You are on page 1of 29

MATERI INTI 5

PENCATATAN DAN PELAPORAN DATA


SURVEILANS, KLB DAN DATA KEMATIAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Surveilans

Kesehatan

adalah

kegiatan

pengamatan

yang

sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang


kejadian

penyakit

atau

masalah

kesehatan

dan

kondisi

yang

mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau


masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi
guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien. Kegiatannya terdiri dari pengumpulan data,
pengolahan, analisis dan interpretasi serta diseminasi informasi.
Dalam implementasinya hasil kegiatan yang telah dicatat petugas
Puskesmas kemudian dihimpun dan dikelompokkan secara teratur
setiap minggu dan setiap bulan sesuai kebutuhannya. Hasil kegiatan
tersebut dilaporkan setiap awal minggu dan atau setiap awal bulan
berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Khusus Puskesmas
Sentinel juga melaporkan secara langsung kepada Menteri Kesehatan
melalui surat pos, faksimili, surat elektronik (email) atau pelaporan
online. Data yang dikumpulkan merupakan data yang dapat diolah,
dianalisis, di interpretasikan dan didesiminasikan. Hasil analisis data
surveilans dapat digunakan sebagai bahan intervensi program, bahan
pengambilan keputusan dan perencanaan.

II. PENGELOLAAN DATA SURVEILAN PENYAKIT

1.

Data Kesakitan Umum


Laporan Bulanan Kesakitan Umum merupakan laporan jumlah
kejadian

kesakitan

(kasus)

yang

mendapat

pelayanan

di

Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu, Puskesmas


Keliling, dan bidan desa), baik rawat jalan maupun rawat inap,
serta pos-pos pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pada
saat terjadi kejadian luar biasa penyakit dan keracunan, dalam
periode waktu satu bulan kalender.

a.

Sumber Data
1)

Register Rawat Jalan Puskesmas

2)

Register Rawat Inap Puskesmas

3)

Register Rawat Jalan Puskesmas Pembantu

4)

Register Rawat Jalan Puskesmas Keliling

5)

Register

Penderita

Pada

KLB

penyakit

dan

keracunan di pos-pos pelayanan di luar fasilitas


pelayanan kesehatan
b.

Jenis data, Definisi Operasional dan Instrumen


Jenis

data

dan

definisi

operasional

Bulanan UKP 2. Kesakitan Umum,

pada

Laporan

tercantum dalam

Tabel 138
Contoh instrumen Laporan Bulanan UKP 2. Kesakitan
Umum tercantum pada Formulir 144. Laporan Bulanan
UKP 2. Kesakitan Umum.

Tabel
Jenis Data dan Definisi Operasional
Laporan Bulanan UKP 2 Kesakitan Umum
NO.

VARIABEL

INFEKSI PADA USUS

Kolera positif

DEFINISI OPERASIONAL

diare,

dan

pada

pengujian

tinja

teridentifikasi positif bakteri kolera


2

Diare termasuk tersangka Diare


kolera (gastroenteritis)

tersangka

dicurigai

kolera

kolera
apabila

adalah

sh:

(a)seseorang

berumur 5 th atau lebih menderita diare


akut dengan dehidrasi berat, tinja cair
seperti cucian beras, tanpa rasa sakit
perut, atau (b)anak umur <5 tahun di
daerah sedang berjangkit KLB kolera
menderita

diare

akut

(pedoman

tatalaksana diare, 2014)


(Pedoman

Manajemen

Pengendalian

Hepatitis, Diare dan Infeksi Saluran


Pencernaan)
3

Diare tanpa dehidrasi

Diare tanpa disertai tanda dehidrasi

NO.
4

VARIABEL
Diare

dengan

dehidrasi diare dengan 2 keadaan gelisah/rewel,

ringan-sedang
5

Diare

dengan

DEFINISI OPERASIONAL

mata cekung, haus, turgor lambat.


dehidrasi diare

berat

dengan

keadaan

lesug/lunglai/tidak sadar, mata cekung,


mala/tidak mau minum, turgot sangat
lambat.

Disentri (amuba, basiler, diare, dan ditemukan darah dan lendir


diare dengan darah)

pada tinja

Kecacingan

Seseorang yang keluar cacing pada saat


buang

air

besar

dan/atau

hasil

tinja

ditemukan

telur

pemeriksaan
cacing
B

INFEKSI PADA SALURAN PERNAFASAN

Tonsilitis,

faringitis, batuk

dengan

tonsil,

faring,

laring

laryngitis

mengalami peradangan

Influenza like illness (ILI)

Demam >38C dan batuk dalam waktu <


10 hari

Bronkhitis

Bronkhitis adalah radang saluran nafas


(bronchus),

biasanya

dengan

gejala

batuk terus menerus, sakit tenggorokan,


sakit dada, wheezing, meriang (dingin).
Seringkali

sulit

dibedakan

dengan

pneumonia
4

Pneumonia

(termasuk Anak umur 2 bulan - <1th menderita

bronkhopneumonia)

sakit batuk/sesak nafas dengan nafas


cepat 50 kali /menit/lebih
Anak umur 1 th - <5 th menderita sakit
batuk/sesak nafas dengan nafas cepat
40 kali /menit/lebih

