You are on page 1of 7

BAB V

HASIL EVALUASI

A. Menetapkan Satu dari Beberapa Tolak Ukur


Masalah ditentukan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan tolak
ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada kesenjangan
antara unsur sistem lainnya dengan tolak ukur. Tolak ukur yang digunakan
yaitu Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 2, Departemen Kesehatan RI, tahun
2004. Dalam melakukan evaluasi Program Pembinaan Gizi Balita di
Puskesmas, digunakan pendekatan sistem. Dengan memandang organisasi
sebagai suatu sistem, tercipta suatu cara dalam memahami permasalahan
manajemen organisasi yang dikenal sebagai pendekatan sistem.
B. Membandingkan Pencapaian Keluaran Program dengan Tolak Ukur
Keluaran
Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap, dimulai dari keluaran
(output) program kerja Puskesmas, kemudian apabila ditemukan adanya
kesenjangan antara tolak ukur dengan data keluaran tersebut maka harus
dicari kemungkinan penyebab masalah pada unsur masukan (input, proses,
atau lingkungan). Identifikasi masalah dimulai dengan melihat adanya
kesenjangan antara pencapaian.

Tabel 2. Variabel Keluaran


Variabel
Keluaran

Bayi 0-6 Bulan


mendapat ASI
eksklusif

Tolak Ukur
625 Bayi, target
100%

Pencapaian
520 bayi dengan
indikator memenuhi
(80%)

Masalah
(+)

29

Bayi dan Balita


ditimbang berat
badannya setiap bulan

625 bayi dan


Balita dengan
indikator. Target
100%

510 bayi dan Balita


dengan indikator
memenuhi (78%)

Balita 6-59 bulan


mendapat kapsul
Vitamin A

725 Balita dan


Anak-anak dengan
indikator, target
100%

725 Balita dan Anakanak dengan indikator


memenuhi (100%)

Ibu Hamil yang


mendapat 90 Tablet
Tambah darah

625 Ibu Hamil


dengan indikator
Target : 95%

625 Ibu Hamil dengan


indikator memenuhi
(100%)

Rumah Tangga
Mengkonsumsi
Garam Beriodium

2178 rumah
dengan indikator,
target 90%.

2178 rumah dengan


indikator memenuhi
(100%)

(+)

(-)

(-)

(-)

C. Menetapkan Prioritas Masalah


Berdasarkan Tabel 2, masalah yang ditemukan adalah kesenjangan antara tolak
ukur Bayi 0-6 Bulan mendapat ASI eksklusif dan Bayi dan Balita ditimbang berat
badannya setiap bulan dengan pencapaian di Puskesmas Waykandis. Selanjutnya
ditetapkan prioritas masalah dengan metode USG (urgency, serousness, growth)
yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Menetapkan Prioritas Masalah


A

Masalah
Bayi 0-6
Bulan
mendapat
ASI
eksklusif

U
2

S
4

G
1

Total
8

30

Bayi dan
Balita
ditimbang
berat
badannya
setiap bulan

16

Berdasarkan Tabel 3, penetapan prioritas masalah didapatkan hasil urutan


prioritas masalah adalah masalah B kemudian masalah A, sehingga masalah
yang perlu diatasi pertama kali adalah masalah B yaitu Bayi dan Balita
Ditimbang Berat badanya setiap bulan.
D. Membuat Kerangka Konsep
Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah program
Pembinaan Gizi Balita diperlukan kerangka konsep dengan menggunakan
pendekatan sistem.
Dana yang tersedia (input)
Sarana dan prasarana penunjang (input)

Promosi kesehatan (input)

Pentingnya
Pemeriksaan kesehatan, status gizi danPetugas
obat (proses)
kesehatan
(input) menimbang Bayi dan Balita setiap Bulan

Pelaksanaan program Pembinaan


PSPGizi
tentang
Balita
Status Gizi Bayi dan Balita

Keikutsertaan masyarakat dan anggota Rumah Tangga lain dalam program (lingkungan)

Gambar 2.Kerangka konsep pelaksanaan program Pembinaan Gizi Balita


Keterangan:

31

Masalah yang dihadapi adalah belum tercapainya target bayi dan balita yang
ditimbang berat badanya rutin setiap bulan dengan pendekatan sistem maka
diupayakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah yang
dihadapi. Komponen sistem yang dapat menjadi penyebab masalah adalah
masukan atau input dan lingkungan. Dari komponen masukan terdapat hal
yang berpotensi menyebabkan masalah, belum tercapainya target bayi dan
balita yang ditimbang berat badanya rutin setiap bulan yaitu promosi
kesehatan yang kurang digalakan, tenaga kerja yang tidak memadai dan
kurangnya dana untuk membayar kader. Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi adalah pengetahuan, sikap dan prilaku (PSP) orang tua
tentang pentingnya untuk menimbang bayi dan balita secara rutin setiap
bulannya.

E. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Masalah


Sesuai dengan pendekatan sistem, bayi dab balita yang ditimbang berat
badanya setiap bulan yang tidak mencapai target di Puskesmas
Waykandis merupakan suatu output atau hasil yang tidak sesuai dengan
target.

Untuk

mengatasinya,

dengan

pendekatan

sistem

harus

diperhatikan kemungkinan adanya masalah pada komponen lain pada


sistem yang sifatnya saling berkesinambungan. Terdapat beberapa faktor
penyebab masalah yang dapat diidentifikasi yang didapatkan berdasarkan
data atau kepustakaan yang ada dan dari hasil wawancara dengan petugas
Puskesmas Waykandis dan beberapa orang tua yang masih tidak rutin
menimbang berat badanya secara rutin setiap bulan. Beberapa masalah
tersebut tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4. Faktor Penyebab Masalah

No
1.

Masalah
Methode (Promosi
Kesehatan)

Material (Sarana dan


Prasarana)

FaktorPenyebabMasalah
Kurangnya penyuluhan mengenai
pentingnya menimbang berat badan
bayi dan balita setiap bulan
Pemeriksaan status gizi balita rutin
setiap bulan

32

Man (Sumber Daya Manusia)

Minimnya

petugas

yang

dapat

memberikan penyuluhan kesehatan


terutama untuk ke orang tua bayi dan
.

balita secara langsung


Kurangnya pengetahuan, sikap, dan

Lingkungan

perilaku (PSP) masyarakat mengenai


pentingnya menimbang bayi dan
balita setiap bulan

METHODE

MATERIAL

Pemeriksaan
status gizi
balita rutin
setiap bulan

Kurangnya
penyuluhan
mengenai
pentingnya
menimbang berat
badan bayi dan
balita setiap bulan

Minimnya petugas
yang dapat
memberikan
penyuluhan kesehatan
terutama untuk ke
orang tua bayi dan
balita secara langsung

MAN

Kurangnya
pengetahuan,
sikap, dan perilaku
(PSP) masyarakat
mengenai
pentingnya
menimbang bayi
dan balita setiap
bulan

Jumlah Bayi dan


Balita yang
ditimbang berat
badanya setiap
bulan tahun 2015
78% dari 100%
pencapaian

LINGKUNGAN

Gambar 3. Diagram fishbone (Dimodifikasi dari Azwar, 2010)


33

F. Menentukan Prioritas Penyebab Masalah


Dari fishbone di atas, masih perlu dicari masalah-masalah yang paling
memiliki

peranan

dalam

mencapai

keberhasilan

program.

Dengan

menggunakan model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas dapat dipilih


masalah yang paling dominan.

Tabel 5.Pemilihan Prioritas Masalah


I
No

Daftar Masalah

1.

SDM
Petugas
Penyuluhan
Sarana dan
Prasarana
Peralatan
pemeriksaan
status gizi
balita
Lingkungan
PSP
masyarakat
tentang
menimbang
bayi dan balita
rutin setiap
bulan
Promosi kesehatan
Penyuluhan

2.

3.

4.

SB

JUM
IxTxR

S RI DU

PB PC

90

52

96

90

Keterangan:
P

: Prevalence (besarnya masalah)

: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

RI : Rate of Increase (kenaikan besarnya masalah)


DU : Degree of Unmeet-need (derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi)
SB : Social Benefit (keuntungan social karena selesainya masalah)
34

PB : Public Concern (Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah)


PC : Political Climate (suasana politik)
I

:Importancy, yaitu makin penting satu masalah, makin diprioritaskan masalah


tersebut.

: Technical feasibility, yaitu makin layak teknologi yang tersedia dan yang
dapat dipakai untuk mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah
tersebut.

: Resource ability, yaitu makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai,
seperti tenaga, dana, dan sarana untuk mengatasi masalah, makin
diprioritaskan masalah tersebut.
Dari pemilihan prioritas masalah di atas, didapatkan masalah yang ada yakni
PSP (pengetahuan, sikap dan perilaku) masyarakat yang kurang mengenai
pentingnya menimbang bayi dan balita secara rutin setiap bulann dan petugas
penyuluhan. Hal ini yang menyebabkan masih adanya bayi dan balita yang
tidak rutin ditimbang berat badanya setiap bulan pada program Pembinaan
Gizi Balita Puskesmas Waykandis masih belum mencapai target. Pola
kesehatan masyarakat waykandis masih bersifat kuratif, hanya berobat saat
timbul sakit. Dalam tindakan pencegahan, masyarakat waykandis kurang
antusias dalam mengikuti tindakan preventif yang sudah disosialisasikan oleh
puskesmas. Ditambah dengan minimnya jumlah petugas kesehatan dalam
memberikan penyuluhan yang dapat terjun langsung ke masyarakat
menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal ini. Edukasi
di lapangan hanya dilakukan oleh kader yang telah dilatih oleh pihak
puskesmas.

35

You might also like