Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Hemostasis
Faal hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk
2.
3.
2.
yang memediasi adhesi platelet pada endotel dan membawa faktor pembekuan VII
dalam plasma.
2.1.2. Sistem trombosit
Trombosit diaktifkan pada lokasi cedera vaskular untuk membentuk
sebuah plug trombosit yang memberikan respon hemostatik awal untuk
menghentikan pendarahan.14
Respon fungsional trombosit diaktifkan melibatkan empat proses yang
berbeda:
2.1.2.1.Adhesi trombosit
Setelah aktivasi, trombosit mengalami perubahan bentuk yang signifikan,
menghasilkan pseudopods yang membuat trombosit sangat gampang melekat.
Adhesi trombosit terutama dimediasi oleh pengikatan platelet pada permukaan
reseptor kompleks GP Ib /IX /V dengan vWF dalam matriks subendothelial.15
Defisiensi komponen dari kompleks GP Ib/IX/V atau vWF menyebabkan
gangguan pendarahan kongenital seperti penyakit Bernard-Soulier dan penyakit
von Willebrand.16
Selain itu, ada interaksi perekat lainnya yang berkontribusi terhadap adhesi
platelet. Salah satu contoh adalah pengikatan reseptor platelet kolagen GPIA / IIa
dengan kolagen fibril dalam matriks.17
2.1.2.2.Agregasi trombosit
Hasil aktivasi trombosit pada reseptor GP IIb/IIIa pada permukaan
platelet, menyebabkan pengikatan pada vWF dan fibrinogen.18 GP IIb/IIIa adalah
anggota superfamili dari reseptor protein yang disebut integrin perekat yang
ditemukan di banyak jenis sel yang berbeda. Kompleks GP IIb/IIIa (integrin alpha
IIb beta 3) adalah reseptor yang paling banyak di permukaan platelet, dengan
sekitar 80.000 kompleks per platelet. GP IIb/IIIa tidak mengikat fibrinogen, suatu
divalen molekul simetris yang menjembatani yang menyebabkan trombosit
diaktifkan, pada trombosit yang belum distimulasi. Namun, setelah trombosit
distimulasi, GP IIb/IIIa mengalami perubahan afinitas dan dikonversi dari afinitas
rendah ke afinitas tinggi dari reseptor fibrinogen, sebuah proses yang disebut
sebagai sinyal "inside-out".
Selain memediasi agregasi platelet, bagian dari sitosol diaktifkan
kompleks GP IIb /IIIa yang mengikat sitoskeleton platelet dan dapat memediasi
trombosit menjadi menyebar dan membentuk retraksi bekuan, yang telah disebut
sebagai
sinyal
"outside-in".
Dengan
demikian,
kompleks
GP
IIb/IIIa
termasuk fibrinogen,
vWF,
A2,
merupakan
metabolit
prostaglandin
yang
2.1.2.4.Aktifitas prokoagulan
Aktivitas platelet prokoagulan merupakan aspek penting dari aktivasi
platelet
dan
melibatkan
paparan
fosfolipid
prokoagulan,
terutama
sebagai
kofaktor) akan
product (FDPs) dan juga mendegradasi faktor V dan VII. Plasmin yang bebas di
nonaktifkan oleh plasma 2 antiplasmin dan 2 makroglobulin
2.2.
merupakan
penyebab
tersering
dari
terjadinya
pendarahan yang abnormal, oleh karena itu pada pasien yang diduga menderita
kelainan darah, pertama kali harus dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap
dan pemeriksaan hapusan darah tepi. Selain untuk memastikan adanya
trombositopenia, dari pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menyingkirkan
kemungkinan lain seperti leukemia.
2.2.2. Pemeriksaan penyaring sistem koagulasi
Pemeriksaan meliputi penilaian jalur intrinsik dan ekstirnsik dari sistem
koagulasi dan perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin :
2.2.2.1.Waktu protormbin (PT)
PT digunakan untuk menilai jalur ekstrinsik pembekuan, yang terdiri dari
faktor jaringan dan faktor VII, dan faktor koagulasi pada jalur umum (faktor II
(protrombin), V, X, dan fibrinogen). Nilai normal 10-14 detik.