NO.
5

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

Pneumonia berat

Anak umur 2 bulan - <5th menderita


sakit batuk/sesak nafas dengan tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam

Anak umur <2 bulan menderita sakit


batuk/sesak nafas dengan nafas cepat
60 kali/menit atau lebih dan atau ada
tarikan dinding dada bagian bawah yang
kuat
C

INFEKSI UMUM BAKTERI

TB

Paru

bakteriologis

terkonfirmasi pada dahak ditemukan bakteri tahan


dan

atau asam

terdiagnosa klinis
2

TB

Selain

Paru

(TBC)

atau

hasil

pengujiam

radiologi teridentifikasi TBC


(Extra

Paru)
3

Kusta (PB)

Kusta ditemukan satu tanda Cardinal


Sign Kusta: (1) lesi/bercak kulit mati
rasa, (2) penebalan syaraf tepi dengan
gangguan

fungsi

saraf,

(3)BTA

kulit

positif
Kusta (PB) jika lesi 1-5 buah, gangguan
satu syaraf dan BTA (-)
4

Kusta (MB)

Kusta (MB) jika lesi >5 buah, atau


gangguan > 1 syaraf, atau BTA (+)

Difteria

Demam, sakit menelan, sesak napas


disertai bunyi (stridor) dan ada tanda
selaput putih keabu-abuan yang melekat
di tenggorokan dan bila diangkat mudah
berdarah

NO.
6

VARIABEL
Batuk Rejan (pertusis)

DEFINISI OPERASIONAL
Batuk lebih dari 2 minggu

disertai

dengan batuk yang khas (terus menerus


atau

paroksismus)

whooping

dan

muntah setelah batuk tanpa sebab yang


lain Atau

batuk

yang

khas

(terus

menerus atau paroksismus) whooping


dan muntah setelah batuk tanpa sebab
yang lain
dan pada pemeriksaan lab usap lendir
dan

tenggorok

ditemukan

kuman

pertussis
7

Tetanus

Ciri khas dari tetanus adalah adanya


kontraksi

otot

(kejang)

disertai

rasa

sakit, terutama otot leher kemudian


diikuti dengan otot-otot seluruh badan.
Kejang terjadi akibat rangsangan. Posisi
khas

yang

terjadinya
wajah

curiga

tetanus

opisthotonus

yang

disebut

dan
dengan

adalah
ekspresi
risus

sardonicus.
Tetanus neonatorum pada bayi 3-28
hari, sulit menyusu, mulut mencucu
disertai kejang rangsang
8

Sifilis

Gunakan alur diagnosis ulkus genitalis.


Penderita

yang

ditemukan

ulkus

genitalis keras, tunggal, tidak nyeri, tepi


rata.
Apabila dilakukan pemeriksaan VDRL
dan TPHA positif

NO.
9

VARIABEL
Gonore

DEFINISI OPERASIONAL
Gunakan

alur

diagnosis

duh

tubuh

urethra
Penderita

laki-laki

ditemukan

duh

tubuh urethra dengan riwayat hubungan


sex

sebelumnya

mikroskopis

dan

ditemukan

atau

secara

bakteri

gram

positif
10

Demam tifoid (klinis)

Demam,

gangguan

pencernaan

dan

petanda gangguan kesadaran (sindrom


klinis belum lengkap)
11

Demam tifoid probable

Sindrom klinis telah lengkap dengan


bukti pemeriksaan laboratorium

12

Demam tifoid konfirmasi

Sindrom klinis telah lengkap dengan


bukti pemeriksaan laboratorium yang
sesuai
Etiologik, biakan atau PCR menemukan
bakteri tifoid

13

Frambusia

RDT

(+) Frambusia konfirmasi adalah ditemukan

konfirmasi/probable

lesi frambusia dan test cepat serologi


positif (RDT).
Frambusia probable adalah ditemukan
lesi, remaja sekolah, dan kontak dengan
frambusia konfirmasi

D
1

INFEKSI UMUM VIRUS


Acute
(AFP)

flaccid

paralysis Anak berumur kurang dari 15 tahun


menunjukkan
(flaccid)

dan

gejala

lumpuh

perkembangan

layuh

sakitnya

cepat (akut), dan bukan disebabkan


ruda paksa

NO.
2

VARIABEL
Campak

DEFINISI OPERASIONAL
Demam lebih dari 38C selama 3 hari
atau lebih disertai bercak kemerahan
berbentuk

makulapapular

disertai

dengan salah satu gejala batuk, pilek


atau mata merah (konjungtivitis)
3

Hepatitis

klinis Demam, badan lemas, mual, selaput

(ikterik/warna

urine mata berwarna kuning, dan air kencing

seperti teh)

berwarna seperti air teh

Hepatitis A

Hepatitis klinis dengan

IgM-antiVHA

serum penderita positif


5

Hepatitis B

Hepatitis klinis dengan HbcAG positif/


HbsAG positif,

Hepatitis C

Hepatitis klinis dengan test anti HVC


positif atau test RNA HCV positif

Hepatitis D

Hepatitis E

Hepatitis klinis dengan anti Hbe positif

Rabies / Lyssa

Menderita sakit

dengan riwayat gigitan

hewan penular rabies:


a. Gejala dan tanda sakit
b. Ditemukan virus rabies
c. Tes FAT positif
d. Ditemukan negri bodies
e. Hewan positif rabies

