You are on page 1of 6

DUAL POROSITY

Pada umumnya reservoir panas bumi memiliki dua porositas yang


berbeda yaitu porositas yang ada di matriks dan porositas yang berada di rekahan.
Meskipun reservoir rekah alami terdiri dari rekahan yang tidak teratur, reservoir
ini bisa diwakili sama dengan sistem dual porositas homogen (Warren and Root
(1963)).
Biasanya, volume hidrokarbon yang tersimpan di dalam rekahan lebih
sedikit dibandingkan dengan volume hidrokarbon yang ada pada matriks. Pada
sistem dual porositas, rekahan alami mempunyai permeabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan permeabilitas matriks. Pada saat sumur mulai dialirkan,
fluida berpindah dari tempat yang mempunyai permeabilitas yang tinggi (rekahan
alami) ke lubang sumur dan secepatnya diproduksikan. Pada saat rekahan alami
telah dikeringkan, volume hidrokarbon yang besar yang terkandung didalam bulk
reservoir (matriks) mulai mengalir. Hidrokarbon ini mengalir ke rekahan alami
terdekat dan semua fluida yang mengalir ke lubang sumur mengalir melalui
rekahan ini.
Sistem dual porositas ditandai pada dua garis paralel di semi-log plot
pada gambar dibawah ini.

Garis lurus semi-log pertama diamati pada early time dan


merepresentasikan aliran radial fluida yang mulanya berada di rekahan bergerak
ke lubang sumur. Garis lurus semi-log yang kedua terjadi pada saat rekahan
mengalirkan fluida dari matriks ke lubang sumur.
Periode transisi antara dua garis lurus semi-log terjadi pada saat fluida
mulai mengalir dari matriks ke rekahan tetapi belum mencapai daerah
kesetimbangan.
Tetapi dual porositas, terutama pada garis lurus semi-log yang
pertama, mungkin tidak terlihat meskipun reservoir rekah alami karena efek
wellbore storage bisa mempengaruhi perolehan data.
Reservoir rekah alami ditandai dengan interporosity flow coefficient
(), storativity ratio (), dan type of interporosity flow.

Terlihat pada plot dibawah ini, pada saat koefisien aliran interporositas
menurun, transisi antara dua garis lurus semi-log tertunda. Terlihat bahwa
permeabilitas rekahan lebih besar dari permeabilitas rekahan matriks. Rekahan
harus terkuras dalam waktu yang lama sebelum kontribusi fluida dari matriks
semakin signifikan.

Storativity Ratio (), pada dasarnya merepresentasikan separasi waktu


pada siklus log antara dua garis lurus semi-log seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini.

Apabila nilai Storativity ratio sama dengan satu, maka sistem


merupakan single porositas dengan semua cadangan yang ada pada rekahan.
Apabila nilai Storativity ratio mendekati nol maka sistem merupakan single
porositas dengan semua cadangan yang ada pada matriks. Semakin menurun nilai
Storativity ratio, semakin besar cadangan yang terkandung pada matriks dan
semakin membutuhkan waktu yang lama untuk matriks dan rekahan mencapai
daerah kesetimbangan. Ditunjukkan pada plot dibawah ini:

Ciri khas dual porositas pada plot derivative menunjukkan dua daerah
aliran radial pada konduktivitas yang sama, kh, dipisahkan oleh periode transisi.
Hal ini sering mengacu pada dual porositas dip.

Pada kasus untuk semi-log plot, bentuk dan lokasi periode transisi
atau ciri khas dual porositas didefinisikan oleh interporosity flow coefficient ()
dan storativity ratio () seperti yang terlihat pada plot dibawah ini.

Sangat penting untuk memperhatikan nilai dari skin (s) semu


maupun total pada saat menganalisa data dual porositas. Nilai skin ini harus selalu
diambil dari garis lurus semi-log yang kedua atau pada saat daerah aliran radial
kedua pada plot derivative.

You might also like