You are on page 1of 18

KEMUKJIZATAN AL-QURAN

(Ditinjau dari Aspek Bahasa dan Sastra, serta Isyarat Ilmiyah,)


(Disampaikan dalam Seminar Kuliah Ulum Al-Quran, 8 Desember 2009)
Oleh : Diki Hermawan & Nurjannah
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam
UIN Maliki Malang
A. Pendahuluan
Kitab Al-Qur`an merupakan kitab samawi terakhir dari kitab-kitab terdahulu yang
diturunkan dan diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril
(ruhul amin) sebagai petunjuk bagi umat manusia (Huda lin naas) khususnya dalam
rangka pembinaan umatnya sangatlah keagungan yang maha dahsyat karena di dalamnya
terdapat nilai-nilai yang unik, dan rumit sekaligus revolusioner dalam sejarah kehidupan
manusia. Hal ini lebih disebabkan karena eksistensinya yang tidak hanya sebagai ajaran
keagamaan saja, melainkan ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai semenjak
awal peradaban umat manusia hingga akhirnya.
Di antara nilai-nilai tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat
ilmiyah dan muatan hukum yang terkandung di dalamnya. Karena unik dan rumit dari
keistimewaannya maka ia menjadi objek kajian dari berbagai macam sudut, yang darinya
melahirkan ketakjuban bagi yang beriman dan ancaman bagi yang mengingkarinya.
Al-Quran sebagai kitab petunjuk dan Ijaz mengajak manusia untuk berfikir dan
mempelajarinya, di mana kandungannya secara komprehensif menjelaskan manusia dan
alam, seperti ilmu kedokteran, matematika, ekonomi, kimia hewan dan tumbuhan. 1
Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan intelektualitas manusia yang disertai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, sedikit demi sedikit nilai-nilai tersebut
dapat terungkap dan berpengaruh terhadap kesadaran manusia akan keterbatasan dirinya,
1

Abdul Azim Az-Zarqoni, Manahilul Irfan fil Ulumil Qur,an, Darul Ulum Deoband: India, hlm. 25.

sebaliknya mengokohkan posisi Al-Qur`an sebagai kalamullah yang Qudus yang


berfungsi sebagai petunjuk dan bukti terhadap kebenaran risalah yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Serentetan nilai Al-Qur`an yang unik dan rumit sekaligus luar biasa
hingga dapat menundukkan manusia dengan segala potensinya itulah yang lazimnya
disebut dengan MUKJIZAT.
B. Pembahasan
1. Pengertian Mukjizat
Mukjizat berasal dari bahasa Arab yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu, sedangkan ta marbutah pada kata menunjukkan
makna (superlative). Menurut kamus besar Purwo Darminto adalah kejadian ajaib atau
luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia.2 Sedangkan menurut pakar
agama Islam adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang
disebut Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang di tantangkan pada yang meragukan, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani
tantangan tersebut.3 Manna Khalil Al-Qattan menjelaskan bahwa pengertian
Kelemahan secara umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, sehingga
nampaklah kemampuan dari mujis(sesuatu yang melemahkan). Dan kata Ijaz dalam
konteks ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang
Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab beserta generasi-generasi setelahnya
untuk menghadapi mujizatnya yang abadi( Al-Qur`an).4
2

Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta, Cet. Ke-2, 1989, hal. 596

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Mizan: Bandung, cetakan ke-5 April, 1999, hal.23

Manna Khalil al_Qattan, Studi Ilmu Quran ( terjamahan dari ) , Litera Antar Nusa dan

Pustaka Ilmiyah, IKAPI: Yogyakarta, cetakan ke-5, 1998, hal. 371

Dari definisi di atas dapat dijelaskan beberapa pengertian di antaranya:


