada kedua kecamatan ini berkembang permukiman).
3. Unit pelayanan
a. Di Kecamatan Kedopok, Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Wonoasih masih sangat sedikit
yang terlayani jaringan air minum PDAM kota Probolinggo.
b. Terbatasnya jaringan perpipaan yang ada sehingga di sebagian wilayah selatan Kota Probolinggo
yaitu Kecamatan Kedopok, Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kademangan belum terlayani
c. Mahalnya biaya pemasangan jaringan pipa terutama pada wilayah yang belum terdapat jaringan pipa
d. Masyarakat enggan menmggunakan PDAM karena air berbau kaporit
e. Air bawah tanah mudah didapat dan masih layak dikonsumsi terutama di wilayah selatan
4. Pendanaan
a. Terbatasnya dana PDAM Kota Probolinggo untuk pengembangan jaringan perpipaan.
b. Mayoritas masyarakat yang belum terlayani air bersih PDAM berpendapatan rendah, terutama bagian
selatan Kota Probolinggo
III-70
III-70
KOTA PROBOLINGGO
III-70
Permohonan ijin wajib dilengkapi dengan AMDAL, UKL-UPL, DPPL, surat ijin gangguan ( HO ), surat ijin
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisai dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Probolinggo dan Peraturan
Walikota Probolinggo Nomor 37 tahun 2008 tentang Tugas Pokok Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota
Probolinggo. Pemantauan terhadap kualitas air limbah adalah dengan melakukan perbandingan beberapa/
parameter utama dengan baku mutu yang ditetapkan. Jenis parameter air yang diukur dibagi menjadi 4 (empat),
yaitu :
a. Parameter fisik, yang terdiri dari temperatur, residu terlarut dan residu tersuspensi.
b. Parameter Kimia Anorganik, yang terdiri dari pH, BOD, COD, DO, total fosfat, nitrat, NH3-N, logam berat,
NO2, SO2, khlorin bebas dan H2S.
c.
Parameter kimia organik, yang terdiri dari minyak dan lemak, detergen dan phenol.
III-70
industri besar dan industri kecil secara mandiri telah ikut berperan serta dan bertanggung jawab dan juga
Daftar Perusahaan / Industri yang telah memiliki IPAL dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. 23 Daftar Perusahaan / Industri di Kota Probolinggo
IPAL
(
Instalasi
Pengolahan
Air Limbah )
NO.
NAMA PERUSAHAAN
ADA
TIDAK ADA
1
PT. Amak Firdaus Utomo
2
PT. Pamolite Adhesive Industry
3
PT. Southern Marine Products
4
PT. Sumbertaman Keramik Industry
5
PT. Eratex Djaja
6
Hotel Tampiarto
7
Hotel Bromo View
8
PT. K T I
9
PT. Sulindo
10
RS. Dharma Husadha
11
PT. AFTI
12
Hotal Ratna
13
Hotel Tentrem
14
Hotel Bromo Permai II
15
CV. Sumber Setia
16
RSUD Dr. Moch Saleh
17
PT. Lak Banyukerto
18
CV. Bee Jay Seafoods
19
Hotel Paramita
20
Perush. Susu Sumber Hidup
Hasil pemantauan selama ini yang dilakukan oleh UPT Laboratorium Lingkungan BLH Kota Probolinggo
menunjukkan bahwa saat ini hampir semua perusahaan dan industri yang memiliki IPAL, Air limbah yang
diproses memiliki kualitas yang baik sebelum dibuang ke badan air, sehingga bisa dikatakan telah memenuhi
peraturan perundangan yang berlaku walapun beberapa perusahaan tersebut mempunyai pengolahan air limbah
namun kurang sempurna sesuai dengan spesifikasi dan kapasitas limbah yang dihasilkan sehingga efluent yang
keluar dimedia lingkungan masih diatas baku mutu yang ditetapkan. Selain itu masih ada beberapa perusahaan /
industri yang masih belum memenuhi peraturan yang ada dan belum bisa memperbaiki IPAL yang dimiliki
sehingga bisa berjalan lebih maksimal.