NO.
10

VARIABEL
Demam berdarah dengue

DEFINISI OPERASIONAL
1. Seseorang berobat dengan gejala
demam mendadak, tinggi, dan terus
menerus 2 hari atau lebih, gejala
perdarahan (antara lain uji tourniquet,
ptekia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena)
trombositopenia (<100.000/dL dan
hemokonsentrasi (hematokrit meningkat
20%/lebih) dan atau serologi positif
2. Penderita demam berdarah dengue
dirujuk oleh RS dan dilakukan
investigasi oleh Puskesmas

11

Demam dengue

Demam mendadak, tinggi, dan terus


menerus

hari

atau

lebih,

gejala

perdarahan (antara lain uji tourniquet,


ptekia, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena)
dengan

trombosit

>100.000/uLdan

hematokrit meningkat <20%


12

Chikungunya

Demam

mendadak,

makulopapular,

dan

bercak

merah

nyeri

sendi

(arthralgia)
13

Cacar Air

Disebut Chicken pox atau varisela adalah


penyakit

virus,

demam

ringan,

ditemukan bercak makulopapuler dan


vesikuler dan meninggalkan keropeng
bundar. Vesikula berbentuk gelembung
monolokuler dan pecah bila ditusuk
14

AIDS

INFESKI UMUM PARASIT

HIV positif dengan gejala klinis

NO.
1

VARIABEL
Malaria suspek

DEFINISI OPERASIONAL
Suspek malaria adalah seseorang yang
menderita sakit dengan gejala demam
atau riwayat demam dalam 48 jam
terakhir dan tinggal di daerah endemis
malaria atau adanya riwayat bepergian
ke daerah endemis malaria dalam empat
minggu terakhir sebelum sakit

Malaria positif (konfirmasi)

Kasus malaria positif adalah seseorang


dengan hasil pemeriksaan darah positif
malaria

berdasarkan

pengujian

mikroskopis parasit malaria atau RDT.


3

Malaria

Plasmodium Kasus

falsiparum

malaria

adalah

positif

seseorang

P.

Falsiparum

dengan

hasil

pemeriksaan darah positif malaria P.


Falsiparum berdasarkan
4

Filariasis

Seseorang

yang

mengandung
dengan

hasil

dalam

darahnya

mikrofilaria

dan/atau

pemeriksaan

deteksi

antigen positif dan/atau memiliki gejala


klinis filariasis- PMK 94,2014
F

PENYAKIT TIDAK MENULAR

Hipertensi

suatu keadaan dimana tekanan darah


sistolik 140 mmHg dan atau tekanan
darah
National

diastolik

Committe

90

mmHg
on

(Joint

Prevention

Detection, Evaluation, and Treatment of


High Pressure VII/ JNC-VII, 2003)
2

Penyakit Jantung Koroner

NO.
3

VARIABEL
Stroke

DEFINISI OPERASIONAL
suatu

keadaan

tanda-tanda

dimana

klinis

ditemukan

yang

cepat berupa defisit

berkembang

neurologi

fokal

atau global, yang dapat memberat

dan

berlangsung selama 24 jam atau lebih


dan atau dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (WHO,1986)
Stroke

dapat

dibedakan

dalam

kelompok besar, yaitu:


1) Stroke Iskemik
Terganggunya sel neuron dan glia karena
kekurangan

darah

akibat

sumbatan

arteri yang menuju otak atau perfusi


otak yang inadekuat. Sumbatan dapat
disebabkan oleh 2 keadaan yaitu:
a) Trombosis dengan gambaran
defisit neurologis dapat memberat dalam
24 jam pertama atau lebih.
b) Emboli dengan gambaran defisit
neurologis pertama kali muncul
langsung sangat berat, biasanya
serangan timbul saat beraktifitas
2) Strok Perdarahan
Terjadi perdarahan intrakranial

akibat

pecahnya pembuluh darah otak


4

Gagal jantung akut

Gagal jantung adalah suatu sindrom


klinis yang komplek sebagai akibat dari
melemahnya

struktur

atau

fungsi

pengisian ventrikel atau ejeksi darah


(AHA 2013).
Akibat
keadaan

gagal

jantung

jantung

akut

yang

tak

terjadi
bisa

memompa darah dengan gejala sesak


nafas hebat secara tiba-tiba.

