Professional Documents
Culture Documents
KIKI NOVITA
NIM : 071233320072
PENDAHULUAN
Sumberdaya
alam
yang
dimiliki
oleh
suatu
wilayah
merupakan potensi yang dimanfaatkan
bagi suatu daerah, pemanfaatan
sumberdaya
alam
ini
akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara
menyeluruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
daerah
sehingga
dapat
mensejahterakan
masyarakat karena dapat memberikan
peluang
pekerjaan.
Berdasarkan
potensi penggunaannya, sumberdaya
alam dibagi menjadi sumberdaya alam
materi, sumberdaya alam energi dan
sumberdaya alam ruang. Sumberdaya
alam materi, yaitu sumberdaya alam
yang dimanfaatkan dalam bentuk
fisiknya, seperti batu, besi, emas, dan
sebagainya. Jika dilihat sumberdaya
alam energi,
yaitu merupakan
sumberdaya alam yang dimanfaatkan
energinya, seperti batu bara, minyak
bumi, gas bumi, air terjun, sinar
matahari, energi pasang surut laut,
kincir angin, dan lain-lain. Dan
sumberdaya alam ruang, yaitu
merupakan sumberdaya alam yang
berupa ruang atau tempat hidup,
misalnya area tanah (daratan) dan
angkasa.
Dalam
pemanfaatannya
sumberdaya alam materi yang dalam
bentuk fisiknya adalah batu-batuan,
besi, emas, dan lain sebagainya,
termasuk kepada sumberdaya alam
yang dimanfaatkan dengan cara
menggali, sehingga dapat dikatakan
dengan bahan galian industri. Untuk
itu maka dalam pemanfaatannya
dilakukan
penggolongan
dan
pengklasifikasian
bahan
galian
industri Indonesia pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 27 tahun
1980 yang menggolongkan bahan
METODOLOGI
Penelitian dilakukan di Desa
Kaloy Kecamatan Tamiang Hulu
Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun
yang menjadi alasan penulis memilih
lokasi ini sebagai lokasi penelitian
adalah bahwa Desa Kaloy Kecamatan
Tamiang Hulu merupakan salah satu
daerah yang memiliki kegiatan
penambangan
bahan
galian
C
sehingga
dapat
menggambarkan
bentuk cara pengelolaan barang
tambang dan begitu pula kondisi sosial
ekonomi masyarakat penambang
tersebut.
100 5000
5100 10000
10100 15000
15100 20000
> 20000
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui luasan areal penambangan
yang dimiliki penambang adalah
sebagian besar antara seluas 5100
10000 M sebanyak 8 responden
(38,10%), antara seluas 15100
20000 M sebanyak 6 responden
(28,58%), antara seluas 10100
15000 sebanyak 3 responden
(14,28%), antara seluas 100 500 M
sebanyak 2 responden (9,52%), dan
seluas > 20000 sebanyak 21
responden (9,52%). Dari hasil
penelitian
di
lapangan
dapat
diketahui luasan areal penambangan
yang dimiliki penambang merupakan
luas areal yang sudah ditetapkan oleh
Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Aceh Tamiang sehingga
dapat dikatakan luas areal tersebut
bukan pematokan yang dibuat oleh
penambang pribadi.
1.
2.
3.
4.
5.
2
8
3
6
2
21
9,52
38,10
14,28
28,58
9,52
100,00
B. Pelaksanaan
Penambangan
Berdasarkan Perizinan
Keputusan Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Aceh Tamiang Nomor 05 Tahun
2011 Tentang Nilai Pasar atau Harga
Standar Satuan Bahan Mineral
Bukan Logam dan Batuan Di
Kabupaten
Aceh
Tamiang.
Keputusan
yang
diberlakukan
tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Nilai Pasar Bahan Mineral Bukan
Logam dan Batuan yang berlaku
pada penambang, khususnya
penambang sirtu adalah Rp.
