You are on page 1of 21

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PRURITUS


Dosen Pembimbing : Diah Eko Martini, Ns, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 02 / 6B


NAMA KELOMPOK
1. BAMBANG SUSANTO

7. NANA MARIANA

2. BENNY AFANDI. P

8. NANDA LESTARI

3. CHANDRA HERU .K

9. NUKE WIDYAWATI AYU. P

4. INNANI AINUR RIZQI

10. SITI RACHMAWATI

5. KACUNG AHMAD. A

11. SUKMA ADE SETIAWAN

6. LEO SABIQ SANJAYA

12. SYAHRIL MUZAKKI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem
integumen. Yang telah disetujui dan diperiksa oleh

Lamongan, Maret 2014

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Diah Eko Martini, Ns, M.Kep

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan pencipta alam semesta.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
karena berkat taufiq dan hidayah-Nya kita tau mana yang benar dan yang salah.
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan tugas makalah tentang Asuhan Keperawatan pada
Klien Dengan Pruritus.Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada :
1.

Drs.

H.Budi

Utomo,Amd.Kep.M.Kes,

selaku

ketua

STIKES

Muhammadiyah Lamongan.
2.

Arifal Aris, S.Kep, Ns, M.Mkes selaku Ka-Prodi S1 Keperawatan.

3. Diah Eko Martini, Ns, M.Kepselaku Dosen Mata Kuliah Sistem Integumen.
4.

Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusunan makalah ini kami usahakan dengan semaksimal mungkin, namun adanya
kekurangan tetap tidak dapat dihindarkan.Untuk itu penulis mengharapkan saran yang dapat
dijadikan acuan untuk perbaikan makalah ini dari pembaca dan ucapan terima kasih
disampaikan kepada mereka.
Harapan yang tulus ikhlas berupa persembahan doa kepada Allah SWT. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, atas saran dan kritik
yang bersifat membangun.Kiranya makalah ini dapat membawa manfaat khusunya bagi para
pembaca pada umumnya.Kami ucapkan terima kasih.
Lamongan,

Maret 2014
Hormat kami,

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pruritus......................................................................3
2.2 Klasifikasi....................................................................................4
2.3 Etiologi........................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................6
2.5 Patofisioogi..................................................................................6
2.6 Pathway.......................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................9
2.8 Diagnosa Banding.......................................................................10
2.9 Komplikasi..................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

Pengkajian....................................................................................11

3.2

Diagnosa Keperawatan................................................................13

3.3

Rencana Keperawatan.................................................................13

BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................17
4.2 Saran............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Gatal-gatal (Pruritus) adalah suatu perasaan yang secara otomatis
membuattangan melakukan penggarukan.Kegiatan penggarukan yang dilakukan secara
terusmenerus bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit. Jangan anda
kira jika anda menggaruk kulit yang gatal, maka rasa gatal tersebut akan hilang.
Penggarukansecara terus menerus pada kulit bisa mengiritasi kulit yang selanjutnya
akanmenyebabkan bertambahnya rasa gatal dan bahkan jangka panjang bisa
menyebabkanterjadinya jarungan parut dan penebalan pada kulit sehingga terkadang
membentuk bentol-bentol yang berisi pada kulit yang gatal tersebut.
Angka kejadiannya hanya 1 2 BuMil dalam 1000 kehamilan atau berkisar 1,52
persen. Namun lebih dari 14 persen wanita merasakan gejalanya.Setidaknya 50% orang
berumur 70 tahun atau lebihmengalami pruritus.Kelainan kulit yang menyebabkan
pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu
dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada
sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan
kulit akibat penuaan kulit
Pruritus atau gatal-gatal merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling
sering dijumpai pada gangguan dermatologi yang menimbulkan gangguan rasa nyaman
dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Penggarukan
terus menerus bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit,penggarukan
juga mengiritasi kulit yang selanjutnya akan menyebabkan bertambahnya rasa
gatal.Penggarukan dan penggosokan jangka panjang bisa menyebabkan terbentuknya
jaringan parut dan penebalan kulit.
1.2

