You are on page 1of 47

KEPENDUDUKAN

#pertumbuhan penduduk, penggunaan sumberdaya, gaya hidup


Apriadi Budi R
Email : apriadi.budi@gmail.com
Jurusan Teknik Planologi
Kampus IV Universitas Pasundan

LAJU PERTUMBUHAN
PENDUDUK

pertumbuhan secara
exponential (geometrik)
y=abx.

Pertumbuhan secara
linear (arimetik)
y = a+bx

14000000
Tahun x

212000

Tahun x
210000

12000000

208000

10000000

206000

8000000
204000

6000000

202000
200000

4000000

198000

2000000

196000

194000

Waktu

Waktu

http://www.sustainabilitylabs.org/files/images/Sust.%20Diagram%202.preview.jpg

Faktor penduduk mengambil peranan penting dalam proses merosotnya kualitas lingkungan.
Besarnya permintaan sumber daya dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan standar hidupnya Hal ini
akan menyebabkan merosotnya kualitas lingkungan.

During 1997-2000 population-development-environment (PDE) case studies were


conducted for Botswana, Namibia and Mozambique with funding from the European
Commission, Directorate General for Development.

Solusi Dari Permasalahan Lingkungan Akibat


Pertambahan Penduduk ?
Recycling, reuse, conservation, mengurangi konsumsi,
meningkatkan kontrol pencemaran, menurunkan
pertumbuhan penduduk

DARI ETIKA LINGKUNGAN


KE GAYA HIDUP BERKELANJUTAN

Mengapa Etika Lingkungan?


Mengapa kita perlu etika lingkungan hidup? Apa perlunya
memahami etika lingkungan hidup? Apa relevansinya dalam
PWK?
Masalah lingkungan yang terjadi dewasa ini, mulai dari skala
mikro sampai dengan global, pada dasarnya adalah masalah
moral yang terkait perilaku manusia, bukan semata-mata
masalah teknis.
Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan, seperti di laut,
hutan, atmosfer, air, tanah, dst bersumber pada perilaku manusia yang
tidak bertanggung jawab
Contoh: pencemaran oleh industri, illegal logging, perdagangan satwa
liar, impor limbah secara ilegal

Krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan


melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia
terhadap alam secara fundamental dan radikal.

Mengapa Etika Lingkungan? (2)


Sebagai umat manusia, kita menggunakan lingkungan bersama,
suatu ekosfer bersama;
kepedulian terhadap lingkungan harus menjadi komitmen
bersama.
Para pemikir dari berbagai disiplin mulai mengeksplorasi
cabang baru etika terapan yang disebut etika lingkungan atau
etika ekologi.
Aktivitas antropogenik memengaruhi biosfer: menggundulkan
hutan, mencemari air dan atmosfer, serta mengancam spesies
yang rentan.
Sejauh mana efek-efek tsb dapat dikontrol secara fisik atau
diatur secara politis?
Dapatkah kita menjadi seorang perencana yang efektif dalam
membantu menjamin terciptanya lingkungan yang
berkelanjutan?

Pengertian Etika
Secara teoretis-etimologis, etika berasal dari kataYunani ethos
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik, pada diri seseorang atau masyarakat.
Etika dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang
disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan
dalam masyarakat; yang pada dasarnya menyangkut baik-buruk
perilaku manusia.
Etika berisikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang harus
dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku, sekaligus
memberi kriteria bagi penilaian moral tentang apa yang harus
dilakukan dan tentang:
Apakah suatu tindakan dan keputusan dinilai sebagai baik atau
buruk secara moral.

DASAR PERILAKU
FILSAFAT
Yunani: Love of wisdom

Refleksi kritis asumsi-asumsi dasar ttg kehidupan dan dunia

ETIKA
Filsafat moral; ilmu tentang moralitas
Nilai-nilai mengenai baik/buruk; moral
SIKAP

A mental position; a feeling toward a fact or state

PERILAKU
The manner of conducting oneself

ETIKA LINGKUNGAN
Perkembangan pemahaman

Filsuf moral yang berpandangan antroposentris melihat etika lingkungan


sebagai disiplin filsafat mengenai hubungan moral antara manusia
dengan lingkungan/alam semesta, dan bagaimana perilaku manusia
yang seharusnya thd lingkungan.