Badan Lingkungan Hidup ( BLH ) Kota Probolinggo sebagai pelaksana program pelestarian lingkungan
telah melakukan upaya pengawasan dan pemantauan terhadap perusahaan / industri yang membuang air limbah
penanganan limbah industri, diantaranya :
1. Masih ada 9 perusahaan / kegiatan usaha yang belum memiliki IPAL
2. Masih ada 2 perusahaan yang memiliki kualitas air limbah yang kurang bagus dikarenakan pengelolaan air
limbah yang kurang sempurna
3. Pemantauan rutin oleh tim BLH, akan tetapi hampir seluruh kegiatan usaha kecil / industri kecil tidak
mempunyai IPAL karena keterbatasan dana. Akan tetapi BLH secara terus menerus melakukan pembinaan
dan mendorong kepada industri yang belum memiliki IPAL tersebut agar mengolah air limbahnya di instalasi
pengolahan limbah walaupun pengelohan yang sederhana (resapan).
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
industri ke badan air. Namun demikian, masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
Dengan adanya berbagai permasalahan yang ada, diperlukan kerjasama yang dilakukan baik oleh
instansi terkait dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup dan pihak swasta untuk perbaikan kepada kesadaran
lingkungan yang lebih baik dalam mengelola limbah industri dan meningkatnya kemampuan industri / perusahaan
yang cukup besar untuk mengakses fasilitas pembuangan air limbah industri.
1.
Puskesmas
Keterangan
Sukabumi
15 kg
5 kg
7 kg
5 kg
60 kg
60 kg
152 kg
Untuk limbah medis cair yang dihasilkan dimasing-masing Puskesmas di Kota Probolingo berupa limbah
cair dari Poli gigi, limbah cair dari laboratorium, limbah cair dari tindakan medis.
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
III-70
No.
Penanganan atau Pengelolaan limbah medis Puskesmas di Kota Probolinggo dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Limbah medis padat dibakar di Incenerator, dengan lokasi Incenerator di Puskesmas Wonoasih,
Puskesmas Jati, Puskesmas Ketapang dan Puskesmas Kedopok. Dimana kondisi eksisting incenerator
pembakarannya belum maksimal sehingga dimungkinkan kandungan limbah B3 ditengarai masih ada.
2. Limbah medis cair dibuang ke Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Tabel 3. 25 Penanganan Limbah Medis Puskesmas Kota Probolinggo
1.
Wonoasih
- Cair
ALUR
PENGOLAHAN
- IPAL
2.
Ketapang
- Padat
- Cair
- Incenerator
- Septic Tank
3.
Sukabumi
- Padat
- Cair
- Incenerator
- Septic Tank
4.
Jati
- Padat
- Cair
- Incenerator
- Septic Tank
5.
Kanigaran
- Padat
- Cair
- Incenerator
- Septic Tank
6.
Kedopok
- Padat
- Cair
- Incenerator
- Septic Tank
NO
PUSKESMAS
JENIS LIMBAH
- Padat
Sumber : Dinkes Kota Probolinggo, 2010
- Incenerator
METODE
PENANGANAN
- Aerob Reactor
Biofilter
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
- An aerob dengan
resapan
- Dibakar
Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moh Saleh Kota Probolinggo penanganan limbahnya
dapat dilihat sebagai berikut :
Pemilahan Limbah Medis
Padat di Ruangan
Pengumpulan Limbah Medis
Padat
Pengangkutan Limbah Medis
Padat Ke Incinerator
Pemusnahan Limbah Medis di
Incinerator
Pembuangan Residu
Pembakaran Limbah Medis Ke
TPA
KELOMPOK KERJA SANITASI KOTA PROBOLINGGO
b. Limbah Cair
Pembuangan Limbah Medis
Cair Dari Ruangan
III-70
a. Limbah Padat
Alat Pelindung Pribadi yang dipakai oleh petugas sampah (masker, sepatu boot, sarung tangan)
Penanganan limbah padat medis dibakar melalui incinerator, dimana kondisi incinerator yang ada saat
ini pembakarannya kurang sempurna sehingga hasil pembakaran dimungkinkan masih mengandung
limbah B3. Untuk penanganan limbah B3 harus mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun
1999 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan LImbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
b. Limbah Cair
Saluran pembuangan limbah cair
Alat Chlorinasi untuk Desinfektan
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Pemeriksaan Sample Air Limbah 4 kali setahun di Laboratorium Malang
Penanganan limbah cair di RSUD Dr. Moh. Saleh kota Probolinggo diolah di IPAL walaupun kondisi
eksisting kurang sempurna karena kapasitas IPAL tersebut sudah tidak sesuai dengan jumlah kamar
yang ada saat ini sehingga sering terjadi hasil pemeriksaan limbah cairnya melebihi yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Rumah Sakit.
