You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi Masyarakat (Ormas) merupakan organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat (warga negara Republik Indonesia) secara sukarela atau atas dasar kesamaan
kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk
berperan serta dalam pembangunan, dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saat ini ada banyak permasalahan terkait dengan adanya ormas, diantaranya adalah
pertumbuhan ormas yang jumlahnya sangat besar; ormas suka mengatur tapi tidak suka untuk
diatur; sudah banyak regulasi yang mengatur ormas (UU Ormas, UU Yayasan, UU
Organisasi Sosial, UU kepemudaan, dll); sering terjadi konflik dualisme kepengurusan; tidak
mandiri dari segi pembiayaan sehingga mudah dimanfaatkan; rendahnya akuntabilitas
pengelolaan ormas termasuk dana-dana publik yang dikelolanya; SDM yang kurang
profesional; kesalahan para pemikir/pemerhati/akademisi tentang ormas yang cenderung
selalu mengadopsi referensi dari luar negeri sebagai acuan dalam mengelola ormas; sebagian
cenderung bergeser dari fungsi aslinya sebagai volunteer/sukarela ke arah kekuasaan/politik
ekonomi; dan kurangnya pemahaman wawasan kebangsaan sebagian pengurus ormas. Di
dalam pelaksanaannya organisasi masyarakat sering kali tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya menjadi tugas mereka, seperti melakukan penyelewengan, premanisme,
perebutan kekuasaan wilayah, dan lain-lain, hal tersebut yang sering memicu terjadinya
konflik sosial dan menyebabkan berbagai kerugian di dalam mayarakat.
Konflik-konflik yang terjadi di dalam organisasi masyarakat ini, mencerminkan sikap
masyarakat yang tidak lagi mengusung budaya persatuan dan kesatuan yang tercermin dari
Bhinneka Tunggal Ika sebagai identitas nasional. Hal tersebut akan menyebabkan lunturnya
identitas nasional Indonesia.
Melalui pemahaman dan implementasi Bhineka Tunggal Ika di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, akan tercipta suatu identitas nasional yang mencirikan jati diri
bangsa Indonesia seperti gotong royong dan toleransi. Istilah identitas nasional dapat

disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara etimologis, identitas nasional berasal dari
kata identitas dan nasional. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang
memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok
atau . sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Kata nasional merujuk pada konsep
kebangsaan. Jadi, Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa,
filsafat Pancasila yang mengandung Bhinneka Tunggal Ika dan juga sebagai Ideologi Negara
sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Diperlukan suatu konsep dasar yang mampu menyatukan berbagai individu yang berasal
dari latar belakang keyakinan dan agama yang berbeda. Hal tersebut mutlak diperlukan untuk
menjaga keharmonisan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena
itu semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus dipahami dan diimplementasikan kedalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat dalam kitab
Sutasoma mengajarkan rakyat Indonesia agar mampu menciptakan kehidupan yang harmonis
antara berbagai individu dengan latar belakang yang berbeda. Dari pemaparan tersebut,
penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis yaitu Konflik Antarorganisasi
Masyarakat sebagai Salah Satu Penyebab Lunturnya Identitas Nasional.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konflik antarorganisasi masyarakat menyebabkan lunturnya identitas
1.2.2

nasional?
Bagaimana Bhinneka Tunggal Ika sebagai identitas nasional mampu mengatasi
konflik antarorganisasi masyarakat yang menyebabkan lunturnya identitas nasional?

1.3

Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Mengetahui konflik antarorganisasi masyarakat menyebabkan lunturnya identitas
nasional
1.3.2 Mengetahui Bhinneka Tunggal Ika sebagai identitas nasional mampu mengatasi
konflik antarorganisasi masyarakat yang menyebabkan lunturnya identitas nasional.