Pertama; kejadian luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia,
pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana ke-luar biasaan mukjizat? Dan kata sukar
pada definisi di atas menimbulkan adanya kemungkinan bahwa manusia akan bisa sampai
pada maqom sukar tersebut, bila demikian masihkah disebut mujizat?.
Dijelaskan bahwa kejadian luar biasa yang dimaksud adalah sesuatu yang berada
diluar jangkauan sebab dan akibat yang terdapat secara umum pada hukum-hukum alam
(sunatullah) yang diketahui oleh manusia. 5 Namun demikian penulis lebih berpendapat
bahwa semua keajaiban yang terjadi di alam termasuk mukjizat semuanya adalah rasional
artinya bahwa sebenarnya akal mampu menerima kebenaran logis terhadap mukjizat. Hal
ini didasarkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur`an yang menjelaskan tentang peristiwaperistiwa yang gaib termasuk konsekuensi dari pahala dan dosa yang akan diterima oleh
manusia besok di hari pembalasan tetapi kenyataannya banyak manusia tidak percaya,
tepatnya dalam QS: Yunus: 39.6
Kedua; melemahkan. Istilah ini juga menggoda pada kita untuk mengkaji ulang. Di
antara pendapat datang kaum Sirfah. Abu Ishaq Ibrahim An-Nizam dan pengikutnya dari
kaum syiah seperti al-Murtadha mengatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur`an adalah
dengan cara shirfah (pemalingan). Artinya bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab
untuk menantang Al-Quran, padahal sebenarnya mereka mampu, maka pemalingan inilah
yang luar biasa yang selanjutnya pendapat ini dibantah oleh Qadi Abu bakar al-Baqalani
5
6

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, hlm. 24


Dalam Al-quran versi diterjemahan . Padahal belum datang kepada mereka

penjelasannya , hal ini mengandung arti bahwa sebenarnya akal manusia mampu menerima kebenaran atas ayatayat Allah khususnya yang terkait dengan al-quran sebagai mukjizat atas isi dan susunan bahasanya. Karena
dalam hal ini bahwa keluarbiasaan tersebut berlaku di alam untuk manusia.

ia berkata: kalau yang luar biasa itu adalah shirfah maka kalam Allah bukan mukjizat
melainkan Shirfah itu sendiri yang mukjizat dengan berlandasan pada QS. Al-Isra:88.7
Kata melemahkan ternyata tidak terdapat dalam Al-Qur`an,
kalimat yang digunakan adalah ( tanda-tanda) dan ( penjelasan) yang dari kedua
kata tersebut menurut Said Aqil Munawar mempunyai dua pengertian pertama;
pengkabaran Ilahi (QS.3:118, 252/QS.6:4/ QS10:7dan QS.2:159/ QS 3:86/ QS 10:150).
Kedua; tanda-bukti yang termasuk digolongkan mukjizat (QS.3:49/ QS.7:126/ QS.40:78/
QS.27:13 dan QS.7:105/ QS.16:44/ QS.20:72). yang menurut penulis sebenarnya jauh
dari makna melemahkan atau bahkan mengalahkan. 8
Ketiga; dibawa oleh seorang Nabi. Seandainya peristiwa luar biasa tersebut terjadi
bukan pada nabi meskipun secara fungsi ada kesamaan dengan mukjizat, bisakah disebut
mukjizat?. Quraish Shihab menjelaskan, selain yang membawa Nabi kejadian luar biasa
tersebut bukan dinamakan mukjizat. Beliau menambahkan kalau terjadi pada seseorang
yang kelak akan menjadi Nabi maka disebut Irhash, adakalanya terjadi pada hamba Allah
yang taat yang disebut karomah, dan apabila terjadi pada hamba yang durhaka disebut
Istidroj (rangsangan untuk lebih durhaka) atau Ihanah (penghinaan).9 Semua peristiwa
tersebut adalah merupakan tanda-tanda dan bukti atas kebesaran Allah agar siapapun yang
menyaksikannya baik melalui akal maupun hatinya dapat beriman kepada Allah.

Manna Khalil al_Qattan, hlm. 375

Said Aqil Munawar, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press: Jakarta, Cetakan ke 2,