SD / MI
No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Mayangan
Kanigaran
Kademangan
Kedopok
Wonoasih
JUMLAH
Puskesmas
Sukabumi
Kanigaran
Ketapang
Kedopok
Wonoasih
Jumlah
Jumlah
Yang Ada
Diperiksa
22
28
21
22
21
114
22
28
21
22
21
114
Jumla
h
Sehat
21
19
17
13
20
90
%
Sehat
95,45
67,86
80,95
59,09
95,24
-
Sarana Pendidikan
SMP / MTs
Jumla
Jumlah
Jumlah
h
Yang Ada
Diperiksa
Sehat
4
4
2
4
4
4
6
6
4
4
4
4
4
4
4
18
18
14
Jumlah
Sehat
Yang Ada
50
100
66,67
100
100
-
3
4
6
5
4
22
SMA / MA / SMK
Jumla
Jumlah
h
Diperiksa
Sehat
3
1
4
3
6
4
5
3
4
4
22
15
III-70
Tabel 3. 26 Persentase Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan Kota Probolinggo Tahun 2009
Sehat
33,33
75
66,67
60
100
-
2.
3.
4.
5.
PHBS Sekolah
6.
Kampanye PHBS telah dilakukan di Kota Probolinggo (tulisan cetak tebal) yang dilakukan pada PHBS Tatanan
Rumah Tangga melalui 10 indikator yang telah ditetapkan, yaitu ;
1. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Untuk Cakupan Pelayanan atau Kegiatan PHBS yang dilakukan di Kota Probolinggo sebagai berikut :
a. Cuci Tangan Dengan Air Bersih dan Sabun / CTPS
berada di setiap sekolah. Kampanye berupa kegiatan
penyuluhan dan demo cara cuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan air bersih serta
sabun. Juga pemberian sarana percontohan untuk cuci tangan untuk beberapa sekolah (tahun 2010).
Pada tahun 2009 kegiatan CTPS ini telah dilakukan di seluruh SD/MI se-Kota Probolinggo (139 SD/MI).
b. Menggunakan Air Bersih
Kampanye PHBS Air Bersih dilakukan penyuluhan kesehatan lingkungan di posyandu dan kelompok
pemakai MCK. Disamping itu juga dengan mengadakan sarana percontohan air bersih (perbaikan
III-70
Kampanye dilakukan di sekolah-sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan melalui UKS yang
sumur gali & SPT) serta pemeriksaan bakteriologis air bersih. Hingga tahun 2009 cakupan pemakai air
bersih baru mencapai 83%.
c. Menggunakan Jamban Sehat
Tahun 2009, jumlah keluarga yang memiliki jamban baru mencapai 60%. Untuk meningkatkan cakupan
pemakaian dan kepemilikan jamban maka telah dilakukan pengadaan MCK dan jamban keluarga,
dimana pengadaannya dibantu dari lintas sektor (Dinas PU). Untuk memaksimalkan MCK yang ada,
dilakukan penyuluhan kesehatan lingkungan pada kelompok pengguna MCK di masyarakat termasuk
penyuluhan di dasa wisma oleh kader PHBS (PKK).
d. Memberantas Jentik di Rumah
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu ada setiap tahun . Pada tahun 2009 kasus DBD
berjumlah 436 penderita, sedangkan Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2009 masih mencapai
88,08% dari target 95%. Kampanye memberantas jentik dilakukan dengan peyuluhan PSN DBD di
setiap posyandu (215 posyandu) dan sekolah serta kerja bakti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
yang dilakukan disetiap rumah dibantu oleh kader Jumantik serta petugas kesehatan. Setiap bulan juga
dilaksanakan pemantauan jentik di rumah-rumah warga yang dilakukan oleh Kader Jumantik.
e. Tidak Merokok Di Dalam Rumah
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bahaya rokok, pada tahun 2009 dilakukan
kampanye / penyuluhan bahaya rokok di beberapa lapisan masyarakat, diantaranya di sekolah (SMP,
SMU), pondok pesantren, kelompok tani (3 kelompok tani), abang becak (3 kelompok), keluarga
perokok/penderita TB Paru (6 Puskesmas) dan posyandu.
f.