Rasio waktu protorombin : PT pasien dinyatakan sebagai rasio, di mana
hasil nya adalah = (PT pasien kontrol : PT). Sebagai contoh, PTR> 1,2 dikaitkan
dengan peningkatan risiko yang signifikan dari koagulopati trauma akut dalam
studi retrospektif multicenter26. Dalam penelitian ini, reagen yang digunakan
2.3.
2.3.1. Definisi
PGK adalah kelainan dari struktur ginjal atau fungsi, yang terjadi lebih
dari 3 bulan dengan adanya gambaran :
1. Kelainan struktur histopatologi ginjal.
2. Petanda kerusakan ginjal meliputi kelainan komposisi darah dan urin,
atau uji pencitraan ginjal.
3. Penurunan dari laju filtrasi glomerolus (LFG) < 60 mL/menit/1,73 m2
lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
pada
Penjelasan
LFG
(ml/mt/1,73m2)
90
meningkat
2
60-80
ringan
3
30-59
sedang
4
Gagal Ginjal
15-29
< 15 atau dialisis
Tipe mayor
tubulointerstitial
(pielonefritis
Rejeksi
kronik,
keracunan
(siklosporin/takrolimus),
reccurent
(glomerular)
obat
Penyakit
Transpalnt
glomerulopathy
peningkatan
aktivitas
memberikan
kontribusi
aksis
renin-angiotensin-aldosteron
terhadap
terjadinya
hiperfiltrasi,
intrarenal,
ikut
sklerosis
dan
progressifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron, sebagian
diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor (TGF-).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas PGK
adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dilipidemia. Terdapat variabilitas
interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus dan maupun
tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini dari PGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (
renal reserve), pada keadaan dimana basal LFG masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti,
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.
Ketika LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang
nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor
dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun
infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo
atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialisis atau trasplantasi ginjal. Pada keadaan ini pastilah
dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
2.4.
berbagai
penyakit
ginjal
progresif
yang
lambat
seperti
glomerulonefritis kronis, nefropati diabetik, dan penyakit ginjal, sangat sulit untuk
memperbaiki penyakit yang mendasari terjadinya PGK. Progresifitas gagal ginjal
pada pasien dengan berbagai penyakit ginjal adalah dengan melihat nilai serum
kreatinin yang melebihi 1,5 hingga 2,0 mg / dL. Hal ini bahkan dapat terjadi jika
gangguan yang mendasarinya sudah teratasi. Gagal ginjal dapat dikaitkan dengan
berbagai tanda dan gejala yang secara kolektif disebut sebagai keadaan uremik.
Kehilangan dari fungsi ginjal dilihat dengan akumulasi dari produk sisa
metabolisme dan mengubah mekanisme homeostatis normal. Potensi dari kelainan
ini adalah tanda-tanda dan gejala uremia. Dengan terapi pengganti ginjal dalam
bentuk dialisis atau transplantasi ginjal , dokter dapat mengobati gangguan ini dan
meningkatkan kualitas hidup pada pasien dengan PGK stadium terminal.28
TROMBOSIS
Pendarahan retina
Subdural haematoma
Epikstasis
dengan hemodialisa
Haematuria
Ecchymosis
Purpura
Pendarahan ginggiva
Cerebrovascular event
Pendarahan genital
Haemoptysis
Telangiectasia
Haemarthrosis
Petechiae
endotel
mikropartikel (MPs)58.
