You are on page 1of 18

STUDI TENTANG PENAMBANGAN BAHAN GALIAN C

DI DESA KALOY KECAMATAN TAMIANG HULU KABUPATEN ACEH


TAMIANG

KIKI NOVITA
NIM : 071233320072

Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial


Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tentang penambangan Bahan
Galian C yang dilihat dari : 1) Pelaksanaan penambangan berdasarkan sistem
perizinan, 2) Peran sosial pengusaha tambang bahan galian C.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha tambang galian
C di Desa Kaloy Kecamatan Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang yang
berjumlah 21 orang. Sehubungan dengan jumlah populasi yang kecil maka
populasi tersebut langsung dijadikan sampel.Teknik pengumpulan data adalah
komunikasi langsung. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kualitatif.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) Pelaksanaan
penambangan berdasarkan sistem perizinan terdiri dari duabelas syarat
kewajiban izin pertambangan. Adapun dari jumlah syarat yang ditentukan 50%
tidak dilaksanakan seluruh penambang Desa Kaloy. Hal tersebut dapat terlihat
pada pelaksanaan peraturan I tentang iuran pajak 76,20% tidak dilaksanakan
penambang dengan tidak bayar dan kadang bayar. Peraturan II tentang
penyampaian laporan hasil produksi 27,80% tidak dilaksanakan penambang
berdasarkan hasil produksi koral dan sirtu. Peraturan IV tentang masa
penggalian 47,62% penambang memiliki masa penggalian sudah habis dan
85,71% penambang belum melaksanakan pendaftaran ulang masa penggalian
usahanya. Peraturan VII tentang pemeliharaan tata guna air yang diperbolehkan
mengeruk dibagian tengah sungai, 23,80% tidak dilaksanakan penambang
dengan megeruk dibagian tepi sungai dan 19,05% mengeruk dibagian tepi dan
tengah sungai. Peraturan IX tentang menjaga penampang sungai dalam keadaan
semula menunjukkan 100% tidak dilaksanakan penambang. (2) Peran sosial
pengusaha tambang Desa Kaloy terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu secara
keseluruhan dapat menyerap 157 orang tenaga kerja lepas dan 126 orang tenaga
kerja tetap. Pendapatan rata-rata Rp.3576190,00/bulan dan 100% penambang
memiliki pendapatan diatas rata-rata UMR Provinsi NAD, sehingga tergolong
mencukupi. Sumbangan sarana umum yakni berupa perbaikan jalan, jembatan,
sumbangan uang ke mesjid dan sekolah.
Kata kunci

: studi, penambangan, bahan galian C

PENDAHULUAN
Sumberdaya
alam
yang
dimiliki
oleh
suatu
wilayah
merupakan potensi yang dimanfaatkan
bagi suatu daerah, pemanfaatan
sumberdaya
alam
ini
akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara
menyeluruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
daerah
sehingga
dapat
mensejahterakan
masyarakat karena dapat memberikan
peluang
pekerjaan.
Berdasarkan
potensi penggunaannya, sumberdaya
alam dibagi menjadi sumberdaya alam
materi, sumberdaya alam energi dan
sumberdaya alam ruang. Sumberdaya
alam materi, yaitu sumberdaya alam
yang dimanfaatkan dalam bentuk
fisiknya, seperti batu, besi, emas, dan
sebagainya. Jika dilihat sumberdaya
alam energi,
yaitu merupakan
sumberdaya alam yang dimanfaatkan
energinya, seperti batu bara, minyak
bumi, gas bumi, air terjun, sinar
matahari, energi pasang surut laut,
kincir angin, dan lain-lain. Dan
sumberdaya alam ruang, yaitu
merupakan sumberdaya alam yang
berupa ruang atau tempat hidup,
misalnya area tanah (daratan) dan
angkasa.
Dalam
pemanfaatannya
sumberdaya alam materi yang dalam
bentuk fisiknya adalah batu-batuan,
besi, emas, dan lain sebagainya,
termasuk kepada sumberdaya alam
yang dimanfaatkan dengan cara
menggali, sehingga dapat dikatakan
dengan bahan galian industri. Untuk
itu maka dalam pemanfaatannya
dilakukan
penggolongan
dan
pengklasifikasian
bahan
galian
industri Indonesia pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 27 tahun
1980 yang menggolongkan bahan

galian menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu


;
a. Golongan A, disebut bahan galian
vital
b. Golongan B, disebut bahan galian
strategis
c. Golongan C, disebut bahan galian
bukan vital dan bukan strategis
Usaha
pertambangan
merupakan usaha dalam melakukan
eksplorasi,
eksploitasi,
produksi,
pemurnian,
serta
penjualan.
Pertambangan bahan galian golongan
C memiliki peran dan fungsi yang
strategis
didalam
kegiatan
pembangunan perekonomian daerah.
Selain memiliki akses penting bagi
kelangsungan
sektor
industri
manukfaktur dan konstruksi, kegiatan
pertambangan ini paling tidak dapat
menjadi salah satu akses mata
pencaharian bagi kalangan masyarakat
yang berpenghasillan rendah.
Pada
dasarnya,
usaha
pertambangan bahan galian strategis
dan vital hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan
atau
perorangan
berdasarkan
kuasa pertambangan
yang
diberikan
dengan
surat
keputusan
menteri.
Usaha
pertambangan bahan galian yang tidak
tergolong strategis maupun vital dapat
dilakukan
dengan
Surat
Izin
Pertambangan Daerah (SIPD). Khusus
di Indonesia untuk bahan galian C
dapat
dilakukan
oleh
perorangan/pengusaha yang tunduk
pada hukum yang berlaku di
Indonesia. Untuk jenis bahan galian
ini di dalam undang-undang yang
berlaku di Indonesia pengusahaannya
telah dilimpahkan kepada Pemerintah
Daerah Tingkat I. Untuk itu maka