1. Pelaksanaan Penambangan Di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
I
Tentang
Pembayaran Pajak Eksploitasi
a. Tarif Pajak Eksploitasi
Tarif pajak eksploitasi hasil
produksi penambang di Desa Kaloy
yang harus dibayar berdasarkan jenis
bahan galian yang dieksploitasi yakni
dapat dilihat pada tabel 3.
Sirtu
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1.
Siti Zulaiha
2.
Suyatno Paninggit
3.
Muhammad Jali
4.
Salih Ibrahim
5.
Muhammadsyah,SH
6.
Bahrum
7.
Romansyah
8.
Saleh Ibrahim
9.
Usman AR
10.
M. Joni Evita
11.
Mansyur
12.
M. Mulya
13.
H. Hussin Bugis
14.
Zulkifli
15.
Rabiansyah
16.
T. Aminuddin
17.
Ok Ulul Azmi
18.
T. Aminuddin
19.
Joni Rusli
20.
Edi Samsir
21.
Teguh Wijaya
Sumber : Data Primer 2011
Koral
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
2400
Frekuensi
Persentase (%)
1.
2.
3.
Kadang Bayar
Selalu Bayar
Tidak Bayar
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011
13
5
3
21
61,90
23,80
14,30
100,00
beroperasi
terhadap
usaha
pertambangannya sehingga sulitnya
penambang dalam membayar pajak
eksploitasi. Untuk ini dari pihak
Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Aceh Tamiang sudah
memberikan
peringatan
bagi
penambang tersebut untuk membayar
eksploitasinya
akan
tetapi
penambang tetap saja belum bisa
membayar pajak tersebut, dan dalam
hal ini juga dinas pertambangan
tersebut memberikan toleransi bagi
penambang yang belum membayar.
2. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
II
Tentang
Penyampaian Laporan Hasil
Produksi Bahan Galian C
a. Jenis Bahan Galian C
Jenis bahan galian C yang
ditambang oleh penambang di Desa
Kaloy terdiri dari sirtu dan koral.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh di lapangan bahwa jenis
bahan galian yang ditambang adalah
sebagian besar sirtu dan koral
sebanyak 12 responden (57,14%),
dan sirtu sebanyak 9 responden
(42,86%).
b. Hasil Pengerukan/ Produksi
Bahan
Galian
Sirtu
Penambang di Desa Kaloy PerHari
Hasil pengerukan/ produksi
sirtu penambang di Desa Kaloy dapat
dilihat pada tabel 5.
7
3. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
8
5. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
V
Tentang
Permohonan
Perpanjangan
SIPD (surat izin pertambangan
daerah)
Permohonan
perpanjangan
SIPD (Surat Izin Pertambangan
Daerah) yang dimaksud adalah
7. Pelaksanaan Penambangan di
penambang melakukan perpanjangan
Desa
Kaloy
Berdasarkan
masa penggalian untuk dapat
Peraturan
VII
Tentang
mengoperasikannya dalam jangka
Pemeliharaan Tata Guna Air
waktu berikutnya, sesuai dengan
a. Sistem Penambangan
perpanjangan masa izin penggalian
Distribusi penambang di
yang dibuat. Dari hasil penelitian di
Desa
Kaloy
menurut
sistem
lapangan dapat diketahui bahwa
penambangan
dapat
diketahui
pelaksanaan penambangan di Desa
berdasarkan data tabel 8 :
Kaloy berdasarkan permohonan
Tabel 8. Distribusi Penambang di Desa Kaloy menurut Sistem Penambangan
No.
Sistem Penambangan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Manual
6
28,57
10
3
12
21
Berdasarkan
tabel
8
menunjukkan
bahwa
sistem
penambangan
yang
dilakukan
penambang adalah sebagian besar
menggunakan sistem penambangan
back hoe manual sebanyak 12
responden
(57,15%),
manual
sebanyak 6 responden (28,57%), dan
mekanik back hoe sebanyak 3
responden (14,28%). Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh di
lapangan dapat diketahui bahwa
sistem penambangan yang dilakukan
penambang sudah dalam prosedur
yang diperbolehkan oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Aceh Tamiang.