2002, hlm. 30
9

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, hlm. 24

Keempat; sebagai bukti kerasulan. Kata bukti menyangkut percaya dan tidak
percaya, seandainya seseorang telah percaya pada Rasul bahwa Ia adalah utusan Allah,
adakah masih disebut mukjizat?.
Dari definisi mukjizat, makna bukti atau tanda inilah yang paling utama bukan
lemah dan melemahkan karena tujuan risalah (kerasulan) adalah agar seseorang mampu
memahami dan meyakini bahwa risalah tersebut benar-benar dari Zat yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT. Adapun bagi mereka yang sudah percaya terhadap kerasulan Nabi
beserta apa yang disampaikannya yang berupa wahyu dari Tuhan maka peristiwa luar
biasa tersebut tetap disebut mukjizat. Sebab dimensi lain makna mukjizat (ketidak
mampuan akal) tetap berlaku pada orang yang sudah percaya tersebut. Oleh karena itu
fungsinya disamping sebagai bukti juga merupakan penjelasan dan pemantapan
terhadap keyakinan seseorang.
Kelima; mengandung tantangan. Memang kebanyakan ulama di antaranya Syahrur
juga melihat QS. Al-Isra: 88 mengandung tantangan dan tantangan tersebut berakhir pada
kelemahan mujaz.10
2. Makna Kemujizatan Al-Qur`an
Berdasarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW. sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada
nabi-nabi terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan AlQur`an bersifat maknawy - immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar
yaitu pertama, para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. ditugaskan pada masyarakat
10

Lihat. M. Syahrur dalam bukunya al-Kitab wa al-Quran (qiraatun musharatun), Syarikah Al-matbuuah

littauzii wa an-nasyr Beirut: Libanon cetakan ke VI, 2000. Hlm. 179

dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan AlQur`an tidak terbatas pada masyarakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang
masa. Kedua, secara historis-sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami
perkembangan. Auguste Comte(1798-1857) ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam
perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang
terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase
metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan
pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam
menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen
sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut. 11 Posisi Al-Qur`an
sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga di mana ditengarahi bahwa potensi pikir-rasa
manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan eternal.

C. Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek Bahasa dan Sastra


Dari segi kebahasaan dan kesastraannya Al-Qur`an mempunyai gaya bahasa yang
khas dan sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan huruf dan
kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam. Usman bin Jinni (932-1002)
seorang pakar bahasa Arab mengatakan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab
bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah bahasa yang tinggi. 12
11

M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, hlm. 36-37

12

Ibid, hlm. 90

Kalimat-kalimat dalam Al-Qur`an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada


fenomena yang konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk
menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang
digambarkannya. Kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat dari
balagoh dan fasohahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan
mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif antara Autor (Allah) dan
penikmat (umat).13
Pada kontek mengenai Style Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an
dan penggabungannya antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan
dalam pengucapannya. Lebih lanjut keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun,
mad dan ghunnah(nasal). Dari paduan ini bacaan Al-Qur`an akan menyerupai suatu
alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada
yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam.
Keserasian akhir ayat melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an
mempunyai purwakanti beragam sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat AlKahfi(18: 9-16) yang diakhiri vocal a dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga
tak aneh kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi.
Namun Walid Al-mughiroh membantah karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang
ada, lalu ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan
bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh
Montgomery Watt dalam bukunya bells Introduction to the Qoran bahwa style Quran
adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis dengan
gayanya tukang tenung, penyair dan orang gila.14
13

Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, hlm. 33-34

14

Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Quran, Titan Ilahi Pers: Yogyakarta cetakan 1 November, 1997, hal. 39-41