Hulu, Bandar Pusaka merupakan salah


satu produk dari DAS Tamiang yang
keberadaannya dimanfaatkan beberapa
anak cabangnya pada bagian hulu
sungai. Bahan galian ini merupakan
hasil dari endapan alluvial muda yang
terdapat pada wilayah aliran sungai
aktif maupun sisi aliran sungai yang
membentuk pasir, kerikil, hingga
kerakal. Hasil tambang pasir dan batu
dipisahkan menjadi 3 jenis komoditi,
yaitu : sirtu, batu kerikil, dan batu
bongkahan (batu koral).
Kegiatan penambangan di
Desa Kaloy yang telah ada sekitar
tahun
1990-an.
Dan
dalam
pemanfaatannya
mengalami
peningkatan pada tiap tahunnya.
Demikian juga peningkatannya makin
bertambah sekitar awal tahun 2007,
hal ini dikarenakan terjadinya bencana
banjir di Desa Kaloy Kecamatan
Tamiang Hulu Kabupaten Aceh
Tamiang pada tahun 2006, dan hal
tersebut membuat endapan material
bahan-bahan galian di daerah aliran
sungai Kecamatan Tamiang Hulu
lebih banyak atau bertambah. Keadaan
tersebut
dimanfaatkan
penduduk
sekitar
dengan
mengoptimalkan
penambangan bahan galian tersebut.

ditiap Daerah Tingkat I (Provinsi)


telah dibentuk Dinas Pertambangan.
Di dalam undang-undang ataupun
Peraturan yang diterbitkan oleh
instansti terkait disebutkan bahwa,
apabila
pengusahanya
adalah
perseorangan, maka harus warga
negara Indonesia dan bertempat
tinggal di wilayah Indonesia. Rakyat
setempat, anggota suatu masyarakat
hukum
tertentu
diperkenankan
melakukan penambangan bahan galian
golongan manapun juga, tetapi
dilaksanakan secara kecil-kecilan
dalam usaha untuk memenuhi
kehidupannya yang dilakukan dengan
peralatan sederhana dan dikategorikan
sebagai
Pertambangan
Rakyat
(Sukandarrumidi, 1999).
Sehubungan dengan uraian di
atas untuk usaha pertambangan bahan
galian ini didalam menentukan
pemilihan
sistim/metode
penambangan
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
antara
lain, seperti kondisi endapan bahan
galian pada bentuk, tebal, kedalaman
bahan galian dan kondisi daerah pada
topografi, daerah pemukiman, dan
lain-lain. Berdasarkan pertimbangan
tersebut
baru
ditentukan
penambangan yang akan diterapkan
dengan melakukan sistim/metode yang
cocok seperti, sistim tambang terbuka
dengan metode benching, stripping,
quarry atau aluvial min. Dan pada
rencana produksi untuk lama dan
kapan rencana produksi direalisasikan
maka pelaksanaan tambang dapat
dilakukan berdasarkan dari total
cadangannya
dan
setelah
diperhitungkan
dengan
rencana
produksi maka dapat diketahui
menjadi berapa tahun habis.
Bahan Galian C di wilayah
Kecamatan Tenggulun, Tamiang

METODOLOGI
Penelitian dilakukan di Desa
Kaloy Kecamatan Tamiang Hulu
Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun
yang menjadi alasan penulis memilih
lokasi ini sebagai lokasi penelitian
adalah bahwa Desa Kaloy Kecamatan
Tamiang Hulu merupakan salah satu
daerah yang memiliki kegiatan
penambangan
bahan
galian
C
sehingga
dapat
menggambarkan
bentuk cara pengelolaan barang
tambang dan begitu pula kondisi sosial
ekonomi masyarakat penambang
tersebut.

Populasi dalam penelitian ini


mengenai gambaran permasalahan
adalah seluruh pengusaha tambang
dari penambangan bahan galian C
galian C di Desa Kaloy Kecamatan
yang meliputi peraturan penambangan
Tamiang Hulu Kabupaten Aceh
dan pelaksanaan penambangan, peran
Tamiang yang berjumlah 21 orang.
sosial pengusaha tambang di Desa
Sehubungan dengan jumlah populasi
Kaloy Kecamatan Tamiang Hulu
yang kecil maka populasi tersebut
Kabupaten Aceh Tamiang.
langsung dijadikan sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel dalam penelitian ini yaitu :
A. Kharakteristik
Demografi
pelaksanaan penambangan bahan
Penambang
galian C berdasarkan sistem perizinan
1. Domisili/
Tempat
Tinggal
dinas pertambangan dan eneregi, dan
Penambang
peran sosial yang terdiri dari
Distribusi penambang menurut
penyerapan
tenaga
kerja
dan
tempat tinggal berdasarkan tabel 11
pembangunan
setempat.
Teknik
tersebut menunjukkan bahwa sebagian
pengumpulan data yang dipergunakan
besar penambang bertempat tinggal di
Desa Kaloy sebanyak 15 orang
dalam penelitian adalah terdiri atas
(71,42%), kuala simpang sebanyak 2
data primer dan data sekunder :
orang (9,52%), karang baru sebanyak
komunikasi langsung dan studi
1 orang (4,77%), manyak payed
dokumentasi.
sebanyak 1 orang (4,77%), dan medan
Teknik analisa data yang
sebanyak 2 orang (9,52%). Distribusi
digunakan dalam penelitian ini adalah
penambang
berdasarkan
tempat
menggunakan
metode
deskriptif
tinggal dapat dilihat pada tabel 1.
kualitatif, berdasarkan hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini
Tabel 1. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Menurut Tempat Tinggal
No.
Tempat Tinggal
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Desa Kaloy
15
7,42
2.
Kuala Simpang
2
9,52
3.
Karang Baru
1
4,77
4.
Manyak Payed
1
4,77
5.
Medan
2
9,52
Jumlah
21
100,00
Sumber : Data Primer 2011
2. Lokasi Penambangan
Pelaksanaan
penambangan
menurut lokasi penambangan bahan
galian C dapat diketahui bahwa
berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh
di
lapangan
100%
penambang
melaksanakan
penambangan di Desa Kaloy.

3. Luasan Areal Penambangan


Luasan areal penambangan
bahan galian C di Desa Kaloy yang
dimiliki penambang dapat dilihat
pada table 2.

Tabel 2. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Menurut Luasan Areal


Penambangan
No. Luasan Areal Penambangan
Frekuensi
Persentase (%)
(meter)

100 5000
5100 10000
10100 15000
15100 20000
> 20000
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui luasan areal penambangan
yang dimiliki penambang adalah
sebagian besar antara seluas 5100
10000 M sebanyak 8 responden
(38,10%), antara seluas 15100
20000 M sebanyak 6 responden
(28,58%), antara seluas 10100
15000 sebanyak 3 responden
(14,28%), antara seluas 100 500 M
sebanyak 2 responden (9,52%), dan
seluas > 20000 sebanyak 21
responden (9,52%). Dari hasil
penelitian
di
lapangan
dapat
diketahui luasan areal penambangan
yang dimiliki penambang merupakan
luas areal yang sudah ditetapkan oleh
Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Aceh Tamiang sehingga
dapat dikatakan luas areal tersebut
bukan pematokan yang dibuat oleh
penambang pribadi.
1.
2.
3.
4.
5.