Rumusan masalah
1.2.1 Apa definisi pruritus?
1.2.2 Apa klasifikasi pruritus?
1.2.3 Apa etiologi pruritus?
1.2.4 Apa manifestasi klinis pruritus?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi pruritus?
1.2.6 Bagaimana pathway pruritus?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pruritus?
1.2.8 Apa diagnose banding pruritus?
1.2.9 Apa komplikasi pruritus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Integumen serta mempresentasikannya, pada program S11.3.2

Keperawatan di STIKES Muhammadiyah Lamongan.


Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi pruritus.
2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi pruritus.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi pruritus.
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis pruritus.
5. Untuk mengatahui dan memahami patofisiologi ruritus.
6. Untuk mengetahui dan memahami pathway pruritus.
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan pruritus.
8. Untuk mengetahui dan memahami diagnose banding pruritus.
9. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi pruritus.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Gambar 1.1 Kulit yang terkena pruritus


Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman bersifat iritatif sampai
tingkat ringan atau berat pada inflamasi kulit dan menimbulkan rangsangan untuk
menggaruk.Bila tidak disertai dengan kelainan kulit maka disebut pruritus esensial atau
sine materia atau pruritus simptomatik.
Pruritus atau gatal, adalah sensasi yang menimbulkan keinginan kuat
untukmelakukan penggarukan.Secara umum, pruritus adalah gejala dari berbagai
penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi sekunder, meskipunada pruritus yang
ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi kulit.Pruritus yang tidak disertai kelainan
kulit disebut pruritus esensial (pruritus sinemateria).(Djuanda & Hamzah, 2006)
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk
menggaruk.Berdasarkan dua pendapat di atas, Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif
dan ditandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.Reseptor
rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya
ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea.
Pruritus atau gatal-gatal secara sederhana didefinisikan sebagai keinginan untuk
menggaruk.Keadaan ini paling baik dianggap sebagai jenis ringan rasa nyeri yang
disebebkan oleh kerusakan jaringan ringan.(Beck, 2011).

2.2 Klasifikasi Pruritus


a. Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi,
kering, dan kerusakan kulit.
b. Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.
Misalnya, pada herpes dan tumor.
c. Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal
kronis, jaundice).
d. Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia
Ada juga yang menggolongkan/mengklasifikasikan pruritus dalam jenis:

Pruritus pada gravidarum


Di induksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III akhir gravidarum dimulai
dari abdomen atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia,
nausea atau muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu karena
garam empedu ada dalam kulit.

Prurituspada hepatikum.
Pruritus sebagai akspresi kolestatis tanda adanya obstruksi pada empedu (obstruksi
biliarry disease) yang berlokalisasi pad daerah hepatal, bisa juga disebabkan efek
samping obat-obatan yang memberi obstruksi intra hepatal sehingga terjadi ekskresi

garam asam billiar.


Pruritus pada Senilitas / Senilis.
Kulit senile yang kering mudah menderita fisur (chapped skin) mudah menjadi
pruritik, terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik.Rasa gatal terjadi karena
stimulasi ringan / perubahan suhu.Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna,

perineal dan perianal.


Pruritus pada Sistem Endokrin (DM, Hiperparatiroid, Mixedema).
Pada DM terjadi hiperglikemia, sehingga terjadi iritabilitas ujung-ujung saraf dan
kelenjar metabolik di kulit terutama daerah anogenital atau submammae pada wanita.
Glikogen sel sel epitel kulit dan vagina meningkat sehingga terjadi diabetes kulit oleh
karena

predisposisi

berupa

dermatitis,

kandidiasis,

dan

furunkulosis.Pada

hiperparatiroid terjadi peningkatan hormon paratiroid dalam plasma sehingga terjadi


defisit kalsium dalam kulit khususnya kalsium fosfat.

Pruritus pada Generalisata / Payah Ginjal.