Fokus perhatian: bagaimana manusia harus bertindak atau berperilaku


manusia yang seharusnya terhadap lingkungan.
Etika lingkungan dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai
norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam
berhubungan dengan alam serta nilai/prinsip moral yang menjiwai perilaku
manusia dalam berhubungan dengan alam.

Perkembangan baru dalam etika lingkungan menuntut perluasan cara


pandang dan perilaku moral manusia dengan memasukkan
lingkungan/alam semesta sbg bagian dari komunitas moral.

memasukkan semua makhluk non-manusia ke dalam perhatian moral


manusia, meskipun bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang
sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian
moral manusia.

Etika lingkungan:
Kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia, yang dibatasi pada
komunitas sosial manusia.
Etika lingkungan menuntut agar etika dan moralitas diberlakukan juga
bagi komunitas biotis/ekologis.
Refleksi kritis atas norma-norma dan prinsip atau nilai moral yang selama
ini dikenal dalam komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas
dalam komunitas biotis/ekologis.
Refleksi kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam
menghadapi pilihan-pilihan moral yang terkait dengan isu lingkungan
hidup.
Apa yang harus diputuskan manusia dalam membuat pilihan moral
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak pada lingkungan.
Etika lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia
terhadap alam, tetapi juga berbicara mengenai relasi di antara semua
kehidupan alam semesta
Termasuk berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai
dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.

Teori-teori Etika Lingkungan


Cara pandang ttg manusia, alam, dan
hubungan manusia dengan alam:
1. Antroposentrisme
Shallow Environmental Ethics
2. Biosentrisme
Intermediate Environmental Ethics
3. Ekosentrisme
Deep Environmental Ethics

Pandangan Konvensional vs Green (Popper, 1996)


NILAI-NILAI KONVENSIONAL

NILAI-NILAI GREEN

Tentang Alam
1.

Manusia dan alam terpisah

Manusia adalah bagian dari alam

2.

Alam dapat dan harus dieksploitasi dan


didominasi untuk kepentingan manusia

Manusia harus menghargai dan melindungi


alam utk kepentingan alam itu sendiri

3.

Manusia dapat dan harus menggunakan


hukum untuk mengekploitasi dan
mengunakannya

Manusia mesti mengikuti hukum alam (misal


hukum daya dukung lingkungan)

Tentang Manusia
1.

Manusia, secara naluriah, agresif dan


kompetitif

Manusia, secara naluriah, ingin bekerjasama

2.

Masyarakat mengorganisir diri secara


berhirarki

Hirarki sosial adalah tidak alamiah, tidak


diinginkan dan dapat dihindari

3.

Dapat mengukur status sosial dari


kepemilikan harta benda

Kualitas hidup spiritual lebih penting daripada


kepemilikan material.

4.

Cara berpikir logis dan rasional adalah


lebih absah dan dapat dipercaya
daripada emosi dan intuisi

Emosi dan intuisi juga penting dan absah


seperti bentuk pengetahuan lainnya

Prinsip-prinsip Etika Lingkungan


(Keraf, 2010)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sikap hormat terhadap Alam (respect for nature)


Prinsip Tanggung Jawab (moral responsibility for nature)
Solidaritas Kosmis (cosmic solidarity)
Prinsip Kepedulian terhadap Alam (caring for nature)
Prinsip No Harm
Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Prinsip Keadilan
Prinsip Demokrasi
Prinsip Integritas Moral.

Ecoliteracy
(Capra, 1995)
Ecoliteracy: situasi melek huruf, paham, atau memiliki
pengertian thd bekerjanya prinsip-prinsip ekologi dalam
kehidupan bersama di planet bumi.
Ecoliteracy merupakan tahap dasar atau tahap pertama
dalam pembangunan komunitas berkelanjutan.
Umat manusia mempunyai kemampuan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan, untuk memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa membahayakan kemampuan generasi-generasi masa depan
dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Langkah pertama: menjadikan masyarakat itu paham ekologi
(ecologically literate), yaitu memahami kaidah-kaidah organisasi
segala sistem hidup, bahwa ekosistem-ekosistem telah berevolusi
untuk menyokong jaring-jaring kehidupan.

Tahap kedua: ecodesign


(perancangan bercorak ekologis), yang bisa
diterapkan hampir untuk segala bidang:
Ekonomi: ecoeconomy.
Pengembangan kota: eco-city.
Pertanian dikenal istilah eco-farming.
Manajemen: eco-management.