10

NO.
5

VARIABEL
Diabetes Melitus tipe 1

DEFINISI OPERASIONAL
DM

Tipe

sistemik

adalah

akibat

adalah

terjadinya

kelainan
gangguan

metabolisme glukosa yang ditandai oleh


hiperglikemia kronik.
6

Diabetes Melitus tipe 2

DM tipe II adalah merupakan suatu


kelompok

penyakit

metabolik

dengan

karakteristik hiperglikemi yang terjadi


karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.
7

Obesitas

Suatu keadaan dimana terjadi timbunan


lemak yang berlebihan atau abnormal
pada

jaringan

mengganggu

adiposa

yang

kesehatan.

akan

Seseorang

dikatakan obesitas apabila indeks massa


tubuh (IMT) 25kg/m2.
8

Penyakit Tiroid

Penyakit Paru Obstruktif Gangguan pernapasan yang disebabkan


Kronik

gas/partikel berbahaya, yang tersering


disebabkan

merokok.

Penyakit

ini

ditandai dengan:
- Perjalanan penyakit yang progresif
- Penyempitan (obstruksi) saluran
napas yang tidak sepenuhnya reversible
- Hiperinflasi Paru
- Manifestasi sistemik
- Peningkatan dan beratnya
eksaserbasi akut.

11

NO.
10

VARIABEL
Penyakit Ginjal Kronik

DEFINISI OPERASIONAL
Timbul secara perlahan dan sifatnya
menahun.

Awalnya

tidak

ditemukn

gejala yang khas sehingga penyakit ini


seringkali terlambat diketahui. Kelainan
pada urin atau darah atau kelainan
morfologi, yang berlangsung lebih dari 3
bulan atau bila didapatkan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) < 60 ml/menit.
11

Thalassemia

Sekumpulan

gangguan

genetik

yang

mengakibatkan berkurang atau tidak


ada sama sekali sintetis satu atau lebih
rantai

globin.

Mempunyai

sel

darah

merah yang mudah rusak atau berumur


lebih pendek dari sel darah normal (120
hari),

sehingga

penderita

akan

mengalami anemia, akibat sel-sel darah


tidak mengandung cukup hemoglobin
karena kelainan atau perubahan
Pada salah satu bagian gen hemoglobin.
12

Osteoporosis

Suatu penyakit yang ditandai dengan


berkurangnya massa tulang dan adanya
perubahan
tulang

mikro-arsitektur

yang

kekuatan
kerapuhan

berakibat

tulang

dan

tulang,

jaringan

menurunnya
meningkatnya

sehingga

tulang

mudah patah.
13

SLE/Lupus

14

Hipertropi prostat

penyakit yang berkembang di prostat,


sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi
laki-laki

15

Tumor Payudara

Adanya benjolan yang berasal dari sel


kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang

payudara,

kulit payudara.

12

tidak

termasuk

NO.
16

VARIABEL
Retinoblastoma

DEFINISI OPERASIONAL
tumor ganas di dalam bola mata yang
berkembang

dari

sel

retina

primitif/imatur dan merupakan tumor


ganas primer terbanyak pada bayi dan
anak usia 5 tahun ke bawah dengan
insidens tertinggi pada usia 2-3 tahun
17

Leukemia

penyakit

keganasan

sel

darah

yang

berasal dari sumsum tulang. Biasanya


ditandai oleh

proliferasi sel-sel darah

putih dengan manifestasi adanya sel-sel


abnormal dalam darah tepi
secara

berlebihan

terdesaknya

sel

dan
darah

(sel blast)

menyebabkan
yang

normal

yangmengakibatkan fungsinya terganggu


18

Kanker serviks

Keganasan yang terjadi pada leher rahim


(leher rahim) yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menonjol ke
puncak liang senggama (vagina).

19

Kanker kolorektal

Tumor ganas yang berasal dari mukosa


usus besar atau rektum.

20

Kanker paru

Keganasan di rongga thoraks mencakup


kanker

paru,

metastasis

tumor

tumor

di

mediatinum,
paru,

dan

mesitelioma ganas (keganasan di pleura).


21

Kanker Nasofaring

Sesuai

dengan

Pedoman

Pelayanan

Kesehatan Fasyankes Primer


22

Osteosarcoma

Sesuai

dengan

Pedoman

Pelayanan

Kesehatan Fasyankes Primer


23

Limphoma Malignum

Sesuai

dengan

Pedoman

Pelayanan

Kesehatan Fasyankes Primer


24

Neuroblastoma

Sesuai

dengan

Pedoman

Kesehatan Fasyankes Primer

13

Pelayanan

NO.
21

VARIABEL
Asma

DEFINISI OPERASIONAL
Sesuatu

kelainan

berupa

inflamasi

(peradangan) kronik saluran napas yang


menyebabkan hiperreaktifitas bronkus
terhadap

berbagai

rangsangan

yang

ditandai dengan gejala episodic berulang


berupa mengi (wheezing), batuk, sesak
napas, dan rasa berat di dada terutama
pada malam dan/atau dini hari yang
umumnya

bersifat

reversible

baik

dengan atau tanpa pengobatan


G

GANGGUAN MENTAL

Mental Organik

Gangguan

mental

disebabkan

karena

yang
rudapaksa

diduga
atau

penyakit fisik
2

Gangguan Penggunaan

Diagnosis ditetapkan oleh dokter sesuai

Napza

pedoman pelyanan kesehatan fasyankes


primer atau diagnosis yang ditetapkan
rujukan rumah sakit

Psikotik

Diagnosis ditetapkan oleh dokter sesuai


pedoman pelyanan kesehatan fasyankes
primer atau diagnosis yang ditetapkan
rujukan rumah sakit