Sistem penambangan yang di
lakukan penambang di Desa Kaloy
khususnya
menggunakan
alat
mekanik back hoe merupakan
sistem penambangan yang sangat
membantu
penambang
dalam
menghasilkan jumlah pengerukan
yang lebih banyak daripada dengan
menggunakan sistem penambangan
secara manual. Dan hal ini bagi
sebagian penambang lainnya yang
menggunakan alat secara manual
merupakan suatu kendala karena
kurangnya alat-alat yang mendukung
usahanya dalam beroperasi.
14,28
57,15
100,00
b. Pelaksanaan
Penambangan
Berdasarkan Tata Guna Air
Pemeliharaan tata guna air
yang dimaksud adalah penambangan
yang
dilakukan
dengan
memerhatikan keadaan lingkungan di
Tabel 9. Distribusi Penambang di Desa Kaloy Berdasarkan Pemeliharan
Tata Guna Air
11
No.
1.
2.
3.
Pelaksanaan Penambangan
Bagian Tepi Sungai
Bagian Tengah Sungai
Bagian Tepi dan Tengah sungai
Jumlah
Sumber : Data Primer 2011
Penambangan
yang
dilakukan penambang di Desa Kaloy
dengan cara pengambilan atau cara
pengerukan bahan galian tersebut
memiliki berbagai alasan tertentu.
Menurut hasil penelitian yang
diperoleh di lapangan dapat diketahui
bahwa bagi penambang yang
mengambil bahan galian dengan cara
pengerukan dibagian tepi sungai
merupakan
keuntungan
bagi
penambang, karena jika dilihat dari
tingkat kesulitannya pengerukan
dibagian tengah sungai lebih sulit
dibandingkan di tepi sungai, untuk
itu ada sebagian
penambang
melaksanakan
penambangannya
dibagian tepi sungai dengan alasan
lebih mudah pengerukannya daripada
mengeruk dibagian tengah sungai.
Frekuensi
5
12
4
21
Persentase (%)
23,80
57,15
19,05
100,00
8. Pelaksanaan Penambangan di
Desa
Kaloy
Berdasarkan
Peraturan
VIII
Tentang
Kegiatan Penambangan Tidak
Merusak Lingkungan
Kegiatan penambangan pada
umumnya
memiliki
pengaruh
terhadap daerah lingkungan sekitar
pertambangan mengingat lingkungan
tersebut merupakan lingkungan
masyarakat. Penambang di Desa
Kaloy sedikit banyaknya dalam
usaha
pertambangannya
dapat
menggunakan truk mencapai 5 25
truk angkut bahan galian dalam
sehari. Demikian halnya banyaknya
jumlah truk penambang berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan wilayah
12
tertib
dan
tidak
merugikan
masyarakat sekitar Desa Kaloy.
Menurut hasil penelitian di
lapangan dapat diketahui bahwa
sebanyak 100% penambang tidak
melaksanakan peraturan ini dengan
tidak menjaga penampang sungai
dalam keadaan semula (sebelum
dilakukannya
penambangan),
sehingga penampang sungai di Desa
Kaloy
menjadi
lebar
muara
sungainya karena bekas korekan/
penambangan. Hal ini sesuai dengan
Notohadiprawiro
(2006)
yang
mengatakan bahwa penambangan
merupakan mengeruk kaki tebing
atau bukit yang merusak kemantapan
lereng dan memacu keruntuhan
seluruh lereng. Pengambilan bahan
galian dari dasar sungai membuat
dasar sungai menjadi tidak rata. Hal
ini memacu terjadinya turbulen yang
meningkatkan erosivitas dan daya
angkut aliran sungai, selanjutnya
mengubah regim sungai. Regim
sungai yang dimaksud adalah
kemampuan sungai mempertahankan
geometri melintang dan membujur
alurnya dengan mengimbangkan laju
pengendapan
dan
pengikisan
sepanjang alurnya. Pengubahan
regim sungai berarti mengubah
perilaku sungai sebagai penyalur air
yang pada gilirannya akan mengubah
hidrologi wilayah.