2
8
3
6
2
21

9,52
38,10
14,28
28,58
9,52
100,00

22.000,- dengan pengenaan pajak


sebesar 7% sebanyak Rp.
1.500/M3, sedangkan nilai pasar
khususnya penambang koral
adalah Rp. 35.000,- dengan
pengenaan pajak sebesar 6%
sebanyak Rp. 2.400/M3.
b. Harga Standar Bahan Mineral
Bukan Logam dan Batuan
Berlaku Pada Proyek Fisik/
Pembangunan,
yaitu
harga
standar sirtu adalah Rp. 60.000,dengan pengenaan pajak sebesar
7% sebanyak Rp. 4.200/M3,
sedangkan nilai harga standar
batu koral adalah Rp. 150.000,dengan pengenaan pajak sebesar
6% sebanyak Rp. 9.000/M3.
Nilai Pasar atau Standar
Harga Satuan sebagaimana dimaksud
digunakan sebagai dasar perhitungan
Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
sebagaimana
mestinya
dimaksud dalam Qanun Kabupaten
Aceh Tamiang Nomor 14 Tahun
2009 tentang Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan.

B. Pelaksanaan
Penambangan
Berdasarkan Perizinan
Keputusan Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Aceh Tamiang Nomor 05 Tahun
2011 Tentang Nilai Pasar atau Harga
Standar Satuan Bahan Mineral
Bukan Logam dan Batuan Di
Kabupaten
Aceh
Tamiang.
Keputusan
yang
diberlakukan
tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Nilai Pasar Bahan Mineral Bukan
Logam dan Batuan yang berlaku
pada penambang, khususnya
penambang sirtu adalah Rp.

1. Pelaksanaan Penambangan Di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
I
Tentang
Pembayaran Pajak Eksploitasi
a. Tarif Pajak Eksploitasi
Tarif pajak eksploitasi hasil
produksi penambang di Desa Kaloy
yang harus dibayar berdasarkan jenis
bahan galian yang dieksploitasi yakni
dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tarif Pajak Ekploitasi Penambang di Desa Kaloy Berdasarkan izin


Jenis Bahan Galiannya
Tarif Pajak/M3
No
Wajib Pajak
(Rp)

Sirtu
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500

1.
Siti Zulaiha
2.
Suyatno Paninggit
3.
Muhammad Jali
4.
Salih Ibrahim
5.
Muhammadsyah,SH
6.
Bahrum
7.
Romansyah
8.
Saleh Ibrahim
9.
Usman AR
10.
M. Joni Evita
11.
Mansyur
12.
M. Mulya
13.
H. Hussin Bugis
14.
Zulkifli
15.
Rabiansyah
16.
T. Aminuddin
17.
Ok Ulul Azmi
18.
T. Aminuddin
19.
Joni Rusli
20.
Edi Samsir
21.
Teguh Wijaya
Sumber : Data Primer 2011

Koral
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400

Tarif pajak eksploitasi yang


lebih mahal daripada sirtu, akan
harus dikeluarkan oleh penambang di
tetapi menurut tingkat kesulitan dari
Desa Kaloy merupakan tarif yang
pengerukannya, bahan galian sirtu
harus dibayar sesuai dengan izin
lebih mudah dikeruk dari pada koral
jenis bahan galian yang dieskploitasi
karena pada umumnya kebanyakan
penambang.
Berdasarkan
hasil
penambang mengambil bahan galian
penelitian yang diperoleh pada tabel
koral dengan cara manual.
3 bahwa seluruh penambang
mengeksploitasi bahan galian sirtu
b. Pelaksanaan Pembayaran
dan sebagian kecil penambang ada
Pajak Eksploitasi Penambang
mengeksploitasi bahan galian koral,
di Desa Kaloy
hal tersebut dikarenakan ketersediaan
Pelaksanaan
pembayaran
jenis bahan galian sirtu lebih banyak
pajak eksploitasi penambang di Desa
dari jenis bahan galian koral
Kaloy antaralain membayar dengan
sehingga penambang di Desa kaloy
kadang bayar, selalu bayar, dan tidak
lebih mengoptimalkan menambang
bayar, seperti yang dapat terlihat
bahan galian sirtu dari pada koral.
pada tabel 4
Demikian pula walau harga koral
Tabel 4. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Menurut Pelaksanaan
Pembayaran Pajak Eksploitasi
No.

Pelaksanaan Pembayaran Pajak

Frekuensi

Persentase (%)

1.
2.
3.

Kadang Bayar
Selalu Bayar
Tidak Bayar
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011

13
5
3
21

Berdasarkan tabel 4 dapat


diketahui bahwa penambang yang
melaksanakan pembayaran pajak
eksploitasi adalah sebagian besar
dengan kadang bayar sebanyak 13
responden (61,90%), selalu bayar
sebanyak 5 responden (23,80%), dan
tidak bayar sebanyak 3 responden
(14,30%). Dalam hal ini dapat
dijelaskan pada kriteria pembayaran
pajak yang dilaksanakan penambang
menurut hasil wawancara dari salah
satu pegawai Dinas Pertambangan
dan Energi
Kabupaten Aceh
Tamiang
yang
mengatakan
pembayaran
pajak
eksploitasi
dilakukan sebulan sekali untuk wajib
pajak pemilik usaha pertambangan
bahan galian C di Desa Kaloy.
Sehubungan dengan hal tersebut
dapat diketahui dari hasil penelitian
di lapangan bahwa pelaksanaan
pembayaran pajak yang kadang
bayar merupakan penambang yang
membayar pajak beberapa kali dalam
setahun yang dapat diartikan tidak
membayar tiap bulannya, sedangkan
yang selalu bayar merupakan
penambang yang membayar tiap
bulannya sebagaimana mestinya
pada peraturan yang ditentukan, dan
bagi penambang yang tidak bayar
pajak merupakan penambang yang
sama sekali belum membayar pajak
selama izin beroperasi. Hal tersebut
dikarenakan
penambang
jarang