1.4

Metode Penulisan

1.4.1 Metode Deskritif


Metode deskritif dalam pembahasan ini bertujuan memberikan gambaran tentang
suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala
atau hubungan antara dua gejala atau lebih.
1.4.2

Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan


mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi di internet

1.1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Identitas Nasional
2.1.1

Pengertian Identitas Nasional


Kata identitas berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati

diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.
Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri
kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti,
keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi, Identitas nasional adalah suatu ciri yang di miliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Menurut Koenta Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada
hakikatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas tadi
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam
masyarakat. Dalam konsep berbangsa dan bernegara Indonesia, identitas nasional berarti
hasil dari perjalanan sejarah suatu budaya, kebiasaan , serta beragam nilai nilai yang
dianut oleh bangsa Indonesia dari masa lampau yang seiring berjalannya waktu
terhimpun menjadi kesatuan yang disebut dengan Bhineka Tunggal Ika. Identitas nasional
bukan berarti hanya dalam konteks berbudayanya saja namun juga wujud fisik dari
bangsa tersebut, misalnya identitas fisik bangsa Indonesia seperti ukuran tubuh, warna
kulit, bentuk wajah, dsb. Identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang statis, dimana
dalam pembentukannya identitas merupakan hasil dari penghimpunan seluruh nilai-nilai
dan budaya yang dianut bangsa ini dari masa ke masa. Berarti identitas nasional bisa
menjadi sesuatu yang

2.1.2

Parameter Identitas Nasional


Dalam kehidupan di dunia , hampir segala sesuatu memiliki parameter, begitu

pula dengan identitas nasional. Parameter adalah sesuatu yang digunakan sebagai standar
sesuatu atau suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu
itu menjadi khas. Jadi, Parameter identitas nasional berarti suatu ukuran yang digunakan
untuk menyatakan bahwa identitas nasional itu menjadi ciri khas suatu bangsa.
Adapun indikator dari identitas nasional itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat-istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan.
2. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.
3. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan: bangunan, peralatan
manusia, dan teknologi.
4. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.

2.1.3

Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia


Unsur adalah bagian terkecil dari sesuatu. Bagian terkecil inilah yang

kemudian bersatu untuk membentuk sesuatu. Begitu pula dengan Indonesia, dimana
Indonesia memiliki berbagai materi maupun inmateri yang kemudian terbentuk menjadi
suatu identitas. Identitas inilah yang nantinya akan membuat Indonesia memiliki ciri
tersendiri yang tidak dimiliki semua territorial atau Negara.
Adapun unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
1.

Sejarah
Bangsa indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang.

Terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-VII,yaitu ketika timbulnya
kerajaan sri wijaya di bawah wangsa syailendra di palembang, kemudian kerajaan
Airlangga dan Majapahit di Jawa timur serta karajaan-kerajaan lainnya.
2.

Kebudayaan

Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian,


moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang
diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakt. Kebudayaan biasanya digunakan
sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak di dalam suatu lingkungan masyarakat.
Kemudian dari kebudayaan mampu menghasilkan:
a.

Akal budi

b.

Peradaban

c.

Pengetahuan

3.

Suku Bangsa
Golongan sosial yang khusus yang bersifat askriftif (ada sejak lahir), yang sama

coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali
suku bangsa, kuran lebih 360 suku.
4.

Agama
Seperti yang di atur dalam UUD 1945, bahwa negara Indonesia menjamin

kebebasan beragama di dalam kehidupan warga negara Indonesia. Masing-masing warga


negara Indonesia berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan
menjalankan peribadatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing warga
negara Indonesia. Hak dalam hidup beragama di Indonesia dilindungi oleh negara.
Penduduk di Indonesia secara garis besar merupakan penganut dari lima agama di
antara lain islam, budha, hindu, katolik dan protestan serta penganut kepercayaan lainnya
seperti kong fu tsu. Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama islam dan selebihnya
adalah penganut agama budha, hindu, katolik dan protestan serta aliran kepercayaan.
Dalam berideologi, masyarakat Indonesia berhak untuk memiliki ideologi dan
pandangan hidup. Akan tetapi, ideolgi bangsa Indonesia tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila yang merupakan kunci pemersatu bangsa Indonesia.
5.