Penambangan yang dilakukan
penambang di Desa Kaloy pada saat
sebelum dan sesudah pengerukan
(Lihat Gambar 7) menurut hasil
penelitian yang diperoleh di lapangan
dapat diketahui bahwa seluruh
penambang
tidak
menjaga
penampang sungai seperti keadaan
semula, hal ini disebabkan bahwa
pada
sebelum
dilakukannya
pengerukan daerah
tepi muara
13
dapat
diketahui
tentang
penambangan bahan galian C di
Desa Kaloy Kecamatan Tamiang
Hulu Kabupaten Aceh Tamiang yang
dilihat antara lain dari pelaksanaan
penambangan berdasarkan perizinan,
dan peranan sosial usaha penambang.
Untuk lebih jelasnya dapat diketahui
pada pembahasan berikut ini.
14
15
tentang
penyampaian
hasil
produksi yakni produksi sirtu
mencapai 10 - 60M3/hari dan
koral 10 25M3/hari, dan
sebesar
72,20% penambang
melaksanakan
penyampaian
hasil produksinya dengan jumlah
pengerukan kubikasi bahan
galian tersebut. Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
ketiga
tentang
pematokan batas-batas wilayah
pertambangan yakni penambang
memiliki
luasan
areal
penambangan mulai dari 100
24000Ha. Dan dalam hal ini
100% penambang melaksanakan
pematokan batas-batas wilayah
sesuai dengan luasan areal
tersebut.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
keempat
tentang
perpanjangan masa penggalian
yakni menurut tahun usahanya
diberikan selama 2 tahun untuk
masa izin menggali. Hal ini
menunjukkan
52,38%
penambang memiliki
masa
berlaku menggali dan 85,71%
penambang belum melaksanakan
pendaftaran
ulang
masa
penggaliannya.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
kelima
tentang
permohonan perpanjangan SIPD
menunjukkan
61,90%
penambang ada melaksanakan
ketentuan
ini.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
keenam
tentang
menunjukkan
surat
bukti
kewajiban menunjukkan bahwa
100% penambang melaksanakan
ketentuan
ini.
Pelaksanaan
penambangan
berdasarkan
peraturan
ketujuh
tentang
16
2.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2008. Penentuan Bahan
Galian Unggulan Untuk
Prospektif Penambangan Di
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau. Vol 18 No.1,
april 2008: 26-3. (Online).
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admi
n/jurnal/
181082637.pdf
Diakses 24 juni 2011
Anonimus.
1980.
Peraturan
Pemerintah (PP) No. 27
Tahun
1980
Tentang
Penggolongan
dan
Pengklasifikasian
Bahan
Galian Industri Indonesia
Avidianto.
2010.
Pengertian
Distribusi
dan
Fungsi
Distribusi.
(Online).
http://devoav1997.webnode.c
om/new/pengertiandistribusi-dan-fungsi-
17
http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/
detil/id/24:53493/4/pengaran
g:riadi/offset/15/limit/.
Diakses 24 juni 2011
Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo
Sukandarrumidi.
1999.
Bahan
Galian Industri. Yogyakarta :
Gadjah Mada University
Press
Utami, Budi. 2011. Perkembangan
Sistem Periodik. (Online).
http://www-chem-is-try.org//
Yudhistira, 2008. Kajian Dampak
Kerusakan
Lingkungan
Akibat
Kegiatan
Penambangan
Pasir
Di
Daerah Kawasan Gunung
Merapi (Studi Kasus Di Desa
Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten
Magelang,
Provinsi Jawa Tengah).
(online),
(http:/eprints.undip.ac.id/176
54/1/YUDHISTIRA.pdf,
diakses 10 mei 2011).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/21435/chapter%20
11.pdf. diakses tanggal 24
Juni 2011.
18