Selain efek fonologi terhadap irama, juga penempatan huruf-huruf Al-Qur`an


tersebut menimbulkan efek fonologi terhadap makna, contohnya sebagaimana dikutip
Shihabuddin Qulyubi dalam bukunya Najlah Lughah Al-Qur`an al-karim fi Juz amma,
bunyi yang didominasi oleh jenis konsonan frikatif (huruf sin) memberi kesan bisikan
para pelaku kejahatan dan tipuan, demikian pula pengulangan dan bacaan cepat huruf ra
pada QS. An-Naaziat menggambarkan getaran bumi dan langit. Contoh lain dalam surat
Al-haqqah dan Al-Qariah terkesan lambat tapi kuat, karena ayat ini mengandung makna
pelajaran dan peringatan tentang hari kiyamat.
Masih dalam konteks redaksi bahasa Al-Qur`an berlaku pula deviasi(penyimpangan
untuk memperoleh efek lain) misalnya dalam QS. Asy-Suara, ayat 78-82. Pada ayat 78,
79 dimulai dengan lafal allazi, pada ayat 80 dimulai waidza, namun pada ayat 81, 82
kembali dengan allazi, dan fail pada ayat 78,79,81,82 adalah Allah, sedang pada ayat 80
faiilnya orang pertama (saya) tentu kalau diatofkan pada ayat 78,79,81,82 maka terjadi
deviasi pemanfaatan pronomina hua (). Lafal yahdiin, yumiitunii wa yasqiin dan yasfiin
tanpa didahului promnomina tersebut. Pengaruh dan efek deviasi yang ditimbulkan adalah
munculnya variasi struktur kalimat sehingga kalimat-kalimat tersebut tersa baru dan tidak
menjemukan.15
Selain itu keseimbangan redaksi Al-Qur`an telah membuat takjub para pemerhati
bahasa, baik keseimbangan dalam jumlah bilangan kata dengan antonimnya, jumlah
bilangan kata dengan sinonimnya, jumlah kata dengan penyebabnya, jumlah kata dengan
akibatnya, maupun keseimbangan-keseimbangan yang lain(khusus). Misalnya dan
masing-masing sebanyak 145 kali. dan sebanyak 50 kali dan seterusnya.
Kata dan sinonimnya misalnya, dan sebanyak 14 kali, dan sebanyak
15

Ibid, hlm. 60

49 kali dan lain sebagainya. Kata dengan penyebabnya misalnya, ( tawanan) dan
sebanyak 6 kali, dan sebanyak 60 kali dan lain-lainnya. Kata dan
akibatnya contohnya, dan sebanyak 32 kali, dan sebanyak 73
kali.16 Secara umum Said Aqil merangkum keistimewaan Al-Qur`an sebagai berikut:
1. Kelembutan Al-Qur`an secara lafziyah yang terdapat dalam susunan suara dan
keindahan bahasa.
2. Keserasian Al-Qur`an baik untuk orang awam maupun cendekiawan.
3. Sesuai dengan akal dan perasaan, yakni Al-Qur`an memberi doktrin pada akal dan
hati, serta merangkum kebenaran serta keindahan sekaligus.
4. Keindahan sajian serta susunannya, seolah-olah suatu bingkai yang dapat memukau
akal dan memusatkan tanggapan dan perhatian.
5. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam
bentuknya.17
6. Mencakup dan memenuhi persyaratan global(ijmali) dan terperinci (tafsily).
7. Dapat memahami dengan melihat yang tersurat dan tersirat.
D. Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek Isyarat Ilmiyah
Selain keistimewaan pada kebahasaan, Al-Qur`an juga mempunyai isyarat-isyarat
ilmiyah yang sebagian ulama menganggap sebagai bentuk kemukjizatan Al-Qur`an.
1. Kaidah-kaidah Mukjizat Ilmiah
Kajian-kajian ini berdasarkan kaidah-kaidah yang secara singkat sebagai berikut:

16

Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, hlm. 141-142

17

Said Aqil Munawar, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, hlm. 35

1. Ilmu Allah itu universal dan kebenarannya bersifat mutlak. Sedangkan ilmu manusia
terbatas dan kebenarannya bersifat relative, mungkin benar dan mungkin salah
2. Ada nash-nash wahyu yang dilalah (indikasi)-nya pasti, sebagaimana di sana ada juga
realitas ilmu pengetahuan alam yang pasti
3. Dalam wahyu ada nash-nash yang dilalah-nya tidak pasti, begitu pula dalam teoriteori ilmu pengetahuan yang ketentuannya tidak pasti
4. Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari wahyu dan yang pasti dari
ilmu eksperimental. Maka kalaulah pada gejalanya terjadi pertentangan, pasti ada
kesalahan dalam menentukan kepastian salah satunya.
5. Ketika Allah menampakkan kepada hamba-hamba-Nya tanda-tanda kebesaranNya di
ufuk dan dalam diri manusia yang membenarkan ayat-ayat dalam kitab-Nya atau pada
sebagian hadits Rasul-Nya, maka pemahamannya menjadi jelas, kesesuaiannya
menjadi sempurna, penafsirannya menjadi mantap, dan indikasi lafadz-lafadz nash itu
menjadi terbatas dengan apa yang telah ditemukannya pada realitas alam dan inilah
yang dimaksud dengan mukjizat.
6. Sesungguhnya nash-nash wahyu diturunkan dengan lafadz-lafadz yang luas yang
mencakup segala konsep yang benar dalam topik-topiknya yang terus menerus muncul
dari satu generasi ke generai selanjutnya.
7. Jika terjadinya pertentangan antara dilalah nash yang pasti dengan teori ilmiah, maka
teori ini harus ditolak, karena nash adalah wahyu dari dzat yang ilmunya mencakup
segala sesuatu. Dan jika terjadi kesesuaian antara keduanya maka nash merupakan
pedoman atas kebenaran teori tersebut. Dan jika nash tadi adalah tidak pasti
dilalahnya sedangkan hakikatnya alam itu pasti, maka nash itu ditawilkan.
8. Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmiah yang pasti dan hadits yang
ketetapannya tidak pasti, maka hadits yang tidak pasti ketetapannya itu harus
ditawilkan agar sesuai dengan realitas yang pasti. Dan jika tidak terjadi kesesuaian,
maka yang pasti itu didahulukan.
2. Fakta-Fakta Ilmiah
10