61,90
23,80
14,30
100,00

beroperasi
terhadap
usaha
pertambangannya sehingga sulitnya
penambang dalam membayar pajak
eksploitasi. Untuk ini dari pihak
Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Aceh Tamiang sudah
memberikan
peringatan
bagi
penambang tersebut untuk membayar
eksploitasinya
akan
tetapi
penambang tetap saja belum bisa
membayar pajak tersebut, dan dalam
hal ini juga dinas pertambangan
tersebut memberikan toleransi bagi
penambang yang belum membayar.
2. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
II
Tentang
Penyampaian Laporan Hasil
Produksi Bahan Galian C
a. Jenis Bahan Galian C
Jenis bahan galian C yang
ditambang oleh penambang di Desa
Kaloy terdiri dari sirtu dan koral.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh di lapangan bahwa jenis
bahan galian yang ditambang adalah
sebagian besar sirtu dan koral
sebanyak 12 responden (57,14%),
dan sirtu sebanyak 9 responden
(42,86%).
b. Hasil Pengerukan/ Produksi
Bahan
Galian
Sirtu
Penambang di Desa Kaloy PerHari
Hasil pengerukan/ produksi
sirtu penambang di Desa Kaloy dapat
dilihat pada tabel 5.
7

Tabel 5. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Menurut Hasil Produksi


Bahan Galian Sirtu
No.
Jumlah Pengerukan Sirtu/M3
Frekuensi
Persentase (%)
(Per-Hari)
1.
10 20
2
9,52
2.
21 30
7
33,33
3.
31 40
6
28,29
4.
41 50
5
23,80
5.
51 60
1
4,76
Jumlah
21
100,00
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan tabel 5 dapat
memiliki jumlah bahan galian yang
diketahui bahwa jumlah hasil
lebih banyak merupakan penambang
pengerukan/ produksi penambang di
yang selalu aktif beroperasi.
Desa
Kaloy
beranekaragam
jumlahnya, yakni jumlah pengerukan
c. Hasil Pengerukan/ Produksi
3
mencapai 10 60 M sirtu dalam
Bahan Galian Koral
sehari. Hasil produksi penambang
Penambang di Desa Kaloy Peruntuk bahan galian sirtu adalah hasil
Hari
produksi antara 21 30 M3 sebanyak
Berdasarkan hasil penelitian
7 responden (33,33%), antara 31 40
di lapangan dapat diketahui bahwa
M3 sebanyak 6 responden (28,29%),
sebanyak 12 penambang ada
antara 41 50 M3 sebanyak 5
mengeksploitasi bahan galian koral
responden (23,80%), antara 10 20
dan sebanyak 9 penambang lainnya
M3 sebanyak 2 responden (9,52%),
hanya mengeskploitasi bahan galian
3
dan antara 51 60 M sebanyak 1
sirtu. Untuk itu hasil pengerukan/
responden (4,76%). Dalam hal ini
produksi koral penambang di Desa
untuk jumlah hasil produksi yang
Kaloy dapat dilihat pada tabel 16
didapat bagi penambang yang
berikut :
Tabel 6. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Menurut Hasil Produksi Koral
No.
Jumlah Pengerukan Koral/M3
Frekuensi
Persentase (%)
(Per-Hari)
1.
10
4
33,33
2.
15
3
25,00
3.
20
4
33,33
4.
25
1
8,34
Jumlah
12
100,00
Sumber : Data Primer 2011
jumlah produksi 15 M3 sebanyak
(25,00%), dan jumlah produksi 25
M3 sebanyak 1 responden (8,34%).

Berdasarkan tabel 6 dapat


diketahui bahwa hasil pengerukan/
produksi
bahan
galian
koral
penambang adalah sebagian besar
jumlah produksi 10 dan 20M3
sebanyak 4 responden (33,33%),

3. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
8

batas-batas wilayah penambangan


Peraturan
III
Tentang
yang di berikan Dinas Pertambangan
Pematokan
Batas-batas
dan Energi
Kabupaten Aceh
Wilayah Penambangan
Pematokan
batas-batas
Tamiang.
wilayah yang dimaksud adalah
luasan areal penambangan yang
4. Pelaksanaan Penambangan di
diperbolehkan untuk ditambang pada
Desa
Kaloy
Berdasarkan
tiap-tiap penambang. Berdasarkan
Peraturan
IV
Tentang
hasil penelitian yang diperoleh di
Permohonan
Pendaftaran
lapangan dapat diketahui bahwa
Ulang Perpanjangan Masa
pelaksanaan penambangan yang
Penggalian
dilakukan penambang di Desa Kaloy
a. Tahun Usaha Pertambangan
berdasarkan batas-batas wilayah
Tahun usaha pertambangan
penambangannya
adalah
100%
yang diusahakan oleh penambang
penambang ada membuat pematokan
dapat dilihat pada table 7 :
Tabel 7. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Menurut Tahun Usaha
Pertambangan
No.
Tahun Usaha Pertambangan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
2006
1
4,77
2.
2008
9
42,85
3.
2009
5
23,80
4.
2010
6
28,58
Jumlah
21
100,00
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan data dari table 9
berdasarkan tahun berdirinya usaha
dapat
diketahui
tahun
usaha
peertambangan
penambang
pertambangan yang diusahakan
menunjukkan bahwa tidak memiliki
penambang di Desa Kaloy adalah
perbedaan yang cukup signifikan,
sebagian besar pada tahun 2008
dimana pada penambang yang
sebanyak 9 responden (42,85%),
memiliki
masa
berlaku
izin
tahun 2010 sebanyak 6 responden
penambangan
sebanyak
11
(28,58%), tahun 2009 sebanyak 5
responden (52,38%) dan yang
responden (23,80%), dan paling
memiliki
masa
habis
izin
sedikitnya pada tahun 2006 sebanyak
penambangan
sebanyak
10
1 responden (4,77%).
responden (47,62%). Dalam hal ini
berdasarkan hasil penelitian yang
b. Masa
Berlaku
Izin
diperoleh di lapangan dapat diketahui
Penambangan
Distribusi penambang di
bahwa bagi penambang yang
Desa Kaloy menurut masa berlaku
memiliki masa izin penambangannya
izin penambangan dapat diketahui
sudah habis tetap melakukan
dari hasil penelitian yang diperoleh
penambangan/ beroperasi.
di lapangan bahwa dalam masa
berlaku izin penambangan ditetapkan
c. Pelaksanaan
Perpanjangan
selama 2 tahun oleh Dinas
Masa Penggalian
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Berdasarkan hasil penelitian
Aceh Tamiang, maka jika dilihat
yang diperoleh di lapangan dapat