Terjadi pruritus generalisata, terutama pada GGK (payah ginjal kronis) disertai edema
dan terjadi kekeringan kulit (Xerosis) oleh karena terjadi atrofi kelenjar sebasea dan
kelenjar sudorifera.Pada penyakit ginjal juga mengakibatkan gangguan metabolisme
pada fosfor dan kalsium, magnesium dalam serum meningkat sehingga terjadi uremia
yang menyebabkan terjadinya pruritus, penyebabnya oleh bahan-bahan yang

mengalami retensi, ginjal gagal mensekresinya sehingga perlu dilakukan hemodialisis.


Pruritus pada neopalstik.
Pruritus pada keganasan internal terutama berasal dari sistem limforetikuler
menyebabkan penyakit Hodgkin dengan insidens sampai berbulan-bulan, sebelum

penyakit gejala mendasari diketahui.


Pruritus pada Mikosis Fungoides.

Merupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul pad waktu lesi kulit
masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi maligna. Pruritus dapat bersifat

menetap dan intoleran.


Pruritus pada neurologic.
Defisit saraf sentral / perifer sebagai pengatur sensasi perabaan dapat menyebabkan

pruritus.
Pruritus pada Psokologik.
Respons garukan berbeda dengan pruritus karena penyebab lain. Pada gatal karena
penyakit organis terdapat korelasi antara sensasi gatal dengan beratnya respons
garuk.Pada gatal psikologik ternyata respons garukan lebih kecil daripada derajat
gatal subjektif, tampak lebih sedikit efek garukan dan lebih sedikit efek garukan dan

lebih banyak picking (cubitan), serta tidak dijumpai gangguan tidur.


Pruritus pada Penyakit lain.
- Gout / rhematik.
- Hipertensi, aterosklerotik menyebabkan pruritus di seluruh tubuh sebelum
-

timbulnya aplopexia.
Polisitemia vena disertai pruritus dan urtikaria.
Defisiensi Fe bukan anemia, karena gangguan pembentukan Fe, sebelumnya anemia
pruritus sudah hilang.

2.3 Etiologi
a. Faktor eksogen antara lain:
Penyakit dermatologik.
Dermatitis kontak (dengan pakaian, logam, serta benda asing).
Rangsangan dari ektoparasit (misal: serangga, tungau skabies,pedikulus, larva
migrans).
Faktor lingkungan (menyebabkan kulit kering atau lembab)
b. Faktor endogen antara lain adanya reaksi obat atau adanya penyakit Penyakit sistemik
dapat menimbulkan gejala pruritus di kulit. Pruritus ini disebut dengan pruritus
primer, dan dapat bersifat lokalista atau generalista. Bahkan pruritus psikogenik
cenderung dapat muncul pada seseorang yang sering merasa malu, memiliki perasaan
bersalah, masokisme, serta ekshibisonisme.
2.4 Manifestasi Klinis
a.
b.
c.
d.
e.

Pasien menggaruk yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari.
Efek sekunder mencakup ekskorisi (goresan).
Kemerahan bagian kulit yang menonjol (urtikaria).
Infeksi dan perubahan pigmentasi spt, kemerahan (eritema)
Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien

2.5 Patofisiologi
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai
pada gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam
kuit, membrane mukosa dan kornea. Timbulnya pruritus merupakan proses yang
kompleks melibatkan stimulasi dari ujung-ujung saraf superfisial pada kulit. Saraf yang
berperan pada timbulnya rasa gatal adalah saraf C tanpa myelin yang mentransmisikan
stimulus ke kornu dorsalis dari medulla spinalis.
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh
ujung saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran
setan rasa gatal dan menggaruk.Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit
kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini
bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun.Keadaan ini disebut sebagai esensial yang
umumnya memiliki awitan yang cepat, bisa berat dan menganggu aktivitas hidup seharihari yang normal.
Garukan menyebabkan inflamasi sel dan pelepasan histamin oleh ujung saraf
yang mempercepat rasa pruritus (garuk menyebabkan inflamasi, inflamasi merangsang
pelepasan histamin, gatal bertambah dorongan menggaruk meningkat, dan seterusnya
"lingkaran setan prritus). Pruritus dapat menjadi petunjuk pertama kelainan sistemik
internal seperti DM (karena: hiperglikemi, iritabilitas ujung saraf, dan kelainan
metabolik kulit), kelainan darah, kanker (berasal dari sistem limforetikuler, seperti
penyakit Hodgkin).Beberapa preparat oral menimbulkan pruritus seperti aspirin,
antibiotik, hormon, morpin/kokain. Pada lansia pruritus disebabkan oleh kulit kering.