Depresi

Diagnosis ditetapkan oleh dokter sesuai


pedoman pelyanan kesehatan fasyankes
primer atau diagnosis yang ditetapkan
rujukan rumah sakit

Ansietas

Diagnosis ditetapkan oleh dokter sesuai


pedoman pelyanan kesehatan fasyankes
primer atau diagnosis yang ditetapkan
rujukan rumah sakit

Gangguan Perkembangan

Diagnosis ditetapkan oleh dokter sesuai

dan Tingkah Laku

pedoman pelyanan kesehatan fasyankes


primer atau diagnosis yang ditetapkan
rujukan rumah sakit

14

NO.
7

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

Percobaan Tindakan

Diagnosis ditetapkan oleh dokter sesuai

Bunuh Diri

pedoman pelyanan kesehatan fasyankes


primer atau diagnosis yang ditetapkan
rujukan rumah sakit

GANGGUAN MATA DAN ADNEKSA

Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata yang


umumnya ditandai dengan kerusakan
saraf

optik

dan

kehilangan

lapang

pandang yang bersifat progresif serta


berhubungan

dengan

berbagai

faktor

risiko terutama tekanan intraocular (TIO)


yang tinggi
2

Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa


yang menyebabkan penurunan tajam
penglihatan (visus)

Hipermetropia

Kelainan
sejajar

refraksi

yang

dimana

masuk

ke

sinar-sinar
mata

tanpa

akomodasi dibias di belakang retina,


sehingga

tajam

penglihatan

tidak

terfokus dengan baik


4

Miopi

Kelainan

refraksi

dimana

sinar-sinar

sejajar yang masuk ke dalam bola mata


tanpa
depan

akomodasi
retina,

akan

dibiaskan

sehingga

di

tajam

penglihatan kabur
5

Astigmatisme

Kelainan refraksi dimana sinar sejajar


tidak dibiaskan pada satu titik fokus
yang sama pada semua meridian. Hal ini
disebabkan oleh kelengkungan kornea
atau

lensa

yang

tidak

sama

pada

berbagai meridian
6

Presbiopia

Kelainan ini terjadi karena lensa mata


mengalami kehilangan elastisitas dan
kemampuan untuk berubah bentuk

Xeroftalmia (rabun senja)

Kelainan mata akibat kekurangan Vit.A

15

NO.
8

VARIABEL
Retinopati diabetic

DEFINISI OPERASIONAL
Suatu mikroangiopati yang mengenai
prekapiler retina, kapiler dan venula,
sehingga

menyebabkan

oklusi

mikro

vaskuler dan kebocoran vaskuler, akibat


kadar gula darah yang tinggi dan lama.
9

Buta

Jika tajam penglihatan satu atau kedua


mata setelah koreksi maksimal 3/60

10

Low vision

Jika tajam penglihatan satu atau kedua


mata setelah koreksi maksimal berkisar
6/18 - 3/60

11

Benda asing di mata

Benda yang dalam keadaan normal tidak


dijumpai di mata bagian luar dan dapat
menyebabkan iritasi jaringan

12

Konjungtivitis

Radang

konjungtiva

yang

dapat

disebabkan oleh mikroorganisme (virus,


bakteri), iritasi atau reaksi alergi dengan
mata merah berair dan sakit
13

Hordeulum

Peradangan supuratif kelenjar kelopak


mata

dengan

tanda

kelenjar

membengkak, dan sakit jika ditekan


14

Pterygium

Pertumbuhan

jaringan

fibrovaskular

berbentuk segitiga yang tumbuh dari


arah konjungtiva menuju kornea pada
daerah interpalpebra
15

Penyakit mata lainnya

Penyakit

mata

yang

tidak

termasuk

dalam kategori di atas


I

GANGGUAN PADA TELINGA DAN MASTOID

Otitis Eksterna

Radang pada liang telinga luar

Otitis Media Akut (OMA)

Peradangan

sebagian

atau

seluruh

mukosa telinga tengah, tuba eustachius,


antrum dan sel-sel mastoid yang terjadi
dalam waktu kurang dari tiga minggu

16

NO.
3

VARIABEL
Otitis

Media

DEFINISI OPERASIONAL

Supuratif Peradangan

Kronis (OMSK, congek)

kronik

telinga

tengah

dengan perforasi membran timpani dan


riwayat keluarnya secret dari telinga
lebih dari 2 bulan, baik terus menerus
maupun hilang timbul

Serumen prop

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea,


kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat
pada bagian kartilaginosa liang telinga.
Serumen prop adalah bila serumen ini
berlebihan dan membentuk gumpalan
yang menumpuk di liang telinga

Presbiakusis

Tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi,


terjadi pada usia lanjut, simetris kiri dan
kanan, disebabkan proses degenerasi di
telinga dalam

Tuli akibat bising

Tuli yang diduga akibat terpapar oleh


bising yang cukup keras dalam jangka
waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja

Tuli kongenital (sejak lahir) Gangguan pendengaran pada bayi/ anak


yang terjadi sejak lahir

Gangguan
lainnya

pendengaran Gangguan

pendengaran

yang

termasuk dalam kategori di atas

17

tidak

NO.
9

VARIABEL
Mastoiditis

DEFINISI OPERASIONAL
Mastoiditis adalah proses inflamasi pada
mukoperious

sellulae

mastoid

yang

terletak pada tulang temporal.