diketahui pelaksanaan penambangan


di
Desa
Kaloy
berdasarkan
permohonan
pendaftaran
ulang
untuk perpanjangan masa penggalian
adalah sebagian besar belum
melaksanakan pendaftaran ulang
perpanjangan
masa
penggalian
sebanyak 18 responden (85,71%) dan
sudah melaksanakan pendaftaran
ulang perpanjangan masa penggalian
sebanyak 3 responden (14,29%).
Sehubungan dengan hal tersebut
menurut hasil penelitian di lapangan
dapat diketahui bahwa penambang
yang
belum
melaksanakan
pendaftaran
ulang
merupakan
penambang yang memiliki masa
penggalian masih lama, yakni
berjumlah 11 orang, sedangkan
penambang lainnya yang belum
melaksanakan pendaftaran ulang
merupakan
penambang
yang
memiliki masa penggalian sudah
habis yakni sebanyak 7 orang.

perpanjangan SIPD adalah sebagian


besar
belum
melaksanakan
permohonan perpanjangan SIPD
sebanyak 13 responden (61,90%) dan
sudah melaksanakan permohonan
perpanjangan SIPD sebanyak 8
responden (38,10%).
6. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
VI
Tentang
Penunjukkan Surat/ Bukti
Kewajiban Kepada Petugas
Dinas
Pertambangan
dan
Energi
Kabupaten
Aceh
Tamiang
Penunjukkan surat/ bukti
kewajiban yang dimaksud adalah
penambang
wajib
memberi
keterangan dengan menunjukkan
surat-surat yang dimaksud kepada
petugas yang datang ke lokasi
penambangan. Dari hasil penelitian
di lapangan dapat diketahui bahwa
pelaksanaan penambangan di Desa
Kaloy berdasarkan penunjukkan
surat/ bukti kewajiban kepada
petugas Dinas Pertambangan dan
Energi Kabupaten Aceh Tamiang
adalah sebanyak 21 penambang
(100%) melaksanakan peraturan ini
sebagaimana mestinya.

5. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
V
Tentang
Permohonan
Perpanjangan
SIPD (surat izin pertambangan
daerah)
Permohonan
perpanjangan
SIPD (Surat Izin Pertambangan
Daerah) yang dimaksud adalah
7. Pelaksanaan Penambangan di
penambang melakukan perpanjangan
Desa
Kaloy
Berdasarkan
masa penggalian untuk dapat
Peraturan
VII
Tentang
mengoperasikannya dalam jangka
Pemeliharaan Tata Guna Air
waktu berikutnya, sesuai dengan
a. Sistem Penambangan
perpanjangan masa izin penggalian
Distribusi penambang di
yang dibuat. Dari hasil penelitian di
Desa
Kaloy
menurut
sistem
lapangan dapat diketahui bahwa
penambangan
dapat
diketahui
pelaksanaan penambangan di Desa
berdasarkan data tabel 8 :
Kaloy berdasarkan permohonan
Tabel 8. Distribusi Penambang di Desa Kaloy menurut Sistem Penambangan
No.
Sistem Penambangan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Manual
6
28,57

10

Mekanik Back Hoe


Backhoe Manual
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011
2.
3.

3
12
21

Berdasarkan
tabel
8
menunjukkan
bahwa
sistem
penambangan
yang
dilakukan
penambang adalah sebagian besar
menggunakan sistem penambangan
back hoe manual sebanyak 12
responden
(57,15%),
manual
sebanyak 6 responden (28,57%), dan
mekanik back hoe sebanyak 3
responden (14,28%). Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh di
lapangan dapat diketahui bahwa
sistem penambangan yang dilakukan
penambang sudah dalam prosedur
yang diperbolehkan oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Aceh Tamiang.
Sistem penambangan yang di
lakukan penambang di Desa Kaloy
khususnya
menggunakan
alat
mekanik back hoe merupakan
sistem penambangan yang sangat
membantu
penambang
dalam
menghasilkan jumlah pengerukan
yang lebih banyak daripada dengan
menggunakan sistem penambangan
secara manual. Dan hal ini bagi
sebagian penambang lainnya yang
menggunakan alat secara manual
merupakan suatu kendala karena
kurangnya alat-alat yang mendukung
usahanya dalam beroperasi.

14,28
57,15
100,00

areal penambangan. Sehubungan


dengan
hal
tersebut,
areal
penambangan yang dilakukan di
aliran sungai Desa Kaloy adalah
merupakan sumber air utama
masyarakat Desa Kaloy untuk
mencuci, mandi, dan memasak.
Untuk itu didalam penelitian ini
pihak Dinas Pertambangan dan
Energi Kabupaten Aceh Tamiang
memberi ketentuan tentang cara
pengambilan bahan galian atau
penambangan
dengan
memperbolehkan
penambang
mengambil bahan galiannya dibagian
tengah sungai, akan tetapi dalam
pelaksanaannya
ada
beberapa
penambang yang mengambil bahan
galian di tepi sungai (Lihat Gambar.
6). Berdasarkan hasil penelitian yang
peroleh di lapangan dapat diketahui
bahwa pelaksanaan penambangan
berdasarkan pemeliharaan tata guna
air
adalah
sebagian
besar
penambangan dibagian tengah sungai
sebanyak 12 responden (61,90%),
penambangan dibagian tepi sungai
sebanyak 5 responden (23,80%), dan
penambangan dibagian tepi dan
tengah sungai sebanyak 4 responden
(19,05%).
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
pemeliharaan tata guna air, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 9 :

b. Pelaksanaan
Penambangan
Berdasarkan Tata Guna Air
Pemeliharaan tata guna air
yang dimaksud adalah penambangan
yang
dilakukan
dengan
memerhatikan keadaan lingkungan di
Tabel 9. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Berdasarkan Pemeliharan
Tata Guna Air
11

No.
1.
2.
3.