Selanjutnya,
hal
ini
diketahui sebagai penanda aktivasi sel endotel. Namun, konsentrasi tinggi dari
plasma fibrinogen, D-dimer, kompleks trombin-antitrombin, koagulasi faktor VII,
vWF, trombomodulin dan PAI-1 semua dapat menunjukkan kerusakan sel endotel
dan keadaan trombofilik pada pasien uremik.58
Aterosklerosis sendiri tampaknya dikaitkan dengan peningkatan risiko
terjadinya trombosis vena pada pasien dengan gagal ginjal60. Alasan dari
fenomena ini bisa tumpang tindih yang berhubungan dengan faktor risiko seperti
obesitas, hipertensi, merokok, diabetes dan dislipidemia. Selain itu, pada pasien
dengan gagal ginjal, trombosit dan sistem koagulasi dapat diaktifkan dalam
pembuluh darah yang aterosklerotik yang berkontribusi terhadap pembentukan
trombosis vena pada pembuluh darah yang berbeda. Dalam sebuah studi berbasis
populasi baru-baru ini, 26% dari pasien dengan trombosis vena juga memiliki
riwayat gejala aterosklerosis61. Menariknya, mikroalbuminuria juga terkait dengan
terjadinya trombosis vena. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa
mikroalbuminuria mencerminkan keparahan kerusakan endotel yang pada
gilirannya dapat menyebabkan trombosis.62
2.4.2.4.Mikropartikel
Mikropartikel (MPs) baru-baru ini ditemukan memiliki kemampuan
prokoagulasi sehingga dapat memainkan peran penting dalam koagulasi. MPs
terbentuk dari membran plasma dari banyak sel termasuk sel endotel , trombosit
serta monosit atau makrofag. Merupakan hasil dari aktivasi sel selama proses
inflamasi tetapi juga terjadi selama proses fisiologis seperti diferensiasi sel dan
penuaan. Peningkatan kadar MPs telah dijelaskan pada penyakit dengan keadaan
prokoagulan yang meningkat pada PGK serta kanker63. Efek prokuagulasi yang
berasal dari phosphatidylserine memfasilitasi konversi dari protrombin menjadi
trombin oleh karena adanya TF64. Selain dari membran yang terikat dengan TF
,MPs juga melepaskan TF yang larut sehingga menyebabkan koagulasi yang
mengakibatkan pembentukan trombus yang berlebihan. Selain itu, MPs dapat
mempengaruhi koagulasi oleh mekanisme lain, yaitu melalui penemuan baru dari
microRNAs ( miRNAs )63. miRNAs adalah RNA rantai tunggal yang kecil yang
memodulasi sasaran ekspresi gen dengan modulasi paska transkripsi dan
dinyatakan dalam sebagian besar sel . Hubungan antara miRNAs dan sistem
koagulasi tidak jelas sejauh ini. Namun, beberapa data yang ada menghubungkan
miRNAs dengan fungsi trombosit melalui tranlasi dari trombosit mRNA. Ekspresi
dari reseptor P2Y12 , yang penting bagi ADP dirangsang oleh aktivasi reseptor
GP IIb / IIIa sehingga menyebabkan pemanjangan dari agregasi platelet , diatur
melalui miRNAs
65
penting
proses
untuk
trombosit
dengan
hiperreaktif
trombosit
2.5.
Kerangka Teori
PGK
Interaksi antara trombosit
dan dinding pembuluh
darah
Fungsi
kompleks
GP IIb/IIIa
Gangguan
pengikatan
vWF dan
Fibrinogen
Trombosit
Kadar
prostatiklin, NO
trombosit,
konsentrasi NO
Kerusakan
fungsional
interaksi
vWF
dengan
trombosit
Resiko
pendarahan
Granule platelet
terganggu
- rasio
ATP/ADP
- jumlah
seretonin
Anemia
Aktivitas
eritrosit atau
eritropoitin
Koagulasi
-Protein C
-Interleukin-6
Fibrinogen
- p-selectin
-reseptor
fibrinogen
PAC-1
Hiperkoagulas
i
Reaktivitas
trombosit
Endothel
Mikro partikel
-Anti
thrombogenik
Prokoagulan
Prokoagulasi
Kerusakan
sel endotel
Pembentukan
trombus
Resiko trombosis
47
2.6.
Kerangka konsep
PGK stadium
III,IV,V pre
dialisis
LFG
aPTT, PT, D-Dimer,
Waktu pendarahan,
trombosit
Resiko pendarahan
Resiko trombosis