Al-Quran mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu


gumpalan melalui firmanNya: Tidakkah orang-orang kafir memperhatikan bahwa
langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan), kemudian Kami
memisahkannya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa
mereka tidak juga beriman? (Q.S. Al-Anbiya ayat 30)
Al-Quran tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa
yang dikemukakan di atas tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya
dibenarkan oleh observasi para ilmuwan. Pembahasan mukjizat ilmiyah dari ayat-ayat
kauniyah (yang menyebutkan tentang fenomena alam) dalam al-Quran sangat
berkaitan dengan gejala-gejala alam dan keterangan hadits Nabi Muhammad SAW
terhadap ilmu ini, sehingga termasuk ke dalam bidang ilmu tafsir yang lebih dikenal
dengan tafsir ilmi (Abdul Majid al-Zindany, 1999, 26). Tafsir ilmi begitu berkembang
di zaman ilmu pengetahuan moden seperti sekarang ini, yang menjadi salah satu uslub
tersendiri dalam dakwah kepada Allah, di mana Allah membukakan begitu banyak
rahasia-rahasia alam dan penciptaan, yang membuat manusia begitu terpesona dengan
semua ilmu-ilmu tentang alam dan hasil-hasilnya (Zaghlul al-Najjar, 2001, 30).
Tapi apa yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa sesungguhnya Allah
tidak menurunkan al-Quran untuk menjadi satu kitab yang menerangkan kepada
manusia mengenai teori-teori ilmiah, problem-problem seni dan aneka warna
pengetahuan (Mahmud Syaltut, tt, hal 21).
Bumi mempunyai dua gerakan yaitu gerakan berputar pada porosnya (rotasi)
dan gerakan berputar mengelilingi matahari (revolusi). Teori ilmu pengetahuan
modern telah membuktikan bahwa bumi adalah salah satu bagian dari sekumpulan
11

planet yang telah memisah darinya dan membeku sehingga cocok dihuni oleh
manusia. Kebenaran teori tersebut didukung oleh adanya gunung berapi serta bendabenda yang bisa membakar yang terkandung dalam perut bumi, di mana bumi pada
suatu ketika dapat memuntahkan lahar panas.18
a.

Bumi berputar pada porosnya dalam waktu 23 jam, 56 menit, 4.096 detik dalam

b.

gerakan dari barat ke timur


Kecepatan perputaran bumi di daerah khatulistiwa adalah 1.670 km/ jam atau
sekitar 465m/detik kemudian berkurang menjadi 312 m/detik pada garis lintang 50 0

c.

dan hilang sama sekali pada dua ujung atau kutub bumi.
Perputaran bumi pada porosnya mengakibatkan tiga fenomena astronomi:
Terjadinya malam dan siang serta pergantian antara keduanya.
Perbedaan waktu di atas permukaan bumi sesuai dengan terbit dan tenggelamnya
matahari.
Timbulnya kekuatan pusat yang menyebabkan mengembangnya bumi di
kawasan khatulistiwa.

d.

Matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha


Perkasa lagi Maha mengetahui

e.

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia
sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
(seperti tandan yang kering).19

18

Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Quran terj Ikhtisar Ulumul Quran

Praktis, Jakarta:Pustaka Amani, 2001, hlm 200


19

Al-Quran dan Terjemahnya, Madinah, Mujamma Al Malik Fahd li Thibaat Al Mush-Haf , 1971
hlm 710

12

f.