Bahasa
Sistem perlambangan yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan

manusia, dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Bahasa nasional
merupakan salah satu wujud rill persatuan dari berbagai suku yang ada di suatu negara.

Menurut Syarbani dan Wahid dalam bukunya yang berjudul Membangun Karakter
dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan, kelima unsur Identitas Nasional
tersebut diatas dapat dirumuskan kembali menjadi 3 bagian:
a) Identitas Fundamental: berupa Pancasila yang menrupakan Falsafah Bangsa, Dasar
Negara, dan Ideologi Negara.
b) Indetitas Instrumental: berupa UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, dan Lagu Kebangsaan.
c) Indetitas Alamiah: meliputi Kepulauan (archipelago) dan Pluralisme dalam suku,
bahasa, budaya dan kepercaraan (agama).
Adapun jenis identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut :
a.Indonesia bersifat pluralistik baik menyangkut sosiokultural atau reliogiositas.
b. Identitas fundamental/ ideal : Pancasila
c.Identitas instrumental : alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan, berupa
UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan
d. Identitas religiusitas : Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan.
e.Identitas sosiokultural : Indonesia pluralistik dalam suku dan budaya
f. Identitas alamiah : Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
2.2

Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika diartikan berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku
atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka
Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras,
kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan
setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lainlain yang sama. Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara
Republik Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila
mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat
pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia sebagaimana dijelaskan
dimuka bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang
memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang beraneka ragam namun keseluruhannya
merupakan suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia

tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951, 17 Oktober diundangkan tanggal 28
Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951. Makna Bhineka
Tunggal Ika yaitu meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku
bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka
ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu
persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah
merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam
satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan
negara Indonesia. Dalam praktek tumbuh dan berkembangnya persatuan suatu bangsa
(nasionalisme) terdapat dua aspek kekuasaan yang mempengaruhi yaitu kekuasaan pisik
(lahir), atau disebut juga kekuasan material yang berupa kekerasan, paksaan dan kekuasaan
idealis (batin) yang berupa nafsu psikis, ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan. Proses
nasionalisme (persatuan) yang dikuasai oleh kekuasaan pisik akan tumbuh dan berkembang
menjadi bangsa yang bersifat materialis. Sebaliknya proses nasionalisme (persatuan) yang
dalam pertumbuhannya dikuasai oleh kekuasaan idealis maka akan tumbuh dan
berkembang menjadi negara yang ideal yang jauh dari realitas bangsa dan negara.
Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia prinsip-prinsip nasionalisme itu tidak berat
sebelah, namun justru merupakan suatu sintesa yang serasi dan harmonis baik hal-hal yang
bersifat lahir maupun hal-hal yang bersifat batin. Prinsip tersebut adalah yang paling sesuai
dengan hakikat manusia yang bersifat monopluralis yang terkandung dalam Pancasila. Di
dalam perkembangan nasionalisme didunia terdapat berbagai macam teori antara lain Hans
Kohn yang menyatakan bahwa Nasionalisme terbentuk ke persamaan bahasa, ras, agama,
peradaban, wilayah negara dan kewarganegaraan . Bangsa tumbuh dan berkembang dari
analisir-analisir akar-akar yang terbentuk melalui jalannya sejarah. Dalam masalah ini
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat dan
kebudayaan yang beraneka ragam serta wilayah negara Indonesia yang terdiri atas beriburibu kepulauan. Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam itu bukanlah merupakan
suatu perbedaan yang saling bertentangan namun perbedaan itu justru merupakan daya
penarik kearah resultan sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu
kerjasama yang luhur yaitu persatuan dan kesatuan bangsa.

