Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Nama Pasien / Umur
: Ny.N / 30 tahun
No. Rekam Medik
: 629779
Perawatan Bagian
: Palem Atas
A Anamnesis :
Keluhan Utama : Nyeri Pinggang sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pinggang sebelah kiri, dialami sejak 3 tahun yang lalu, memberat
dalam 1 bulan terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul terutama saat
beraktivitas. Nyeri pinggang terlokalisir di pinggang kiri, tidak
menjalar. Pasien juga mengeluh nyeri saat berkemih sejak 1 bulan
terakhir. BAK sedikit-sedikit berwarna keruh dan berpasir. Pasien juga
B Pemeriksaan fisis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
Status Generalis
Kepala
Mulut
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Status Urologi :
Costovertebra dextra
o I : Tampak alignment tulang baik, gibbus (-), hematom (-)
o P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), ballotement ginjal (-)
o P : Nyeri ketuk (-)
Costovertebra sinistra
o I : Tampak alignment tulang baik, gibbus (-), hematom (-)
o P : Nyeri tekan (+), massa tumor (-), ballotement ginjal (+)
o P : Nyeri ketuk (+)
Suprapubik
o I : Bulging (+), hematom (-)
o P : Nyeri ketuk (-), massa tumor (-), buli-buli kesan penuh
C Laboratorium
PEMERIKSAAN
-
Warna
pH
Bj
Protein
Glukosa
Bilirubine
Urobilirunogen
Keton
Nitrit
Blood
HASIL
NILAI RUJUKAN
Kuning Muda
8,5
1,015
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Kuning muda
4,5-8,0
1,005-1,035
Negatif
Negatif
Leukosit
Vit C
Sedimen Leukosit
Sedimen Eritrosit
Sedimen Torak
Sedimen kristal
Sedimen Lain-lain
25/+
25/+
Negatif
8 lpb
2
Ca Oxalat
5
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Glukosa Sewaktu
75 mg/dl
22 mg/dl
0,7 mg/dl
19 U/L
28 U/L
3,8 mg/dl
Ureum
Kreatinin
Negatif
Negatif
GOT
142 mmol
3,4 mmol
110 mmol
GPT
Asam Urat
7,4 x 103/uL
5,14 x 106/uL
14,0 g/dl
41,7 %
81 fL
27,2,7 pg
33,5 g/dl
259 x 103/uL
Elektrolit
o Natrium
o Kalium
o Klorida
140 mg/dl
10-50 mg/dl
L(<1,3),P(<1,1) mg/dl
<38 U/L
<41 U/L
P(2,4-5,7) L(3,4-7,0)
mg/dl
136-145 mmol
Darah Rutin
3,5-5,1 mmol
WBC
RBC
HB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
97-111 mmol
4-10 x 103/uL
4-6 x 106/uL
12-16 g/dl
37-48 %
80-97 fL
26,5-33,5 pg
31,5-35 g/dl
150-400 x 103/uL
D Radiologi
rongga pelvis
Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
Ureter: Lintasan ureter ginjal kiri baik, ureter ginjal kanan tervisualisasi
pada menit ke 60 disertai dilatasi dari ureter, Tampak bayangan batu opak
shadow
PM: Tampak sedikit sisa kontras di dalam buli-buli
Kesan:
normal, tidak tampak SOL system vascular dan biliaris tidak dilatasi.
GB
: Dinding tidak menebal, mukosa regular, tidak tampak echo batu
maupun mass.
Pankreas : Bentuk dan ukuran dalam batas normal, tidak tampak SOL.
SOL.
Ginjal kanan : Ukuran dan echo parenkim dalam batas normal, tidak
Kesan
: Hydronefrosis kiri
E Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis kasus ini adalah Ureterolithiasis disertai Hydroureter sinistra
F Terapi
o IVFD RL 24 tpm
o Ketorolac amp 1 gr/ 8 jam/ IV
dengan baik.
Tidak tampak bayangan batu radiopak pada kedua traktur urinarius
Tulang-tulang intak.