Pelaksanaan Penambangan
Bagian Tepi Sungai
Bagian Tengah Sungai
Bagian Tepi dan Tengah sungai
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011
Penambangan
yang
dilakukan penambang di Desa Kaloy
dengan cara pengambilan atau cara
pengerukan bahan galian tersebut
memiliki berbagai alasan tertentu.
Menurut hasil penelitian yang
diperoleh di lapangan dapat diketahui
bahwa bagi penambang yang
mengambil bahan galian dengan cara
pengerukan dibagian tepi sungai
merupakan
keuntungan
bagi
penambang, karena jika dilihat dari
tingkat kesulitannya pengerukan
dibagian tengah sungai lebih sulit
dibandingkan di tepi sungai, untuk
itu ada sebagian
penambang
melaksanakan
penambangannya
dibagian tepi sungai dengan alasan
lebih mudah pengerukannya daripada
mengeruk dibagian tengah sungai.

Frekuensi
5
12
4
21

Persentase (%)
23,80
57,15
19,05
100,00

Desa Kaloy seperti kerusakan


lingkungan jalan. Berdasarkan hasil
penelitian
di
lapangan
dapat
diketahui bahwa 100% penambang
dapat dikatakan tidak merusak
lingkungan. Dalam hal ini karena
para penambang ada melaksanakan
peraturan ini dengan memperbaiki
jalan di Desa Kaloy sebagai
tanggung jawabnya dalam menjaga
lingkungan di daerah Desa Kaloy.
9. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
IX
Tentang
Penampang Sungai Harus
Dalam
Keadaan
Semula
(sebelum
dilakukan
penambangan) dan Tidak
Boleh Merubah Penampang
Sungai Akibat Pengerukan
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan peraturan kesembilan
yang dimaksud
adalah kegiatan
penambangan yang dilakukan setelah
pengerukan, maka wajib bagi
penambang untuk memperbaikinya
dengan keadaan semula. Sehubungan
dengan hal tersebut berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh melalui
wawancara langsung kepada salah
satu pegawai Dinas Pertambangan
dan Energi
Kabupaten Aceh
Tamiang yang mengatakan bahwa
penampang sungai yang ditetapkan
pada peraturan ini bertujuan agar
para
pemilik
usaha
tambang
melakukan penambangannya dengan

8. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
VIII
Tentang
Kegiatan Penambangan Tidak
Merusak Lingkungan
Kegiatan penambangan pada
umumnya
memiliki
pengaruh
terhadap daerah lingkungan sekitar
pertambangan mengingat lingkungan
tersebut merupakan lingkungan
masyarakat. Penambang di Desa
Kaloy sedikit banyaknya dalam
usaha
pertambangannya
dapat
menggunakan truk mencapai 5 25
truk angkut bahan galian dalam
sehari. Demikian halnya banyaknya
jumlah truk penambang berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan wilayah

12

tertib
dan
tidak
merugikan
masyarakat sekitar Desa Kaloy.
Menurut hasil penelitian di
lapangan dapat diketahui bahwa
sebanyak 100% penambang tidak
melaksanakan peraturan ini dengan
tidak menjaga penampang sungai
dalam keadaan semula (sebelum
dilakukannya
penambangan),
sehingga penampang sungai di Desa
Kaloy
menjadi
lebar
muara
sungainya karena bekas korekan/
penambangan. Hal ini sesuai dengan
Notohadiprawiro
(2006)
yang
mengatakan bahwa penambangan
merupakan mengeruk kaki tebing
atau bukit yang merusak kemantapan
lereng dan memacu keruntuhan
seluruh lereng. Pengambilan bahan
galian dari dasar sungai membuat
dasar sungai menjadi tidak rata. Hal
ini memacu terjadinya turbulen yang
meningkatkan erosivitas dan daya
angkut aliran sungai, selanjutnya
mengubah regim sungai. Regim
sungai yang dimaksud adalah
kemampuan sungai mempertahankan
geometri melintang dan membujur
alurnya dengan mengimbangkan laju
pengendapan
dan
pengikisan
sepanjang alurnya. Pengubahan
regim sungai berarti mengubah
perilaku sungai sebagai penyalur air
yang pada gilirannya akan mengubah
hidrologi wilayah.
Penambangan yang dilakukan
penambang di Desa Kaloy pada saat
sebelum dan sesudah pengerukan
(Lihat Gambar 7) menurut hasil
penelitian yang diperoleh di lapangan
dapat diketahui bahwa seluruh
penambang
tidak
menjaga
penampang sungai seperti keadaan
semula, hal ini disebabkan bahwa
pada
sebelum
dilakukannya
pengerukan daerah
tepi muara

sungai terlihat dalam keadaan normal


maksudnya tidak terdapatnya bekas
pengerukan dan lubang di tepi
sungai. Kemudian jika dilihat pada
sesudah dilakukannya pengerukan
maka terlihat pada daerah muara
aliran sungai di lokasi penambangan
terdapat bekas-bekas pengerukan,
terlebih pada penambang yang
mengeruk dibagian tepi akan
berpengaruh terhadap daerah tepi
muara sungainya yang menjadi lobok
(agak dalam).
10. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan X Tentang Bahanbahan Galian Batu Kali dan
Pasir Yang Berada Di dalam
Sungai Adalah Tetap Milik
Negara
Bahan-bahan galian yang
dimaksud adalah ketersediaan bahan
galian tambang yang ada di dalam
sungai Desa Kaloy merupakan
dibawah
naungan
Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Aceh Tamiang. Sehubungan dengan
hal
tersebut
menurut
hasil
wawancara salah satu pegawai Dinas
Pertambangan,
Pak
Fahmi
mengatakan untuk isi butir peraturan
ini
sebagai
penjelasan
yang
menegaskan bagi para penambang
untuk mengambil bahan galian di
dalam sungai tidak dibenarkan
mengambil secara sembarangan atau
tanpa izin usaha, dan harus
berdasarkan izin pertambangan yang
dimiliki
penambang.
Dan
berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh
bahwa
100%
para
penambang di Desa Kaloy memiliki
izin usaha pertambangan, ini berarti
penambang melakukan penambangan
secara legal.

13

dapat
diketahui
tentang
penambangan bahan galian C di
Desa Kaloy Kecamatan Tamiang
Hulu Kabupaten Aceh Tamiang yang
dilihat antara lain dari pelaksanaan
penambangan berdasarkan perizinan,
dan peranan sosial usaha penambang.
Untuk lebih jelasnya dapat diketahui
pada pembahasan berikut ini.