Tahap ketiga atau tahap terakhir:


terbentuknya komunitas berkelanjutan.

METAMORFOSA GERAKAN EVIRONMENTALISME DALAM


PENATAAN RUANG
#GREEN PLANNING & DESIGN
Dalam lingkungan binaan, kesadaran lingkungan yang
didukung oleh pengetahuan tentang tata ruang ramah
lingkungan yang memadai sangat dibutuhkan.
Perencanaan dan perancangan hijau
Dalam arsitektur, tantangan mengembangkan perumahan,
perkantoran, pabrik dan infrastruktur yang ramah
lingkungan juga perlu mendapatkan perhatian.
Infrastruktur bangunan dapat didesain dengan
memperhatikan aspek efisiensi proses produksi, efisiensi
energi, serta optimalisasi proses sirkulasi suhu dan oksigen
secara alami, selain alokasi ruang untuk penghijauan.
Pemanfaatan ruang memerlukan kalkulasi efisiensi dan
efektifitas sesuai tujuan penggunaan ruang sekaligus ramah
lingkungan, dalam arti menyediakan ruang untuk
penghijauan dan mengurangi peluang kontribusi pada
pemanasan global.

Kota Hijau
Kota hijau: kota yang ramah lingkungan, dengan
kriteria:
Memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya
air dan energi
Mengurangi limbah
Menerapkan sistem transportasi terpadu
Menjamin kesehatan lingkungan
Mensinergikan lingkungan alami dan buatan,
berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pengembangan
kota hijau:
intervensi pada
tiap komponen
Tiap komponen
menerapkan prinsipprinsip bentuk perkotaan
berkelanjutan untuk
mewujudkan struktur dan
pola ruang kota yang lebih
berkelanjutan.

Infrastruktur Hijau
Dalam konteks pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan dikenal konsep infrastruktur hijau perkotaan
(urban green infrastructure) untuk membedakannya
dengan infrastruktur abu-abu (gray infrastructure).
Infrastruktur hijau dapat didefinisikan sebagai suatu
jaringan yang terkoneksi dari ruang hijau yang melindungi
nilai-nilai dan fungsi ekosistem alami sekaligus
memberikan manfaat bagi manusia (Green Infrastructure:
Smart Conservation for the 21st Century, 2001).

Infrastruktur hijau merupakan jaringan yang saling


berhubungan antara sungai, lahan basah, hutan, habitat
kehidupan liar, dan kawasan alami di wilayah perkotaan;
jalur hijau, kawasan hijau, dan daerah konservasi, daerah
pertanian, perkebunan, dan berbagai jenis RTH seperti
taman-taman wilayah perkotaan.

BANGUNAN HIJAU
Tingkat hijau bangunan diukur berdasarkan:
1. efisiensi penggunaan energi
2. efisiensi penggunaan air
3. perlindungan terhadap lingkungan
4. kualitas fisik ruang dalam
5. aspek hijau lainnya dan inovasi desain.

Kriteria Bangunan Hijau


1. Pemilihan dan Pengolahan Tapak
2. Penggunaan Energi (listrik dan gas)
3. Penggunaan Energi Terbarukan (kayu, biomasa,
biogas, dan sebagainya)
4. Penggunaan Air Bersih
5. Penggunaan Material
6. Kenyamanan Fisik and Kualitas Udara di dalam
Bangunan
7. Penerapan Konsep Bangunan Hemat Energi
8. Rancangan Ruang Luar
9. Pengolahan Limbah

GREEN COMMUNITY
Di bidang sosial, secara umum jumlah anggota masyarakat
yang sadar lingkungan semakin berkembang dari waktu ke
waktu.
Meskipun mayoritas anggota masyarakat masih melakukan
berbagai aktivitas yang kurang memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan, namun dukungan terhadap gerakangerakan kepedulian terhadap lingkungan tetap
berkembang.
Gerakan-gerakan dalam masyarakat: penanaman sejuta
pohon, car free day, bike to work, dan sebagainya.
Perlu dukungan: regulasi, infrastrukur
Ilmu sosial berperan dalam mempelajari perilaku dan
persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan serta
metode kampanye sosial yang tepat sangat dibutuhkan.