II. Diskusi
A. Pendahuluan
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi seluruh kaliks ginjal. Batu
yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi
pada sistem pelvikalises ginjal mempermudah timbulnya batu saluran kemih. (1)
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem
pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter
mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang
ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang
lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi radang
(periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau
hidronefrosis. (1, 2)
B. EPIDEMIOLOGI
10
Fimosis
Hipertrofi prostate
Refluks vesiko-uretral
Striktur meatus
Ureterokele
Gangguan metabolisme
Menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu
a
Hiperkalsiuria
Hiperuresemia
Hiperparatiroidisme
Dehidrasi
a
Benda asing
a
11
Multifaktor
a
Penderita multitrauma
Batu idiopatik
Terdapat beberapa faktor yang mempermudahkan terjadinya batu saluran
Asupan air kurangnya asupan air dan tinggi kadar mineral kalsium pada
air yang dikosumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
Umur penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
D. Patogenesis
12
Komposisi batu
a
Batu kalsium
Kalsium merupakan ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium
plasma yang terionisasi dan tersedia untuk filtrasi di glomerulus. Lebih dari
95% kalsium terfiltrasi di glomerulus diserap baik pada tubulus proksimal
maupun distal, dan dalam jumlah yang terbatas dalam tubulus pengumpul.
Kurang dari 2% diekskresikan dalam urin. Banyak faktor yang
mempengaruhi availibilitas kalsium dalam larutan, termasuk kompleksasi
dengan sitrat, fosfat, dan sulfat. Peningkatan monosodium urat dan
penurunan pH urin mengganggu kompleksasi ini, dan oleh karena itu
menginduksi agregasi kristal.(2)
Batu ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 80 % dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Predisposisi
kejadian hiperkalsiuria (kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250
300 mg / 24 jam), menurut Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab :
13
kalsium
tulang,
yang
banyak
terjadi
pada
b Batu oksalat
Oksalat merupakan produk limbah metabolisme normal dan relatif
tidak terlarut. Normalnya, sekitar 10-15% dari oksalat yang ditemukan
dalam urin berasal dari diet.
Sebagian besar oksalat yang masuk ke usus besar didekomposisi
bakteri. Diet, bagaimanapun dapat berdampak pada jumlah oksalat yang
ditemukan dalam urin. Setelah diserap melalui usus halus, oksalat tidak
dimetabolisme
dan
diekskresikan
14
Fosfat
Fosfat merupakan buffer dan berikatan dengan kalsium dalam urin. Ini
adalah komponen penting dari batu kalsium fosfat dan batu amonium
magnesium fosfat. Ekskresi fosfat urin pada orang dewasa normal berkaitan
dengan jumlah diet fosfat (terutama pada daging, produk susu, dan sayuran).
Sejumlah kecil fosfat yang difiltrasi oleh glomerulus secara dominan diserap
kembali oleh tubulus proksimal. Hormon paratiroid menghambat reabsorpsi
ini. Kristal utama yang ditemukan pada mereka yang hiperparatiroidisme
adalah fosfat, dalam bentuk hidroksiapatit, amorf kalsium fosfat, dan
karbonat apatit.(2)
d Asam urat
Asam urat merupakan produk sampingan dari metabolisme purin.
Sekitar 5 10 % dari seluruh batu saluran kemih. Penyakit batu asam urat
banyak
diderita
oleh
pasien
pasien
penyakit
gout,
penyakit
15
yang jumlahnya terlalu sedikit (< 2 liter / hari), (3) hiperurikosuri atau kadar
asam urat tinggi (> 850 mg / 24 jam). (2)
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh
pelvikalises ginjal. Tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya
bergerigi, batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering keluar
spontan. Batu asam urat murni bersifat radiolusen, sehingga pada
pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan filling defect pada saluran
kemih sehingga seringkali harus dibedakan dengan bekuan darah, bentukan
papila ginjal yang nekrosis, tumor, atau benzoar jamur. Pada pemeriksaan
USG memberikan gambaran bayangan akustik (acoustic shadowing). (3)
Batu struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urin menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi:
CO(NH2)2 + H20 2NH3 + CO2
Suasana basa ini yang memudahkan garam garam magnesium,
amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP). Kuman pemecah fosfat anatranya adalah: Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. (3)
16
batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling sering adalah nyeri
pinggang, bisa berupa nyeri kolik atau bukan kolik. Karena peristalsis, akan
terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang timbul yang disertai perasaan mual
dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat
yang menyumbat, selama itu kolik akan berulang ulang sampai batu bergeser
dan memberi kesempatan air kemih untuk lewat.(3)
17
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai
nyeri pada saat berkemih atau sering kencing. Hematuria seringkali dikeluhkan
oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.
Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis. (3)
Jika didapatkan demam harus curiga urosepsis dan ini merupakan
kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak
kelainan anatomik pada saluran kemih dan segera dilakukan terapi berupa
drainase dan pemberian antibiotik. (3)
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tandatanda gagal ginjal, retensi urin. (3)
F. Pemeriksaan Penunjang
a
Laboratorium
Pemeriksaan urinalisis makroskopik didapatkan gross hematuria.
Pemeriksaan sedimen urin menunjukkan adanya leukosituria, hematuria,
dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. 85 % pasien dengan batu ginjal
didapatkan hematuria maksoskopik dan mikroskopik. Namun, tidak
ditemukannya hematuria tidak berarti menghilangkan kemungkinan
menderita batu ginjal. Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan
adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
18
hemoglobin
Radiologis
Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radioopak, sedangkan batu asam urat bersifat radio
lusen.
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah
terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak
dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrograde pielografi atau
dilanjutkan. Dengan anterograd pielografi, bila hasil retrograd pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang dapat
dilihat disebut sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak
disebut sebagai batu radiolusen. Berikut ini adalah urutan batu menurut
19
densitasnya, dari yang paling opak hingga yang paling bersifat radiolusen,
kalsium
amonium fosfat (semi opak), sistin(non opak), asam urat (non opak),
Pielografi Intravena (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan, fungsi ginjal.
Juga untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang,
tidak terlihat oleh foto polos abdomen.
Ullrasonografi
USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP yaitu
pada keadaan seperti allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Terlihat pada gambar echoic
shadow jika terdapat batu.(4)
CT-scan
Teknik CT-scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk
melihat gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana
terjadinya obstruksi.(5)
G. DIAGNOSIS BANDING(6)
Beberapa diagnosa banding dari batu kandung kemih antara lain ialah:
1
Hematuria
Bila terjadi hematuri perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan
apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu
Tumor ginjal
20
Tumor ureter
Pada batu ureter, terutama
Diagnosis
Hasil pemeriksaan BNO IVU
Kesan :
Hydronefrosis grade III-IV disertai Hydroureter sinistra
Ureterolith Sinistra
21
Grade Hydronefrosis(7)
22
Pembahasan:
Pada hasil pemeriksaan BNO, tampak bayangan opak, berbatas tegas
ukuran 1,5 x 0,7 cm di dalam rongga pelvis. Hal ini sesuai dengan gambaran
Ureterolithiasis.
Pada pemeriksaan IVP pada menit ke lima tampak kontras mengisi calyx
ginjal kanan dengan baik, sedangkan ginjal kiri tampak lebih banyak terisi kontras
dan calyx yang ireguler. Sedangkan pada menit ke-15, ureter pada ginjal kanan
tampak dengan jelas, sedangkan ureter pada ginjal kiri belum terlihat dengan jelas,
Hal ini menunjukkan adanya kelainan pada ginjal kiri.
H. PENATALAKSANAAN(2, 8)
Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar. Dapat juga diberi pelarut batu seperti batu
asam urat yang dapat dilarutkan dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai
makanan alkalis.
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan.
Prinsip dari ESWL adalah memecah batu menjadi fragmen-fragmen kecil dengan
menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh,
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Tetapi SWL
mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain bila batunya keras ( misalnya
kalsium oksalat monohidrat ) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. Juga
23
pada orang gemuk mungkin akan kesulitan. Penggunaan ESWL untuk terapi batu
ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan
serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum
ada data yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan
sejelas-jelasnya.
Gambar ESWL
Endourologi
1. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi per
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan ureteroskopi atau uretero-renoskopi
ini.
2. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu.
3. Litotripsi : yaitu memecah batu bull-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan
dengan evakuator Ellik.
4. Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan
keranjang Dormia. (2)
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sja'bani M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. II J, editor. Jakarta Pusat: Interna
Publishing; 2009.
2.
2003.
3.
25
4.
Mos C, Holt G, Iuhasz S. The Sensitivity of Transabdominal Ultrasound in the
Diagnosis of Uretherolithiasis. Journal of Medical Ultrasonography. 2010;Vol.12:18897.
5.
Henry K.Pancoast M, Sidney Lange M. Diagnosis and Management of Acute
Ureterolithiasis. American Roentgen Ray Society Journal. 2000.
6.
7.
8.
Paula Ed. Case Report : Acute onset of Renal Colic from Bilateral
Ureterolithiasis Cases Journal. 2009.
26