Mastoiditis akut terjadi apabila terapi
yang diberikan saat penderita terkena
otitis media tidak adekuat, sehingga
infeksi menjalar ke mastoid.
Mastoiditis kronis terjadi akibat adanya
penyumbatan pada auditus ad antrum
dan

isthmus

timpani

oleh

berbagai

faktor patologik. Termasuk diantaranya


adalah penebalan atau hiperplasi lipatan
mukosa,

perlekatan

jaringan

yang

meradang, retraksi membran timpani,


eksudat

akibat

proses

peradangan,

edema mukosa, kolesteoma dan kelainan


kongenital.
J

KECELAKAAN DAN KERACUNAN

Cedera akibat kecelakaan Kerusakan pada jaringan fungsi tubuh

transport

karena kecelakaan sarana transportasi

Cedera akibat tenggelam

Kerusakan pada struktur atau fungsi


tubuh yang dikarenakan suatu paksaan
atau

tekanan

fisik

maupun

kimiawi

akibat dari terbenamnya seluruh atau


sebagian tubuh ke dalam cairan.

18

NO.
3

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

Cedera akibat jatuh

Kerusakan pada struktur atau fungsi


tubuh yang dikarenakan suatu paksaan
atau

tekanan

kimiawisebagai
terpeleset,

fisik

akibat

terperosok,

maupun

dari

seseorang

terjatuh

dari

ketinggian secara tidak disengaja ke


tempat yang lebih rendah dari semula
(ketinggian)
karena

baik

yang

penyakit

disebabkan

kronik

maupun

multifaktorial.
4

Cedera akibat terbakar

Kerusakan pada struktur atau fungsi


tubuh yang dikarenakan suatu paksaan
atau

tekanan

fisik

maupun

kimiawi

sebagai akibat rusaknya sebagian atau


seluruh lapisan sel kulit karena cairan
panas, benda panas atau api, termasuk
didalamnya

kerusakan

kulit

karena

radiasi sinar ultraviolet, zat radioaktif,


zat

kimia,

sengatan

listrik,

dan

kerusakan saluran pernapasan karena


trauma inhalasi.
5

Cedera akibat digigit ular

Kerusakan pada struktur atau fungsi


tubuh akibat dari gigitan ular berbisa.

Cedera

atau

kesehatan
kekerasan fisik

gangguan Kerusakan pada struktur atau fungsi


akibat tubuh yang dikarenakan suatu paksaan
atau

tekanan

kimiawiakibat
seseorang

fisik
perbuatan

yang

kesengsaraan atau
fisik

(perbuatan

maupun
terhadap

menimbulkan
penderitaan secara

yang

mengakibatkan

rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat


dan
secara

diprioritaskan
fisik

pada

(dipukul,

kekerasan
ditendang,

ditampar, dll) yang dialami oleh subyek.

19

NO.
7
8

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

Gangguan kesehatan
akibat kekerasan mental
Gangguan

kesehatan

akibat kekerasan seksual


9

Keracunan bahan kimia


(bukan makanan)

10

Keracunan makanan

GANGGUAN (CEDERA, PENYAKIT) AKIBAT KERJA

Sakit akibat kerja

Cedera/kecelakaan akibat
kerja

PENYAKIT LAINNYA

Trauma lahir

Asfiksia

Hipotiroid kongenital

KELAINAN ENDOKRIN (HORMONAL)

Hipotiroid kongenital

KELAINAN BAWAAN SISTEM SYARAF

Spina bifida

Anencephaly

Meningo/Encephalocele

KELAINAN BAWAAN MATA

Katarak kongenital

CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT


Celah langit-langit (langit-

langit sumbing) saja


Celah bibir (bibir sumbing)

saja
Celah
langit

bibir dan langit(bibir

dan

langit-

langit sumbing)

KELAINAN BAWAAN GENITALIA & SALURAN

Hypospadia

Epispadia

20

NO.

VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL

KELAINAN BAWAAN SISTEM

Talipes

Reduction deformity

KELAINAN BAWAAN SALURAN PENCERNAAN


Atreasiani dengan/ tanpa

fistula

Omphalocele

Gastroschisis

KELAINAN BAWAAN LAINNYA

Kembar siam
Tabel 140
Jenis data dan Definisi operasional
Laporan Bulanan Pelayanan Kesakitan Terbanyak

NO.
1.

JENIS DATA
Jenis Penyakit Terbanyak

DEFINISI OPERASIONAL
Merupakan jenis penyakit yang terdata
berdasarkan jumlah kasus terbanyak
yang terdapat di Puskesmas

2.

Kode ICD X

Cukup jelas

3.

Jumlah Kasus Baru

Ks B (Kasus baru) adalah kasus yang


datang berobat untuk pertama kalinya
pada sakit tersebut

4.