Pengembangan Kota Hijau menuntut keterpaduan


aspek hardware, software, dan heartware

Sustainable/Green Lifestyles
Gaya hidup: cara seseorang menjalani kehidupan untuk memenuhi
kebutuhan dan aspirasinya. Karena ciri-cirinya tercermin oleh
barang-barang yang dikonsumsi, gaya hidup berkaitan dengan
aliran materi dan sumber daya dalam masyarakat (TSFL, 2007).
Gaya hidup berkelanjutan: pola tindak dan konsumsi, yang
dilakukan seseorang yang dalam memenuhi kebutuhan dasar dan
mencapai kualitas hidupnya , dengan mengurangi penggunaan
sumber daya, emisi dan limbah, serta tidak mengurangi pemenuhan
kebuhan generasi yang akan datang.
Gaya hidup berkelanjutan mencerminkan kondisi budaya, alam,
esonomi, dan sosial tiap masyarakat.
Konsumsi berkelanjutan berkaitan dengan proses pembelian suatu
produk dan pelayanan, penggunaannya, serta pembuangannya;
sedangkan gaya hidup berkelanjutan mencakup serangkaian
kegiatan yang lebih luas, misalnya interaksi, kegiatan rekreasi,
pendidikan dan olah raga; jadi tidak terbatas pada konsumsi materi.

Sustainable production
and consumption Ecolabeling
Penggunaan barang dan
jasa yang tanggap terhadap
kebutuhan dasar dan
membawa pada kualitas
hidup yang lebih baik;
pada saat yang sama dapat
mengurangi penggunaan
SDA, bahan-bahan beracun
dan emisi libhan dan
pulutan, sehingga tidak
mengancam kebutuhan
generasi yang akan datang
(UNCSD, 1994)

Tindakan Pemerintah
yang mengarah pada sustainable lifestyle
Greening the market, melalui regulasi yang dapat
mengurangi dampaknya terhadap lingkungan
Urban planning & construction policies, yang dapat
mengarahkan invesitasi pemerintah, yang pada
akhirnya dapat memengaruhi pola konsumsi.
Economic instruments memainkan peran penting
dalam pembentukan pola konsumsi.
Internalisation of environmental costs, dan
mengubah beban pajak dari tenaga kerja ke sumber
daya, sebagai cara untuk mengoreksi harga dalam
lbarang-barang dan pelayanan ingkungan

Gaya Hidup Berkelanjutan


(dalam konteks kawasan perumahan)
1. Perilaku penghuni yang ramah lingkungan dalam
menggunakan fasilitas rumahnya seperti
penghematan dalam mengkonsumsi energi dan air
bersih, pengolahan sampah dengan kompos dan
recycle, serta mendukung keragaman hayati yang ada
di lingkungannya;
2. Perilaku dalam melakukan perjalanan dan
kepemilikan kendaraan
3. Perilaku sosial yang berkelanjutan: keikutsertaan
penghuni dalam kegiatan-kegiatan di sekitar
lingkungannya, serta penggunaan sarana lokal, bisnis
dan fasilitas yang tersedia.

Komponen fisik
yang
berkelanjutan

Komponen
perilaku yang
berkelanjutan

Komponen perilaku
berkelanjutan yang didukung
oleh komponen fisik

Komponen fisik dan Perilaku Yang Berkelanjutan


dalam Membentuk Lingkungan
(Williams, 2010)

Bahan Bacaan Acuan


1. Keraf, Sonny, 2010. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas.
2. Mangunjaya, Fachruddin M. 2008. Bertahan di Bumi: Gaya Hidup
Menghadapi Perubahan Iklim. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
3. Popper, David, 1996. Modern Environmentalism: An Introduction.
London: Routledge
4. Walhi. 2008. Menjadi Environmentalis Itu Mudah: Panduan bagi
Pemula
5. Asshiddiqie, Jimly. 2009. Green Constitution, Nuansa Hijau Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rajawali
Pers, Jakarta
Uno, M.R. 2011. Buku Pintar Etiket Hijau, 300 Cara Bijak Ramah
Lingkungan dan Menghemat Uang. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Tilaar, M. et al. (eds). 2011. Pioneers in Green Science: Beberapa
Model Penerapan Konsep Ramah Lingkungan di Indonesia. Dian
Rakyat, Jakarta
Kayono, Tri H. 2010. Green Architecture. Pengantar Pemahaman
Arsitektur Hijau di Indonesia. Rajawali Pers, Jakarta

You might also like