11. Pelaksanaan Penambangan di


Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan XI Tentang Batas
Wilayah Penambangan atau
Pengeksploitasian
Bahan
Galian C
Batas wilayah yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah luas areal
penambangan yang dieksploitasi
penambang dengan tidak melewati
batas yang telah ditentukan dari
Dinas Pertambangan dan Energi.
Dalam hal ini berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh di lapangan
mengenai pelaksanaan penambang
manurut batas wilayah penambangan
bahwa 100% penambang ada
melaksanakan
penambangannya
sesuai dengan batas-batas wilayah
yang telah ditentukan.

C. Peranan Sosial Pengusaha


Tambang
Peranan sosial pengusaha
tambang terhadap penyerapan tenaga
kerja memberikan pengaruh bagi
seseorang
untuk
mendapatkan
pekerjaan. Kegiatan penambangan di
Desa Kaloy memberikan keuntungan
bagi masyarakat sekitar atau
penduduk asli daerah tersebut untuk
dapat bekerja. Sehubungan dengan
hal tersebut Hartomo dan Aziz
(2008) menjelaskan peranan sosial
adalah suatu cara atau perbuatan dan
tindakan seseorang individu dalam
usahanya memenuhi tanggung jawab
hak-hak dari status sosialnya, maka
seseorang akan terlihat menjalankan
kegiatan sesuai dengan status
sosialnya masing-masing yang dapat
dilihat dari peranannya. Dalam hal
ini berkaitan dengan kegiatan
penambangan di Desa Kaloy yang
dapat menyerap tenaga kerja lepas
dan tenaga kerja tetap. Adapun
menurut data hasil penelitian dapat
diketahui jumlah penyerapan tenaga
kerja lepas yang bekerja di
penambangan bahan galian C Desa
Kaloy secara keseluruhan yakni
berjumlah 157 orang. Hal ini
menunjukkan
bahwa
kegiatan
penambangan tersebut termasuk pada
usaha yang cukup besar. dan tenaga
kerja lepas yang berkerja di
penambangan tersebut sebagian

12. Pelaksanaan Penambangan di


Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
XII
Tentang
Penambangan Tidak Didekat
Jembatan
Dengan
Jarak
Sekurangnya 500 MeterBatas
Wilayah Penambangan atau
Pengeksploitasian
Bahan
Galian C
Penambangan yang tidak
diperbolehkan didekat jembatan,
berdasarkan hasil penelitian di
lapangan dapat diketahui bahwa
100%
penambang
tidak
ada
melaksanakan penambangan didekat
jembatan, seperti ketentuan syarat
yang dimaksud. Sehubungan dengan
hal
tersebut
pihak
Dinas
Pertambangan dan Energi juga
memberi
peringatan
kawasan
larangan
pertambangan
berupa
planplet di tiap-tiap jembatan.
Dari hasil penelitian yang
telah teruraikan sebelumnya maka

14

besar didapat dari luar daerah Desa


Kaloy, karena usaha pertambangan
ini membutuhkan pekerja yang
memiliki keterampilan sebagai supir
angkut truk dan operator back hoe.
Sedangkan
jika
dilihat
pada
penyerapan tenaga kerja tetap
menurut data hasil penelitian dapat
diketahui bahwa tenaga kerja yang
bekerja di penambangan Desa Kaloy
secara keseluruhan berjumlah 126
orang dan pekerja tetap ini adalah
sebagian
bersar
merupakan
penduduk asli Desa Kaloy.
Pendapatan
rata-rata
penambang di Desa Kaloy adalah
Rp.3576190,00/bulan.
Jika
dibandingkan dengan standar UMR
(Upah Minimum Regional) yang
berlaku di Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam tahun 2011 yakni
sebesar Rp. 1.350.000/bulan, maka
dalam hal ini 100% pendapatan
penambang memiliki pendapatan
diatas rata-rata dari standar UMR
tersebut atau termasuk mencukupi.
Jika dibandingkan dengan jumlah
jam kerja penambang di Desa Kaloy
menurut data hasil penelitian dapat
diketahui bahwa jumlah jam kerja
penambang mencapai 4 hingga 8
jam/hari. Jumlah jam tersebut lebih
dari
cukup
untuk
rata-rata
pendapatan para penambang dalam
sebulan. Dan dalam hal ini
penambang
di
Desa
Kaloy
berdasarkan jumlah jam kerja yang
didapat paling banyaknya bekerja
selama 6 jam/hari yakni sebesar
28,57%.
Angka
tersebut
menunjukkan
bahwa
rata-rata
penambang sanggup bekerja selama
6 jam dalam sehari. Sehubungan
dengan jumlah jam kerja penambang
tersebut, maka hal ini sesuai dengan
tenaga kerja yang dapat dicermati

dari jumlah jam kerjanya yang


merupakan penjadwalan kerja dan
lamanya seseorang mampu bekerja
dalam sehari secara baik ialah pada
umumnya sekitar 6 8 jam/hari
(http://repository.usu.ac.id/).
Sumbangan
pembangunan
sarana umum yang diberikan
penambang di Desa Kaloy terdiri
dari jalan, jembatan, mesjid, dan
sekolah.
Menurut
data
hasil
penelitian dapat diketahui bahwa
100%
penambang memberikan
sumbangan tersebut yakni berupa
perbaikan jalan, perbaikan jembatan,
dan uang. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan penambangan di
Desa Kaloy memberikan pengaruh
positif atas tanggung jawab mereka
dalam usaha pertambangan bahan
galian .
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan
pembahasan
yang
telah
teruraikan maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut
:
1. Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan sistem perizinan
yang dilaksanakan penambang
Desa Kaloy terlihat dari
keduabelas syarat kewajiban izin
pertambangan
dan
seluruh
penambang tidak ada secara
keseluruhan
melaksanakan
peraturan tersebut. Adapun
pelaksanaan
penambangan
berdasarkan peraturan pertama
tentang iuran pajak eksploitasi
bahan galian C menunjukkan
23,80%
penambang
melaksanakan pembayaran pajak
dengan kriteria selalu bayar.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan peraturan kedua