Penyuluhan PHBS rutin oleh pokja IV Tim Penggerak PKK di 215 Posyandu satu bulan sekali.
III-70
jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan
Perencanaan Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, dan RSUD
Dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Sedangkan SKPD lain yang terkait dengan pembangunan sanitasi secara tidak
langsung antara lain : Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Probolinggo; Dinas Koperasi, Energi, Mineral,
Industri dan Perdagangan; Dinas Pendidikan; Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah Kota
Probolinggo; Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; Kantor Pemberdayaan Masyarakat.
Bappeda :
Berperan sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi dan merupakan instansi penanggung
jawab program PPSP Pemerintah Kota Probolinggo. Dalam struktur kelembagaan pokja sanitasi Kota
Probolinggo, Bappeda berperan sebagai koordinator kelompok kerja bidang perencanaan dalam organizing
commite, coordinator kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring - Evaluasi serta koordinator
sekretariat pokja. Dalam perencanaan pembangunan sanitasi, yang memiliki peranan secara langsung
adalah Bidang Fisik dan Prasarana dan Bidang Sosial Budaya pada Bappeda. Dana operasional pokja
dianggarkan oleh Bappeda, dimana progran dan kegiatannya merupakan pembuatan perencanaan
pembangunan sanitasi. Secara umum peranan Bappeda bersifat mengkoordinasikan perencanaan
pembangunan lintas sector / bidang. Untuk alokasi anggaran pada APBD Kota Probolinggo untuk
pendampingan program sanitasi PPSP tahun 2010 adalah sebesar Rp 120.000.000, 00.
Badan Lingkungan Hidup :
Peran BLH dalam kelompok kerja sanitasi Kota Probolinggo adalah sebagai anggota kelompok kerja bidang
perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Tata dan Penataan
Lingkungan Hidup BLH) serta anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang
Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup, Bidang Tata dan Penataan Lingkungan Hidup
BLH). Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk BLH terkait dengan pengelolaan
sampah dari sumber sampah hingga ke TPA, pengelolaan limbah cair rumah tangga yang meliputi
pengolahan limbah tinja pada IPLT di wilayah TPA, serta penanganan limbah industri. Lingkup pendanaan
yang dianggarkan oleh BLH terkait sanitasi antara lain dimanfaatkan untuk pendanaan Pengadaan Gerobak
Sampah, Pembuatan Bak Sampah, Pembuatan TPS, Operasional UPTD Komposting, Peningkatan Sarana
dan Prasarana Pengelolaan Persampahan, Peningkatan TPA, Pembuatan Sanitary Landfill, Pembuatan &
revitalisasi IPAL Komunal IPAL TPA, dll.
Peranan DPU dalam pembangunan sanitasi (pokja sanitasi) adalah sebagai anggota kelompok kerja bidang
perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang Perumahan dan
Permukiman DPU serta Bidang Pengairan DPU) serta anggota sekretariat pokja (dalam hal ini yang
berperan adalah Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bidang
Perumahan dan Permukiman DPU serta Seksi Pembangunan Prasarana Pengairan dan Drainase Bidang
Pengairan DPU). Lingkup tanggung jawab dalam pembangunan sanitasi untuk DPU antara lain terkait
dengan pengelolaan drainase, pengelolaan limbah cair yang terkait dengan pembangunan fisik MCK umum,
III-70
serta MCK Komunal serta penyediaan air bersih non perpipaan yang terkait dengan uji laboratorium baku
mutu air.