2.3 Organisasi Masyarakat


2.3.1 Pengertian Organisasi Masyarakat
Organisasi Masyarakat adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum secara sukarela atas dasar
kesamaan kegiatan, profesi, tujuan yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat
dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama,
manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak
dapat mereka capai sendiri.
Sebagai warga masyarakat dan warga negara setiap manusia Indonesia harus memegang
semangat kekeluargaan dan semangat gotong-royong. Hal ini berarti bahwa kita sebagai
warga negara harus mengadakan organisasi dan saling membantu. Negara kita yang
berasaskan kekeluargaan, menghormati hak pribadi. Sebaliknya hak pribadi itu dilaksanakan
dengan memperhatikan kepentingan bersama yaitu kepentingan nasional. Oleh karena itu,
kepentingan nasional yang merupakan kepentingan bersama itu harus didahulukan daripada
kepentingan pribadi atau golongan.
2.3.2 Jenis-jenis Organisasi Masyarakat Berdasarkan Proses Pembentukan
a. Organisasi Formal :
Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan
tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang
formal. Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang
menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung
jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran
melalui

apa

komunikasi

berlangsung.

Kemudian

menunjukkan

tugas-tugas

terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal


dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat
lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama
dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka
mereka relatif bersifat tidak fleksibel.
b. Organisasi Informal :

Organisasi Informal adalah organisasi yang dibentuk tanpa disadari sepenuhnya,


tujuan-tujuannya juga tidak begitu jelas. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) juga tidak jelas. Hubungan yang terjalin juga sifatnya pribadi dan
sifatnya tidak formal. Kebanyakan organisasi informal ini terbentuk dalam organisasi
formal, yang anggotanya terdiri atas karyawan yang ada pada lembaga tersebut. Mereka
secara pribadi ingin mengadakan kegiatan tertentu secara bersama-sama yang harus
diorganisir.
2.3.3 Peran Organisasi Masyarakat
Dalam kerangka inilah letak pentingnya peranan Organisasi Kemasyarakatan, sehingga
pengaturan serta pembinaannya perlu diarahkan kepada pencapaian dua sasaran pokok,
yaitu :
1.

Terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mampu memberikan pendidikan


kepada masyarakat Warganegara Republik Indonesia ke arah :
a. Makin mantapnya kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. tumbuhnya gairah dan dorongan yang kuat pada manusia dan masyarakat Indonesia
untuk ikut serta secara aktif dalam pembangunan nasional;

2.

Terwujudnya Organisasi Kemasyarakatan yang mandiri dan mampu berperan secara


berdaya guna sebagai sarana untuk berserikat atau berorganisasi bagi masyarakat
Warganegara Republik Indonesia guna menyalurkan aspirasinya dalam pembangunan
nasional, yang sekaligus merupakan penjabaran Pasal 28 Undang-Undang Dasar
1945.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konflik Antarorganisasi Masyarakat (Konflik Ormas)


Organisasi Masyarakat (Ormas) merupakan organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat (warga negara Republik Indonesia) secara sukarela atau atas dasar kesamaan
kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk
berperan serta dalam pembangunan, dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saat ini ada banyak permasalahan terkait dengan adanya ormas, diantaranya adalah
pertumbuhan ormas yang jumlahnya sangat besar; ormas suka mengatur tapi tidak suka untuk
diatur; sudah banyak regulasi yang mengatur ormas (UU Ormas, UU Yayasan, UU
Organisasi Sosial, UU kepemudaan, dll); sering terjadi konflik dualisme kepengurusan; tidak
mandiri dari segi pembiayaan sehingga mudah dimanfaatkan; rendahnya akuntabilitas
pengelolaan ormas termasuk dana-dana publik yang dikelolanya; SDM yang kurang
profesional; kesalahan para pemikir/pemerhati/akademisi tentang ormas yang cenderung
selalu mengadopsi referensi dari luar negeri sebagai acuan dalam mengelola ormas; sebagian
cenderung bergeser dari fungsi aslinya sebagai volunteer/sukarela ke arah kekuasaan/politik
ekonomi; dan kurangnya pemahaman wawasan kebangsaan sebagian pengurus ormas. Di
dalam pelaksanaannya organisasi masyarakat sering kali tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya menjadi tugas mereka, seperti melakukan penyelewengan, premanisme,
perebutan kekuasaan wilayah, dan lain-lain, hal tersebut yang sering memicu terjadinya
konflik sosial dan menyebabkan berbagai kerugian di dalam mayarakat. Sebagai contoh
kasus konflik antarormas yang terjadi di Bali :
Kapolda Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto mengatakan, hingga kini pihaknya masih
belum bisa merinci kronologi bentrokan yang terjadi di Lapas Kerobokan pada Kamis 17
Desember 2015. Awalnya terjadi di TKP I (Lapas Kerobokan) sekitar pukul 15.00 Wita,
hingga 15.30 Wita terjadi bentrokan antar narapidana. Dalam bentrok di Lapas Kerobokan