Matahari tidak mudah baginya mengejar bulan, dan malam pula tidak dapat
mendahului siang; karena tiap-tiap satunya beredar terapung-apung di tempat
edarannya masing-masing. (Q.S. Yasin ayat 38-40)

3. Interpretasi ilmiah
Sistem tata surya tempat kita hidup di dalamnya membentuk kesatuan yang
kokoh yang mencakup matahari dan Sembilan planet (Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto yang beredar pada garis orbitnya
masing-masing. Bumi adalah planet ketiga berdasarkan jauhnya dari matahari. Untuk
melakukan satu putaran dalam orbitnya mengelilingi matahari, waktu yang
diperlukan oleh bumi adalah 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik, atau sekitar 365,25
hari kurang 1 menit 14 detik.20
Jika kembali kepada Al-Quran, kita akan melihat bahwa firman Allah SWT.
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS. An-Naml ayat 88).
Mengandung isyarat yang jelas bahwa gunung-gunung berjalan begitu cepat
seperti awan, tetapi manusia melihatnya tetap ditempatnya.
Inilah ilmu yang menetapkan bahwa bumi beserta segala sesuatu yang ada di
atasnya, baik makhluk hidup maupun benda mati, berputar dengan kecepatan yang
20

Yusuf al-Hajj Ahmad, Tanpa tahun.Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Quran dan Sunah, jilid 3.

terjemahan oleh Masturi Irham Lc dkk. 2007. Jakarta: PT Kharisma Ilmu , hlm 8

13

sama. Karena itu, kita menyangka bahwa gunung-gunung diam tidak bergerak,
padahal sebenarnya dia berputar bersama dengan bumi.
Ayat ini mengukuhkan bahwa semua benda yang mengikuti hukum gravitasi
bumi, seperti gunung, laut, dan udara yang menyelimuti bumi, beredar bersama-sama
dengan bumi (rotasi) dalam waktu satu hari dan beredar mengelilingi matahari
(revolusi) dalam waktu satu tahun.21
Sebagai akibat dari rotasi, separuh wajah bumi dalam kondisi gelap,
sedangkan separuh yang lain dalam kondisi terang. Keadaan ini terus bergantian
antar permukaan bumi. Meskipun demikian, perputaran ini tidak dapat diketahui oleh
indra, seperti gerakan awan di udara. Sungguh wajah bumi akan tampak gelap dan
terang. Jika demikian, mengapa kita tidak menundukkan kepala karena keagungan
Al-Quran yang lebih dahulu membawa informasi ini sebagai bentuk atas
kemukjizatannya?
Selain itu, Al-Qur`an juga mengisyaratkan tentang kejadian alam semesta,
bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan seperti digambarkan dalam
QS. Al-Anbiya`21: 30.
1. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Pada tahun 1929 Edwin P. Hubbel (1889-1953) mengadakan observasi yang
menunujukkan adanya pemuaian alam semesta. Hal ini sesuai dengan QS. Azdariyat
ayat 57 bahwa alam semesta berekspansi bukan statis sebagaimana diduga Enstin.
21

Ibid, hlm 10

14

Ekspansi itu melahirkan sekitar seratur milyar galaksi yang masing-masing


mempunyai 100 milyar bintang. Pada awalnya semua benda-benda langit tersebut
merupakan gumpalan gas padat terdiri dari proton dan neutron yang mempunyai
kisaran secara teratur, dan pada derajat temperature tertentu gumpalan tersebut
meledak yang proses ini lazimnya disebut Big Bang.22
Diantara isyarat ilmiyah lain adalah gunung. Secara eksplisit kata gunung dalam
Al-Qur`an disebutkan sebanyak 39 kali dan secara implisit terdapat 10 kali. Dari 49
ayat tersebut 22 diantaranya menggambarkan gunung sebagai pasak atau pancang
bumi. Misalnya dalam surat An Naba` 78:7
1. Dan gunung-gunung sebagai pasak.
Begitu juga dalam QS. 13:3, 15:19, 16:15, 21:31, 27:61, 31:10, 50:7, 77:27 dan
79:32.
Fakta-fakta mengenai gunung, baru tersingkap oleh para pakar pada akhir tahun
1960-an, bahwa gunung mempunyai akar, dan peranannya dalam menghentikan gerakan
menyentak horizontal lithosfer, baru dapat difahami dalam kerja teori lempengan
tektonik(plate tetonics). Hal ini dapat dimengerti karena akar gunung mencapai 15 kali
ketinggian di permukaan bumi sehingga mampu menjadi stabilisator terhadap goncangan
dan getaran.23
Lebih lanjut Airy (1855) mengatakan bahwa lapisan di bawah gunung bukanlah
lapisan yang kaku melainkan gunung itu mengapung pada lautan bebatuan yang lebih
22