Dinas Kesehatan :
Peranan Dinas Kesehatan dalam pengembangan sanitasi adalah sebagai bagian dari anggota kelompok
kerja bidang perencanaan dalam organizing commite (dalam hal ini yang berperan adalah Bidang
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan) serta anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan
Monitoring Evaluasi (dalam hal ini yang berperan adalah UPTD dari 6 Puskesmas yang ada wilayah Kota
Probolinggo). Program dan kegiatan Dinas Kesehatan terkait sanitasi adalah kegiatan jambanisasi dan
promosi kesehatan (khususnya PHBS) serta program promosi sanitasi dasar. Dalam pelaksanaan program
promosi kesehatan kepada masyarakat, dengan memanfaatkan kader-kader yang ada pada tingkat
kelurahan, baik itu kader posyandu, kader kesehatan lingkungan dan lainnya. Dalam pengelolaan sanitasi,
dinas kesehatan berperan juga dalam pengelolaan limbah medis puskesmas. Dalam menjalankan program
terkait sanitasi Dinas Kesehatan bekerja secara lintas sektoral, diantaranya dengan Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana serta Kantor Pemberdayaan Masyarakat dalam promosi kesehatan
serta dalam monitoring dan evaluasi pengembangan sanitasi perkotaan.
RSUD Dr Moh Saleh :
Dalam pokja sanitasi, RSUD Dr Moh Saleh berperan dalam anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan
Monitoring Evaluasi yang ditangani oleh Bidang Penunjang Non Medis pada RSUD Dr Moh Saleh. Dalam
pengelolaan aspek sanitasi, RSUD berperan dalam penanganan limbah medis Rumah Sakit.
Bagian Humas dan Protokol pada Sekretariat Daerah
Peranan lembaga ini dalam pengembangan sanitasi Kota terkait dengan sosialisasi program program
pembangunan daerah. Bagian Humas dan Protokol selalu menjajagi kerjasama dengan pihak lain dalam
mensosialisasi program-programnya (bahkan terbuka untuk bekerjasama dengan pihak swasta) diantaranya
juga kamapanye berbagai isu sanitasi. Media yang digunakan untuk sosialisasi antara lain radio, media
cetak, penerbitan spanduk dan banner.
Hal-hal lain terkait aspek kelembagaan :
Peranan SKPD lain dalam pengelolaan sanitasi terbagi menjadi anggota kelompok kerja bidang
perencanaan dalam organizing commite yaitu untuk Bagian Hukum Sekretariat Daerah (berperan dalam
Perdagangan (berperan dalam perencanaan pengelolaan limbah yang terkait dengan industri) serta
anggota kelompok kerja bidang Sosialisasi dan Monitoring Evaluasi yaitu untuk Dinas Pendidikan
(berperan dalam sosialisasi sadar sanitasi sejak usia dini melalui media sekolah-sekolah adiwiyata); Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat (berperan
dalam sosialisasi dan monev promosi sanitasi dasar masyarakat).
III-70
legalitas produk perencanaan sanitasi); Bidang Industri Dinas Koperasi, Energi, Mineral, Industri dan
III-70
kota dengan alokasi anggaran sanitasi terbesar adalah untuk pengembangan kinerja pengelolaan sampah.
pembangunan septicktank komunal di 29 kelurahan dengan pengajuan alokasi dana APBD tahun anggaran 2011
sebesar Rp 10.287.750.000, 00 yang dianggarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu, prioritas pendanaan
bidang sanitasi yang direncanakan untuk dikembangkan pada tahun 2011 adalah untuk pengembangan kinerja
pengelolaan sampah yang berupa pengadaan sarana prasarana persampahan, kegiatan revitalisasi TPA dengan
total anggaran sebesar Rp 11.292.000.000, 00 yang dianggarkan pada alokasi Dana APBD tahun 2011 pada
Badan Lingkungan Hidup.
2009
36.087
333.017
64.950
227.188
231.067
Secara keseluruhan, total pendapatan Kota Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus
mengalami peningkatan. Sedangkan nilai belanja Probolinggo dalam 5 tahun juga terus mengalami peningkatan.
81,43% dari total pendapatan daerah. Sedangkan nilai belanja terbesar Kota Probolinggo adalah belanja
langsung dengan proporsi 72,18% dari total belanja daerah.
III-70
Sumber pendapatan terbesar Kota Probolinggo berasal dari dana perimbangan yang memberikan kontribusi
besaran belanja langsung sanitasi, dimana angka belanja langsung ini berkaitan dan digunakan untuk
melaksanakan pelayanan public atas pengoperasian, pemeliharaan, pembinaan dan investasi sub sector yang
bersangkutan.