tersebut ada dua orang narapidana yang meninggal dan dua orang lainnya mengalami lukaluka. Setelah terjadi bentrokan di Lapas Kerobokan, ada ormas datang ke Lapas Kerobokan
di mana saat itu posisinya sudah dikembalikan ke tempatnya masing-masing.
Setelah pihak kepolisian berhasil mengantarkan ormas ini ketempatnya, ternyata ada
keributan lagi di Jalan Tengku Umar pukul 18.00 Wita. Diduga bahwa di dalam lapas ada
orang yang memberitahukan sehingga bentrokan ini melebar. Keributan yang terjadi di TKP
kedua (Jalan Tengku Umar) ada dua orang yang meninggal dan tiga orang mengalami lukaluka dan saat ini masih di rawat di Rumah Sakit (RS) Sanglah. Sementara itu, Sekjen
Baladika Ketut Sukarta mengatakan, saat ini pihaknya sedang berduka karena ada
anggotanya yang tewas dalam bentrokan kemarin. Untuk itu, dia menyerahkan kasus ini
kepada pihak kepolisian. (dikutip dari Sindonews.com)
Dari kejadian ini, dapat kita ketahui bahwa kurangnya kesadaran dan pemahaman
terhadap Bhineka Tunggal Ika menyebabkan begitu banyak kerugian yang diderita oleh
masyarakat, baik kerugian secara material berupa harta benda dan kerugian non-material
seperti jatuhnya korban jiwa.
3.2 Konflik Antarorganisasi Masyarakat Penyebab Lunturnya Identitas Nasional
Penerapan tentang identitas nasional harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan
pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada
kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, identitas nasional menjadi pola yang
mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai
masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara.
Namun, pada era sekarang ini munculnya berbagai pandangan serta sikap masyarkat
yang sering kali menyebabkan terjadinya konflik-konflik dalam masyarakat. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar

anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik-konflik yang terjadi di dalam organisasi masyarakat ini, mencerminkan sikap
masyarakat yang tidak lagi mengusung budaya persatuan dan kesatuan yang tercermin dari
Bhinneka Tunggal Ika sebagai identitas nasional. Hal tersebut akan menyebabkan lunturnya
identitas nasional Indonesia.

3.3

Implementasi Bhinneka Tunggal Ika sebagai Identitas Nasional untuk Mengatasi

Konflik Antarorganisasi Masyarakat


Untuk dapat mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa
danbernegara dipandang perlu untuk memahami secara mendalam prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dalam

rangka

membentuk

kesatuan

dari

keaneka

ragaman

tidak

terjadi

pembentukankonsep baru dari keanekaragaman konsep-konsep yang terdapat pada


unsur-unsur ataukomponen bangsa. Suatu contoh di negara tercinta ini terdapat begitu
aneka ragam agamadan kepercayaan. Dengan ke-tunggalan Bhinneka Tunggal Ika tidak
dimaksudkan untukmembentuk agama baru. Setiap agama diakui seperti apa
adanya,