2.6 Pathway
Faktor eksogen :
dermatitis kontak, gigitan
serangga, dll

Faktor endogen :
Obat-obatan, dll

Menstimulasi ujung
saraf superfisial
Menstransmisi stimulus ke kornu
dorsalis dari medulla spinalis
Pelepasan mediator perifer
maupun sentral, spt : histamin
PRURITUS
Keinginan untuk
menggaruk
Kulit menjadi lesi,
erosi
MK : Kerusakan
Integritas Kulit

Rasa gatal
Timbul lingkaran setan /
kemerahan
Perubahan penampilan
pada kulit
MK : Gangguan
Body Image

Adanya Luka
terbuka

MK : Resiko Tinggi
Infeksi

2.7 Penatalaksanaan

Gatal meningkat
pada malam hari
Ketidaknyamanan
sekunder
MK : Gangguan
Pola Tidur

Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa
cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita,
yaitu:
Penatalaksanaan secara medis
Pengobatan topical:
a. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
b. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
c. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
d. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit
dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah
dan menyebabkan tidur terganggu:
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif.
Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang

memiliki

antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya


tersebut.
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
Penatalaksanaan secara keperawatan :
a. Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah
faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang
menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein,
alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan,
maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak tangan.
b. Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit
kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah

mandi.
Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku.
Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi.
Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab.
Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.

Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat

berlebihan.
Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku

2.8 Diagnosa Banding


Xerosis.
Scabies.
2.9 Komplikasi
Dapat timbul dermatitis akibat garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
sellulitis, limfangitis, dan furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.Dermatitis iritan dapat
timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal
ataupun pemakaian yang terlalu sering.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama, alamat, jenis kelamin, agama, umur, pendidikan, pekerjaan, dll.
3.1.2 Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama :
Gatal-gatal kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
Riwayat Penyakit sekarang :

Gatal-gatal disertai kemerahan pada tubuh terkadang disertai benjolan,Faktor


pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik
internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan
preperat oral seperti aspirin , terapi antibiotik, hormone. Adanya alergi, baru saja
minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi factor pencetus
adanya pruritus.Tanda-tanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang
panas,

kering,

atau

seprei/selimut

yang

menyebabkan

iritasi,

harus

dikenal.Pruritus dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari

kulit yang kering.


Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/ timbul, sehingga pada riwayat
penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama
dengan kondisi yang dirasa sekarang.

Riwayat penyakit keluarga


Diduga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus.Kecuali dalam
keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga
mengalami pruritus.

Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik seperti stress yang
berlebihan dalam keluarga atau lingkunagn kerja. Pruritus menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat
akan menganggu penampilan pasien.

3.1.3

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
- S
: 37, 5C.
- N
: > 100 x /menit.
- RR
: 18 - 20 x /menit.
- TD
: 110/70- 120/80mmHg
Pemeriksaan ROS
B1 (Breathing) : frekuensi nafas 18 20x/menit, tidak terdapat bunyi
nafas tambahan, tidak ada pernafasan cuping hidung.
B2 (Blood) : TD: 110/70-120/80mmHg, nadi meningkat, curah
jantung meningkat.
B3 (Brain) : tingkat kesadaran composmentis, gelisah, cemas.

B4 (Bladder) : tidak berkurangnya volume urin, anuria, oliguria.