2010
120.000.000
505.745.000
2.487.138.612
8.702.727.300
53.200.000
11.868.810.912
472.577.968.109,17
2,51%
III-70
2008
TAHUN
NO
1.
SKPD
BAPPEDA
2.
DINKES
BLH
III-70
JUMLAH (Rp)
60.000.000
60.000.000
3.553.908.735
544.700.000
325.860.000
25.000.000
202.610.000
595.068.412
273.453.412
321.615.000
5.697.275.500
1.056.000.000
1.052.377.500
914.300.000
1.510.000.000
366.848.000
100.000.000
329.500.000
80.000.000
85.000.000
113.250.000
1.304.404.500
88.745.000
151.277.000
100.000.000
7.500.000
209.500.000
12.735.000
NO
4.
SKPD
DINAS
PEKERJAAN
UMUM
PROGRAM
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan
irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya
5.
1.
RSUD
BAPPEDA
DINKES
2009
3.
BLH
III-70
3.585.772.500
3.585.772.500
563.000.000
100.000.000
12.000.000
437.120.000
1.554.895.000
5.947.908.000
JUMLAH (Rp)
6.180.000.000
Pengadaan sarana dan prasarana konstruksi jaringan air limbah puskesmas dan
pustu
Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan sampah (dak)
25.820.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
80.000.000
1.030.000.000
100.000.000
1.375.800.000
431.300.000
109.000.000
5.500.000
5.500.000
7.300.000
2.000.000
5.300.000
800.000.000
3.558.220.000
1.154.120.000
NO
SKPD
PROGRAM
DINAS
PEKERJAAN
UMUM
2010
1.
2.
RSUD
BAPPEDA
DINKES
63.900.000
535.464.900
109.450.000
89.400.000
160.727.500
43.577.500
3.555.008.000
574.860.500
3.661.471.000
3.661.471.000
216.000.000
180.000.000
12.000.000
666.500.000
268.750.000
632.250.000
6.867.192.568
III-70
5.
JUMLAH (Rp)
474.850.000
964.350.000
40.000.000
650.000.000
70.000.000
50.000.000
3.613.546.500
383.500.000
88.700.000
35.000.000
53.700.000
NO
SKPD
PROGRAM
Program pengembangan lingkungan sehat
BLH
DINAS
PEKERJAAN
UMUM
326.149.612
102.399.612
741.250.000
40.000.000
1.776.284.400
707.995.200
1.068.289.200
3.710.000.000
3.710.000.000
RSUD
3.365.184.000
504.000.000
275.500.000
568.139.000
683.750.000
313.350.000
5.
III-70
3.
JUMLAH (Rp)
33.545.000
500.000
30.270.000
2.775.000
3.727.267.500
2.500.000.000
716.442.900
589.350.000
53.200.000
2010
72.204.000,00
12.600.000,00
26.250.000,00
111.054.000,00
26.133.595.198,48
0,42%
Sedangkan potensi retribusi terkait aspek sanitasi lainnya yang berpotensi mendatangkan pendapatan
di masa mendatang adalah retribusi dari pengelolaan IPLT yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup. Potensi
retribusi lainnya adalah pengujian air bersih dan air limbah, dimana kedua potensi ini memerlukan dukungan
berupa aturan hukum yang mengikat, seperti peraturan daerah.
III-96
Menteri Keuangan dengan sekurang-kurangnya melampirkan: realisasi APBD selama 3 tahun terakhir berturut-
Besaran bantuan keuangan dari provinsi ini pada tahun 2009 sebesar Rp 26.489.225.000,00 dan pada tahun
2010 mengalami peningkatan menjadi Rp 30.000.000.000,00. Sumber ini sebenarnya masih dapat lebih
dioptimalkan, mengingat propinsi mempunyai anggaran sanitasi yang cukup besar namun seringkali tidak
terserap.Pinjaman daerah terakhir yang pernah dilakukan oleh pemerintah Kota Probolinggo adalah pada tahun
2003. Dikarenakan minimnya kebijakan untuk pengajuan pinjaman daerah kota, maka untuk Kota Probolinggo
perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi
DSCR) tidak tersedia.