Ibid, hlm. 171-172

23

Zaghul Raghib Muhammad Al Najar, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP: Jakarta cet. Ke

IV, 1999, hlm. 122

15

rapat. Namun demikian massa gunung yang besar tersebut diimbangi defisiensi massa
dalam bebatuan sekelilingnya di bawah gunung dalam bentuk akar. Akar gunung
memberikan topangan buoyancy serupa dengan semua benda yang mengapung. Ia
menggambarkan kerak bumi yang berada di atas lava dapat dibandingkan dengan
kenyataan sehari-hari yaitu seperti rakit kayu yang mengapung di atas air, dimana
permukaan rakit yang mengapung lebih tinggi dari permukaan lainnya juga mempunyai
permukaan yang lebih dalam. Dengan demikian permukaan bumi tetap dalam
Equilibrium Isostasis, artinya bawa permukaan bumi berada dalam titik keseimbangan
akibat perbedaan antara Volume dan daya grafitasi.24
Masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang disinggung Al-Qur`an misalnya
tentang kejadian awan, sistem kehidupan lebah, tumbuhan-tumbuhan yang berklorofil
dan seterusnya, yang semua itu merangsang terhadap adanya pembuktian-pembuktian
secara empiris dan rasionalis. Dan semakin bukti-bukti itu terkuak semakin nyatalah
kebenaran Al-Qur`an bahwa ia bukan buatan Muhammad. Bagaimana mungkin seorang
Muhammad yang 14 abad silam tak mengenal pendidikan tidak bisa baca-tulis mampu
menjelaskan hal itu semua.
E.

Kesimpulan

Bahwasanya definisi mukjizat tidak hanya bermakna bukti atau melemahkan saja, akan
tetapi dari itu untuk memantapkan dan mengajak orang untuk beriman
Ditinjau dari kebahasaan dan sastra, Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar biasa
baik yang dihasilkan dari pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya.
Ditambah lagi adanya keseimbangan redaksinya serta keseimbangan antara jumlah
24

Ibid, hlm. 180

16

bilangan katanya. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai
segudang simbol yang sangat komunikatif lagi fenomenal.
Dari demensi ilmiyah, Al-Qur`an mendiskripsikan tentang reproduksi manusia, hal ihwal
proses penciptaan alam beserta frora dan faunanya tentang awan peredaran matahari dan
seterusnya yang semua itu dapat dibuktikan keabsahannya melalui kacamata ilmiyah,
sehingga menujukkan bahwa Al-Qur`an sejalan dengan rasio dan akal manusia.

17

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ali Ash-Shabuni, Muhammad, At-Tibyan fi Ulumil Quran terj Ikhtisar Ulumul


Quran Praktis, Jakarta:Pustaka Amani, 2001.

2. Al-Qur`an Terjemah versi 1418 H


3. Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, Cet. Ke II 1989
4. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur`an, Misan Bandung, cetakan V April 1999
5. Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu Quran ( terjamahan dari ) ,
Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI Yogyakarta, cetakan V, 1998
6.

Abdul Azim Az-Zarqoni, Manahilul Irfan fil Ulumil Qur,an, Darul Ulum Deoband:
India

7. Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002
8. Shihabuddin Qulyubi, Stilistika Al-Qur`an, Titan Ilahi Perrs yogyakarta cetakan 1
November, 1997.
9. M. Syahrur, al-Kitab wa Al-Qur`an (qiraatun muasharatun), Syarikah Al-matbuuah
littauzii wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI 2000.
10. Ahmad Ash Showy, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta cet.
Ke IV 1999.

18

You might also like