B5 (Bowel) : BB tidak ada penurunan, nafsu makan menurun, jarang
terjadi anoreksia.
B6 (Bone) : malaise, pembatasan gerak, rasa sakit yang bengkak,
terjadi kemerahan pada seluruh badan.
Pola kebiasaan sehari-hari
Aktivitas atau istirahat
Gejala : malaise,perubahan pola tidur
Tanda : lemah, insomnia
Sirkulasi
Tanda : kulit hangat, pucat,lembab.
Makanan atau cairan
Gejala :Jarang ditemukan pada pasien anoreksia
Tanda :Jarang ditemukan pasien dengan keadaan penurunan
BB. Penurunan lemak subkutan/massa otot (malnutrisi).

Neurosensori
Gejala :Sakit kepala, pusing,
Tanda :Gelisah, ketakutan
Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala :Rasa gatal pada seluruh tubuh disertai kemerahan
Pernafasan
Tanda :Takipnea, suhu: umumnya normal, tetapi kadang
subnormal.
Seksualitas
Gejala : Urtikaria perineal
Tanda :Maserasi vulva, pengeringan vagina purulen.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan integritas kulit berhubungan denganlesi pada kulit
2. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan sekunder dengan
terjadinya gatal.
3.3 Rencana Keperawatan
NO

TUJUAN & KH

DX
1

Setelah

INTERVENSI

dilakukan

tindakan 1. Pantau

keperawatan selama 1x24 jam


diharapkan

pasien

mempertahankan
kulit dengan KH:
Pasien

dapat
integritas

mengetahui

RASIONAL

terhadap 1. Mengetahui

kulit pasien
2. Jaga
dengan
cermat

terhadap

resiko

cedera

termal

kondisi

kulit

untuk dilakukan
pilihan intervensi

yang tepat
akibat 2. Penderita dapat

penyebab

gangguan

integritas kulit
Pasien mampu mengatasi
penyebab

gangguan

penggunaan

mengalami

kompres

hangat

penurunan

dengan suhu yang

sensitivitas

terlalu tingi dan

integritas kulit
Pasien menggunakan obat

akibat

sesuai jadwal
Lesi berkurang, tidak ada

terasa

cedera

panas yang tidak


(bantalan

radiator)
3. Anjurkan pasien
untuk

tidak

pada

hakikatnya dapat
kerusakan

kosmetik

dan

preparat

tabir

kulit

kronik
4. Penggunaan anti
histamine

menggunakan

dapat

mengurangi
respon gatal serta
mempercepat

surya
4. Kolaborasi
dengan

kosmetika

dikaitkan dengan

pemanasan,

tanda infeksi

terhadap panas
3. Banyak masalah

proses pemulihan
dokter

dalam pemberian

Setelah

dilakukan

obat

anti

histamine

dan

salep kulit
tindakan 1. Kaji
adanya 1. Gangguan
citra

citra

keperawatan selama 1x24 jam

gangguan

diharapkan pasien percaya diri

diri (menghindari

menyertai setiap

terhadap

perubahan

kontak

penyakit/

penampilannya dengan KH:


Pasien
mengetahui

ucapan

keadaan

yang

merendahkan diri

nampak

nyata

penyebab gangguan body

sendiri)

bagi klien, kesan

mata,

diri

akan

image
Pasien mampu mengatasi

orang

penyebab body image


Pasien
mampu

berpengaruh

mengungkapkan perasaan
Mengembangkan
peningkatan

pengetahuan 2. Berikan

untuk menerima keadaan

terhadap

dirinya
terhadap konsep
diri.
2. Klien
membutuhkan

diri,

mengutarakan

kesempatan

pengalaman

perhatian pada diri sendiri

pengungkapan

didengarkan dan

yang

perasaan

lebih

sehat,

menguatkan

kembali

dukungan positif dari diri


sendiri

dipahami
3. Memberikan

3. Nilai

rasa

keprihatinan dan
ketakutan, bantu
klien yang cemas
mengembangkan
kemampuan dan
mengenali