15

tentang
penyampaian
hasil
produksi yakni produksi sirtu
mencapai 10 - 60M3/hari dan
koral 10 25M3/hari, dan
sebesar
72,20% penambang
melaksanakan
penyampaian
hasil produksinya dengan jumlah
pengerukan kubikasi bahan
galian tersebut. Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
ketiga
tentang
pematokan batas-batas wilayah
pertambangan yakni penambang
memiliki
luasan
areal
penambangan mulai dari 100
24000Ha. Dan dalam hal ini
100% penambang melaksanakan
pematokan batas-batas wilayah
sesuai dengan luasan areal
tersebut.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
keempat
tentang
perpanjangan masa penggalian
yakni menurut tahun usahanya
diberikan selama 2 tahun untuk
masa izin menggali. Hal ini
menunjukkan
52,38%
penambang memiliki
masa
berlaku menggali dan 85,71%
penambang belum melaksanakan
pendaftaran
ulang
masa
penggaliannya.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
kelima
tentang
permohonan perpanjangan SIPD
menunjukkan
61,90%
penambang ada melaksanakan
ketentuan
ini.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
keenam
tentang
menunjukkan
surat
bukti
kewajiban menunjukkan bahwa
100% penambang melaksanakan
ketentuan
ini.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
ketujuh
tentang

pemeliharaan tata guna air


yakni sistem penambangan yang
dilaksanakan
57,15%
menggunakan back hoe
manual.
Dan
57,15
%
penambang
melaksanakan
penambangan dengan mengeruk
dibagian tengah sungai, yang
berarti melaksanakan ketentuan
ini. Pelaksanaan penambangan
berdasarkan peraturan kedelapan
tentang kegiatan penambangan
tidak
merusak
lingkungan
menunjukkan
100%
melaksanakan peraturan ini.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
kesembilan tentang penampang
sungai dalam keadaan semula
menunjukkan 100% penambang
tidak melaksanakan peraturan
ini. Pelaksanaan penambangan
berdasarkan peraturan kesepuluh
tentang bahan galian di dalam
sungai sepenuhnya milik Negara
menunjukkan bahwa 100%
penambang ada melaksanakan
peraturan ini dengan mengelola
bahan galian tetap dalam izin
usaha.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan kesebelas tentang
batas
penambangan
atau
pengeksploitasi bahan galian
menunjukkan bahwa 100%
penambang
melaksanakannya
dengan tidak melewati batas
wilayah izin pertambangan. Dan
pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
keduabelas
tentang
tidak
melakukan
penambangan
didekat jembatan menunjukkan
bahwa
100%
penambang
melaksanakan peraturan ini
dengan tidak ada melakukan

16

2.

penambangan di areal yang


dimaksud.
Peranan
sosial
pengusaha
tambang terhadap penyerapan
tenaga kerja lepas yakni dapat
menyerap 157 orang dan tenaga
kerja tetap yang terserap
sebanyak 126 orang. Pendapatan
rata-rata
sebesar
Rp.
3576190,00/bulan dan 100%
penambang memiliki pendapatan
diatas rata-rata pendapatan UMR
Provinsi NAD sehingga dapat
diartikan tergolong mencukupi.
28,57% penambang memperoleh
jumlah jam kerja 6jam/hari
dimana jumlah jam kerja
tersebut
seimbang
dengan
pendapatan
yang diperoleh
penambang. Dan peran peran
sosial penambang dalam bentuk
lainnya yakni berupa sumbangan
sarana umum antara lain jalan,
jembatan, mesjid dan sekolah.

distribusi/ diakses 24 juni


2011)
Bagoes, M. 2009. Demografi Umum.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Evers, S. 1982. Kemiskinan Dan
Kebutuhan Pokok. Jakarta :
CV. Rajawali
Hartomo dan Aziz. 2008. Ilmu Sosial
Dasar. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Hasibuan, Puspa Melati. 2006.
Dampak Penambangan Bahan
Galian Golongan C Terhadap
Lingkungan Sekitarnya di
Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal EqualityVol. 11, No. 1,
Februari 2006, (Online).
http://repository
.usu.ac.id/bistream/12345678
9/1/equ-feb2006-4.pdf.
Diakses 10 mei 2011
Nogata, 2010. Daftar Informasi
UMR
(Online).
http://www.hicentro.com
/nangroe
aceh_darussalam/non_kab/lai
n-lain/2011. di akses tanggal
24 juni 2011
Notohadiprawiro,
T.
2006.
Pengelolaan Lahan dan
Lingkungan
Pasca
Penambangan
.(online).
http://www.soil.paperta.ugm.
ac.id/tj/19xx/
19xxpengelolaan/pdf. diakses
24 juni 2011
Safei dan Riadi, 1999. Eksplorasi
Endapan Pasir Kuarsa di
Tanjung Batu Itam Pulau
Belitung.
Teknologi
Indonesia Jilid XXII No.12.199.
(Online).

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2008. Penentuan Bahan
Galian Unggulan Untuk
Prospektif Penambangan Di
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau. Vol 18 No.1,
april 2008: 26-3. (Online).
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admi
n/jurnal/
181082637.pdf
Diakses 24 juni 2011
Anonimus.
1980.
Peraturan
Pemerintah (PP) No. 27
Tahun
1980
Tentang
Penggolongan
dan
Pengklasifikasian
Bahan
Galian Industri Indonesia
Avidianto.
2010.
Pengertian
Distribusi
dan
Fungsi
Distribusi.
(Online).
http://devoav1997.webnode.c
om/new/pengertiandistribusi-dan-fungsi-

17

http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/
detil/id/24:53493/4/pengaran
g:riadi/offset/15/limit/.
Diakses 24 juni 2011
Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo
Sukandarrumidi.
1999.
Bahan
Galian Industri. Yogyakarta :
Gadjah Mada University
Press
Utami, Budi. 2011. Perkembangan
Sistem Periodik. (Online).
http://www-chem-is-try.org//
Yudhistira, 2008. Kajian Dampak
Kerusakan
Lingkungan

Akibat
Kegiatan
Penambangan
Pasir
Di
Daerah Kawasan Gunung
Merapi (Studi Kasus Di Desa
Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten
Magelang,
Provinsi Jawa Tengah).
(online),
(http:/eprints.undip.ac.id/176
54/1/YUDHISTIRA.pdf,
diakses 10 mei 2011).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/21435/chapter%20
11.pdf. diakses tanggal 24
Juni 2011.

18

You might also like