Jumlah Kasus Lama

Ks L (Kasus lama) adalah kasus yang


datang berobat untuk kedua kalinya
atau lebih pada episode sakit yang sama
dengan berobat pertama

III.

Data Penyakit Menular Potensi KLB


Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Penyakit Menular
Potensi KLB

sering disebut dengan berbagai nama, antara lain

Laporan Mingguan Wabah/KLB, Laporan W2, dan EWARS.


Kegiatan PWS-KLB dilaksanakan dengan cara menghimpun data
kasus berpotensi wabah/KLB dari data kesakitan yang terekam
dalam data Rawat Jalan Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling dan bidan desa, serta data Rawat Inap
Puskesmas.

21

Data tersebut diatas dihimpun dalam Register PWS KLB setiap


hari, dan dimanfaatkan untuk analisis perkembangan penyakit
menular di wilayah Puskesmas secara teratur (mingguan, bulanan)
menurut wilayah desa/kelurahan. Jenis penyakit yang dipantau
dalam

PWS-KLB

ditetapkan

oleh

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat.
Instrumen yang digunakan dalam PWS penyakit menular potensi
KLB adalah:


Register Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB


(Menurut Desa/Kelurahan)

PWS Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB Menurut


Minggu dan Desa/Keluarahan

Bagan 151.Skema Kegiatan PWS Mingguan Penyakit Menular Potensi KLN

1. Register Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB


a.

Penggunaan
Register Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB
merupakan rekapitulasi data kesakitan (kasus baru)
sejumlah penyakit potensi KLB (sesuai dengan ketetapan
masing masing Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota).
Menurut jenis penyakit dan desa pada minggu tertentu

b.

Sumber Data
Data untuk Register Data Mingguan Penyakit Menular
Potensi KLB diperoleh dari data kesakitan (kasus baru)

22

pada Register Rawat Jalan, Register Rawat Inap, Register


Rawat

Jalan

(berobat)

di

Puskesmas

Keliling,

di

Puskesmas (infduk), Register Rawat Jalan Puskesmas


Pembantu dan Register Rawat Jalan pos kesehatan
desa/bidan desa, serta data kematian pada Register
Kematian Puskesmas.
c.

Jenis Data, Definisi Operasional dan Cara Pengisian


Jenis data dan definisi operasional pada Register Data
Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB tercantum
dalam

tabel 145. Register Data Mingguan Penyakit

Menular Potensi KLB


Contoh instrumen Register Data Mingguan Penyakit
Menular Potensi KLB dan cara pengisiannya tercantum
pada Formulir 149 Register Data Mingguan Penyakit
Menular Potensi KLB

Tabel 143
Jenis Data dan Definisi Operasional
Register Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB
NO

JENIS DATA

DEFINISI OPERASIONAL

Kode Puskesmas

Cukup Jelas

Nama Puskesmas

Cukup Jelas

Tahun

Tahun pendataan

Jumlah

Cukup jelas

Pustu/Poskesdes/
bides yg ada:
5

Jumlah yang melapor

Cukup jelas

Desa/Kel

Cukup jelas

Minggu Ke

yaitu minggu kejadian kesakitan atau saat


berobat

Nama Penyakit

Sesuai dengan jenis penyakit yang ditentukan

(Kasus/Meninggal)

oleh

Dinas

Kesehatan

setempat

kebutuhan masing-masing Puskesmas

23

atau

NO
9

JENIS DATA
Kasus

DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah
tertentu.

kasus

pada

Jumlah

sebelumnya

tidak

minggu

kasus
boleh

dan

pada
digabung,

desa

minggu
tetapi

dibuat nama desa dengan minggu ke yang


terpisah
10

Meninggal

Jumlah kasus meninggal pada desa dan


minggu tertentu

24

2. PWS

Mingguan

Penyakit

Menular

Potensi

KLB

Menurut

Desa/Kelurahan dan Minggu Kejadian


a.

Penggunaan
PWS Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB Menurut
Desa/Kelurahan

dan

Minggu

Kejadian

merupakan

pemantauan perkembangan data kesakitan (kasus baru) satu


jenis penyakit potensi KLB menurut desa/kelurahan dan
minggu kejadian.
b.

Sumber Data
Data PWS Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB Menurut
Desa/Kelurahan dan Minggu Kejadian diperoleh dari Register
Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB.

c.

Jenis Data, Definisi Operasional dan Cara Pengisian


Jenis data dan definisi operasional pada PWS Mingguan
Penyakit Menular Potensi KLB Menurut Desa/Kelurahan dan
Minggu Kejadian tercantum dalam table 144.PWS Mingguan
Penyakit Menular Potensi KLB Menurut Desa/Kelurahan dan
Minggu Kejadian.
Contoh instrumen PWS Mingguan Penyakit Menular Potensi
KLB Menurut Desa/Kelurahan dan Minggu Kejadian dan cara
pengisiannya tercantum pada Formulir 150. PWS Mingguan
Penyakit Menular Potensi KLB Menurut Desa/Kelurahan dan
Minggu Kejadian

Tabel 144
Jenis Data dan Definisi Operasional
Register Data Mingguan Penyakit Menular Potensi KLB
NO