kesempatan pada
petugas

untuk

menetralkan
kecemasan yang
tidak

perlu

terjadi

dan

memulihkan

masalahnya

realitas

situasi,

ketakutan
4. Dukung

upaya

klien

untuk

memperbaiki
citra diri seperti

merusak
4. Untuk
meningkatkan
penerimaan

diri

dan sosialisasi

merias,
merapikan
5. Mendorong

5. Membantu

sosialisasi dengan

penerimaan

orang lain
3

Setelah

dilakukan

tindakan 1. Nasehati

meningkatkan
diri

dan sosialisasi
klien 1. Udara
yang

keperawatan selama 1x24 jam

menjaga

kamar

kering membuat

diharapkan pasien mengalami

tidur agar tetap

kulit terasa gatal,

pencapaian tidur yang nyenyak

memiliki

lingkungan yang

dengan KH:
Pasien

ventilasi
mengetahui 2. Bantu

penyebab gangguan pola

melakukan

tidur
Pasien mampu mengatasi

gerakan

tidur
Pasien mampu melakukan

klien

nyaman,
pasien

meningkatkan

relaksasi
badan 2. Gerak

secara teratur
3.
Anjurkan
pada
penyebab gangguan pola
untuk

badan

memberikan efek
yang
menguntungkan

gerakan
teratur
Pasien

badan

secara

menjaga

kulit

selalu lembab
menghindari 4. Anjurkan klien

konsumsi kafein

menghindari
minuman

yang

untuk tidur jika


dilaksanakan
pada sore hari
3. Tindakan
ini
mencegah

mengandung

kehilangan

kafein menjelang

Kulit yang kering

tidur di malam

dan

gatal

biasanya

tidak

hari
5. Kolaborasi cegah
dan obati kulit
yang kering

air.

dapat
disembuhkan
tetapi

dapat

dikendalikan
4. Kafein memiliki
efek puncak 2-4
jam

setelah

di

konsumsi
5. Pruritus
nocturnal
mengganggu
tidur
normal

yang

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pruritus atau gatal-gatal secara sederhana didefinisikan sebagai keinginan untuk
menggaruk.Keadaan ini paling baik dianggap sebagai jenis ringan rasa nyeri yang
disebebkan oleh kerusakan jaringan ringan.(Beck, 2011).
Ada juga yang menggolongkan/mengklasifikasikan pruritus dalam
jenis:Prurituspada gravidarum, prurituspada hepatikum, pruritus pada Senilitas / Senilis,
pruritus pada Sistem Endokrin (DM, Hiperparatiroid, Mixedema), pruritus pada
Generalisata / Payah Ginjal, pruritus pada neopalstik, pruritus pada Mikosis Fungoides,
pruritus pada neurologic, pruritus pada Psokologik, pruritus pada Penyakit lain.
Penyebabnya dari faktor eksogen dan faktor endogen. Kemudian tanda dan
gejalanya antara lain, pasien menggaruk yang biasanya dilakukan semakin intensif pada
malam hari, efek sekunder mencakup ekskorisi (goresan), kemerahan bagian kulit yang
menonjol (bidur).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh
ujung saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran
setan rasa gatal dan menggaruk.Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit
kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini
bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun.Keadaan ini disebut sebagai esensial yang
umumnya memiliki awitan yang cepat, bisa berat dan menganggu aktivitas hidup seharihari yang normal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa
cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita,
yaitu: penatalaksanaan secara medis dan keperawatan.
Dapat timbul dermatitis akibat garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
sellulitis, limfangitis, dan furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang,dan kami juga berharap pembaca semoga dapat mengaplikasikan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Beck, E. R. (2011). Tutorial Diagnosis Banding, Ed. 4. Jakarta: EGC.
Djuanda, A., & Hamzah, M. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; Ed. 4.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dongoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta
Ramali, Ahmad . 2005. Kamus kedokteran: arti dan keterngan istilah, cetakan 26. Jakarta.
EGC

You might also like