III-96
kegiatan yang bukan kegiatan fisik dari satker ini perlu dioptimalkan. Diperlukan adanya Program program
Untuk pengelolaan limbah domestic, jika dibandingkan dengan pengelolaan persampahan, penyediaan
sarana sanitasi dasar serta drainase, masih sangat minim untuk penganggaran kegiatan pengelolaan air
limbah, terutama yang terkait dengan layanan jasa penyedotan kakus dan IPLT. Selain itu, pada beberapa
satker, penganggaran dana untuk program sanitasi yang diajukan tidak disetujui oleh Panitia anggaran terkait
minimnya anggaran dana pemerintah daerah dan urgensi penanganan program kegiatan yang dirasa kurang
mendesak sehingga pengelolaan sanitasi Kota Probolinggo belum optimal.
c. Aspek Informasi mengenai Sanitasi :
Pembangunan sanitasi walaupun sudah menjadi urusan wajib daerah, selama ini masih kalah popular
dan urgensinya masih relatif dibawah sektor sektor lainnya. Ini terkait dengan topik sanitasi yang masih
tergolong baru, dimana selama ini pengembangan pengelolaan aspek sanitasi yang ada (sampah, air limbah,
drainase) masih berdiri sendiri-sendiri, belum terintegrasi dalam kerangka pengelolaan sanitasi. Keterbatasan
aspek informasi sanitasi ini yang akhirnya juga menyebabkan permasalahan dalam pembiayaan sanitasi.
Minimnya informasi dari pelaku pembangunan sanitasi pada tingkat pengambil kebijakan ini nantinya akan
berpengaruh pada pembangunan fisik dan non fisik sanitasi. Terkait keberhasilan pembangunan fisik sanitasi
jika minim akan informasi sanitasi, aparat pemda yang tidak memahami rencana pembangunan suatu sarana
sanitasi maka akan berpengaruh kepada masyarakat pengguna, terutama
penggunanaan sarana sanitasi yang baru dibangun tersebut. Jika hal ini terjadi maka tujuan dari
pembangunan sanitasi tidak optimal. Oleh karena itu maka transfer informasi dari pemerintah pusat maupun
tim teknis pembangunan sanitasi (TTPS) sangat penting sebagai kegiatan non fisik yang akan menunjang
pembangunan fisik sanitasi. Hal ini tidak saja bagi perangkat SKPD dan masyarakat calon pengguna, namun
yang tak kalah penting adalah advokasi kepada legislatif dan juga kepala daerah.
2010
11.868.810.912
221.666
65,19%
144.515
III-96
penduduk terlayani rata-rata selama tiga tahun terakhir sebesar Rp 81.458, 00. Jika dibandingkan dengan
2009
44.834
69.552
52.000
495.304.486.753
2,29%
2010
53.544
82.129
52.000
472.577.968.109
2,44%
Walaupun berdasarkan hasil perhitungan nilai tingkat belanja sanitasi Kota Probolinggo sudah
memenuhi standart minimal nasional, namun demikian hendaknya kondisi riil dilapangan mengenai kondisi
sanitasi di kota Probolinggo menjadi bahan pertimbangan pemerintah kota dalam menaikkan anggaran
pembangunan sanitasi baik pembangunan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik. Kondisi riil dilapangan
tersebut yang dapat menjadi indikator keberhasilan ataupun pencapaian pembangunan sanitasi kota
Probolinggo, harus juga disertai peningkatan terhadap akses kepada sarana dan prasarana sanitasi seperti
naiknya akses masyarakat terhadap jamban; naiknya rasio pelayanan prasarana dan sarana persampahan per
area penduduk, dan berkurangnya area genangan. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah indikator
indikator kesehatan seperti berkurangnya masyarakat yang menderita penyakit penyakit yang berasosiasi
dengan aspek sanitasi.
Apabila alokasi anggaran pembangunan sanitasi baik fisik maupun non fisik mengalami peningkatan
dimana disertai dengan meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan parasarana sanitasi serta
menurunnya angka penderita penyakit berasosiasi dengan sanitasi buruk, berarti pembangunan sanitasi benar
benar efektif. Namun apabila yang terjadi adalah kondisi sebaliknya, maka ada hal yang salah dalam
III-96
III-96
III-96