JENIS DATA

DEFINISI OPERASIONAL

Kode Puskesmas

Cukup Jelas

Nama Puskesmas

Cukup Jelas

Tahun

Tahun pendataan

Desa/Kelurahan

Cukup jelas

Jumlah

Kasus

Meninggal

Menurut

dan Jumlah kasus pada minggu kejadian


Desa atau minggu berobat pada desa tertentu

dan Minggu

25

NO
6

JENIS DATA

DEFINISI OPERASIONAL

Kelengkapan laporan

Jumlah

puskesmas

pembantu

jumlah bidan desa melapor dibagi jumlah


puskesmas pembantu + bidan desa yang
ada

IV. DATA KEMATIAN


Laporan Bulanan Data Kematian Puskesmas dibuat berdasarkan data
Register Kematian Puskesmas, dalam periode satu bulan kalender.
a.

Sumber Data
Sumber

data

laporan

bulanan

data

kematian

Puskesmas

bersumber dari Register Kematian Puskesmas.


b.

Jenis Data, Definisi Operasional dan Instrumen


Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Bulanan Data
Kematian, tercantum dalam tabel 141
Contoh instrumen Laporan Bulanan Data Kematian Puskesmas
tercantum pada formulir 147. Laporan Bulanan UKP 5. Data
Kematian Puskesmas.

NO.
1.

Tabel 141. Jenis data dan Definisi operasional


Laporan Bulanan Data Kematian Puskesmas
JENIS DATA
DEFINISI OPERASIONAL
Tanggal Pendataan

Tanggal dilakukan pendataan

Kematian
2.

Identitas Warga yang

Identitas

lengkap warga

yang

meninggal,

meninggal

Nomor Induk Kependudukan, Nomor Kepala


Keluarga, Nama Kepala Keluarga, alamat
lengkap warga yang meninggal, jenis kelamin,
serta tanggal lahir

3.

Tanggal meninggal

Cukup jelas

4.

Lokasi meninggal

Lokasi

spesifik

jalan

26

kejadian

kematian, nama

5.

Sebab kematian

Sebab kematian harus dilaporkan secara jelas


disertai dengan kode ICD X. sebab kematian
harus

dilaporkan

langsung,
penyerta.

27

sebab

juga
dasar,

dengan
dan

Sebab
penyakit

1.

Pelaporan Penetapan Sebab Kematian di Jejaring Puskesmas


Warga meninggal di fasilitas pelayanan yang merupakan jejaring
Puskesmas maka petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan),
wajib membuat Surat Penetapan Sebab Kematian dan dilaporkan
kepada Puskesmas setempat.
1.

Penggunaan
Laporan Penetapan Sebab Kematian merupakan salah satu
sumber data laporan kematian di Puskesmas.

2.

Sumber Data
Data pada Laporan Penetapan Sebab Kematian bersumber
dari hasil pemeriksaan dokter, bidan, atau perawat serta
dokumen

rekam

medis

pasien

meninggal

di

jejaring

Puskesmas.
3.

Jenis

Data,

Definisi

Operasional,

Instrumen

dan

Cara

Pengisian
Jenis data dan definisi operasional pada Laporan Penetapan
Sebab Kematian tercantum dalam tabel 147. Jenis Data dan
Definisi operasional Laporan Penetapan Sebab Kematian.
Contoh instrumen Laporan Penetapan Sebab Kematian dan
cara pengisiannya

tercantum pada Formulir 154. Laporan

Penetapan Sebab Kematian.

Tabel 147
Jenis Data dan Definisi operasional
Laporan Penetapan Sebab Kematian
NO
1.

JENIS DATA
Fasilitas

DEFINISI OPERASIONAL

Pelayanan Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kesehatan
2.

Kab/Kota

Cukup jelas

3.

Provinsi

Cukup jelas

4.

Nama

Nama lengkap sesuai KTP

5.

NIK

Nomor Induk Kependudukan

6.

Tempat tanggal lahir

Cukup jelas

7.

Umur

Umur saat meninggal

8.

Jenis Kelamin

Laki-laki (L) atau Perempuan (P)

9.

Alamat

Alamat lengkap Desa, kelurahan,

28

kecamatan, kabupaten, provinsi


10. Tanggal

dan

jam Cukup jelas

meninggal
11. Lokasi meninggal

Tempat/lokasi meninggal

12. Sebab langsung

Sebab langsung yang menyebabkan


kematian

13. Sebab tidak langsung

Sebab tidak langsung yang


menyebabkan kematian

14. Penyakit

antara lain pembunuhan, bunuh

penyerta/kondisi tertentu

diri, berat bayi lahir rendah/BBLR,


kelainan bawaan, hamil, NAPZA,
HIV, stroke, hipertensi, sakit
jantung, DM, kanker, gagal ginjal,
PPOK

15. Tanggal surat dibuat


16. Nama

dan

Tanggal ketika surat dibuat

tempat Ditulis nama pemeriksa dg

bertugas

gelar/jabatan fungsionalnya

dokter/bidan/perawat
yang

membuat

surat

keterangan

29

You might also like