namun

denominator,

dalamkehidupan

beragama

di

Indonesia

dicari common

yakni prinsip-prinsipyang ditemui dari setiap agama yag memiliki

kesamaan, dan common denominator iniyang kita pegang sebagai ke-tunggalan, untuk
kemudian dipergunakan sebagai acuandalam hidup berbangsa dan bernegara. Demikian
pula halnya dengan adat budaya daerah,tetap diakui eksistensinya dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasankebangsaan. Faham Bhinneka Tunggal
Ika, yang oleh Ir Sujamto disebut sebagai fahamTantularisme, bukan faham sinkretisme,
yang mencoba untuk mengembangkan konsepbaru dari unsur asli dengan unsur yang
datang dari luar.
2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif; hal ini bermakna
bahwadalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang
palingbenar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.

Pandangansektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya keakuan yang


berlebihan dengantidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, danpersaingan yang tidak sehat. Bhinneka Tunggal Ika bersifat inklusif.
Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan
kehendaknya pada golongan minoritas
3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku
semu.Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, saling
hormatmenghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara demikian
makakeanekaragaman ini dapat dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen

tidak

divergen,

yang

bermakna

perbedaanyang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi


dicari titiktemu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila
dilandasi olehsikap toleran, non sektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun
5. Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai: 1
inklusif, tidak bersifat eksklusif, terbuka, ko-eksistensi damai dan kebersamaan,
kesetaraan,tidak merasa yang paling benar, toleransi, musyawarah disertai dengan
penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda.
Setelah kita pahami beberapa prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika,
makalangkah selanjutnya adalah bagaimana prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika
ini diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk dapat mengatasi
konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat :
a. Perilaku inklusif.
Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa
dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa
besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan
menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat
diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama
b. Mengakomodasi sifat pluralistik.
Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk
oleh masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku bangsa dengan
bahasanyamasing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada jarang terpisah
demikian jauh pulauyang satu dari

pulau

yang lain. Tanpa memahami

makna

pluralistik dan bagaimana cara mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman secara

tepat, dengan mudah terjadi disintegrasibangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati,
mendudukkan masing-masing pihak sesuaidengan peran, harkat dan martabatnya secara
tepat, tidak memandang remeh pada pihak lain,apalagi
kelompok

dari

kehidupan

bersama,

merupakan

menghapus

syarat

eksistensi

bagilestarinya negara-

bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan dengan sepatutnya.Suatu contoh


sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola kehidupan bersama yangdisebut
pela gandong,

suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak melandaskan

diri

padaagama, tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk
berbagaiagama berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak
bersifat ritualkeagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang berdiam di
wilayah

tersebut,

dansebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang

mengusung kebebasan, pola kehidupanmasyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus
arus reformasi.
c. Tidak mencari menangnya sendiri.
Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa pendapatnya
sendiriyang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling hebat perlu diatur dalam
menerapkanBhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan memberi pendapat merupakan
hal yang harusberkembang dalam kehidupan yang beragam. Perbedaan ini tidak untuk
dibesar-besarkan, tetapidicari titik temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi
yang

harus

diusahakan

keanekaragaman.

Untuk

adalahterwujudnya
itu

perlu

yang

harus

untuk

dari

berbagai

dikembangkanmusyawarah untuk mencapai

mufakat.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat.
Dalam rangka
membentuk kesatuan
pendekatanmusyawa-rah

konvergensi

mencapai

dalam

keanekaragaman

mufakat.

Bukan

diterapkan

pendapat

sendiri

dijadika kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti

kesamaan yang dipilih sebagaikesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan
proses musyawarah untuk mencapaimufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul
diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidakada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah
yang biasa disebut sebagai win win solution.
e. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh.

Salingpercaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari
kamus BhinnekaTunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka
Tunggal Ika menerap-kanadagium leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing
gawe, jer basuki mowo beyo.Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan
pelayanan kepada pihak lain, dilandasi olehtanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai
dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan
dan pamrih pribadi, kesatuan tidak mungkin terwujud.
f. Toleran dalam perbedaan.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adatistiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain,
sebagaiaset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan
menumbuhkanrasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta
menyuburkan jiwa toleransidalam diri setiap individu.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan
mampumengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan
bersatuselamanya. Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satujua, selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi kehidupan bernegara
di negeri yang multikultural ini, karena komposisi kehidupan rakyat Indonesia akan terus
beragam sampai kapanpun. Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru
biarkanlah berlalu, karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa Indonesia.
Satu tanah air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia. BhinnekaTunggal Ika,
berbeda-beda namun tetap satu jua. Jaya Indonesia.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Organisasi Masyarakat (Ormas) merupakan organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat (warga negara Republik Indonesia) secara sukarela atau atas dasar kesamaan
kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk
berperan serta dalam pembangunan, dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam pelaksanaannya organisasi masyarakat sering
kali tidak sesuai dengan apa yang seharusnya menjadi tugas mereka, seperti melakukan
penyelewengan, premanisme, perebutan kekuasaan wilayah, dan lain-lain, hal tersebut yang
sering memicu terjadinya konflik sosial dan menyebabkan berbagai kerugian di dalam
mayarakat.
Diperlukan suatu konsep dasar yang mampu menyatukan berbagai individu yang berasal
dari latar belakang keyakinan dan agama yang berbeda. Hal tersebut mutlak diperlukan untuk
menjaga keharmonisan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena
itu semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus dipahami dan diimplementasikan kedalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat dalam kitab
Sutasoma mengajarkan rakyat Indonesia agar mampu menciptakan kehidupan yang harmonis
antara berbagai individu dengan latar belakang yang berbeda. Melalui pemahaman dan
implementasi Bhineka Tunggal Ika di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, akan
tercipta suatu identitas nasional yang mencirikan jati diri bangsa Indonesia seperti gotong
royong, rasa persatuan kesatuan dan toleransi.
4.2 Saran
Indonesia adalah negara yang kaya akan kenanekaragaman suku, ras, agama, dan adat.
Untuk menciptakan kerukunan diantara berbagai keberagaman tersebut, maka diperlukan
peran berbagai pihak untuk ikut serta dalam menjunjung tinggi rasa persatuan dan
nasionalisme. Melalui Bhinneka Tunggal Ika kita diajarkan untuk menghargai setiap
perbedaan yang ada karena kita merupakan satu bangsa yang memiliki cita-cita yang sama
yaitu mewujudkan rasa persatuan dan nasionalisme yang tinggi. Oleh karena itu penting bagi

setiap rakyat Indonesia untuk memahami serta mengimplementasikan makna yang


terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Heri H. & Jumanta H. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara: Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga
Andreas. 2103. Bhineka Tunggal Ika. https://coretanandrea.wordpress.com/2013/11 /03/323/
Diakses pada tanggal 20 Februari 2016
Vgansyah, Ikwan. 2015. Bhineka Tunggal Ika. http://ikhwansjt.blogspot.co.id /2015/02/bhinekatunggal-ika.html Diakses pada tanggal 20 Februari 2016
Ali.

2015. Pengertian Identitas Nasional dan Unsur-unsur Identitas Nasional.


http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-unsur-identitas-nasi
onal.html#_ Diakses pada tanggal 21 Februari 2016

Herowati, Septi. 2016. Karakteristik Identitas Nasional. https://www.academia.edu /


7011989/Kewarganegaraan_Identitas_Nasional_ Diakses pada tanggal 21 Februari
2016
Malik, Harno. 2013. Pengertian Organisasi Masyarakat (Ormas). http://simplenews05.
blogspot.co.id/2013/08/pengertian-organisasi-kemasyarakat-ormas.html Diakses pada
tanggal 3 Maret 2016
Sindowsnews. 2015. Bentok Ormas di Bali. http://daerah.sindonews.com/read/1070408/174/
bentrok-di-bali-4-anggota-ormas-baladika-tewas-1450412295 Diakses pada tanggal 3
Maret 2016

LAMPIRAN

You might also like